Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Asfiksia. Yang pertama adalah keadaan ibu yang mengalami Pre Eklansi (keracunan
kehamilan) atau Eklansi (keracunan kehamilan yang disertai dengan kejang, keadaan
Partus lama atau macet, adanya perdarahan Abnormal, infeksi berat seperti Malaria,
mengalami demam selama persalinan, dan umur kehamilan lebih dari 42 minggu).
Keadaan penyebab yang kedua adalah keadaan Tali Pusat apabila terdapat lilitan Tali
Pusat, Tali pusat bayi pendek, simpul Tali Pusat (Tali Pusat terikat), dan Prolapsus Tali
Pusat. Penyebab yang terakhir adalah keadaan bayi apabila bayi tersebut lahir
Prematur, persalinan sulit, cacat bawaan, dan air ketuban bercampur Meconium
berwarna kehijauan.
Berdasarkan permasalahan diatas mengingat pentingnya peran bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan terutama untuk menekan angka kematian bayi, maka
penulis tertarik untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada bayi Ny. S dengan Sepsis Neonatorum di Ruang Perinatologi
RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh, maka perumusan masalah yang diambil penulis
adalah bagaimana penerapan manajemen kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. S
dengan Asfiksia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dan data obyektif secara sistematika untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap.
2
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya yaitu
untuk:
1. Penulis
2. Institusi
tentang bayi dengan sepsis neonatorum dan untuk menambah daftar kepustakaan.
4. Keluarga Klien
Diharapkan dapat mengerti dan mengetahui tanda dan gejala bayi dengan
E. Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang terdri dari 3 bab ini
BAB I : PENDAHULUAN
3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
berisi tentang tinjauan teori kasus yang berisi definisi, etiologi, perubahan
Merupakan laporan kasus yang dikaji sendiri oleh peneliti dari pengkajian
BAB IV : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan Hipoksia
serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna sehingga tindakan perawatan
dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
B. ETIOLOGI
Pengembangan Paru BBL pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul
dengan pernafasan teratur. Bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari
ibu ke janin, maka akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Towel (1996) mengajukan
Penggolongan Penyebab Kegagalan Pernapasan Pada bayi yang terdiri dari :
1. Faktor Ibu
1. Hipoksia Ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin, hipoksia ibu dapat
terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi
dalam.
2. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
penga,liran O2 ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada kasus-
kasus.
a) Gangguan kontrasi uterus, misalnya : Hipertensi, Hipotoni / uterus akibat
penyakit atau obat
b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) Hipertensi pada penyakit eklamsia.
2. Faktor Plasenta
Solusi plasenta. Perdarahan plasenta, dan lain-lain
3. Fator Fetus
Tali pusat menumbung lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir
4. Faktor Neonatus
1. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada itu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra Cranial
5
3. Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia saluran
pernapasan hipoplasia paru dan lain-lain. (Wiknjosastro, 1999).
6
D. TINDAKAN PADA ASFIKSIA NEONATORUM
Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi BBL sebelum resusitasi
dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :
1. Faktor waktu sangat penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal
harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan
ditentukan secara adekuat (Prawiroharjo, 2002).
F. CARA RESUSITASI
1. Letakkan bayi dilingkungan yang hangat keudian keringkan tubuh bayi dan selimuti
tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (sniffing positor)
4. Hisap lendir dengan menghisap lendir dec dari mulut apabila sudah bersih
kemudian lanjutkan kehidung
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-
usap punggung bayi.
6. Nilai Pernapasan
1. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10, denyut jantung > 100 x /menit. Nilai warna kulit jika merah /
sianosis perifer lakukan observasi. Apabila baru diberikan O2. denyut jantung <
100% / menit lakukan ventilasi tekanan positif.
2. Jika pernapasan megap-megap lakukan ventilasi tekanan positif
7. Ventilasi tekanan Positif /PPV dengan memberikan O2 100% melalui anbubag atau
masker.
7
masker harus menutupi hidung dan mulut tidak menutupi mata. jika tidak ada
ambubag beri bantuan nafas mulut kemulut. Kecepatan PPV 40-60 x/menit.
8. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik. Hasil kalikan 10
1. > 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan
2. 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV
3. 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV disertai
kompresi jantung
4. < 10 x/ menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung
9. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jangtung dengan ventilasi ada 3:1 ada 2 cara kompresi
jantung
1. Kedua ibu jari menekan stemum sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi
tubuh bayi
2. Jari tengah dan telunjuk menekan stemum dan tangan lain menahan belakang
tubuh bayi
10. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi ada
11. Denyut jantung 80 x / menit kompresi jantung dihentikan lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
12. Jika denyut jantung 0 atau < 10x/menit. Lakukan pemberian obat epineprin
1 : 10.000 dosis 0,2 0,3 ml/ Kg BB IV
13. Lakukan penilaian denyut jantung janin jika > 100x/menit hentikan obat
14. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis tiap 3-5
menit
15. Lakukan penilaian denyut jantung jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap
diatas dan tanpa ada hiporolemi beri natrikus dengan dosis 2 MEG / Kg BB secara
IV selama 2 menit.(Wiknjosastro, 1999)
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata
1. Bayi
Nama bayi : By. Ny. S
Tanggal/ Jam lahir : 30 Juni 2009 / 12.30 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Orang tua
Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. T
Umur : 24 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Karangdawa Rt 01/06 Margasari
9
f. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat gemelli.
3. Riwayat Kehamilan
a. G3 P2 A0
b. Usia Kehamilan : 9 bulan
c. ANC : 4 kali
TM I : 1 kali di bidan
TM II : 1 kali di bidan
TM III : 2 kali di bidan
d. HPHT : 25 September 2008
e. HPL : 2 Juli 2009
f. Riwayat Imunisasi TT : 3 kali
1) TT I,II : sudah
2) TT III : UK 4 bulan
g. Riwayat keluhan hamil muda : Mual
h. Riwayat keluhan hamil tua : Tidak ada
i. Riwayat konsumsi obat-obatan : Obat anti mual, obat tambah
darah dan vitamin.
j. Riwayat minum jamu : Tidak ada
4. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Minum : Belum
Makanan tambahan : Belum
Gangguan :-
b. Pola Eliminasi
1) BAB : Belum
Warna :-
Konsistensi :-
Gangguan :-
2) BAK : Belum
Warna : -
Gangguan : -
c. Pola Istirahat : -
d. Personal Hygiene
Mandi :-
Ganti baju :-
Ganti popok :-
10
B. Data Obyektif
1. Catatan Proses Persalinan
a. Waktu persalinan : 30 Juni 2009 jam 12.30 WIB
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Penyulit waktu persalinan : Tidak ada
e. Obat-obatan yang diberikan selama :
Kala I : Tidak ada
Kala II : Tidak ada
Kala III : Tidak ada
Kala IV : Tidak ada
f. Lama persalinan
Kala I : 7 Jam
Kala II : 15 Menit
Kala III : 5 Menit
Kala IV : 2 Jam
g. Ketuban pecah jam : Tanggal 30 Juni 2009 Jam 12.05WIB
Warna : Keruh
Bau : Khas
h. Tindakan segera setelah bayi lahir
1) Mengeringkan bayi : Ya
2) Pengisapan lendir : Ya
3) Perawatan pemotongan tali pusat : Ya
4) Resusitasi bayi : Ya
5) Menghangatkan bayi : Ya
i. Masalah bayi setelah lahir : Lilitan tali pusat, bayi tidak segera menangis
setelah lahir.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Apatis
Tanda-tanda Vital
Suhu : 360C
Nadi : 94 x/ menit, lemah
Respirasi : 40 x/ menit
BB : 3.000 gram
PB : 49 cm
LK : 34 cm
11
LILA/ LD : 10 cm/ 35 cm
b. Kepala-Leher
Kepala : Mesochepal, tidak ada caput succedenium, dan
tidak ada cepal hematoma
Ubun-ubun kecil : Tidak cekung, teraba rata
Ubun-ubun besar : Tidak cekung, terbuka, tidak menonjol
Sutura : Tidak ada moulage
Muka : Tidak ikterik, tidak sianosis, pucat
Mata : Tidak ikterik, reaksi terhadap cahaya kurang, tidak
ada perdarahan.
Hidung : Ada cuping, tidak ada secret, tidak ada polip dan
tidak ada epitaksis
Mulut : Tidak sumbing, palatum intake dan tidak ada oral
thrush.
Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada OMP dan
OMA.
Kulit : Tidak ada memar di kepala, kulit dan leher, tidak
ikterik dan tidak sianosis
Leher : Memanjang, mobilitas terbatas, tidak ada pelebaran
dan lipatan lemak
c. Thorak Anterior
Simetris, terdapat retraksi dinding dada dan tidak ada fraktur
d. Abdomen Anterior
Simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada infeksi tali pusat, kembung,
dan tidak ada hepatosplenomegali.
e. Genetalia
Terdapat kesesuaian dengan jenis kelamin laki-laki, testis sudah
turun di skrotum dan penis berlubang.
f. Anus
Tidak ada atresia ani
Ekstremitas atas: tidak bergerak aktif, warna biru
Ekstremitas bawah : tidak bergerak aktif, warna biru
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :-
b. Rontgen :-
c. USG :-
12
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Nomenklatur
By. Ny. S segera setelah lahir jenis kelamin laki-laki dengan asfiksia
Data Dasar :
Data Subjektif :
Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 30 Juni 2009 jam 12.30 WIB.
Data Objektif :
1. Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki pada tanggal 30 Juni
2009 jam 12.30 WIB.
2. KU : Lemah
Nadi : 94 x/ menit
Respirasi : 40 x/ menit
Suhu : 360C
3. BB : 3.000 gram
PB : 49 cm
LK : 34 cm
LD : 35 cm
LILA : 10 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Nilai Apgar
Waktu
No Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1 5
1. Frekuensi denyut Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 1 2
jantung
2. Usaha Bernapas Tidak ada Lambat teratur Menangis kuat 1 2
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif 1 2
fleksi
4. Reaksi terhadap Tidak ada Gerakan sedikit Menangis 2 2
rangsangan
5. Warna kulit Biru / pucat Tubuh Seluruh tubuh 1 2
kemerahan kemerahan
ekstermitas biru
Muka : Pucat, tidak sianosis
Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung
Kulit : Tidak ikterik, tidak sianosis
Leher : Memanjang, mobilitas terbatas dan tidak ada lipatan lemak
Thorak anterior : Terdapat retraksi dinding dada dan tidak ada fraktur
Abdomen anterior : Kembung, tidak ada infeksi tali pusat dan tidak ada
hepatosplenomegali.
13
Ekstremitas : Kemampuan bergerak lemah, tangan dan kaki simestris
kanan dan kiri , tidak terdapat polidaktili dan sidaktili.
Reflek : Ada, lemah
B. Diagnosa Masalah
Gangguan pemenuhan O2
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan bayinya sesak nafas
2. Ibu mengatakan bayi tidak menangis saat lahir (menangis dengan rangsangan)
Data Objektif :
1. Suhu 360C
2. Respirasi 40 x/ menit
3. Terdapat lendir pada jalan nafas
4. Nafas masih terdapat ronkhi
C. Diagnosa Kebutuhan
Perawatan rutin, berikan kehangatan, bersihkan jalan nafas, keringka dan nilai
warna.
Data dasar
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan bayinya sesak nafas
Data Objektif :
1. Suhu 360C
2. Respirasi 40 x/menit
3. Apgar, pengaturan suhu
4. Tali pusat masih basah
5. Pemberian ASI eksklusif
III.DIAGNOSA POTENSIAL
1. Asfiksia sedang dan berat
2. Hipotermi berat / sedang
3. Infeksi tali pusat
14
a. Bungkus bayi dengan handuk diatas perut ibu tali pusat
b. Hidupran radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi
3. Lakukan pembebasan jalan nafas
a. Bebaskan jalan nafas
b. Letakkan bayi pada posisi yang benar
c. Lakukan Sum Zuinger
4. Lakukan rangasangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi atau
b. Sentil
5. Lakukan penilaian bayi
a. Perhatikan dan nilai nafas bayi
b. Nilai warna kulit bayi
6. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Potong tali pusat dengan gunting tali pusat dan ikat tali pusat
c. Bungkus tali pusat dengan kassa steril
d. Ajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat
e. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur
f. Lakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
7. Lakukan Langkah awal resusitasi
a. Jaga Bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan rangsangan taktil
e. Reposisi
f. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur atau tidak
VI. IMPLEMENTASI
Jam 12.45 WIB.
1. Mengobservasi keadaan bayi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum bayi
apakah terjadi peningkatan atau penurunan.
15
b. Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dari dada bayi
dengan meletakan bayi terlentang dibawah alat pemancar panas. Alat pemancar
panas, alat pemancar panas perlu disiapkan sebelum agar kasur tempat
diletakan bayi juga hangat.
3. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membebaskan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung dan mulut
bayi secara Zig zag dengan Kassa Steril segera setelah lahir
b. Meletakan bayi telentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah
dengan meletakan selimut atau handuk yang digulung dibawah bahu sehingga
bahu terangkat 2-3 cm
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lender mulut
dari hidung menggunakan slim zungier. Bila air ketuban bercampur mekonium
maka penghisapan dan trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium.
Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.
4. Melakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi kearah atas untuk melancarkan peredaran darah
b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat
menimbulkan atau mempertahankan pernapasan
5. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
b. Menilai warna kulit bayi
6. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat dan ikat tali pusat
c. Membungkus tali pusat dengan kassa steril
d. Mengajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat
e. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur
f. Melakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
Perawatan tali pusat
7. Melakukan resusitasi
a. Menjaga bayi agar tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi agar mempermudah jalan nafas
c. Menghisap lendir dengan menggunakan alat penghisap lendir deLee atau bola
karet
d. Mengeringkan dan melakukan rangsangan taktil pada bayi
e. Mengatur kembali posisi kepala dan selimut bayi
f. Melakukan penilaian pada bayi setelah melakukan tindakan resusitasi
16
VII. EVALUASI
Jam 13.15 WIB.
1. Keadaan umum bayi lemah, suhu 360C , Respirasi 40 x/menit
2. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
a. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c. Radian warmer telah melakukan pembebasan jalan nafas
3. Pembebasan Jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah dibersihkan
b. Bayit telah diposisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah dibersihkan
4. Rangsangan taktil telah dilakukan
5. Keadaan bayi suhu 360C , Respirasi 40 x/menit, Nadi : 110 x/mnt, warna kulit
kemerahan
6. Perawatan tali pusat telah dilakukan
7. Bayi bernafas spontan
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi
BBL sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :
1. Faktor waktu sangat penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal
harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan
ditentukan secara adekuat.
B. Saran
Untuk para tenaga kesehatan agar mengetahui tentang penyebab asfiksia sehingga
bisa mendeteksi sedini mungkin dan melakukan pencegahan-pencegahan terjadinya
asfiksia.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo, Prof. Dr. dr. 1992 Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
:Jakarta
19