You are on page 1of 20

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

TERHADAP BAYI Ny. S DENGAN ASFIKSIA

Disusun Oleh

ASTRI MAULIA RAKHMAN


NIM. B 0007055

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
TAHUN 2009

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui


pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya
pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah
kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan. Seperti gizi yang rendah, anemia,
dekatnya jarak antar kehamilan dan buruknya hygiene. Disamping itu perlu dilakukan
pembinaan kesehatan perinatal yang memadai dan penanggulangan faktor-faktor yang
menyebabkan kematian perinatal yang meliputi : perdarahan, hipertensi, infeksi,
kelahiran preterm/ berat lahir rendah, asifiksia dan hipotermi. Penilitian telah
menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode Neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan. Kelahiran tersebut mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian (Saifuddin, 2000 : 132).
Angka Kematian Bayi di Jateng pada tahun 2002 sebesar 9,44 per 1000 kelahiran
hidup. Sedang AKB Nasional hasil Survey Kesehatan Masyarakat tahun 2001 sebesar
50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 7,50
per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2005). Pada tahun 2008 AKB di Jawa Tengah
mengalami kenaikan sebesar 9,88 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Angka
Kematian Bayi di Kabupaten Tegal pada tahun 2008 sebesar 3,73 per 1000 kelahiran
hidup (98 kasus dari 26.265 kelahiran hidup). Jika dibandingkan dengan tahun 2007
menunjukkan adanya penurunan jumlah kejadian kematian bayi 4,0 per 1000 kelahiran
hidup (105 kasus kematian dari 26.201 kelahiran hidup). Penyebab kematian bayi
terbanyak adalah Berat Badan Lahir Rendah 53.1 %, asfiksia neonatorum 38,1 % dan
infeksi 8,8 % (termasuk sepsis, tetanus, pnemonia dan diare).
Faktor-faktor penyebab kematian bayi yang tebanyak meliputi Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) sebesar 29%, Asfiksia 27 %, Tetanus 10%, Gizi buruk 10%, dan sebab
lain 19%.
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah bayi tersebut lahir. Bayi dinyatakan dalam keadaan napas normal
bila bernapas antara 40-60 kali per menit. Sedangkan napas cepat adalah keadaan napas
bayi lebih dari 60-80 kali per menit, dan dikatakan napas lambat apabila bayi tersebut
bernapas kurang dari 40 kali per menit. Ada 3 keadaan penyebab bayi mengalami

1
Asfiksia. Yang pertama adalah keadaan ibu yang mengalami Pre Eklansi (keracunan
kehamilan) atau Eklansi (keracunan kehamilan yang disertai dengan kejang, keadaan
Partus lama atau macet, adanya perdarahan Abnormal, infeksi berat seperti Malaria,
mengalami demam selama persalinan, dan umur kehamilan lebih dari 42 minggu).
Keadaan penyebab yang kedua adalah keadaan Tali Pusat apabila terdapat lilitan Tali
Pusat, Tali pusat bayi pendek, simpul Tali Pusat (Tali Pusat terikat), dan Prolapsus Tali
Pusat. Penyebab yang terakhir adalah keadaan bayi apabila bayi tersebut lahir
Prematur, persalinan sulit, cacat bawaan, dan air ketuban bercampur Meconium
berwarna kehijauan.
Berdasarkan permasalahan diatas mengingat pentingnya peran bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan terutama untuk menekan angka kematian bayi, maka
penulis tertarik untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada bayi Ny. S dengan Sepsis Neonatorum di Ruang Perinatologi
RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh, maka perumusan masalah yang diambil penulis

adalah bagaimana penerapan manajemen kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. S

dengan Asfiksia ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan dengan menerapkan manajemen Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dengan pengumpulan data, baik data subyektif

dan data obyektif secara sistematika untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap.

b. Mampu mengidentifikasi masalah atau melakukan diagnosa berdasarkan data-

data yang telah dikumpulkan.

c. Mampu mengantisipasi masalah atau diagnosa potensial yang mungkin terjadi.

2
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama.

e. Mampu merencanakan asuhan menyeluruh yang didukung penjelasan yang

rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan dan sesuai langkah

sebelumnya.

f. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.

g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya yaitu

untuk:

1. Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta keterampilan dalam

penanganan bayi dengan asfiksia, sehingga dapat digunakan sebagai pengalaman

untuk bekal yang dapat diterapkan di lahan praktek.

2. Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya

tentang bayi dengan sepsis neonatorum dan untuk menambah daftar kepustakaan.

4. Keluarga Klien

Diharapkan dapat mengerti dan mengetahui tanda dan gejala bayi dengan

Asfiksia dan mengetahui cara merawat bayi dengan Asfiksia di rumah.

E. Sistematika Penelitian

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang terdri dari 3 bab ini

menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

berisi tentang tinjauan teori kasus yang berisi definisi, etiologi, perubahan

patofisiologi dan gangguan klinis, tindakan pada asfiksia neonatorum,

resusitasi dan cara

BAB III : TINJAUAN KASUS.

Merupakan laporan kasus yang dikaji sendiri oleh peneliti dari pengkajian

sampai evaluasi yang dilakukan dengan metode 7 langkah Varney

BAB IV : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan Hipoksia
serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna sehingga tindakan perawatan
dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).

B. ETIOLOGI
Pengembangan Paru BBL pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul
dengan pernafasan teratur. Bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari
ibu ke janin, maka akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Towel (1996) mengajukan
Penggolongan Penyebab Kegagalan Pernapasan Pada bayi yang terdiri dari :
1. Faktor Ibu
1. Hipoksia Ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin, hipoksia ibu dapat
terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi
dalam.
2. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
penga,liran O2 ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada kasus-
kasus.
a) Gangguan kontrasi uterus, misalnya : Hipertensi, Hipotoni / uterus akibat
penyakit atau obat
b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) Hipertensi pada penyakit eklamsia.
2. Faktor Plasenta
Solusi plasenta. Perdarahan plasenta, dan lain-lain
3. Fator Fetus
Tali pusat menumbung lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir
4. Faktor Neonatus
1. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada itu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra Cranial

5
3. Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia saluran
pernapasan hipoplasia paru dan lain-lain. (Wiknjosastro, 1999).

C. PERUBAHAN PATOFISIOLOGI DAN GANGGUAN KLINIS


Pernapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Bila terdapat gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe) disertai
dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita asfiksia
berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue
kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis
respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme an acrobic yang berupa glikolisis gukogen tubuh. Sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardio vaskuler yang disebabakan oleh beberapa keadaan
diantarannya :
1. Hilangnya Sumber Glukogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung
2. Terjadi asidosis metabolis akan menimbulkan kelemahan otot jantung
3. Pengisian udara alucolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
Resistensi Pembuluh darah Paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian
pula kesistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998)

Pada keadaan asfiksia yang perlu mendapat perhatian sebaiknya :


a. Menurunnya tekanan O2 darah (Pa O2)
b. Meningginya tekanan O2 darah (Pa O2)
c. Menurunya PH (akibat osidosis respirantorik dan metabolik)
d. Dipakainya sumber glukogen tubuh untuk metabolisme an-aerobic
e. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler
Untuk menentukan tingkat asfiksia neonatorum digunakan kriteria penilaian yaitu
yang disebut dengan skor APGAR. Skor APGAR biasanya dinilai 1 menit setelah bayi
lahir lengkap pada skor APGAR menit 1 ini menunjukan beratnya ASFIKSIA yang
diderita dan untuk menentukan pedoman resusitasi dan perlu juga dinilai setelah 5
menit bayi lahir karena hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan morbiditas dan
mertilitas neonatal.

6
D. TINDAKAN PADA ASFIKSIA NEONATORUM
Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi BBL sebelum resusitasi
dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :
1. Faktor waktu sangat penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal
harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan
ditentukan secara adekuat (Prawiroharjo, 2002).

E. PRINSIP DASAR RESUSITASI YANG PERLU DIINGAT IALAH :


1. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan
tetes bebas serta merangsang timbulnya pernapasan
2. Memberi bantuan pernapasan secara efektif pada bayi yang menunjukan usaha
pernapasan lemah
3. Melakukan koraksi terhadap asidosis yang terjadi
4. Menjaga agar sirkulasi tetap baik (Wiknjosastro, 1999)

F. CARA RESUSITASI
1. Letakkan bayi dilingkungan yang hangat keudian keringkan tubuh bayi dan selimuti
tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (sniffing positor)
4. Hisap lendir dengan menghisap lendir dec dari mulut apabila sudah bersih
kemudian lanjutkan kehidung
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-
usap punggung bayi.
6. Nilai Pernapasan
1. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10, denyut jantung > 100 x /menit. Nilai warna kulit jika merah /
sianosis perifer lakukan observasi. Apabila baru diberikan O2. denyut jantung <
100% / menit lakukan ventilasi tekanan positif.
2. Jika pernapasan megap-megap lakukan ventilasi tekanan positif
7. Ventilasi tekanan Positif /PPV dengan memberikan O2 100% melalui anbubag atau
masker.

7
masker harus menutupi hidung dan mulut tidak menutupi mata. jika tidak ada
ambubag beri bantuan nafas mulut kemulut. Kecepatan PPV 40-60 x/menit.
8. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik. Hasil kalikan 10
1. > 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan
2. 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV
3. 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV disertai
kompresi jantung
4. < 10 x/ menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung
9. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jangtung dengan ventilasi ada 3:1 ada 2 cara kompresi
jantung
1. Kedua ibu jari menekan stemum sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi
tubuh bayi
2. Jari tengah dan telunjuk menekan stemum dan tangan lain menahan belakang
tubuh bayi
10. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi ada
11. Denyut jantung 80 x / menit kompresi jantung dihentikan lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
12. Jika denyut jantung 0 atau < 10x/menit. Lakukan pemberian obat epineprin
1 : 10.000 dosis 0,2 0,3 ml/ Kg BB IV
13. Lakukan penilaian denyut jantung janin jika > 100x/menit hentikan obat
14. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis tiap 3-5
menit
15. Lakukan penilaian denyut jantung jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap
diatas dan tanpa ada hiporolemi beri natrikus dengan dosis 2 MEG / Kg BB secara
IV selama 2 menit.(Wiknjosastro, 1999)

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR


TERHADAP By. Ny. S DENGAN ASFIKSIA

Tanggal : 30 Juni 2009


Waktu : 12.30 WIB
Tempat: Rumah ibu

I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata
1. Bayi
Nama bayi : By. Ny. S
Tanggal/ Jam lahir : 30 Juni 2009 / 12.30 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Orang tua
Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. T
Umur : 24 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Karangdawa Rt 01/06 Margasari

2. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
kelainan darah seperti hemofillia dan anemia.
b. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit
kongenital seperti hidrosefalus, sindaktili dan polidaktili.
c. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit diabetes
mellitus dan penyakit jantung.
d. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit
hipertensi.
e. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit retardasi
mental seperti syndrom down dan syndrom turner.

9
f. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat gemelli.
3. Riwayat Kehamilan
a. G3 P2 A0
b. Usia Kehamilan : 9 bulan
c. ANC : 4 kali
TM I : 1 kali di bidan
TM II : 1 kali di bidan
TM III : 2 kali di bidan
d. HPHT : 25 September 2008
e. HPL : 2 Juli 2009
f. Riwayat Imunisasi TT : 3 kali
1) TT I,II : sudah
2) TT III : UK 4 bulan
g. Riwayat keluhan hamil muda : Mual
h. Riwayat keluhan hamil tua : Tidak ada
i. Riwayat konsumsi obat-obatan : Obat anti mual, obat tambah
darah dan vitamin.
j. Riwayat minum jamu : Tidak ada
4. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Minum : Belum
Makanan tambahan : Belum
Gangguan :-
b. Pola Eliminasi
1) BAB : Belum
Warna :-
Konsistensi :-
Gangguan :-
2) BAK : Belum
Warna : -
Gangguan : -
c. Pola Istirahat : -
d. Personal Hygiene
Mandi :-
Ganti baju :-
Ganti popok :-

10
B. Data Obyektif
1. Catatan Proses Persalinan
a. Waktu persalinan : 30 Juni 2009 jam 12.30 WIB
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Penyulit waktu persalinan : Tidak ada
e. Obat-obatan yang diberikan selama :
Kala I : Tidak ada
Kala II : Tidak ada
Kala III : Tidak ada
Kala IV : Tidak ada
f. Lama persalinan
Kala I : 7 Jam
Kala II : 15 Menit
Kala III : 5 Menit
Kala IV : 2 Jam
g. Ketuban pecah jam : Tanggal 30 Juni 2009 Jam 12.05WIB
Warna : Keruh
Bau : Khas
h. Tindakan segera setelah bayi lahir
1) Mengeringkan bayi : Ya
2) Pengisapan lendir : Ya
3) Perawatan pemotongan tali pusat : Ya
4) Resusitasi bayi : Ya
5) Menghangatkan bayi : Ya
i. Masalah bayi setelah lahir : Lilitan tali pusat, bayi tidak segera menangis
setelah lahir.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Apatis
Tanda-tanda Vital
Suhu : 360C
Nadi : 94 x/ menit, lemah
Respirasi : 40 x/ menit
BB : 3.000 gram
PB : 49 cm
LK : 34 cm

11
LILA/ LD : 10 cm/ 35 cm
b. Kepala-Leher
Kepala : Mesochepal, tidak ada caput succedenium, dan
tidak ada cepal hematoma
Ubun-ubun kecil : Tidak cekung, teraba rata
Ubun-ubun besar : Tidak cekung, terbuka, tidak menonjol
Sutura : Tidak ada moulage
Muka : Tidak ikterik, tidak sianosis, pucat
Mata : Tidak ikterik, reaksi terhadap cahaya kurang, tidak
ada perdarahan.
Hidung : Ada cuping, tidak ada secret, tidak ada polip dan
tidak ada epitaksis
Mulut : Tidak sumbing, palatum intake dan tidak ada oral
thrush.
Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada OMP dan
OMA.
Kulit : Tidak ada memar di kepala, kulit dan leher, tidak
ikterik dan tidak sianosis
Leher : Memanjang, mobilitas terbatas, tidak ada pelebaran
dan lipatan lemak
c. Thorak Anterior
Simetris, terdapat retraksi dinding dada dan tidak ada fraktur
d. Abdomen Anterior
Simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada infeksi tali pusat, kembung,
dan tidak ada hepatosplenomegali.
e. Genetalia
Terdapat kesesuaian dengan jenis kelamin laki-laki, testis sudah
turun di skrotum dan penis berlubang.
f. Anus
Tidak ada atresia ani
Ekstremitas atas: tidak bergerak aktif, warna biru
Ekstremitas bawah : tidak bergerak aktif, warna biru

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :-
b. Rontgen :-
c. USG :-

12
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Nomenklatur
By. Ny. S segera setelah lahir jenis kelamin laki-laki dengan asfiksia
Data Dasar :
Data Subjektif :
Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 30 Juni 2009 jam 12.30 WIB.
Data Objektif :
1. Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki pada tanggal 30 Juni
2009 jam 12.30 WIB.
2. KU : Lemah
Nadi : 94 x/ menit
Respirasi : 40 x/ menit
Suhu : 360C
3. BB : 3.000 gram
PB : 49 cm
LK : 34 cm
LD : 35 cm
LILA : 10 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Nilai Apgar
Waktu
No Aspek Yang Dinilai 0 1 2
1 5
1. Frekuensi denyut Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 1 2
jantung
2. Usaha Bernapas Tidak ada Lambat teratur Menangis kuat 1 2
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif 1 2
fleksi
4. Reaksi terhadap Tidak ada Gerakan sedikit Menangis 2 2
rangsangan
5. Warna kulit Biru / pucat Tubuh Seluruh tubuh 1 2
kemerahan kemerahan
ekstermitas biru
Muka : Pucat, tidak sianosis
Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung
Kulit : Tidak ikterik, tidak sianosis
Leher : Memanjang, mobilitas terbatas dan tidak ada lipatan lemak
Thorak anterior : Terdapat retraksi dinding dada dan tidak ada fraktur
Abdomen anterior : Kembung, tidak ada infeksi tali pusat dan tidak ada
hepatosplenomegali.

13
Ekstremitas : Kemampuan bergerak lemah, tangan dan kaki simestris
kanan dan kiri , tidak terdapat polidaktili dan sidaktili.
Reflek : Ada, lemah
B. Diagnosa Masalah
Gangguan pemenuhan O2
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan bayinya sesak nafas
2. Ibu mengatakan bayi tidak menangis saat lahir (menangis dengan rangsangan)
Data Objektif :
1. Suhu 360C
2. Respirasi 40 x/ menit
3. Terdapat lendir pada jalan nafas
4. Nafas masih terdapat ronkhi
C. Diagnosa Kebutuhan
Perawatan rutin, berikan kehangatan, bersihkan jalan nafas, keringka dan nilai
warna.
Data dasar
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan bayinya sesak nafas
Data Objektif :
1. Suhu 360C
2. Respirasi 40 x/menit
3. Apgar, pengaturan suhu
4. Tali pusat masih basah
5. Pemberian ASI eksklusif

III.DIAGNOSA POTENSIAL
1. Asfiksia sedang dan berat
2. Hipotermi berat / sedang
3. Infeksi tali pusat

IV. ANTISIPASI PENANGANAN SEGERA


1. Bersihkan jalan nafas
2. Keringkan tubuh bayi
3. Melakukan rangsangan taktil
V. INTERVENSI
1. Observasi keadaan bayi.
2. Cegah Kehilangan Panas

14
a. Bungkus bayi dengan handuk diatas perut ibu tali pusat
b. Hidupran radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi
3. Lakukan pembebasan jalan nafas
a. Bebaskan jalan nafas
b. Letakkan bayi pada posisi yang benar
c. Lakukan Sum Zuinger
4. Lakukan rangasangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi atau
b. Sentil
5. Lakukan penilaian bayi
a. Perhatikan dan nilai nafas bayi
b. Nilai warna kulit bayi
6. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Potong tali pusat dengan gunting tali pusat dan ikat tali pusat
c. Bungkus tali pusat dengan kassa steril
d. Ajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat
e. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur
f. Lakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
7. Lakukan Langkah awal resusitasi
a. Jaga Bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan rangsangan taktil
e. Reposisi
f. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur atau tidak

VI. IMPLEMENTASI
Jam 12.45 WIB.
1. Mengobservasi keadaan bayi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum bayi
apakah terjadi peningkatan atau penurunan.

2. Mempertahankan suhu tubuh bayi


a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada diatas perut ibu
bila tali pusat panjang.
Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk menghilangkan air
ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui

15
b. Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dari dada bayi
dengan meletakan bayi terlentang dibawah alat pemancar panas. Alat pemancar
panas, alat pemancar panas perlu disiapkan sebelum agar kasur tempat
diletakan bayi juga hangat.
3. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membebaskan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung dan mulut
bayi secara Zig zag dengan Kassa Steril segera setelah lahir
b. Meletakan bayi telentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah
dengan meletakan selimut atau handuk yang digulung dibawah bahu sehingga
bahu terangkat 2-3 cm
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lender mulut
dari hidung menggunakan slim zungier. Bila air ketuban bercampur mekonium
maka penghisapan dan trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium.
Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.
4. Melakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi kearah atas untuk melancarkan peredaran darah
b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat
menimbulkan atau mempertahankan pernapasan
5. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
b. Menilai warna kulit bayi
6. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat dan ikat tali pusat
c. Membungkus tali pusat dengan kassa steril
d. Mengajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat
e. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur
f. Melakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
Perawatan tali pusat
7. Melakukan resusitasi
a. Menjaga bayi agar tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi agar mempermudah jalan nafas
c. Menghisap lendir dengan menggunakan alat penghisap lendir deLee atau bola
karet
d. Mengeringkan dan melakukan rangsangan taktil pada bayi
e. Mengatur kembali posisi kepala dan selimut bayi
f. Melakukan penilaian pada bayi setelah melakukan tindakan resusitasi

16
VII. EVALUASI
Jam 13.15 WIB.
1. Keadaan umum bayi lemah, suhu 360C , Respirasi 40 x/menit
2. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
a. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c. Radian warmer telah melakukan pembebasan jalan nafas
3. Pembebasan Jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah dibersihkan
b. Bayit telah diposisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah dibersihkan
4. Rangsangan taktil telah dilakukan
5. Keadaan bayi suhu 360C , Respirasi 40 x/menit, Nadi : 110 x/mnt, warna kulit
kemerahan
6. Perawatan tali pusat telah dilakukan
7. Bayi bernafas spontan

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi
BBL sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :
1. Faktor waktu sangat penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal
harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan
ditentukan secara adekuat.

B. Saran
Untuk para tenaga kesehatan agar mengetahui tentang penyebab asfiksia sehingga
bisa mendeteksi sedini mungkin dan melakukan pencegahan-pencegahan terjadinya
asfiksia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawiro, 2002. Praktisi Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Prof. Dr. dr. 1992 Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
:Jakarta

Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis obstetric : Obstetric Fisiologis. Obstetric Patologi.Editor.


Delfi Lutan. Edisi 2. Jakarta : EGC

19

You might also like