You are on page 1of 31

TUGAS FINAL

MAKALAH EKOLOGI HEWAN


(Musang)

OLEH

NAMA : INDA YANI


STAMBUK : F1D115026
KELAS : B (BIOLOGI)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adaptasi Perilaku adalah proses penyesuaian diri pada makhluk hidup

terhadap perubahan yang terjadi dilingkungannya dalam tindakan atau aksi. Hal

itu merupakan kegiatan yang diarahkan dari luar dan tidak mencakup banyak

perubahan didalam tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup

(Suhara, 2010). Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam, misalnya

hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya

setelah memperoleh makanan. Lutra sumatrana merupakan berang-berang

berukuran sedang, dengan panjang sekitar 1,3 m dan berat sekitar 7 kg. Jari-jari

memiliki selaput renang yang penuh dengan cakar yang berkembang baik.

Bagian atas tubuh berwarna coklat tua, bagian bawah agak pucat dengan dagu

dan bibir bagian atas berwarna pucat terang. Seluruh rhinariumnya tertutupi

oleh rambut yang pendek dan berwarna gelap.

Hasil analisa DNA menyatakan jenis ini merupakan jenis tersendiri

yang sebelumnya beberapa ahli mempertimbangkan sebagai anak jenis dari L.

lutra. Jenis ini dianggap telah punah pada tahun 1998, namun saat ini beberapa

populasi masih ditemukan (IUCN, 2006). Satu bentuk adaptasi fungsional dan

perilaku adalah strategi reproduksi yaitu kemampuan meningkatkan peluang

untuk pembuahan dan meningkatkan kelangsungan hidup keturunannya. Dalam

kingdom animalia ada beberapa strategi reproduksi antara lain: dari tipe

reproduksi seksual dan aseksual, fertilasasi ekternal dan internal, system

perkawinan monogamy, poligami, jumlah keturunan banyak keturunan dan


sedikit keturunan (r-selected & k-selected), tempat perkembangan dan sumber

nutrisi bagi embrio (ovipar, ovovivipar, vivipar), pengasuhan anak (tidak ada,

orangtua tua tunggal, kedua orang tua, keluarga). Disamping itu mekanisme

feeding atau proses dimana organisme khususnya hewan membutuhkan

makanan yang bertujuan memperoleh bahan atau materi serta pengumpulan

atau perolehan energi untuk efektivitas hidupnya juga merupakan bantuk dari

adaptasi perilaku.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa defenisi dari musan atau berang-berang itu sendiri?

2. Spesies apa saja yang ditemukan pada kondisi hutan kawasan Taman

Nasional Kerinci Seblat?

3. Bagaimanakah proses reproduksi dari musang itu sendiri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui defenisi dari musan atau berang-berang itu sendiri

2. Untuk mengetahui Spesies yang ditemukan pada kondisi hutan kawasan

Taman Nasional Kerinci Seblat

3. Untuk mengetahui proses reproduksi dari musang itu sendiri

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Dapat mengetahui defenisi dari musan atau berang-berang itu sendiri


2. Dapat mengetahui Spesies yang ditemukan pada kondisi hutan kawasan

Taman Nasional Kerinci Seblat

3. Dapat mengetahui proses reproduksi dari musang itu sendiri


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Berang-berang atau Musang

Berang-berang atau merupakan kelas dari musang disebut sebagai

hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar

sungai, danau dan laut. Kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di

dekat air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian

besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut

menghabiskan sebagain besarhidupnya di laut. Berang-berang merupakan

binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk

bersenang-senang saja seperti berseluncur di permukaan air. Berbeda spesies,

berang-berang berbeda pula struktur social mereka, sebagian ada yang hidup

soliter dan sebagain besar ada yang hidup berkelompok (Susanto, 2013).

B. Adaptasi Perilaku

Deskripsi berang-berang Kingdom : Animalia Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Carnivora Subordo :

Carniformia Famili : Mustelidae Subfamili : Lutrinae Spesies : Lutra

sumatrana. Berang-berang (Lutrinae) merupakan anggota dari suku musang-

musangan (Mustelidae) yang mampu beradaptasi beraktifitas di dalam air.

Tubuh ditutupi oleh rambut yang kedap air, tungkai pendek dan jari memiliki

selaput renang. Kaki depan lebih pendek dari kaki belakang, ekor tertutup

rambut, tebal pada bagian pangkal dan meruncing ke ujung, bagian bawah

ekor pipih, dan pada beberapa jenis bagian atas ekor juga pipih. Terdapat

banyak rambut kaku disekitar hidung dan moncong yang sensitif terhadap
turbulensi air yang digunakan untukmencari mangsa. Memiliki telinga kecil

dan bulat. Telinga dan nostril dapat menutup ketika di dalam air. Kebanyakan

memiliki cakar kecuali pada beberapa jenis ( Susanti, 2013).

Berang-berang memiliki tubuh yang panjang dan ramping. Dibedakan

dengan Mustelidae lainnya dari kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk

hidup di dalam air dengan kaki yang memiliki selaput renang, ekor yang tebal

dan rambut yang tebal. Berang-berang (Lutrinae) hampir tersebar di seluruh

dunia kecuali pada daerah Australasia Penyebarannya lebih dipengaruhi oleh

tersedianya makanan yang cukup, air tawar dan vegetasi di sekitarnya untuk

beristirahat, grooming dan membuat sarang. Berang-berang utara (L. lutra)

merupakan jenis berang-berang yang memiliki penyebaran paling luas, dari

Eurasia sampai ke lingkaran Artika, dari Irlandia sampai ke Kamchatka, dan

ke selatan sampai ke Afrika Utara, Sri Lanka dan Indonesia. (Susanti, 2013).

C. Feeding (Mekanisme) atau Strategi suatu Organisme

Mekanisme (feeding) adalah suatu proses dimana organisme

khususnya hewan membutuhkan makanan yang bertujuan untuk memperoleh

bahan atau materi dan pengumpulan atau perolehan energi. Dengan makanan

yang diperolehnya suatu hewan akan memperoleh energi untuk efektivitas

hidupnya. Sedangkan pencarian makan (foraging) adalah suatu usaha

organisme dalam memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya.

Mencari makan memiliki keuntungan dan kesulitan. Keuntungannya adalah

mengumpulkan materi dan energi, yang dapat digunakan dalam pertumbuhan,

pemeliharaan dan reproduksi. Kerugian atau kesulitan hewan dalam mencari


makan yang seringkali di alami dalam mencari makan harus mengetahui akan

potensi dirinya untuk predator dan banyak menghabiskan waktu untuk

mencari makan serta tidak tersedia untuk kegiatan lainnya, termasuk

reproduksi. Seleksi alam harus mendukung perilaku mencari makan yang

memaksimalkan perbedaan antara keuntungan dan kesulitan mereka dalam

mencari makan (Diniyati, 2015).

Aktivitas makan ialah perilaku yang terjadi dari seekor hewan sasaran

untuk menggapai, mengolah, mengekstrasi (menghasilkan), memegang-

megang, mengunyah dan menelan makanan pada suatu sumber makanan

(misalnya: pohon, tanaman, serangga). Lamanya aktivitas makan ini sangat

berkaitan dengan terse dianya makan pada suatu sumber. Kadang-kadang

seekor hewan melewatkan waktunya berjam-jam pada suatu tempat (pohon),

tetapi aktivitas makannya berlangsung singkat (Diniyati, 2015).

.D. Strategi Feeding Berang-berang

Banyak jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin, dan

karena itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga tubuhnya

tetap hangat. Berang-berang pantai memerlukan makanan hingga 15% bobot

tubuhnya setiap hari, sementara kebutuhan berang-berang laut berkisar antara

2025% bergantung kepada temperature lingkungannya. Diperairan sedingin

100 C (500 F), seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan

perjam agar tetap bertahan hidup. Kebanyakan jenis berang-berang

menghabiskan hingga 5 jam perhari untuk berburu mangsanya, dan induk

berang-berang yang tengah mengasuh anaknya memerlukan waktu yang lebih


banyak,hingga 8 jam sehari. Ikan merupakan makanan utama bagi kebanyakan

berang berang. Sebagai selingan, berang-berang tertentu pandai membuka

cangkang kerang untuk memangsanya, sementara jenis lainnya cukup tangkas

untuk menangkap mamalia kecil atau burung di habitatnya. ketergantungan

kepada mangsa ini menyebabkan berang-berang rawan terhadap menurunan

populasi mangsa (Novarino, 2016).

E. Strategi Reproduktif Berang-Berang

Tujuan utama dari setiap spesies berkembangbiak adalah untuk

menghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak, yang disebut dengan

reproduksi. Reproduksi a seksual adalah reproduksi tingkat rendah dan hanya

melibatkan satu individu. Sedangkan reproduksi seksual reproduksi yang

melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina danmembutuhkan usaha

reproduksi yang tinggi. Hal ini karena: harus menemukan satu sama lain,

persaingan untuk pasangan, Reproduksi harus tepat dikoordinasikan, perawata

dilakukan untuk anaknya. strategi reproduksi yang unik telah dikembangkan

untuk memastikan keberhasilan reproduksi maksimum. Hewan tidak dapat

dengan mudah melakukan kopulasi dengan pasangannya karena sebagian

spesies dalam menemukan pasangan potensialnya harus melalui serangkaian

proses yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan

proses percumbuan. Perilaku kompleks dan unik inibertujuan untuk

memastikan bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama

dan dari jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi

fisiologis yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada
beberapa spesies, percumbuan juga memainkan peranan penting dalam

memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan kawin

dari beberapa calon (Desniwati, 2012).


III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Hutan Konservasi Prof. Dr. Sumitro

Djojohadikusumo yang merupakan kawasan Hak Guna Usaha (HGU) PT.

Tidar Kerinci Agung (TKA) dan berlokasi di Nagari Talao Sei Kunyit,

Kabupaten Solok Selatan dengan luas area 2.400 ha. Perkebunan ini terletak

pada 101o 26-101 o 40 BT dan 01 o25-01 o40 LS yang pada 101 26-101

40 BT dan 01 25-01 40 LS yang berada pada ketinggian 250-450 m dpl.

Kawasan tersebmemiliki curah hujan yang tinggi sehingga dadigolongkan

dalam iklim tipe A (sangat basah).

B. Cara Kerja

Penelitian ini dilakukan dengan metode perang kamera (camera trap)

yang ditempatkan pada jalpergerakan satwa atau jalur yang biasa dilewati

hewamamalia. Selain itu, metode pengamatan baik secaralangsung (direct

observation) maupun tidak langsung (indirect observation) juga dilakukan

yang meliputpenemuan jejak kaki (footprint), rambut, sarang, temberkubang,

suara, bekas cakaran, dan sisa makananPemasangan kamera didasarkan pada

pertimbangan bahlokasi pengambilan sampel harus dapat mewakili dmencakup

seluruh area. Posisi kamera diusahakan dapamenangkap foto dari sisi lateral

hewan yang melewati kamera (Albert 2013). Lokasi pemasangan

perangkamera di kawasan Hutan Konservasi PT. Tidar KeriAgung (TKA)

dapat dilihat pada Gambar 1.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada table berikut ini

yaitu:
B. Pembahasan

Pemeriksaan kamera dilakukan sebulan sekali dengan tujuan untuk

melihat hasil foto dan video, penggantian baterai, serta perawatan kamera. Foto

dan video hewan yang diperoleh selanjutnya diidentifikasi dengan

menggunakan buku panduan lapangan, yaitu Nowak dan Paradiso (1983),

Payne dan Francis (1985), Corbet dan Hill (1992), Payne et al. (2000), dan

Francis (2008).

Berang-berang atau merupakan kelas dari musang disebut sebagai

hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar

sungai, danau dan laut. Kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di

dekat air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian

besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut

menghabiskan sebagain besarhidupnya di laut. Berang-berang merupakan

binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk

bersenang-senang saja seperti berseluncur di permukaan air. Berbeda spesies,

berang-berang berbeda pula struktur social mereka, sebagian ada yang hidup

soliter dan sebagain besar ada yang hidup berkelompok.

Tujuan utama dari setiap spesies berkembangbiak adalah untuk

menghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak, yang disebut dengan

reproduksi. Reproduksi aseksual adalah reproduksi tingkat rendah dan hanya

melibatkan satu individu. Sedangkan reproduksi seksual reproduksi yang

melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dan membutuhkan

usaha reproduksi yang tinggi. Hal ini karena: harus menemukan satu sama lain,
persaingan untuk pasangan, Reproduksi harus tepat dikoordinasikan, perawata

dilakukan untuk anaknya. strategi reproduksi yang unik telah dikembangkan

untuk memastikan keberhasilan reproduksi maksimum. Hewan tidak dapat

dengan mudah melakukan kopulasi dengan pasangannya karena sebagian

spesies dalam menemukan pasangan potensialnya harus melalui serangkaian

proses yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan

proses percumbuan. Perilaku kompleks dan unik inibertujuan untuk

memastikan bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama

dan dari jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi

fisiologis yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada

beberapa spesies, percumbuan juga memainkan peranan penting dalam

memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan kawin

dari beberapa calon hewan jantan.

C. Analisis Data

Data spesies hewan mamalia yang sudah teridentifikasi disajikan dalam

bentuk tabel (Tabel 1). Masing-masing spesies dideskripsikan berdasarkan

jumlah foto, lokasi pemasangan kamera, jenis kelamin, usia, pola aktivitas, dan

pola pengelompokan. Pada pemasangan perangkap kamera selama penelitian

ini ditemukan 24 spesies mamalia yang tergolong dalam 13 famili dan 5 ordo.

Jumlah foto dan video mamalia sebanyak 655 foto dan 313 video. Baik

berdasarkan hasil foto maupun video, umumnya tidak dapat dibedakan spesies

dari individu yang sama. Kotoran Tapirus indicus dan keberadaan Hylobates

agilis yang ditemukan langsung di lapangan namun tidak tertangkap kamera


selama penelitian, mendokumentasikan total 26 spesies mamalia dari 15 famili

dan 6 ordo.

Hasil foto, video perangkap kamera, dan pengamatan di lapangan

menunjukkan bahwa mamalia lebih dominan ditemukan di daerah hutan

terbuka dengan vegetasi jarang dan sedang atau bekas jalur logging yang

didominasi tanaman bambu. Sebelas spesies mamalia dari 9 famili dan 5 ordo

dapat diamati baik langsung maupun tidak langsung selama penelitian. Selain

itu, pada penelitian ini juga didapatkan 9 spesies mamalia melalui perangkap

kamera (Tabel 1). Berdasarkan laporan IUCN, satu spesies tergolong dalam

kategori terancam punah (critically endangered), 2 spesies tergolong terancam

(endangered), dan 6 spesies tergolong rentan (vulnerable). Mamalia dari ordo

Carnivora seperti Panthera tigris sumatrae, Helarctos malayanus, Neofelis

diardi, Prionailurus bengalensis, dan Pardofelis marmorata ditemukan di

daerah yang vegetasinya cukup padat, terutama berdekatan dengan sungai

bekas jalur logging. Adapun Martes flavigula, Prionodon linsang, dan

Paradoxurus hermaphroditus ditemukan pada vegetasi hutan yang padat dan

jarang. Mamalia dari ordo Cetartiodactyla seperti Sus scrofa, Muntiacus

muntjak, Tragulus javanicus, dan Tragulus napu ditemukan hampir di seluruh

titik pemasangan perangkap kamera, baik di daerah hutan terbuka, daerah

dengan vegetasi padat dan jarang, ataupun pada jalur penebangan (logging).

Hasil penelitian Junaidi (2012) juga menunjukkan bahwa foto babi

hutan yang didapatkan merata di semua perangkap kamera yang terpasang.

Vegetasi hutan yang didominasi tumbuhan Dipterocarpaceae dan jauh dari tepi
hutan merupakan daerah yang paling banyak ditemukan Sus barbatus.

Semuanya titik pemasangan kamera didominasi oleh Macaca nemestrina,

sedangkan Macaca fascicularis hanya didapatkan 5 foto dan 12 video di daerah

hutan yang vegetasinya jarang dan pada jalur logging. Selain hasil foto yang

didapatkan, Presbytis melalophos dapat diamati langsung di lapangan. Mamalia

ini ditemukan di hutan yang vegetasinya jarang dan pada jalur logging

Hylomys suillus merupakan satu-satunya spesies dari ordo Eulipotyphla yang

ditemukan. Mamalia ini ditemukan di pinggang bukit di daerah hutan yang

vegetasinya padat.Ordo Rodentia didominasi oleh Hystrix brachyura yang

ditemukan di seluruh titik pemasangan kamera. Adapun Lariscus insignis,

Leopoldamys sabanus, Rattus sp., Maxomys sp., dan Niviventer sp. didapatkan

pada jalur logging dengan banyak kayu tumbang di sekitar titik pemasangan

perangkap kamera. Konversi lahan menjadi areal perkebunan kelapa sawit

belum memberikan dampak yang sangat mengganggu terhadap sebagian besar

spesies mamalia di kawasan hutan konservasi tersebut. Hal ini dibuktikan dari

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hewan mamalia lebih banyak

didapatkan jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang juga

menggunakan perangkap kamera, seperti oleh Hariadi (2012) yang menyatakan

bahwa di Hutan Harapan Sumatera Selatan (luas sekitar 52.170 ha dengan

menggunakan 36 perangkap kamera) didapatkan 23 spesiesmamalia dari 15

famili dan 7 ordo. Jumlah perangkap kamera yang digunakan dan lokasi yang

sangat luas jika dibandingkan dengan hutan konservasi PT. TKA, seharusnya

mendapatkan hasil yang jauh lebih banyak lagi. Tujuh belas spesies juga
ditemukan di hutan konservasi PT. TKA dari 38 spesies yang ditemukan oleh

Maddox et al. (2007) dengan penelitian selama kurang lebih 2 tahun. Sembilan

spesies lainnya yang didapatkan di hutan konservasi ini juga menambah jumlah

hewan mamalia pada keseluruhan bentang alam di sekitar areal perkebunan

kelapa sawit. Hal ini menggambarkan bahwa hutan konservasi PT. TKA masih

mampu menampung berbagai spesies hewan yang ada di dalamnya, baik dari

kondisi hutan yang masih dapat dijadikan sebagai habitat untuk hidup berbagai

macam jenis hewan maupun dari aspek ketersediaan makanan. Penjagaan dan

patroli yang dilakukan oleh satuan tugas penjaga hutan konservasi PT. Tidar

Kerinci Agung (Satgas HCV TKA) juga sangat membantu fauna di hutan

konservasi tersebut dari ancaman pemburu. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa hutan konservasi PT. TKA merupakan habitat yang sangat baik bagi

berbagai jenis hewan di kawasan tersebut, dan hasil penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai data acuan bagi pihak pengelola untuk kegiatan restorasi dan

konservasi hutan.
V.PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan yaitu:

1. Bahwa di Hutan Konservasi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo PT. TKA

telah ditemukan sebanyak 26 spesies hewan mamalia berdasarkan hasil foto

melalui perangkap kamera serta pengamatan baik langsung maupun tidak

langsung. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa jumlah spesies mamalia di

kawasan tersebut relatif lebih banyak dibandingkan hasil penelitian-

penelitian lain di Sumatera. Hal ini berkaitan dengan kondisi hutan yang

masih baik dan berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional

Kerinci Seblat (TNKS) meskipun sekaligus berbatasan langsung dengan

perkebunan kelapa sawit.

2. Berang-berang atau merupakan kelas dari musang disebut sebagai hewan

yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar sungai,

danau dan laut. Kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di dekat

air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian

besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut

menghabiskan sebagain besar hidupnya di laut. Berang-berang merupakan

binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk

bersenang-senang saja seperti berseluncur di permukaan air.

3. Tujuan utama dari setiap spesies berkembangbiak adalah untuk menghasilkan

jumlah keturunan yang lebih banyak, yang disebut dengan reproduksi.

Reproduksi aseksual adalah reproduksi tingkat rendah dan hanya melibatkan


satu individu. Reproduksi harus tepat dikoordinasikan, perawatan dilakukan

untuk anaknya. strategi reproduksi yang unik telah dikembangkan untuk

memastikan keberhasilan reproduksi maksimum. Hewan tidak dapat dengan

mudah melakukan kopulasi dengan pasangannya karena sebagian spesies

dalam menemukan pasangan potensialnya harus melalui serangkaian proses

yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan proses

percumbuan. Perilaku kompleks dan unik ini bertujuan untuk memastikan

bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama dan dari

jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi fisiologis

yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada beberapa

spesies, percumbuan juga memainkan peranan penting dalam

memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan

kawin dari beberapa calon hewan jantan.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan yaitu sebaiknya perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai sistem pencernaan musang, sehingga dapat

memberikan informasi yang lebih lengkap khususnya mengenai keterkaitan

antara pakan dan aktivitas pencernaan musang.


DAFTAR PUSTAKA

Diniyati, D., 2015, Satwa Yang Sering Ditemukan Pada Hutan Rakyat
Agroforestri Di Kabupaten Ciamis Dan Tasikmalaya, Barat, Jurnal Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(3): 642-646
Novarino, W., Rizaldi dan Fikri, H., 2016, Invertarisasi Spesies Mammalia Di
Hutan Konservasi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Solok Selatan,
Sumatera Barat, Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 2(1): 16-21
Susanti, T., 2013, Adaptasi Perilaku Berang-Berang Sumatera (Lutra Sumatrana)
Dalam Perspektif Pembelajaran Ekologi, Jurnal Edu-Bio, 4(2): 1-6
Susanto, T., 2013, Studi Anatomi dan Histologi Sistem Pencernaan Musang Luak
Paradoxurus hermaproditus Schreiber et al., 1989, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

You might also like