Professional Documents
Culture Documents
OLEH
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terhadap perubahan yang terjadi dilingkungannya dalam tindakan atau aksi. Hal
itu merupakan kegiatan yang diarahkan dari luar dan tidak mencakup banyak
perubahan didalam tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup
(Suhara, 2010). Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam, misalnya
hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya
berukuran sedang, dengan panjang sekitar 1,3 m dan berat sekitar 7 kg. Jari-jari
memiliki selaput renang yang penuh dengan cakar yang berkembang baik.
Bagian atas tubuh berwarna coklat tua, bagian bawah agak pucat dengan dagu
dan bibir bagian atas berwarna pucat terang. Seluruh rhinariumnya tertutupi
lutra. Jenis ini dianggap telah punah pada tahun 1998, namun saat ini beberapa
populasi masih ditemukan (IUCN, 2006). Satu bentuk adaptasi fungsional dan
kingdom animalia ada beberapa strategi reproduksi antara lain: dari tipe
nutrisi bagi embrio (ovipar, ovovivipar, vivipar), pengasuhan anak (tidak ada,
orangtua tua tunggal, kedua orang tua, keluarga). Disamping itu mekanisme
atau perolehan energi untuk efektivitas hidupnya juga merupakan bantuk dari
adaptasi perilaku.
B. Rumusan Masalah
2. Spesies apa saja yang ditemukan pada kondisi hutan kawasan Taman
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar
sungai, danau dan laut. Kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di
dekat air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian
binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk
berang-berang berbeda pula struktur social mereka, sebagian ada yang hidup
soliter dan sebagain besar ada yang hidup berkelompok (Susanto, 2013).
B. Adaptasi Perilaku
Tubuh ditutupi oleh rambut yang kedap air, tungkai pendek dan jari memiliki
selaput renang. Kaki depan lebih pendek dari kaki belakang, ekor tertutup
rambut, tebal pada bagian pangkal dan meruncing ke ujung, bagian bawah
ekor pipih, dan pada beberapa jenis bagian atas ekor juga pipih. Terdapat
banyak rambut kaku disekitar hidung dan moncong yang sensitif terhadap
turbulensi air yang digunakan untukmencari mangsa. Memiliki telinga kecil
dan bulat. Telinga dan nostril dapat menutup ketika di dalam air. Kebanyakan
hidup di dalam air dengan kaki yang memiliki selaput renang, ekor yang tebal
tersedianya makanan yang cukup, air tawar dan vegetasi di sekitarnya untuk
ke selatan sampai ke Afrika Utara, Sri Lanka dan Indonesia. (Susanti, 2013).
bahan atau materi dan pengumpulan atau perolehan energi. Dengan makanan
Aktivitas makan ialah perilaku yang terjadi dari seekor hewan sasaran
karena itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga tubuhnya
100 C (500 F), seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan
melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina danmembutuhkan usaha
reproduksi yang tinggi. Hal ini karena: harus menemukan satu sama lain,
proses yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan
memastikan bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama
dan dari jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi
fisiologis yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada
beberapa spesies, percumbuan juga memainkan peranan penting dalam
memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan kawin
Tidar Kerinci Agung (TKA) dan berlokasi di Nagari Talao Sei Kunyit,
Kabupaten Solok Selatan dengan luas area 2.400 ha. Perkebunan ini terletak
pada 101o 26-101 o 40 BT dan 01 o25-01 o40 LS yang pada 101 26-101
B. Cara Kerja
yang ditempatkan pada jalpergerakan satwa atau jalur yang biasa dilewati
seluruh area. Posisi kamera diusahakan dapamenangkap foto dari sisi lateral
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada table berikut ini
yaitu:
B. Pembahasan
melihat hasil foto dan video, penggantian baterai, serta perawatan kamera. Foto
Payne dan Francis (1985), Corbet dan Hill (1992), Payne et al. (2000), dan
Francis (2008).
hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar
sungai, danau dan laut. Kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di
dekat air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian
binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk
berang-berang berbeda pula struktur social mereka, sebagian ada yang hidup
melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dan membutuhkan
usaha reproduksi yang tinggi. Hal ini karena: harus menemukan satu sama lain,
persaingan untuk pasangan, Reproduksi harus tepat dikoordinasikan, perawata
proses yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan
memastikan bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama
dan dari jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi
fisiologis yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada
memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan kawin
C. Analisis Data
jumlah foto, lokasi pemasangan kamera, jenis kelamin, usia, pola aktivitas, dan
ini ditemukan 24 spesies mamalia yang tergolong dalam 13 famili dan 5 ordo.
Jumlah foto dan video mamalia sebanyak 655 foto dan 313 video. Baik
berdasarkan hasil foto maupun video, umumnya tidak dapat dibedakan spesies
dari individu yang sama. Kotoran Tapirus indicus dan keberadaan Hylobates
dan 6 ordo.
terbuka dengan vegetasi jarang dan sedang atau bekas jalur logging yang
didominasi tanaman bambu. Sebelas spesies mamalia dari 9 famili dan 5 ordo
dapat diamati baik langsung maupun tidak langsung selama penelitian. Selain
itu, pada penelitian ini juga didapatkan 9 spesies mamalia melalui perangkap
kamera (Tabel 1). Berdasarkan laporan IUCN, satu spesies tergolong dalam
dengan vegetasi padat dan jarang, ataupun pada jalur penebangan (logging).
Vegetasi hutan yang didominasi tumbuhan Dipterocarpaceae dan jauh dari tepi
hutan merupakan daerah yang paling banyak ditemukan Sus barbatus.
hutan yang vegetasinya jarang dan pada jalur logging. Selain hasil foto yang
ini ditemukan di hutan yang vegetasinya jarang dan pada jalur logging
Leopoldamys sabanus, Rattus sp., Maxomys sp., dan Niviventer sp. didapatkan
pada jalur logging dengan banyak kayu tumbang di sekitar titik pemasangan
spesies mamalia di kawasan hutan konservasi tersebut. Hal ini dibuktikan dari
famili dan 7 ordo. Jumlah perangkap kamera yang digunakan dan lokasi yang
sangat luas jika dibandingkan dengan hutan konservasi PT. TKA, seharusnya
mendapatkan hasil yang jauh lebih banyak lagi. Tujuh belas spesies juga
ditemukan di hutan konservasi PT. TKA dari 38 spesies yang ditemukan oleh
Maddox et al. (2007) dengan penelitian selama kurang lebih 2 tahun. Sembilan
spesies lainnya yang didapatkan di hutan konservasi ini juga menambah jumlah
kelapa sawit. Hal ini menggambarkan bahwa hutan konservasi PT. TKA masih
mampu menampung berbagai spesies hewan yang ada di dalamnya, baik dari
kondisi hutan yang masih dapat dijadikan sebagai habitat untuk hidup berbagai
macam jenis hewan maupun dari aspek ketersediaan makanan. Penjagaan dan
patroli yang dilakukan oleh satuan tugas penjaga hutan konservasi PT. Tidar
Kerinci Agung (Satgas HCV TKA) juga sangat membantu fauna di hutan
bahwa hutan konservasi PT. TKA merupakan habitat yang sangat baik bagi
berbagai jenis hewan di kawasan tersebut, dan hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai data acuan bagi pihak pengelola untuk kegiatan restorasi dan
konservasi hutan.
V.PENUTUP
A. Simpulan
penelitian lain di Sumatera. Hal ini berkaitan dengan kondisi hutan yang
yang lincah dan aktif, memburu mangsanya diperairan atau didasar sungai,
danau dan laut. Kebanyakan jenis berang-berang hidup dan tinggal di dekat
air, masuk ke air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian
binatang yang senang berain, tidak jarang mereka beraktifitas hanya untuk
yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi yang dinamakan proses
bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama dan dari
jenis kelamin yang berbeda serta keduanya berada dalam kondisi fisiologis
yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada beberapa
B. Saran
Diniyati, D., 2015, Satwa Yang Sering Ditemukan Pada Hutan Rakyat
Agroforestri Di Kabupaten Ciamis Dan Tasikmalaya, Barat, Jurnal Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(3): 642-646
Novarino, W., Rizaldi dan Fikri, H., 2016, Invertarisasi Spesies Mammalia Di
Hutan Konservasi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Solok Selatan,
Sumatera Barat, Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 2(1): 16-21
Susanti, T., 2013, Adaptasi Perilaku Berang-Berang Sumatera (Lutra Sumatrana)
Dalam Perspektif Pembelajaran Ekologi, Jurnal Edu-Bio, 4(2): 1-6
Susanto, T., 2013, Studi Anatomi dan Histologi Sistem Pencernaan Musang Luak
Paradoxurus hermaproditus Schreiber et al., 1989, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.