Professional Documents
Culture Documents
Modul Perkuliahan
Oleh
Dr. Tinjung Mary Prihtanti, SP.MP.
0
PENGANTAR
Deskripsi
Modul ini masih banyak kekurangannya. untuk itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan
untuk penulisan selanjutnya.
1
DAFTAR ISI
2
I. RUANG LINGKUP dan KONSEP SOSIOLOGI dan
SOSIOLOGI PERTANIAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami definisi dan konsep-konsep dasar ilmu
Sosiologi dan Sosiologi Pertanian serta memahami latar belakang
berkembangnya ilmu sosiologi.
SOCIUS = LOGOS =
Teman, bersama omongan, diskusi
SOCIOLOGY
3
Definisi Sosiologi
1928 Pitirin Sorokin = hubungan dan pengaruh timbal balik gejala sosial
budaya dari sudut umum
1951 FF Cuber = hubungan timbal balik antar manusia
1955 RM Mc Iver & CH Page = hubungan sosial dan dengan seluruh
jaringan hubungan itu (masyarakat)
1964 Selo Soemardjan & Soelaiman Soemantri = struktur (keseluruhan
jalinan antara unsur-unsur yang pokok seperti kaidah-kaidah sosial,
lembaga sosial, kelompok sosial, dan lapisan sosial) dan proses-proses
sosial (berupa pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan
bersama), termasuk perubahan sosial
1983 ER Babbie = telaah kehidupan sosial, mulai dari interaksi sampai
hubungan global antar bangsa.
Roucek & Warren = ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia
dalam kelompok-kelompok.
Max Weber = sosiologi adalah ilmu tindakan sosial
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff = sosiologi adalah penelitian
ilmiah interaksi sosial dan hasilnya.
JAA van Doorn dan CJ Lammers = sosiologi adalah ilmu tentang
struktur dan proses kemasyarakatan yang stabil.
Paul B. Horton = sosiologi adalah ilmu kehidupan kelompok dan
produknya
Sorjono Soekamto = sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan umum
William Kornblum = sosiologi adalah upaya ilmiah mempelajari
masyarakat dan perilaku sosial anggotanya
Allan Johnson = sosiologi mempelajari kehidupan dan perilaku dalam
sistem sosial
Mayor Polak = sosiologi mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan,
hubungan antara manusia dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, baik kelompok formal maupun material, baik kelompok statis
maupun dinamis.
4
persamaan, kebebasan, justru mengundang kekuatiran ke pola yang
lebih buruk yaitu anarkis. Dari kekuatiran tersebut, ilmuwan berusaha
mencari jawaban persoalan agar perubahan tidak terjerumus ke situasi
yang buruk.
Sosiologi Modern perkembangan dari sosiologi klasik di Amerika
Serikat dan Kanada. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan industri
membawa gejolak kehidupan sosial perkotaan mendorong sosiolog
mencari jalan keluar persoalan tersebut.
Perkembangan Sosiologi di Indonesia
- Dalam sastra Jawa, ajaran wulang reh Sri Paduka Mangkunegoro
IV dari Kraton Surakarta mengajarkan pola hubungan antar anggota
masyarakat Jawa dari kelas yang berbeda
- Ajaran Ki Hajar Dewantoro memberikan sumbangan pemikiran
tentang dasar kepemimpinan dan keluarga dalam konsep ing ngarsa
asung tulada, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani
- Sebelum PD II sosiologi sebagai pelengkap mata kuliah bidang
hukum di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta meski tahun 1934-1935
justru dihilangkan
- Setelah PD II setelah Proklamasi Kemerdekaan Prof Mr. Soenario
Kolopaking memberikan kuliah sosiologi di Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta
- Penerbitan buku-buku sosiologi olah Mr. Djody Gondokusumo dan
sosiolog- Indonesia lainnya
5
Perspektif Sosiologi
Adalah asumsi sifat obyek kajian sosiologi, beberapa diantaranya:
1. Perspektif evolusionis pada pola perubahan dan perkembangan di
masyarakat
2. Perspektif interaksionis pada interaksi sosial
3. Perspektif fungsionalis masyarakat sebagai jaringan kelompok yang
bekerja sama secara terorganisir dan memiliki seperangkat aturan dan
nilai
4. Perspektif konflik pertentangan mdalam masyarakat adalah akibat
produk interkasi itu sendiri
6
sosiolog terbagi menjadi 5 yang mampu memberikan alternatif pengembangan
karir sosiologi.
1. Sebagai Ahli Riset (Peneliti)
Tugas utama seorang sosiolog adalah mencari dan mengorganisasi ilmu
pengetahuan tentang kehidupan sosial. Melalui penelitian sosial,
seorang sosiolog akan menjelaskan segala hal yang terjadi di dalam
masyarakat dengan metode ilmiah sehingga menjadi lebih jelas bukan
lagi berdasar cerita-cerita fiktif atau tahayul semata.
2. Sebagai Konsultan Kebijakan (Pengamat)
Sosiolog dapat membantu meramalkan pengaruh dari suatu
kebijaksanaan sehingga dapat memberikan sumbangan dalam pemilihan
kebijakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Termasuk didalamnya
pengaruh kebijakan tersebut bagi kehidupan masyarakat secara luas.
3. Sebagai Teknisi
Sumbangan sosiologi dalam perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan masyarakat, memberi saran-saran dalam hubungan masyarakat,
hubungan antar karyawan, masalah moral atau hubungan antar
kelompok dalam suatu organisasi, penyelesaian berbagai masalah
tentang hubungan antar manusia. Artinya, inilah saatnya sosiologi
sebagai ilmu terapan yang mengkaji bidang khusus antara lain sosiologi
pedesaan/perkotaan, sosiologi industri, psikologi sosial, sampai sosiologi
organisasi.
4. Sebagai Guru
Kegiatan mengajar adalah karir utama bagi sosiolog, meskipun
kenetralan nilai versus komitmen nilai masih menjadi perdebatan.
Sosiologi harus mampu keluar dari indoktrinasi sebagai
pengembangan kode etik sebagai guru.
5. Sebagai Relawan Sosial
Peran ini berkaitan dengan ciri sosiologi yang bebas nilai, yang mencoba
menuntut peran utama dalam pengambilan keputusan tentang
kebijaksanaan umum dan melibatkan diri dalam masalah utama
masyarakat yaitu sebagai relawan sosial.
Sosiologi Pedesaan
7
Suatu perdesaan (rural) dapat mencakup satu desa (village) atau
sejumlah desa.
Konsep berdasarkan waktu:
1. Era sebelum modernisasi
2. Era pada saat modernisasi
3. Era globalisasi
8
2. Sistem dasar masyarakat.
3. Proses perubahan sosial.
Sosiologi Pertanian
9
1952, didirikan Perhimpunan Peneliti untuk Politik Pertanian dan
Sosiologi Pertanian.
1953, terbit setahun dua kali majalah sejarah pertanian dan sosiologi
pertanian. Sosiologi pertanian diajarkan di semua fakultas pertanian di
Jerman Barat.
Setelah Perang Dunia II, sosiologi pertanian bangkit di negara-negara
Eropa terutama di Belanda, Prancis, Norwegia, Inggris, Itali.
Di semua negara-negara Timur, paling lambat sejak tahun 1960-an
sosiologi pertanian naik daun.
1957, didirikan Perhimpunan Sosiologi Pedesaan Eropa, yang
menyelenggarakan kongres dua tahun sekali dan menerbitkan majalah
Sosiologia Ruralis dalam bahasa Inggris, Perancis dan Jerman.
1913, terbit buku pelajaran sosiologi pertanian pertama yang ditulis oleh
John M. Gillette
Sosiologi pertanian dikenal di Amerika Latin setelah PD II. Muncul
sebagai prodi di Meksiko, Brasilia, dan Chili. Tahun 1969 didirikan
perhimpunan sosiologi pedesaan Amerika Latin
Pelembagaan sosiologi Pertanian dan Pedesaan yang bersifat
internasional di Asia Tenggara terhambat karena kesulitan bahasa dan
budaya serta kurangnya sarana.
Konferensi regional Asia untuk penelitian dan pengajaran sosiologi
pedesaan di Los Banos Filipina (1971) merupakan langkah pertama di
Asia Tenggara yang bsifat internasional.
Di negara-negara kepulauan Pasifik, terutama di Australia kurang ada
keinginan membangun sosiologi pertanian dan pedesaan.
TUGAS 1:
10
II. INTERAKSI SOSIAL dan PROSES SOSIAL
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami konsep-konsep dasar interaksi sosial dan
proses sosial serta memahami permasalahan-permasalahan sosial di
komunitas pertanian pada khususnya dan permasalahan sosial yang
lebih luas pada umumnya.
Kemampuan memahami suatu masyarakat sangat diperlukan dalam
upaya melakukan interaksi dengan masyarakat tersebut. Keberhasilan
dalam memahami masyarakat melalui pemahaman bentuk-bentuk proses
sosial dalam masyarakat, baik dalam konteks masyarakat luas maupun
dalam konteks suatu keluarga. Untuk memahami proses-proses sosial
dalam masyarakat dan keluarga sangat diperlukan dalam upaya
memahami suatu masyarakat.
Proses Sosial
11
Interaksi Sosial
12
Proses Sosial yang Assosiatif (mendekatkan):
a. Kerjasama (cooperation)
Motivasi kerjasama (Chitambar, 1973):
1. kepentingan pribadi,
2. kepentingan umum,
3. altruistik,
4. tuntutan situasi,
5. gotong-royong,
6. tolong-menolong
7. musyawarah
b. Akomodasi
(proses) = menunjuk pada usaha orang atau grup untuk meredakan
pertentangan, mencapai kestabilan atau kelangsungan hubungan antar
grup
(hasil interaksi sosial) = menunjuk pada suatu keadan dimana
terdapat keseimbangan baru setelah pihak yang berkonflik berbaikan
kembali
c. Asimilasi
Syarat : ada kelompok manusia yang berbeda kebudayaan, anggota
kelompok saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang
lama dan kebudayan masing-masing kelompok berubah dan saling
menyesuaikan diri
A C B
a. Persaingan
Tipe : persaingan bersifat pribadi dan tidak bersifat pribadi
13
Bentuk : persaingan di bidang ekonomi, kebudayaan, persaingan
mendapatkan kedudukan dan peranan dalam masyarakat, persaingan
perbedaan ras.
b. Konflik
Sumber : pengusaan tanah atau sumber ekonomi, kedudukan atau
gengsi sosial politik dan perjodohan-perkawinan
c. Kontravensi
Bentuk : umum, sederhana, intensif, rahasia dan taktis
Perubahan Sosial
14
2. pola bertindak dan kelakuan dalam kegiatan bermasyarakat dan
3. pola sarana benda-benda (fisik).
Tiga wujud itu berturut-turut lebih sering dikenal dengan sebutan jiwa
(misalnya jiwa sosialisme, jiwa gotong-royong, dsb), dan teknologi (yaitu
"persambungan" anggota badan atau pikiran manusia dalam menguasai
lingkungannya), misal dalam "sarana teknologi" dalam mengerjakan sesuatu
melalui kegiatan gotong-royong (contoh : alat ani-ani dalam pekerjaan
memotong pada secara beramai- ramai).
Tingkat Nilai Budaya Merupakan tingkatan "yang paling abstrak dan luas,
mencakup ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam
kehidupan masyarakat".
Nilai-nilai utama itu dapat diperjelas menurut orientasi (pengarahan)
masing-masing jika kita membedakan beragam bidang perhatiankehidupan
atau masalah pokok (hakiki). Jumlah nilai budaya dalam suatu pola
kebudayaan umumnya tak banyak (contoh 5 dalam Pancasila).
Kluckhon menunjuk pada 5 masalah pokok masing-masing dengan beragam
pengarahannya (orientasi), yaitu masalah :
a. Hakekat bidang manusia (apa tujuan hidup di dunia ini)
b. Hakekat karya manusia (untuk apa berkarya, untuk
nafkahkedudukan, dsb)
c. Hakekat kedudukan manusia dalam ruang waktu (pandangan
masa lampau, kini dan masa mendatang)
d. Hakekat hubungan manusia dengan lingkungan alam (tunduk
atau menguasai alam)
e. Hakekat hubungan manusia dengan manusia lain (keterganngan
pada sesama lapisan, pada lapisan atas atau swa-sembada).
15
dari satu generasi ke generasi berikutnya, sambil terjadi pula penyesuaian-
penyesuaian baru. Pola kebudayaan itu dapat mengalami perobahan,
karena penemuan sesuatu yang baru, yang berasal dari dalam masyarakat
itu sendiri atau karena menerima unsur dari luar lewat penularan (difusi).
Jika sesuatu unsur baru telah tampak diterima dalam suatu pola
kebudayaan, dikatakan bahwa hal baru itu telah membudaya: dalam arti
paling jauh, diterima karena dirasa sesuai dengan pandangan hidup
masyarakat itu. Tapi sering salah satu wujud itu, suatu kelakuan, atau
alat-alat (teknologi) walau tampak diikuti atau dipakai umum secara
meluas, belum sampai diterima atau dihayati benar-benar oleh masyarakat
itu.
1. satuan analisis: kejadian sosial, interaksi sosial antara 2 org atau lebih
2. Dalam interaksi sosial perlu membedakan 3 hal, yaitu: orang-orang yg
bertindak (status & peranannya), masyarakat dan pola kebudayaan.
3. Sejumlah interaksi sosial dapat diglongkan dalam beragam jenis
hubungan sosial yang dibina oleh sejumlah orang, pelaku dari 1 atau 2
group
4. Beragam hubungan sosial tersebut dapat digolongkan dalam beragam
proses sosial, yaitu: yang mendekatkan orang (solodaritas) dan
menjauhkan orang (antagonistik).
16
III. DESA DAN MASYARAKAT AGRARIS
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami konsep-konsep interaksi sosial masyarakat
desa dan petani, serta memahami permasalahan-permasalahan sosial di
komunitas pertanian pada khususnya dan permasalahan sosial
masyarakat desa yang lebih luas pada umumnya.
Desa
Karakteristik desa :
1. Peranan kelompok primer sangat besar.
2. Hubungan bersifat intim/awet.
3. Homogen.
4. Mobilitas rendah.
5. Keluarga sebagai unit ekonomi.
6. Faktor geografis sebagai dasar pembentukan keluarga.
7. Populasi anak > dari kota.
17
Masyarakat
18
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Adapun pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan
sebagai pengisi waktu luang.
d. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama,
adat istiadat, dan sebagainya.
Salah satu pola pertanian adalah pola pertanian daerah rawa dengan sifat:
-. Perkampungan berpusat ditepi sungai.
-. Sumber kehidupan utama perikanan.
-. Bentuk perkampungan.
-. Tipe sawah pasang surut.
19
2. Raymond Firth : Peasan adalah petani yang mengusahakan usahatani
dengan skala kecil, teknologi sederhana, subsisten dan nafkah hidup
utamanya dari mengolah tanah.
Subsistensi :
1. Cara hidup yang minimalis ( utk tk. Hidup ).
2. Usaha yang dilakukan cenderung untuk sekedar hidup ( utk. produksi).
3. Derajat komersialisasi rendah.
4. Semua produksi yang dihasilkan utk. dikonsumsi
5. Tidak ada pengguna, penghasil dan pelayanan dari luar.
20
5. Rendahnya inovasi.
6. Fatalisme : rendahnya kemampuan perorangan untuk mengendalikan
masa depan
7. Tingkat aspirasi rendah.
8. Kurang terbiasa menangguhkan kepuasan
9. Pandangan yang sempit terhadap dunia.
10. Empati yang rendah.
Ciri no.1 untuk Indonesia tidak berlaku, karena kuatnya sifat gotong royong.
Aspek kultural :
1. Peasan dominan di Jawa.
2. Cultural focus dengan agama/kepercayaan sebagai elemen pokok.
3. Adat istiadat atau tradisi diidentikkan dengan budaya bagi masyarakat
kelompok kecil.
21
Pola budaya desa ( Wartheim )
1. Sebagian besar Jateng dan Jatim, pola desanya adalah petani dengan
lahan sawah. Petani disini mempunyai sifat tertutup, statis dan kurang
berorientasi pada keuntungan.
2. Sepanjang pantai, daerah berkembang dan kota pelabuhan. Penduduk
daerah pantai lebih terbuka dan cenderung berkembang.
3. Daerah pedalaman dengan pertanian ladang, masyarakatnya kurang
dapatmengadopsi program dengan baik.
Suatu hari seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya membawa anaknya ke
desa untuk menunjukkan kepadanya kehidupan orang-orang miskin. Mereka
tinggal beberapa hari di rumah seorang petani miskin. Sekembalinya di desa,
sang ayah bertanya kepada anaknya, Bagaimana munurutmu perjalanan kita
ini? Hebat, Ayah. Kata anaknya. Apakah kau melihat bagaimana orang-
orang miskin itu hidup? Ya. Lalu pelajaran apa yang dapat kau ambil dari
perjalanan itu? Tanya ayahnya cengan bangga. Aku sadar bahwa kita punya
dua anjing sedang mereka punya tempat. Kita punya kolam renang yang
luasnya sampai ke tengah kebun, sedang mereka mempunyai sungai yang tak
memiliki bintang-bintang di malam hari. Teras kita sampai ke halaman depan,
sedang mereka memiliki seluruh horizon. Kita memiliki tanah tempat tinggal
yang kecil, mereka memiliki halaman sejauh mata memandang. Kita mempunyai
pembantu-pembantu yang melayani kita, sedang mereka memberikan
pelayanan kepada orang lain. Kita membeli makanan kita, mereka memetik
sendiri makanan mereka. Kita memiliki pagar yang mengelilingi dan melindungi
kekayaan kita, mereka memiliki teman yang melindungi mereka.
Sampai di sini, sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Kemudian anaknya
menambahkan, Ayah terima kasih engkau telah menunjukkan betapa
miskinnya kita.
22
TUGAS 2:
23
Contoh acuan pertanyaan (keusioner):
Produksi
Jumlah Terkena Jumlah Dijual Harga Jumlah Untuk apa saja yang tidak dijual
produksi serangan yang kemana? jual yang tidak Konsumsi benih Sum- stok lainnya
OPT dijual dijual RT bangan
Interaksi Sosial
No Interaksi Sosial Uraian Jumlah petani %
Assosiatif
1. Kerjasama
2.
Dissosiatif
1. Persaingan konflik
2.
24
IV. MORAL EKONOMI PETANI
Tujuan Umum:
Mahasiswa memahami moral ekonomi yang melatarbelakanhi tindakan
ekonomi masyarakat pertanian.
Deskripsi
Moral ekonomi menjadi topik perbincangan yang semakin menarik
akhir-akhir ini seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi. Dalam kajian
sosiologi, Moral Ekonomi adalah suatu analisa tentang apa yang menyebabkan
seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam kegiatan
perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang berkemungkinan
besar sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan sosial. James C.
Scott mengajukan sebuah analisa tentang kehidupan petani sedangkan H.D.
Evers mengemukaakn teori tentang moral ekonomi pedagang.
Terdapat dua alasan mendaar yang menyebabkanisu moral ekonomi
menjadi pusat perhatian banyak kalangan.
1. Berkaitan dengan semakin intensifnya praktik fair trade yang menurut
komitmen moral tinggi, baik di kalangan produsen maupun kalangan
konsumen.
2. Praktik kehidupan sehari-hari, tidak terbatas di dunia bisnis, semakin
menjauhkan sisi-sisi moralitas dalam kalkulasi ekonomi.
Perspektif ini memegang teguh prinsip ekonomi yang melandasi setiap
tindakan ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan
pengorbanan biaya yang serendah-rendahnya. Persoalan yang menyentuh
moral berkaitan dengan tindakan ekonomi yang di ambil menjadi biaya
eksternal. Komitmen moral konsumen adalah dalam penggunaan hak-hak
konsumen jika terdapat pelanggaran hukum maupun moral yang berkaitan
dengan produksi barang.[4]
25
Etika subsistensi tersebut, menurut james Scott (1976), muncul dari
kekhawatiran akan mengalami kekurangan pangan dan merupakan
konsekuensi dari suatu kehidupan yang begitu dekat dengan garis batas
dari krisis subsistensi. Oleh karena itu kebanyakan rumah tangga petani
hidup begitu dekat dengan batas-batas substensi dan menjadi sasaran-
sasaran permainan alam serta tuntutan dari pihak luar maka mereka
meletekkan landasan etika subsistensi atas dasar pertimbangan
prinsip safety first (dahulukan selamat).
Norma resiprositas merupakan rumus moral sentral bagi perilaku
antarindivindu: antara petani dengan sesama warga desa, antara petani
dengan tuan tanah, antara petani dengan negara.prinsip moral ini
berdasarkan gagasan bahwa orang harus membantu mereka yang pernah
membantu atau paling tidak jangan merugikan. Prisip moral ini
mengandung arti bahwa satu hadiah atau jasa yang diterima menciptakan,
bagi si penerima, satu kewajiban timbal balik untuk membalas satu hadiah
atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya membanding di kemudian
hari. Ini berarti bahwa kewajiban untuk membalas budi merupakan satu
prinsip moral yang paling utama yang berlaku bagi hubungan baik antara
pihak-pihak sederajat. James scott (1976) telah meletakkan dasar
stratifikasi sosial masyarakat petani atas tingkat keamanan subsistensi
mereka, bukan pada penghasilan mereka. Keamanan subsistensi mereka di
jamin oleh tuan tanah yang menjadi patron mereka.sedangkan lapisan
terbawahnya adalah buruh. kewajiban timbal balik untuk membalas satu
hadiah atau jasa dengan nilai
26
kehidupan kolektif dan hubungan sosial resiprokal saat menghadapi tekanan-
tekanan struktural dari hubungan kekuasaan baru yang mencengkam.
Tekanan struktural dari pasar kapitalistik, pengorganisasian negara kolonial
dan paskakolonial, dan proses modernisasi di Asia Tenggara mengacaukan
moral ekonomi itu dan menyebabkan kaum tani berontak.
27
pertukaran-pertukaran sosial di antara warga desa. Jaminan yang diberikan
desa dan ikatan patron-klien tertuju pada pemenuhan kebutuhan subsisten
warga desa.
Kondisi yang membentuk karakter dan ciri khas petani pedesaan sebagaimana
terurai di atas telah melahirkan apa yang oleh Scott (1983:3) dinamakan etika
subsistensi, yakni kaidah tentang benar dan salah, yang membimbing petani
dan warga komunitas desa mengatur dan mengelola sumber-sumber
kehidupannya (agraria) dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka di dalam komunitas. Dalam pilihan tindakan secara kolektif, prinsip
moral menekankan : (1) Pengorbanan yang harus dikeluarkan termasuk
risikonya, (2) Hasil yang mungkin diterima, bila menguntungkan maka mereka
akan ikut bila tidak mereka bersikap pasif (3) Proses aksi yaitu
dipertimbangkan tingkat keberhasilannya apakah lebih bermanfaat secara
kolektif atau tidak, (4) Kepercayaan pada kemampuan pemimpin atau
28
dapatkah sang pemimpin dipercaya atau tidak. Dengan demikian aksi-aksi
kolektif yang dapat dinilai mendatang keuntungan bagi mereka saja yang
diikuti atau didukung.
Ada dua perilaku ekonomi terkait penulisan scott yang dikritik popkin, yaitu:
1. perilaku ekonomi subsisten (Scott)
Perilaku ekonomi subsisten adalah perilaku ekonomi yang hanya
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup paling minimal. Perilaku
seperti itu tidak lahir dengan sendirinya atau sudah demikian adanya
(taken for granted), melainkan dibentuk oleh kondisi kehidupan
lingkungan alam dan sosial-budaya yang menempatkan petani pada garis
batas antara hidup dan mati, makan dan kelaparan.
2. perilaku ekonomi rasional (Popkin).
Perilaku ekonomi rasional kecenderungan masyarakat petani untuk
menganut pemikiran rational peasant. Seorang petani pemilik tanah yang
rasional tentu akan lebih suka memperkerjakan tetangganya sendiri
dengan dasar pertimbangan hubungan tolong menolong dan patron client,
daripada mengambil buruh tani di pasar bebas. Akan tetapi, tidak berarti
bahwa seorang pemilik tanah akan selalu tunduk kepada norma dan moral
pedesaan. Semua tergantung pada situasi dan kondisi pada masa dan
tempat tertentu. Meski mendapat kritik, tulisan Scott tetap menjadi
sumber khas dalam penelitian moral ekonomi petani di kawasan Asia
Tenggara khususnya untuk melihat etika subsistensi, sehingga
mendapatkan perhatian besar dari peneliti lain (seperti: Samuel Popkin
dan Sairin dkk) untuk mengkaji ulang penelitian Scott.
Dalam moral ekonomi ini setuju dengan pendapat james scott (1976-176)
yang menyatakan bahwa masyarakat petani umumnya dicirikan dengan tingkat
solidaritas yang tinggi dan dengan suatu sistem nilai yang menekan kan tolong
menolong, pemilikan bersama sumber daya dan keamanan subsistensi. Hak
terhadap subsistensi merupakan suatu prinsip moral yang aktif dalam tradisi
desa kecil. Dalam kondisi seperti ini pedagang menghadapi dilema yaitu
memilih antara memenuhi kewajiban moral kepada kerabat-kerabat dan
tetangga-tetangga untuk menikmati bersama pendapatan yang di perolehnya
sendiri di satu pihak dan untuk mengakumulasikan modal dalam wujud
barang dan uang di pihak lain.di luar desa para pedagang di hadapkan dengan
tuntunan anonim yang sering bersifat anarkis dan berasal dari pasar terbuka
dengan fluktuasi harga yang liar. Pedagang cendrung terperangkap ditengah
dan dalam hal ini bisa disebut sebagai tengkulak karena mereka tidak hanya
29
menaggung resiko kerugian secara ekonomi tetapi juga resiko terhadap
diskriminasi dan kemarahan petani.
Para pedagang dalam masyarakat petani telah mencoba mengatasinya
dengan cara-cara mereka sendiri. Evers (1994:10) telah menemukan 5 solusi
atau jalan keluar yangberbada yang di lakukan oleh para pedagang
menghadapi delema tersebut, yaitu:
1. Imigrasi pedagang minoritas
Kelompok minoritas baru dapat diciptakan melalui migrasi atau dengan etno-
genesis, yaitu munculnya identintas etnis baru. Contoh yang menarik dari
pemikiran ini adalah pedagang kredit yang sebagian berasal dari suku batak
dan beragama kristen yang melakukan aktivitas dagangnya di sumatera barat.
2. Pembentukan kelompok-kelompok etnis atau religius
Munculnya dua komoditas moral yang menekankan pentingnya kerja sama
tetapi tidak keluar dari batas-batas moral. Menurut evers (1994:8-9) ada
beberapa cara yang di lakukan agar hal ini dapat berlangsung. Satu
kemungkinan, misalnya menerima suatu agama baru atau menganut sebuah
agama sebgaimana yang di gariskan oleh aturan-aturan yang di tentukan
dengan memperlihatkan kegairahan dalam menjalankan aturan-aturan
tersebut. Dan kemungkinan lain menekankan nilai-nilai budaya hingga batas
menentukan identitas etnis milik sendiri. Hal ini berarti terdapat hubungan
kerja sama yang saling menguntungkan antara masyarakat pendesaan sumatra
barat dan pedagang kredit yang masing-masing memiliki komonitas moral
tersendiri, yaitu agama islam dan agama kristen.
3. Akumulasi status kehormatan (modal budaya)
Kembali kepada studi geerzt. (1963), kedermawan, keterlibatan dalam urusan
masyarakat, berziarah, menunaikan ibadah haji yang dilakukan oleh santri
memberi dampak kepada akumulasi modal budaya yang dimiliki. Dengan kata
lain, peningkatan akumulasi modal budaya berarti peningkatan derajat
kepercayaan masyarakat sehingga memudahkan pedagang untuk melakukan
aktivitasnya.
4. Munculnya perdagangan kecil dengan ciri ada uang ada barang
Dengan mengambil fenomena pedagang bakul di jawa, Evers melihat bahwa
para pedagang bakul kurang di tundukan oleh tekanan solidaritas desa di
bandingkan dengan pedagang yang lebih besar dan lebih kaya serta suka
pamer. Perdagangan kecil yang diperlihatkan diatas merupakan ciri-ciri
standar pada semua masyarakat petani.
5. Depersonalisasi (ketidakterlekatan) hubungan-hubungan ekonomi
Jika ekonomi pasar berkembang dan hubungan-hubungan ekonomi relatif
tidak terlekat atau terdiferensiasi, maka dilema pedagang diteransformasikan
kedalam dilema sosial semua pasar ekonomi.
Persoalan moral ekonomi menjadi topik perbincangan yang semakin
menarik akhir-akhir ini seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi.
30
Konsep moral ekonomi itu secara khusus menurut mellah dan madsen (1991)
dan block (2006) mendefinisikan moral ekonomi pertukaran ekonomi melalui
sentimen-sentimen dan norma-norma moral.
Persoalan-persoalan moral ekonomi yang sering terjadi di masyarakat
yaitu:
1. Seorang manajer pabrik pokok menghadapi delema moral ekonomi antara
menggunakan pilihan mekanisme pabrik sehingga mengakibatkan PHK
massal atau tetap menggunakan cara produksi lama dengan risiko
keuntungan yang di perolehnya tidak sebesar mengunakan mesin baru.
2. Seorang manajer pabrik gula menghadapi delema moral antara
melaksanakan ritual upacara yang dilakukan sebelum giling tebu pertama
kali. Upacara tersebut merupeken tradisi yang telah berlangsung puluhan
tahun dan dalam pelaksanaanya memakan biaya yang besar.
3. Segala macam bentuk suap, kolusi, korupsi, nepotisme, menipulasi dan
berbagai bentuk tindakan penyalahgunaan wewenang lainnya yang
dilakukan pejabat berwenang. Apalagi terjadi di tengah pnderitaan dan
kemiskinan masyarakat sekitar dengan tujuan memperkaya diri jelas
merupakan persoalan moral selain tentunnya persoalan hukum.
4. Berbagai bentuk moral hazzard (permanfaatan kesempatan sekecil
mungkin untuk tujuan memperkaya diri atau dalam bahasa jawa sering
diekspresikan dengan ungkapan) merupakan persoalan moral ekonomi.
Sebagai contoh dalam kebijakan pemerintah mengenai pengurangan
subsidi BBM akan dilakukan pembedaan harga bensin untuk mobil dan
motor.
5. Pada 1998, sesaat telah terjadinya krisis moneter, banyak masalah sosial
baru yang muncul, seperti anak jalanan.
31
V. LEMBAGA SOSIAL KEMASYARAKATAN DAN PERTANIAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa memahami kelompok sosial dan kelembagaan, organisasi sosial,
grup sosial di pedesaan, khususnya terkait aspek pertanian.
Teori Kelembagaan
Salah satu makna lembaga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: "pola
perilaku manusia mapan. terdiri atas interaksi sosial berstruktur di suatu
kerangka nilai yang relevant Sedangkan kelembagaan adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan lembaga. Uphoff (1992b) dan Fowler (1992): "an
institution is a complex of norms and behaviours that persists over time by
serving some socially valued purpose, while an organization is a structure or
recognized and accepted roles". Tiga kata kunci: sosial, nilai {norms), dan
perilaku {behaviours). Suatu institusi atau kelembagaan dapat berbentuk
organisasi atau sebaliknya. Menurut Chitambar Lembaga sosial merupakan
seperangkat pola-pola perilaku yang diterima dalam pola ajar (socialization),
termasuk peranan dan tata-cara (prosedur) yang diwajibkan. Lembaga-
lembaga sosial mempunyai struktur masing-masing dan berfungsi sebagai
satuan-satuan yang dapat dibedakan satu sama lain meskipun tidak jelas.
Tiap-tiap lembaga sosial sarat dengan nilai-nilai, peranan-peranan tertentu
dan tatacara bertingkah laku, ada yang berupa aturan tertulis, tetapi
umumnya tidak tertulis dan tanpa disadari orang nyata memberi dorongan
sosial pada warga masyarakat.
32
horizontal dan vertikal. Masyarakat pasar memiliki karakteritik hubungan
sosial berdasarkan kontrak dan mengutamakan pencapaian hal-hal baru.
Lembaga Sosial
33
mengenakan sanksi-sanksi dan cara-cara tertentu untuk tujuan
memuaskan kebutuhan- kebutuhan pokok masyarakat.
Landis : Lembaga-lembaga sosial adalah struktur kebudayaan formal
yang dibina untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan sosial pokok.
Koentjaraningrat : pranata sosial adalah suatu sistim tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada serangkaian aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks kebutuhan khusus dalam kebidupan masyarakat.
Soerjono Soekanto: Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan
daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Alvin L. Bertrand, menyatakan bahwa lembaga sosial merupakan tata
abstraksi yang lebih tinggi dari kelompok, organisasi maupun sistim-
sistim sosial lain. Ada pendapat bahwa wujud yang konkrit dari pada
lembaga sosial adalah asosiasi (association). Jika suatu universitas
adalah lembaga sosial, maka Universitas Satya Wacana, Universitas
Diponegoro, dsb merupakan contoh-contoh asosiasi.
Dari batasan-batasan diatas, tampak bahwa pokok persoalan dalam
memahami lembaga sosial terletak pada tekanan akan kebutuhan pokok
manusia dan sistem perilaku yang terorganisasi. Tekanan akan hal
tersebut menunjukkan ciri yang membedakannya dari konsepsi-konsepsi
lain, seperti kelompok dan organisasi.
Ada dua golongan pendapat dalam memahami lembaga sosial dan asosiasi,
yaitu :
Yang memandang baik lembaga maupun asosiasi sebagai bentuk-bentuk
organisasi sosial, hanya lembaga bersifat lebih universal dan penting ,
sedangkan asosiasi bersifat kurang penting dan bertujuan lebih
spesifik. Misalnya "negara" dan "keluarga" adalah lembaga, sedangkan
perkumpulan sepak bola, ketoprak plesetan dan serikat-serikat buruh
adalah asosiasi.
Yang memandang lembaga sebagai kompleks peraturan dan peranan-
peranan sosial secara abstrak, dan memandang asosiasi-asosiasi sebagai
bentuk-bentuk orgasisasi secara konkrit.
Organisasi Sosial
34
tuntutan zaman yang berubah. Beragam organisasi dapat dibina untuk
berbagai tujuan di beragam bidang kehidupan masyarakat.
Organisasi mengenal keanggotaan yang formil, status dan peranan.
Ada keanggotaan atas dasar sukarela : seseorang menjadi anggota
terdorong karena kepentingan perorangan secara khusus. Ada
keanggotaan yang dibatasi oleh persyaratan-persyaratan atas dasar
penilaian, misalnya menurut jenis kelamin, kecakapan, lapangan
pekerjaan, perhatian khusus dan lain-lain. Ada pula keanggotaan yang
disertai hak-hak tertentu dan membawa keuntungan- keuntungan,
tetapi sebaliknya juga membebankan kewajiban- kewajiban dan syarat
kepatuhan pada berbagai peraturan dan pedoman kerja.
Organisasi mempunyai struktur administrasi sendiri, dengan peranan-
peranan dan fungsi-fungsinya yang ditentukan secara tegas.
Organisasi menganut prinsip-prinsip dan beragam prosedur kerja dalam
mencapai tujuan-tujuan yang dijabarkan secara nyata. Umumnya
organisasi mempunyai suatu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang diwajibkan oleh undang-undang yang menjelaskan tujuan-
tujuan, aturan- aturan dan tata-kerja organisasi.
Organisasi membina sarana pengendalian sosial, wewenang dan cara
mengambil keputusan. Peraturan- peraturan suatu organisasi
menentukan dengan tegas wewenang, prosedur mengambil keputusan
dan pedoman kerja bagi perilaku para anggotanya. Organisasi
mendukung pula beberapa fungsi tambahan lainnya : Ia saluran bagi
usaha orang dalam memenuhi kepentingan-kepentingan individu.
Sekelompok orang dengan kepentingan bersama mendapat peluang
kerjasama untuk mewujudkan kepentingan itu. Ia juga saluran bagi
kegiatan secara berencana. Dengan mencapai tujuan-tujuannya, suatu
organisasi dapat mempengaruhi keputusan-keputusan orang banyak
dan mendorong pada perubahan sosial, (contoh : suatu organisasi
petani dapat mendorong terwujudnya landreform.) Organisasi dapat
berfungsi sebagai suatu wahana (arena) bagi suatu rencana kerja
(program) baru, yang kemudian dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat secara lebih luas.
Organisasi Pertanian
35
pengolahan, fungsi unit usaha pemasaran dan fungsi unit usaha keuangan
mikro. Dari segi pencapaian tujuan berupa fungsi unit usahatani dan fungsi
unit usaha sarana dan prasarana produksi yang telah dilaksanakan
memberikan manfaat bagi anggota Gapoktan
36
37
VI. PERUBAHAN SOSIAL DI PERTANIAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa memahami konsep perubahan sosial, penyebabnya, dan fenomena
perubahan sosial yang dapat terjadi pada bidang maupun masyarakat
pertanian.
38
Teori Teori Perubahan Sosial
39
berburu ke sistem pertanian atau terhadap sistem kekeluargaan
dalam masyarakat yang bersangkutan
(ii) Teori Revolusi
Perubahan sosial menurut teori revolusi adalah perubahan sosial
budaya berlangsung secara drastic atau cepat yang mengarah pada
sendi utama kehidupan masyarakat (termasuk kembaga
kemasyarakatan)
Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat berkembang secara
linier dan bersifat revolusioner, dari yang bercorak feodal lalu
berubah revolusioner menjadi masyarakat kapitalis kemudian
berubah menjadi masyarakat sosialis komunis yang merupakan
puncak perkembangan masyarakat. Suatu revolusi dapat
berlangsung dengan didahului suatu pemberontakan (revolt
rebellion). Adapun syarat revolusi adalah :
1. Ada keinginan umum mengadakan suatu perubahan
2. adanya kelompok yang dianggap mampu memimpin masyarakat
3. pemimpin harus mampu manampung keinginan masyarakat
4. pemimpin menunjukkan suatu tujuan yang konkret dan dapat
dilihat masyarakat
5. adanya momentum untuk revolusi
40
Adapun menurut Soerjono Soekanto faktor eksternal (diluar masyarakat
tersebut) penyebab perubahan sosial adalah :
1. sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik, misal gempa bumi, bencana
alam
2. peperangan
3. Pengaruh kebudayaan lain, yaitu melalui difusi, akulturasi dan asimilasi.
Adapun yang termasuk proses akulturasi adalah;
- Subtitusi yaitu unsur kebudayaan lama diganti dengan unsur
kebudayaan baru yang lebih berdaya guna
- Sinkretisme, yaitu unsur budaya lama bercampur dengan budaya baru
sehingga membentuk sistem baru
- Adisi, yaitu adanya unsur budaya baru yang ditambahkan kepada unsur
lama yang masih berlaku
- Dekulturisasi, yaitu adanya unsur budaya lama yang hilang
- Originasi, yaitu masuknya unsur unsur budaya yang sama sekali baru
sehingga membawa perubahan yang sangat besar
41
9. Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki
a. Dampak Positif
Dampak positif perubahan sosial adalah munculnya penyesuaian atau
akomodasi. Adanya penyesuaian memungkinkan dicapainya tahap
perkembangan sosial baru yang yang lebih maju dan lebih baik dari keadaan
sebelumnya. Proses tersebut dapat dicapai melalui reorganisasi atau
reintegrasi yaitu proses pembentukan norma norma dan nilai-nilai baru agar
serasi dengan lembaga lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami
perubahan
b. Dampak Negatif
Dampak negatif dari perubahan sosial adalah disintegrasi atau disorganisasi.
Kondisi tersebut meliputi hal sebagai berikut:
a. adanya disorientasi nilai dan norma. Oleh R.K. Merton disebut anomie
b. munculnya konflik sosial dan horizontal
c. tidak berfungsinya secara optimal berbagai pranata sosial yang ada
d. terjadinya berbagai bentuk kerusakan lingkungan dan bencana
pencemaran
e. munculnya krisis multidimensi
MODERNISASI
Pengertian Modernisasi
1. Alex Inkeles : modernisasi adalah sikap sikap tertentu yang menandai
manusia dalam setiap masyarakat modern
2. Astrid S.Susanto: modernisasi adalah proses pembangunan yang
diberikan oleh perubahan demi kemajuan
3. Oghburn dan Nimkoff : modernisasi tidak sama dengan reformasi yang
menekankan pada factor factor rehabilitasi. Modernisasi bersifat
preventif dan konstruktif
42
4. Soerjono Soekanto : modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial
yang biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed
change) yang didasarkan pada suatu perencanaan yang disebut sosial
planning
5. J.W. Schoorl : modernisasi merupakan penggantian teknik produksi
dari cara cara tradisional ke cara-cara yang tertampung dalam
pengertian revolusi industri. Schoorl merumuskan penerapan ilmu
pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas merupakan factor
penting dalam modernisasi
Dilihat dari definisi diatas modernisasi dapat dilihat sebagai suatu
perubahan fisik yaitu cara cara tradisional kearah modern atau
penggunaan teknologi atau mesin serta dari pola pikir yaitu pola pikir
tradisional menjadi pola pikir rasional. Praktis dan efisien
43
GLOBALISASI
44
3. Bergesernya nilai budaya akibat kemajuan di bidang teknologi dan
pengetahuan
4. Melemahnya etos kerja tradisional
5. Meningkatnya angka kriminalitas dan kenakalan remaja
6. Meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan
7. Menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi
Inovasi Difusi
45
VII. PENELITIAN SOSIOLOGI DAN PEMBANGUNAN
PERTANIAN
46
Ada banyak metode yang dilakukan para ahli dalam mempelajari sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan. Pada saat ini telah berkembang menjadi sebuah
metodologi penelitian untuk memperdalam dan menganalisis perubahan-
perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam
sosiologi (Horton & Hunt, 1984), antara lain:
a. Studi Cross-Sectional dan Longitudinal
Studi Cross-Sectional adalah studi yang meliput suatu daerah pengamatan
yang luas dalam suatu jangka waktu tertentu. Misalnya penelitian tentang
pengukuran kepuasan dan ketidakpuasan terhadap kinerja Presiden Susilo
Bambang Yudoyono selama satu tahun dengan penyebaran lokasi di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makasar.
Studi Longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang waktu yang
menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian observasi sebelum
dan sesudah. Misalnya melihat tingkat kemiskinan suatu daerah sebelum dan
setelah mendapatkan bantuan dengan daftar pertanyaan yang sama.
Secara sederhana, pengumpulan pendapat umum dalam skala nasional
disebut studi cross-sectional sedangkan penggunaan daftar pertanyaan yang
sama diulang dalam selang waktu akan diperoleh perbandingan disebut studi
longitudinal.
47
c. Metode Evaluasi
Ini biasa dilakukan untuk mengukur keefektifan suatu program kegiatan
dengan tujuan untuk melihat keberhasilan program melalui pengetahuan yang
ilmiah. Misalnya tentang evaluasi pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam pendidikan nasional kita. Biasanya dalam penelitian
evaluasi ini banyak menggunakan variabel yang harus dikendalikan dan tidak
mudah karena seringkali hasil kesimpulan yang ada dengan kenyataannya
berbeda.
48
Pendekatan dalam sosiologi membantu untuk memahami bahwa masyarakat
selalu mengalami perubahan dan melalui analisis sosiologis, perubahan
tersebut dapat diramalkan dan mencoba mencari alternatif pemecahan
masalahnya. Namun demikian, karena setiap pedekatan memiliki penafsiran
dan analisis yang berbeda tentang kehidupan sosial maka dalam
penggunaannya diperlukan fakta-fakta sosial melalui metode sosiologi
sehingga akan menghasilkan suatu gambaran yang komprehensif mengenai
kehidupan sosial.
Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan dalam tahap
perencanaan pembangunan maupun pelaksanaan pembangunan. Menurut
Soerjono Soekanto, pengetahuan sosiologi dapat diterapkan dan berguna
untuk kehidupan sehari-hari, misalnya untuk memberikan data-data sosial
yang diperlukan pada tahapan perencanaan, pencaharian, penerapan dan
penilaian proses pembangunan.
- Pada tahap perencanaan yang harus diperhatikan yaitu apa yang
menjadi kebutuhan sosial.
49
- Pada tahap pelaksanaan yang harus diperhatikan yaitu kekuatan
sosial dalam masyarakat serta proses perubahan social. Pada tahap
penerapan, perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan sosial
yang ada di dalam masyarakat. Dengan mengetahui kekuatan sosial
tersebut dapat diketahui unsur-unsur yang dapat melancarkan
pembangunan dan yang menghalangi pembangunan.
- Sementara itu pada tahap penilaian pembangunan,yang harus
dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak dari sosial
pembangunan itu. Hasil penelitian sosiologi dapat digunakan sebagai
bahan pada tahap evaluasi.
50
4. Keempat, pembandingan antara aspirasi rakyat dan aspirasi elite lokal
(yang belum tentu sama).
5. Kelima, penyesuaian rencana ekonomi, teknologi, dan politik (termasuk
sistem pemeliharaan) dengan aspirasi rakyat dan elite lokal, dan
sosialisasinya. Semua langkah di atas harus didasari dengan metode
partisipatoris di lapangan, yang menjadi ujung tombak perencanaan.
51