You are on page 1of 10

BAB 4 DEPARTEMEN PRODUKSI

4.1. Departemen Produksi

Department ini bertugas untuk bertanggung jawab dalam pembangunan konstruksi kapal, meliputi
outfitting, bahan atau material yang dibutuhkan dan proses pembuatannya (fabrikasi, assembling,
erection,).

Departemen produksi PT LMI menganut ssistem FOBS atau pembangunan kapal dengan blok-
blok assembly secara terpisah, hal ini dikarenakan:

1. Lebih modern.

2. Pekerjaan lebih cepat .

3. Pekerja lebih sedikit.

Adapun kekurangan dari sistem section yaitu,biaya awal mahal untuk pembelian beberapa alat
berat yang dibutuhkan dan sering terjadi miss alignment (penggabungan antar block).

4.2. Metode Pelaksanaan

1. Kontrak

Kesepakatan kontrak merupakan kesepakatan awal yang dilakukan oleh penyedia jasa dan
pengguna jasa untuk saling mengikat dan bekerja sama dalam melakukan pekerjaan bersama. Pada
proses pembuatan kapal yang dimaksud dengan penyedia jasa adalah galangan sedangkan yang
dimaksud dengan pengguna jasa adalah owner.

Pada umumnya penyedia jasa (galangan) mengikuti sebuah tender yang dibuat oleh pengguna jasa
untuk menggunakan layanan mereka dalam membangun sebuah kapal,jika penyedia jasa
(galangan) dapat memenangkan tender tersebut maka akan dilaksanakan kesepakatan kontrak
antara pihak galangan sebagai penyedia jasa dan owner sebagai pengguna jasa.

2. Persiapan Galangan

Persiapan galangan diawali dengan pembentukan kapro (kepala produksi) dan kemudian
dilanjutkan dengan penugasan personil untuk setiap proyek. Setiap proyek memiliki kepala
produksi (Kapro) yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses produksi proyek kapal
tersebut. Kepala produksi juga dibantu dengan personil galangan dan sub kontraktor jika
menggunakan jasa sub kontraktor. Hasil dari pekerjaan setiap hari atau minggunya harus
dilaporkan kepada kepala produksi oleh sub kontraktor yang mengerjakan pembangunan kapal
tersebut, selain itu kepala produksi wajib dan bertanggung jawab untuk selalu memantau pekerjaan
yang dilakukan oleh subkontraktor atau karyawan PT LMI sendiri.
Adapun penugasan kepada personil-personil yang dimiliki galangan tersebut ataupun
subkontraktor yang berasal dari pihak lain untuk mengerjakan proyek tersebut. Penugasan
subkontraktor kepada pihak lain diperbolehkan sepanjang masih berada di dalam koridor kontrak
yang disepakati.

3. Rancangan

Proses rancangan umumnya merupakan tanggung jawab dari divisi engineering. Sebab di dalam
proses ini diperlukan proses perancangan banyak gambar yang nantinya diperlukan dalam proses
produksi kapal. Rancangan dibuat sesuai dengan permintaan dari owner. Jika owner telah
memberikan suatu gambar kepada galangan maka galangan dapat langsung menggunakan gambar
dari owner tersebut. Namun umumnya sebelum digunakan, divisi engineering melakukan
pengkajian ulang untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada gambar rancangan
sebelumnya. Namun jika owner menyerahkan proses rancangan sepenuhnya kepada galangan,
maka divisi engineering berhak membuat rancangan baru yang mana harus sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diberikan oleh owner

4. Fabrikasi

Proses fabrikasi adalah proses awal dari tahapan produksi suatu kapal. Proses fabrikasi adalah
pembuatan komponen-komponen dari konstruksi lambung kapal tersebut secara keseluruhan.
Proses fabrikasi dibagi menjadi proses marking, cutting, dan pembentukan

Gambar 4. Marking dan cutting


Gambar 5. Bending Press

Gambar 6. Bending Roll

5. Assembling

Proses ini dilakukan untuk memudahkan proses erection nantinya. Assembling dilakukan setelah
proses fabrikasi selesai dilakukan. assembling merupakan proses pemasangan komponen-
komponen dari lambung kapal yang dilakukan di atas meja kerja. Umumnya assembling meliputi
penyambungan plat, pemasangan konstruksi penguat melintang maupun membujur, serta
perakitan profil-profil yang ada di kapal tersebut. Pada proses ini sudah dilakukan pengecekan
berkala oleh pihak perusahaan atau pihak kelas yang menangani kapal tersebut.

Proses assembling ini sendiri menjadi sederhana karena telah dilakukannya perakitan antar
komponen sebelumnya. Pada proses ini komponen-komponen kapal yang terpisah-pisah seperti
bottom, tanktop, side shell, dan main deck dirakit menjadi satu kesatuan blok 3 dimensi.
Gambar 7. Double Bottom Assembly

Gambar 8. Bulbous Bow Assembly

6. Erection
Gambar 9. Tahap erection kapal coaster

Erection adalah proses penyambungan dari setiap blok-blok yang telah dibangun. Blok-blok yang
telah dibangun disambung dengan menggunakan crane untuk mengangkat blok-blok tersebut.
Pada proses ini selain untuk penyambungan antar blok juga dilakukan pemasangan outfitting
kapal.

7. Launching

Proses launching dilakukan setelah seluruh proses erection dan pembangunan konstruksi buritan
serta konstruksi di bawah sarat air selesai dilakukan. Proses ini belum sempat dilihat dan dilakukan
pada saat kerja praktek di PT.LMI karena kapal yang dibangun belum jadi, namun melihat
perencanaan desain penempatan airbag oleh departmen design and engineering cukup bagus untuk
persiapan launching kapal.

8. Outfitting/Finishing dan Test

Finishing/Outfitting adalah tahapan yang dikerjakan setelah kapal berada di atas air. Umumya
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi tidak lagi dikerjakan pada proses ini.
Finishing yang dilakukan biasanya meliputi interior accommodation, painting, finishing hull
outfitting, finishing sistem perpipaan, dan finishing intalasi listrik. Selain itu proses loading
engine, gearbox, dan intermediate shaft dilakukan pada proses tahapan ini. Hal ini untuk mencegah
terjadinya deformasi pada sistem propulsi akibat launching jika proses loading engine, gearbox,
dan intermediate shaft dilakukan sebelum launching.
BAB 5 DEPARTEMEN SYSTEM

5.1. Sistem Perpipaan

Pemasangan sistem perpipaan dilakukan pada tahap erection, sementara pengerjaan pipa itu sendiri
dilakukan di bengkel outfitting. Pada tahap pemasangan pipa biasanya terjadi kendala dimana jalur
pipa memotong peralatan atau konstruksi kapal. Apabila jalur pipa tersebut menabrak maka yang
perlu dilakukan adalah membuat jalur membelok, namun tentu saja hal ini dapat berpengaruh pada
aliran pipa, sehingga perlu didiskusikan denga owner dan klas, apabila pipa memotong pelat
konstruksi maka perlu dilakukan penetrasi.

Gambar 10. Pengecekan Penetrasi pada Pipa

5.2. Sistem Permesinan

Departemen sistem divisi permesinan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua
perlengkapan permesinan terpasang sesuai prosedur yang berlaku, apabila terpaksa maka
diperlukan revisi dari gambar untuk menyesuaikan keadaan di lapangan. Pemasangan peralatan
mesin disesuaikan dengan engine layout yang diberikan departemen engineering.
Gambar 11. Main Engine

5.3. Sistem Kelistrikan dan Navigasi

Daya listrik kapal disuplai oleh generator. Pada kapal tanker H-288 terpasang dua unit main
generator dan satu unit emergency generator, serta baterai. Sistem kelistrikan kapal diatur dari
Engine control room melalui Main switch board atau MSB. Di dalam ECR ( Engine Control
Room) terdapat panel yang mengatur engine yaitu ECC ( Engine control console ).

Gambar 12. Main Switch Board


BAB 6 DEPARTEMEN QUALITY CONTROL / QUALITY ASSURANCE

Departemen QA/QC bertugas untuk memeriksa dan memastikan kualitas kapal sebelum
inspeksi dari klas dan owner, selain itu memastikan proses pembangunan kapal berjalan sesuai
dengan prosedur. Departemen QA/QC dibagi menjadi beberapa subdivisi yaitu hull construction,
machinery outfitting, hull outfitting, dan electrical outfitting,

6.1. Welding Check

Welding check dimaksudkan untuk menetapkan sistem pemeriksaan pengelasan (welding check)
dengan tujuan memastikan persiapan, proses pengelasandan hasil pengelasan sesuai dengan WPS
dan Welding Table. Welding check dilaksanakan mulai pada tahap persiapan sisi material yang
akan dilas, proses pengelasan dan hasil pengelasan.

Gambar 14. Porosity pada las

6.2. Dimention Check

Dimention check dimaksudkan untuk menetapkan sistem pemeriksaan dimensi blok dan ukuran
utama kapal dengan tujuan memastikan ukuran kapal memenuhi spesifikasi kontrak /standard yang
ditetapkan. Dimention check dilaksanakan dengan cara mengukur dimensi blok sebelum diereksi
dan ukuran utama kapal setelah diereksi/disambung.

6.3. Deformation Check

Dalam proses pembangunan kapal ada kemungkinan terjadi deformasi atau perubahan bentuk pada
pelat konstruksi kapal. Hal ini dapat mengurangi kekuatan struktur kapal itu sendiri, sehingga perlu
diperiksa
Gambar 15. Pemeriksaan deformasi

6.4 Hidrostatic Test

Hidrostatic test dimaksudkan untuk menetapkan sistem pemeriksaan kekedapan dan kekuatan
konstruksi terhadap tekanan air pada perpipaan, valve dan tangki tangki dengan tujuan
memastikan pada sistem pipa dan tangki tersebut tidak terjadi kebocoran dan deformasi. Hydro
Test dilaksanakan setelah welding check dengan tekanan air sebesar 1.5 kali tekanan kerja pada
pipa, valve dan pengisian air sampai pipa over flow untuk tangki.

Gambar 16. Leakage test


BAB 7 DEPARTEMEN PLAN AND PRODUCTION CONTROL

7.1. Tugas Departemen PPC

Departemen Plan And Production Control, mempunyai tugas sebagai berikut:


1. Membuat SBLC (Ship Building Line Chart)
Berisi info tentang proyek pembangunan kapal yang sedang berjalan dan menjelaskan
proyek sesuai kontrak.
2. Membuat jadwal produksi pembangunan kapal baru dan kurva S (tender)
Jadwal ini terdiri dari kapal yang sedang di bangun, penjadwalannya secara terpisah.
3. Membuat master schedule.
Dokumen yang berisi targetan proyek pembangunan kapal secara per-hari.
4. Membuat monthly schedule, diantaranya :
a. Memorandum dan lay out galangan
Berfungsi untuk mengatur deadline dan meja kerja proyek pembangunan kapal.
b. SPK (Surat Perintah Kerja)
c. Estimasi material
Menghitung material kapal yang dibutuhkan dalam satu proyek pembangunan kapal.
d. Monitoring material plat dan profil
Berfungsi untuk mendata material yang digunakan pada proses pembangunan,
kekurangan maupun bahan sisa dari pemakaian produksi.
5. NPM (Nota Permintan Material)
Adalah pendataan untuk material yang dibutuhkan dalam pembangunan kapal, baik
sebelum proyek dikerjakan maupun saat proyek sedang berlangsung.

You might also like