You are on page 1of 35

MAKALAH SISTEM SENSORI DAN PERSEPSI

GANGGUAN PENGLIHATAN TRAUMA ORBITAL DAN OKULAR


DENGAN PENYAKIT KONJUNGTIVITS

Disusun Oleh
Kelompok 1

1. Huzaepi
2. Yuni Setiawati
3. Farida
4. M. Awalludin
5. Riana Intan Sari
6. Ulva Anggraeni
7. Marianep
8. Neno Jawanta Sari
9. Widya Sukmawati
10. Diah Fitriani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
MATARAM
2014

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pantaslah kami ucapkan, karena berkat
bantuan dan petunjuk-Nyalah makalah kami dapat diselesaikan. Untuk itu kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini
kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami sengaja menyusun makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan
bahasa yang jelas supaya mudah dipahami. Karena kami menyadari keterbatasan
yang kami miliki, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, supaya
pembuatan makalah kami yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, November 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1. Definisi ............................................................................................. 3
2.2. Etiologi ............................................................................................. 3
2.3. Patofisiologi ..................................................................................... 4
2.4. Klasifikasi ........................................................................................ 5
2.5. Manifestasi klinik ............................................................................. 6
2.6. Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 7
2.7. Penatalaksanaan ............................................................................... 8
2.8. Komplikasi ....................................................................................... 10
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KONJUNGTIVITAS .......................................................................... 12
3.1. Pengkajian ........................................................................................ 12
3.2.Diagnosa ............................................................................................ 14
3.3.Perencanaan ....................................................................................... 14
3.4.Implementasi dan Evaluasi................................................................ 18
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITAS ....................... 21
4.1 Pengkajian ......................................................................................... 21
4.2 Diagnosa ............................................................................................ 27
4.3 Perencanaan ....................................................................................... 27
4.4 Implementasi ..................................................................................... 28
4.5 Evaluasi ............................................................................................. 29
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 30
A. Kesimpulan ...................................................................................... 30

iii
B. Saran .................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari
trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang
tulang yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk
mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi
tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak
mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan
lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang
menimbulkan perlukaan mata. Kebanyakan trauma mata adalah ringan,
namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat
terlihat lebih parah dari sebenarnya. Secara garis besar trauma ocular
dibagi dalam 3 kategori : trauma tumpul, trauma tajam dan trauma kimia.
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada
anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar
cedera mata yang parah. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera
akibat olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan yang
paling sering menyebabkan trauma mata. Terdapat sekitar 2,4 juta trauma
okuler dan orbita di Amerika serikat setiap tahunnya, dimana 20.000
sampai 68.000 dengan trauma yang mengancam penglihatan dan 40.000
orang menderita kehilangan penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya.
Hal ini hanya di dahului oleh katarak sebagai penyebab kerusakan
penglihatan Di AS dan trauma merupakan penyebab paling banyak dari
kebutaan unilateral.
Trauma okuli khemis meliputi 26,5% dari seluruh trauma okuli. Lebih
dari 23% pasien mengalami kecacatan penglihatan bilateral permanen.
Kelompok yang beresiko tertinggi adalah laki-laki usia muda. Sebagian
besar kecelakaan ini terjadi di tempat kerja atau rumah tangga. Trauma
okuli akibat basa lebih sering terjadi daripada asam dan memerlukan terapi

1
jangka panjang. Walaupun telah dilakukan penanganan medis yang
maksimal sulit untuk mencapai rehabilitasi.
Trauma okuli khemis dan thermis merupakan kedaruratan yang
memerlukan pengenalan dan penanganan segera. Pengenceran agen kimia
secara cepat merupakan penanganan yang diperlukan untuk mengurangi
kerusakan jaringan dan mempertahankan penglihatan. Luasnya kerusakan
mata sebanding dengan perbedaan pH bahan kimia dengan pH netral 7,4,
lama waktu kontak, dan jumlah bahan kimia.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2. Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5. Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6. Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7. Bagaimna penatalaksanaanya?
8. Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?

1.3. Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas Sistem Persepsi Sensori yang berjudul Konjungtivitis. Tujuan
umum penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita
tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga diharapkan kita semua terhindar
dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya Konjungtivitis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah,
sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata
merah atau pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan
luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan
kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)

2.2. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat
bersifat infeksius seperti :
a. Bakteri
b. Klamidia
c. Virus
d. Jamur
e. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun
imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,
penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organisme penyebab tersering
adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius.
Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu
dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung
klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.

3
2.3. Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila
ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva
berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran
dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita
oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul
tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya
penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan
ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan.
Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea
mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak
mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa
mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air
mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap
debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba
termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi,
hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada
stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva
melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin
dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang
menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang
tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada

4
hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan
menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau
badan siliare berarti kornea terkena.

2.4. Klasifikasi
1. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata
eksternal yang paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini
mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya ada
hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani,
bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-
obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah
kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap,
atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim,
juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
2. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga Pink Eye. Bentuk ini
adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah
sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
3. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis
bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
4. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya
disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga

5
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-
48 jam.
5. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat
pada bayi yang baru lahir.

2.5. Manifestasi Klinik


Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau
terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva,
terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan
perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi
hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan),
pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam
membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
a. Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
b. Rasa seperti terbakar
c. Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
d. Air mata sering keluar sendiri
e. Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
a. Pelebaran pembuluh darah
b. Edema konjungtiva sedang
c. Air mata keluar terus
d. Adanya secret atau kotoran pada mata
e. Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
a. Fotofobia
b. Rasa seperti ada benda asing didalam mata
c. Keluar air mata banyak

6
d. Nyeri prorbital
e. Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
f. Kemerahan konjungtiva
g. Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
a. Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
b. Mata merah
c. Iritasi
d. Nyeri palpasi
e. Biasanya terdapat kemosis
f. Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
b. Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
c. Memberikan secret purulen padat secret yang kental
d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga
hari
e. Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan Mata
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter
(sebagai alat pemeriksaan pandangan).
3. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat
adanya efek epitel kornea).
4. Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak
adanya kebocoran kornea).
5. Pemeriksaan oftalmoskop
6. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk
melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).

7
b) Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi
pada herpes simplek virus).

c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata
setelah bahan tersebut di buat sediaan yang dicat dengan pegecatan
gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

2.7. Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%),
chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan
antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan
kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat
sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat
diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol,
folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil
yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak
ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk
tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

8
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
a. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk
terapi topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas
yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap
jam.
b. Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan
terisolasi, medika menstosa :
a. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
b. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit.
Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
c. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
d. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik
yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut
negative.

3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan
menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya
memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan
pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis
rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram
fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit
tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik
bagi mikroorganisme.

9
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah
pemberian antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau
dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian
penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan
merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata
bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol.
Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore :
a) Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini
dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul
dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
b) Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
c) Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan
tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.

2.8. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang
tidak tertangani diantaranya :
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus
kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan

10
perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan
sikratik dapat mengganggu penglihatan.

11
BAB III
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

3.1 PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
a. Identitas klien : nama, alamat, umur, agama, pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab : nama, alamat, umur, agama, pekerjaan,
hubungan dengan pasien.
II. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
1. Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
2. Apa penyebabnya, kapan terjadinya iritasi atau trauma
3. Bagaimana dirasakan, kelopak matanya bengkak, mata merah
dan gatal-gatal
4. Kehilangan kepercayaan diri pada klien
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
1. Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis antibiotic
sistemik atau topical
2. Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
3. Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
4. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
5. Klien sudah memberian obat tetes mata
6. Klien diberi instruksi untuk tidak menggosok mata yang sakit
dan kemudian menyentuh mata yang sehat
III. Riwayat pemenuhan kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
IV. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Head to toe
a. Mengidentifikasi tipe konjungtivitis

12
b. Penglihatan perifer matanya bengkak, mata merah, dan gatal-
gatal
c. Kenyamanan
d. Klien merasa malu dengan penyakitnya
e. Klien khawatir rekan-rekannya akan tertular oleh penyakitnya
V. Pemeriksaan penunjang
VI. Therapy
a. Antibiotic topical
b. obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAAWATAN

DS1: Edema dan Gangguan persepsi


- Klien mengeluh sudah 3 hari iritasi sensori
kelopak matanya bengkak, konjungtiva
mata merah dan gatal-gatal

DO: -

DS
2 : Adanya Gangguan konsep diri
- Klien mengatakan malu perubahan pada (body image
dengan penyakitnya kelopak mata menurun)

DO: -
3 DS : Kurangnya Ansietas
- Klien khawatir rekan- pengetahuan
rekannya akan tertular tentang proses
dengan penyakitnya penyakitnya

DO: -

13
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori b.d edema dan iritasi konjungtiva d.d klien
mengeluh sudah 3 hari mata bengkak, mata merah dan gatal-gatal.
2. Gangguan konsep diri (body image menurun) b.d adanya perubahan
pada kelopak mata d.d klien mengatakan malu dengan penyakitnya.
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya d.d
klien khawatir reken-rekannya akan tertular dengan penyakitnya.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Hari/tgl No dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
I Setelah a. Kompres tepi a. Melepaskan eksudat
dilakukan palpebra (mata yang lengket pada
tindakan dalam keadaan tepi palpebra.
keperawatan tertutup) dengan
selama 3x24 larutan salin selama
jam, kurang lebih 3
Gangguan menit.
persepsi b. Usap eksudat secara b. Membersihkan
sensori klien perlahan dengan palpebra dari
dapat teratasi, kapas yang sudah eksudat tanpa
dengan dibasahi salin dan menimbulkan nyeri
kriteria hasil : setiap pengusap dan meminimalkan
Klien hanya dipakai satu penyebaran
tidak kali. mikroorganisme.
mengeluh c. Beritahu klien agar c. Mata yang tertutup
matanya tidak menutup mata merupakan media
bengkak, yang sakit. yang baik bagi
mata tidak pertumbuhan
merah, mikroorganisme.
dan tidak d. Anjurkan klien d. Pada klien fotobia,
gatal- menggunakan kacamata gelap
gatal. kacamata gelap. dapat menurunkan

14
cahaya yang masuk
pada mata sehingga
sensitivitas terhadap
cahaya menurun.
Pada konjungtivitis
alergi, kacamata
dapat mengurangi
ekspose terhadap
allergen atau
mencegah orotasi
lingkungan.
e. Anjurkan pada e. Mengurangi ekspose
klien wanita dengan allergen atau iritan.
konjungtivitis alergi
agar menghindari
atau engurangi
penggunaan tat
arias hingga semua
gejala
konjungtivitis
hilang.
f. Kaji kemampuan f. Mengurangi risiko
klien menggunakan kesalahan
obat mata dan penggunaan obat
ajarkan klien cara mata.
menggunakan obat
mata dan ajarkan
klien cara
menggunakan obat
tetes mata atau
salep mata.

15
g. Kolaborasi g. Kolaborasi
7. Kolaborasi dalam7. Dapat berguna:
pemberian: - Mempercepat
1. Antibiotic penyembuhan pada
2. Analgesic konjungtivitis infeksif
ringan seperti dan mencegah infeksi
asetaminofen. sekunder pada
3. Vasokonstriktor konjungtivitis viral.
seperti 1. Mengurangi nyeri
nafazolin. seperti nyeri
perorbital pada
konjungtivitis viral.
2. Mengurangi
dilatasi pembuluh
darah pada
konjungtivitis
alergi.
II Setelah a. Kaji tingkat a. Untuk mengetahui
dilakukan penerimaan klien. tingkat ansietas
tindakan yang dialami oleh
keperawatan klien mengenai
selama 3x24 perubahan dari
jam, dirinya.
Gangguan b. Ajak klien b. Membantu pasien
konsep diri mendiskusikan atau orang terdekat
klien dapat keadaan atau untuk memulai
teratasi, perasaan yang menerima
dengan dialaminya. perubahan.
kriteria hasil : c. Catat jika ada c. Kecermatan akan
Klien tidak tingkah laku yang memberikan
malu lagi menyimpang. pilihan intervensi
dengan yang sesuai pada

16
penyakitnya. waktu individu
menghadapi rasa
duka dalam
berbagai cara yang
berbeda.
d. Jelaskan perubahan d. Memberikan
yang terjadi penjelasan tentang
berhubungan penyakit yang
dengan penyakit dialami kepada
yang dialami. pasien/orang
terdekat sehingga
ansietas dapat
berkurang.
e. Berikan kesempatan e. Menyediakan,
klien untuk menegaskan
menentukan kesanggupan dan
keputusan tindakan meningkatkan
yang dilakukan. kepercayaan pada
klien.
III Setelah a. Kaji tingkat a. Bermanfaat dalam
dilakukan ansietas atau penentuan
tindakan kecemasan. intervensi yang
keperawatan tepat sesuai dengan
selama 2x24 kebutuhan klien.
jam, ansietas b. Beri penjelasan b. Meningkatkan
klien dapat tentang proses pemahaman klien
teratasi, penyakitnya. tentang proses
dengan penyakitnya.
kriteria hasil : c. Beri dukungan c. Memberikan
Klien moril berupa doa perasaan tenang
tidak terhadap pasien. kepada klien.
khawatir

17
rekan- d. Dorong pasien d. Memberikan
rekannya untuk mengakui kesempatan untuk
akan masalah dan pasien menerima
tertular mengekspresikan situasi yang nyata,
penyakitn perasaan. mengklarifikasikan
ya. kesalahpahaman
dan pemecahan
masalah.
e. Identifikasi sumber e. Memberi penelitian
atau orang yang bahwa pasien tidak
menolong. sendiri dalam
menghadapi
masalah.

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 a. Mengompres tepi palpebra (mata S : klien tidak mengeluh matanya
dalam keadaan tertutup) dengan bengkak, mata tidak merah dan
larutan salin selama kurang lebih 3 tidak gatal-gatal.
menit. O :-
b. Mengusap eksudat secara perlahan A : Gangguan persepsi sensori
dengan kapas yang sudah dibasahi teratasi.
salin dan setiap pengusap hanya P : Intervensi dihentikan.
dipakai satu kali.
c. Memberitahu klien agar tidak
menutup mata yang sakit.
d. Menganjurkan klien menggunakan
kacamata gelap.
e. Menganjurkan pada klien wanita
dengan konjungtivitis alergi agar
menghindari atau engurangi

18
penggunaan tat arias hingga semua
gejala konjungtivitis hilang.
f. Mengkaji kemampuan klien
menggunakan obat mata dan
ajarkan klien cara menggunakan
obat mata dan ajarkan klien cara
menggunakan obat tetes mata atau
salep mata.
g. Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian:
1. Antibiotic
2. Analgesic ringan seperti
asetaminofen.
3. Vasokonstriktor seperti
nafazolin.

2 a. Mengkaji tingkat penerimaan S : Klien mengatakan tidak malu


klien. lagi dengan penyakitnya.
b. Mengajak klien mendiskusikan O : -
keadaan atau perasaan yang A : Gangguan konsep diri teratasi.
dialaminya. P : Intervensi dihentikan.
c. Mencatat jika ada tingkah laku
yang menyimpang.
d. Menjelaskan perubahan yang
terjadi berhubungan dengan
penyakit yang dialami.
e. Memberikan kesempatan klien utk
menentukan keputusan tindakan yg
dilakukan.

19
3 a) Mengkaji tingkat ansietas atau S : klien tidak khawatir lagi rekan-
kecemasan. rekannya akan tertular
b) Member penjelasan tentang proses penyakitnya.
penyakitnya. O :-
c) Member dukungan moril berupa A : Risiko Perubahan Nutrisi
doa terhadap pasien. Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
d) Mendorong pasien untuk mengakui Teratasi.ansietas teratasi.
masalah dan mengekspresikan P : Intervensi dihentikan.
perasaan.
e) Mengidentifikasi sumber atau
orang yang menolong.

20
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KONJUNGTIVITIS AKUT

Ruang : isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.


Pengkajian diambil tanggal : 30 Maret 2014. Jam 09.00 WIB
No. Register : 1330091184

4.1. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Nn. M
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
No. Register : 1330091184
Alamat : Manukan Asri A4 No 1 Surabaya.
Status Perkawinan : belum kawin
Diagnosa Medis : Konjungtivitis Akut
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.N
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Manukan Asri A4 No 1 Surabaya.
Hub.dengan klien : saudara
II. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Penglihatan tidak jelas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo pada
tanggal 30 Maret 2014, Jam 09.00 WIB dengan keluhan matanya
merah dan tidak hilang- hilang walaupun sudah diberi obat, mata klien
terasa kering dan seperti kelilipan, mata berair disertai dengan

21
keluarnya secret yang banyak sehingga sukar dibuka terutama saat
bangun tidur.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak pernah ada riwayat penyakit
mata seperti ini sebelumnya
e. Riwayat trauma mata.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma pada bagian
mata sebelumnya.
f. Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa lingkungan rumah tempat tinggal
cukup bersih.
III. RIWAYAT PEMENUHAN KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-
SPIRITUAL (VIRGINA HANDERSON)
1. Aktivitas
Sebelum sakit : klien mengatakan mampu beraktivitas dengan baik,
serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat sakit : klien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasa.
2. Nutrisi atau cairan
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
pada pola makan, pola makannya 3 kali sehari
dengan porsi 1 piring dengan lauk sayur.
Saat sakit : klien mengatakan nafsu makannya sedikit berkurang.
3. Eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan biasanya BAB 1 kali sehari dgn
konsistensi lembek, warna kekuningan, dengan
bau khas feses. BAK 4-5 kali sehari dgn warna
kuning jernih.

22
Saat sakit : klien mengatakan selama sakit BAB seperti biasa, bentuk
BAB keras, berwarna hitam kecoklat-coklatan.bau khas
feses. BAK seperti biasa.
4. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan dapat tidur atau istirahat 7-8 jam
sehari dan tidur siang 1-2 jam sehari.
Saat sakit : klien mengatakan sedikit susah untuk tidur, sering
terbangun pada malam hari.
5. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : klien mengatakan selalu mengganti pakaiannya
setiap selesai mandi 3 kali sehari.
Saat sakit : klien mengatakan tetap mengganti pakaiannya setiap
selesai mandi 3 kali sehari.
6. Reaksi emosional
Sebelum sakit : klien mengatakan emosionalnya berlebihan seperti
suka marah dan cerewet.
Saat sakit : klien mengatakan emosionalnya bisa terkendali karna
kondisi yang dialami sekarang ini.
7. Pernafasan
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengalami gangguan saat
bernafas.
Saat sakit : klien mengatakan tidak mengalami gangguan saat
bernafas.
8. Hyigine
Sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dengan
sabun mandi. Keramas dengan sampo 2-3 kali
seminggu, sikat gigi setiap kali mandi.
Saat sakit : klien mengatakan tidak bisa mandi karna kondisi yang
dialaminya saat ini, hanya diseka-seka biasa oleh
keluarganya.

23
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak pernah ada gangguan rasa
aman dan nyaman.
Saat sakit : klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaan yang
dialami saat ini.
10. Bekerja
Sebelum sakit : klien mengatakan selalu bekerja (sekolah) setiap hari.
Saat sakit : klien mengatakan tidak bisa bekerja (sekolah) seperti
biasa.
11. Kebutuhan bermain atau rekreasi
Sebelum sakit : klien mengatakan sering pergi rekreasi
Saat sakit :klien mengatakan tidak bisa pergi rekreasi selama sakit.
12. Riwayat psikososial
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak pernah cemas
Saat sakit : klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang ini.
13. Riwayat sosial
Sebelum sakit : klien mengatakan selalu berinteraksi dengan keluarga
dan tetangganya.
Saat sakit : klien mengatakan interaksi dengan keluarganya seperti
biasa.
14. Riwayat spiritual
Sebelum sakit : klien mengatakan selalu mengerjakan solat 5 waktu.
Saat sakit : klien mengatakan selalu mengerjakan solat 5 waktu.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : composmentis
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0c
Nadi : 82 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Respirasi : 22 x/menit

24
c. Head to toe (di khususkan pada bagian mata)
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, rambut tebal dan hitam
Palpasi : Tidak terdapat lesi, dan tidak ada nyeri
2. Mata
Inspeksi : Sclera mata merah, kornea bening
Palpasi : Konjungtiva merah, palpebra tidak
bengkak, ada nyeri tekan.
3. Hidung
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada polip dan tidak ada terdapat secret.
4. Telinga
Inspeksi : Simetris, sejajar dengan mata, tidak ada
serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut
Inspeksi : Mukosa lembab, bibir berwarna merah
muda, gigi belum lengkap.
Palpasi : -
6. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi dan tampak bersih.
Palpasi : Tidak ada pembesaran vena dan kelenjar
tiroid.
7. Dada
Inspeksi : Simetris, ada retraksi dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : -
8. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk cembung.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : -

25
9 Ekstremitas
Inspeksi : -
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

V. Therapy
1. Pemberian amoxicillin
2. Pemberian obat tetes

ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem
1. D/S: Penglihatan Gangguan persepsi
a) Klien mengatakan terganggu sensori
penglihatan tidak jelas
b) Klien mengtakan adanya
penumpukan secret di Kerusakan
dalam kornea mata pada nervus
c) Klien mengatakan suliut optikus.
membuka matanya pada
sewaktu bangun tidur
D/O:
Devek lapang
a) k/u : composmentis
pandang
b) TTV :
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 82 x/menit,
Gangguan
- suhu : 36,50 C
persepsi sensori
- RR : 22 x/menit
c) Adanya pembengkakan di
bagian konjungtiva
d) Pemeriksaan visus : do
:15/20 ( normalnya
20/20).

26
4.2. DIAGNOSA KEPERAWAN
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori yang ditandai oleh klien mengatakan penglihatan tidak jelas, Klien
mengtakan adanya penumpukan secret di dalam kornea mata dan Klien
mengatakan suliut membuka matanya pada sewaktu bangun tidur.

4.3. INTERVENSI KEPERAWATAN


Hari/tgl No Tujuan Intervensi rasional
1 Setelah dilakukan Kaji untuk mengkaji
tidakan keperawatan ketajaman sejauh mana
diharapkan masalah penglihatan pasien dapat
klien dengan pasien melihat
gangguan persepsi Megawasi dan
sensori dapat teratasi membimbing
dengan kriteria hasil : Anjurkan selama
Pasien dapat kepada pengobatan
melihat dengan keluarga atau berlangsung
baik orang terdekat untuk
Pasien tidak klien untuk mempercepat
mengalami tinggal dalam proses
kerusakan pada bersama klien penyembuhan
saat melihat
- Bengkak Anjurkan Memberikan
berkurang kepada pasien peningkatan
- Pemeriksaan visus dan keluarga kenyamanan dan
dalam rentang normal untuk kekeluargaan
: 20/20 mematuhi menurunkan
progam terapi cemas dan
yang telah disorientasi
dilaksanakan. pascaoperatif
4.
Orientasikan

27
pasien
terhadap
lingkungan,
staf, dan orang
lain diareanya

4.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari/tgl No Implementasi Respon hasil Paraf
1 mengkaji penglihatan
ketajaman klien belum
penglihatan sepenuhnya
pasien membaik
menganjurkan keluarga
kepada keluarga sudah tinggal
atau orang bersama klien
terdekat klien
untuk tinggal klien sudah
bersama klien mengikuti
menganjurkan program
kepada pasien terapi yang
dan keluarga sudah
untuk mematuhi dianjurkan
progam terapi
yang telah klien mulai
dilaksanakan. merasa
mengorientasikan nyaman
pasien terhadap dengan
lingkungan, staf, lingkungan,
dan orang lain staf dan orang
diareanya lain diareanya.

28
4.5. EVALUASI
Hari/tgl No Evaluasi
1. S : klien mengatakan tidak bias melihat seseorang
dari jarak jauh.
O : Klien menunjukkan sikap kebingungan ketika
diajak bertatap muka, dan sering salah jika
berhadapan dengan orang lain.
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan intervensi

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti :
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Virus
4. Jamur
5. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi
(pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa
ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva,
terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan
adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia
konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata
atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran
akibat koagulasi fibrin.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun
bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan.
Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta:
Media Aeuscualpius.
http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/

31

You might also like