Professional Documents
Culture Documents
1) PENGERTIAN
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung
henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa
hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh
orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat
jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini.
Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya
mungkin juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun
dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan
alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang. (Smeltzer & Bare, 2001)
4) PATOFISIOLOGI (LUPITA & ERDAYANI, 2016)
Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui sars
memiliki 2 fase dalam pathogenesis.
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini
terjadi proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD)
yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasidari campuran
sel sel inflamasi serta edema dan pembentukan membrane hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris
nucleus dan sitoplasma sel sel epitel paru (pneumonia) yang rusak.
Dengan adanya nekrosis sel sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi
darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari
pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk masuk kedalam ruang
alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan jumlah pasien SARS yang
meninggal untuk diautopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah
kerusakan epitel paru disebabkan efek toksik virus secara langsung atau
sebagai akibat dari respon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini,RNA dan
antigen virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru
dengan menggunakan mikroskop electron.
Fase selanjutnya tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan
ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang
terorganisir. Pada periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa
bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrolisis pada dinding dan lumen
alveolus. Pada fase ini tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan
pembesaran nucleus, serta nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya sering kali ditemukan sel raksasa dengan banyak
nucleus ( multinucleated giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti
infeksi CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai
akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
imunoperoksidase dan hibridisasiin situ, didapatkan bahwa CoV SARS
justru berada didalam jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada
fase ini berbagai proses patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung
oleh karena replikasi virus yang terus menerus, melainkan karena beratnya
kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif dan
diperberat dengan penggunaan ventilator.
3. Pemeriksaan Fisik
Dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan
kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen). (Nurarif & Kusuma, 2015)
Aktifan Antibodi
Metabolisme Anaerob
Asidosis Respiratory
Perubahan RR
2.Kolaborasi
dalam pemberian
oksigen terapi
3.Monitor aliran
oksigen
2.Monitor
keakuratan
intake dan output
cairan
3.Monitor vital
signs
4.Monitor
pemberian terapi
IV
DAFTAR PUSTAKA
LUPITA, D., & ERDAYANI. (2016). SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Pekan Baru: UNIVERSITAS ABDURRAB.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah (
Brunner & Suddarth ) (Jakarta). EGC.