You are on page 1of 25

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI


POSYANDU DUSUN KETANGI DESA BANYUSOCO
KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN
GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:
YULIA MEGA AGUSTINA
080201063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


(PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI
POSYANDU DUSUN KETANGI DESA BANYUSOCO
KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN
GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
YULIA MEGA AGUSTINA
080201063

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :
Pembimbing : Titih Huriah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom.
Tanggal : 9 Februari 2013

Tanda Tangan :
The Correlation between the Clean and Healthy Living Behavior with the
Occurrence of Diarrhea in Toddler in Integrated Health Care (Posyandu)
in Ketangi Hamlet Banyusoco District Playen Sub-District
Gunungkidul Regency
Year 20131

Yulia Mega Agustina2, Titih Huriah3

ABSTRACT

Background of the Problem: Diarrhea was an infectious disease that was still being a
problem in the world (global issue), and the second highest cause of morbidity and
mortality in the age group of under five years old (toddlers) after the infectious
diseases of Acute Respiratory Infections (ISPA), not least in Indonesia. Diarrhea was a
disease associated with poor environmental sanitation and behavioral health. The
application of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) in the household
arrangement was one of the effective ways in preventing and overcoming the diarrhea
occurrence especially in children under five.
Objective: This study was aimed to determined the relationship between Clean and
Healthy Living Behavior with the occurrence of diarrhea in children under five in
Integrated Health Care of Ketangi Hamlet, Banyusoco District, Playen Sub-District,
Gunungkidul Regency.
Methods: The study was quantitative used correlative descriptive study design. Time
approach used was cross sectional. The sampling technique was nonprobabability
sampling or saturation sampling technique. Techniques of data analysis used Spearman
Rank statistical test .
Results: The majority of PHBS in the household arrangement in the community in
Ketangi Hamlet, Banyusoco District, Playen Sub-District, Gunungkidul Regency can
be included in the quite well category by 31 people (83.8%); the majority of children
under five had diarrhea by 28 infants (75.7%) with the majority toddlers experiencing
diarrhea at 3 months were 24 infants (64.9%); the majority of children under five suffer
from diarrhea as much as 1 times a year are 15 toddlers (40.5%) and Spearman Rank
statistical test results obtained constant values (bi) of -0.727 and a significance value of
0.000.
Conclusion: There was a relationship between Clean and Healthy Living Behavior
with the Diarrhea occurrence in toddlers in Integrated Health Care in Ketangi Hamlet,
Banyusoco District, Playen Sub-District, Gunungkidul Regency. The direction of
negative correlation is -0.727, it means that the Clean and Healthy Living Behavior
will either lower the occurrence of diarrhea the toddler.

Keywords : Clean and Healthy Living Behavior, the occurrence of diarrhea


In toddlers
Bibliography : 10 books (2003-2011), 4 papers, 5 journals.
Number of Pages : xiv + 68 pages + 15 appendix

1
Title of Thesis
2
Student of School of Nursing Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
3
Lecture of School of Nursing Faculty of Medicine and Health Sciences Muhammadiyah University of
Yogyakarta
PENDAHULUAN
Diare merupakan penyakit sendiri atau pengobatan di praktek
infeksi yang masih menjadi masalah di swasta). Laporan profil kabupaten/
dunia (global issue) dan penyebab kota menunjukkan bahwa selama kurun
kesakitan dan kematian kedua tahun 2007 jumlah balita yang
terbanyak pada kelompok usia di menderita diare dan 36 memeriksakan
bawah lima tahun (balita) setelah ke sarana pelayanan kesehatan
penyakit infeksi saluran pernafasan mencapai 16.589 sementara tahun 2008
akut (ISPA). Angka morbiditas mencapai 31.394. Sedangkan pada
sebesar 2,8 milyar kasus terdapat tahun 2009 sejumlah 15.678 balita
angka mortalitas sebesar 2,4 juta kasus dilaporkan menderita diare. Kemudian
setiap tahun dan 80% terjadi pada usia pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak
dibawah 2 tahun (World Health 55.880 kasus diare baik yang
Organization , 2007 dalam Nufara, ditemukan di puskesmas maupun
2010). dirumah sakit.
Di Indonesia sendiri angka Jumlah kasus diare di Daerah
kejadian diare masih tinggi , angka Istimewa Yogyakarta tahun 2006
menurut survai morbilitas yang sebanyak 10.027 kasus. Sedangkan
dilakukan Departemen Kesehatan untuk kabupaten Gunungkidul kasus
tahun 2006 , jumlah kasus diare tahun diare tahun 2005 sebanyak 7.505,
2006 sebanyak 10.980 dan 227 tahun 2006 mengalami peningkatan
diantaranya menyebabkan kematian. kasus menjadi 8.107. Menurut hasil
Profil Kesehatan di Seluruh dari Riset Kesehatan Daerah tahun
Kabupaten dan Kotamadya Yogyakarta 2007, Penyebab kematian terbesar
menurut Dinas Kesehatan Yogyakarta pada kelompok umur 1 - 4 tahun
(2010), penderita diare di puskesmas di adalah diare. Dengan prosentase
kabupaten/kota setiap tahun jumlahnya sebagai berikut ; Diare 29 %,
cukup tinggi. Namun demikian hal ini Pneumonia 18 %, NEC 12 %,
belum dapat menggambarkan Meningitis/Ensefalitis 10 %, DBD 8
prevalensi keseluruhan dari penyakit %, Campak 7 %, Tenggelam 5 %,
diare karena banyak dari kasus tersebut Lain-lain (Tuber Cullosis, Malaria,
yang tidak terdata oleh sarana Leukimia) 11 %.
pelayanan kesehatan (pengobatan
Berdasarkan data Puskesmas : 90, Ds. Bleberan : 75, Ds. Dengok :
Playen II Kecamatan Playen, 62, Ds. Plembutan : 50, Ds. Getas : 42,
Kabupaten Gunungkidul tahun 2010, ds. Ngleri : 21). Tahun 2006 ada 282
Diare termasuk menduduki peringkat kasus diare dibagi menjadi 6 desa
10 besar pernyakit terbesar yang (Ds.Banyusoco : 81, Ds. Bleberan : 32,
diderita masyarakat. Adapun daftar 10 Ds. Dengok : 46, Ds. Plembutan : 51,
besar penyakit yang diderita Ds. Getas : 40, Ds. Ngleri : 32). Tahun
masyarakat pada tahun 2010 adalah 2011 sampai bulan september ini
sebagai berikut ; 1).Influenza, terdapat 250 kasus diare yang dibagi
2).Hipertensi, 3).Diare, 4).Tifus, menjadi 6 desa (Ds.Banyusoco : 85,
5).Diabetes Melitus, 6).Demam Ds. Bleberan : 27, Ds. Dengok : 40,
Berdarah Dengue, 7).Pneumonia, Ds. Plembutan : 35, Ds. Getas 31, Ds.
8).Tersangka TB Paru, 9).Disentri, Ngleri 32). Hampir menyerang semua
10).TBC Paru BTA Positif. kelompok umur, tetapi paling banyak
Berdasarkan dari hasil diderita oleh anak usia 1 4 tahun
rekapitulasi laporan STP Puskesmas di sebanyak 60 anak.
Gunungkidul tahun 2009 terdapat total Diare disebabkan beberapa faktor
9584 kasus untuk semua golongan antara lain status gizi, infeksi, makanan
umur, dengan jumlah kasus pada balita yang terkontaminasi, lingkungan dan
sebanyak 1921. Pada tahun 2010 tangan yang terkontaminasi. Diare juga
terdapat total kasus 10898 untuk disebabkan oleh kuman Escerichia
semua golongan umur, dengan jumlah Coli yang tertelan, terutama 3 kuman
kasus pada balita sebanyak 2175. dari tinja. Hal ini sering terjadi akibat
Sedangkan untuk tahun 2011 kurangnya pengetahuan dalam
rekapitulasi sampai bulan september pemanfaatan jamban, kebersihan
terdapat 7774 kasus, dengan jumlah perorangan dan lingkungan serta tidak
kasus pada balita sebanyak 1650. diberikannya air susu ibu karena
Berdasarkan hasil rekapitulasi terbukti anak-anak yang diberi air susu
data survailans terpadu penyakit ibu jarang terserang diare (Herriany,
Puskesmas Playen II Kecamatan 2004 dalam Umarotuzuh, 2011 ). Pada
Playen, Kabupaten Gunungkidul tahun bayi, pertahankan pemberian air susu
2005, terdapat 340 kasus diare yang ibu atau lakukan pemberian pengganti
dibagi menjadi 6 Desa (Ds.Banyusoco air susu (bagi yang tidak minum ASI),
tetapi lakukan pengenceran, seperti yang memenuhi syarat, memberantas
pada pemberian PASI (Hidayat, 2008 jentik nyamuk, tidak merokok di dalam
dalam Umarotuzuh, 2011). ruangan dan lain-lain. Di bidang
Pencegahan diare pada balita kesehatan ibu dan anak serta keluarga
atau anak dapat dilakukan dengan berencana harus dipraktekkan perilaku
memberikan air susu ibu, memperbaiki meminta pertolongan persalinan oleh
cara penyapihan, menggunakan air tenaga kesehatan, menimbang balita
yang bersih, mencuci tangan dengan setiap bulan, mengimunisasi lengkap
sabun atau air yang mengalir, bayi, menjadi akseptor keluarga
menggunakan jamban tertutup dan berencana dan lain-lain. Di bidang gizi
membuang tinja bayi secara baik dan dan farmasi harus dipraktekkan
benar, mengkonsumsi makanan yang perilaku makan dengan gizi seimbang,
bersih dan sehat ,dan menjaga minum Tablet Tambah Darah selama
kebersihan rumah dan lingkungan hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI)
(Herry, 2005 dalam Umarotuzuh, 2011 eksklusif, mengkonsumsi Garam
). Beryodium dan lain-lain. Sedangkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di bidang pemeliharaan kesehatan
(PHBS) adalah sekumpulan perilaku harus dipraktekkan perilaku ikut serta
yang dipraktekkan atas dasar kesadaran dalam jaminan pemeliharaan
sebagai hasil pembelajaran, yang kesehatan, aktif mengurus dan atau
menjadikan seseorang keluarga, memanfaatkan upaya kesehatan
kelompok atau masyarakat mampu bersumberdaya masyarakat (UKBM),
menolong dirinya sendiri (mandiri) di memanfaatkan Puskesmas dan fasilitas
bidang kesehatan dan berperan aktif pelayanan kesehatan lain dan lain-lain
dalam mewujudkan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
masyarakat. Dibidang pencegahan dan Menurut penelitian Ginting
penananggulangan penyakit serta (2011) di Indonesia 162 ribu balita
penyehatan lingkungan harus meninggal setiap tahun atau sekitar 460
dipraktekkan perilaku mencuci tangan balita setiap harinya karena diare.
dengan sabun, pengelolaan air minum Sedangkan permasalahan kesehatan
dan makanan yang memenuhi syarat, seperti diare dapat dicegah bila
menggunakan air bersih, menggunakan masyarakatnya dapat menerapkan
jamban sehat, pengelolaan limbah cair perilaku sehat. Jumlah balita yang
menderita diare di wilayah kerja tangga sudah mempraktikkan PHBS
Puskesmas Siantan Hulu Pontianak pada tahun 2014. Persentase Rumah
mengalami peningkatan dari tahun Tangga Ber-PHBS memang
2008-2009 yaitu sebesar 153 balita. merupakan salah satu Indikator Kinerja
Selain itu cakupan rumah tangga ber- Utama (IKU) dari Kementerian
PHBS juga masih rendah (9,52%). Kesehatan.
Hasil penelitian didapatkan jumlah Berdasarkan uraian tersebut
balita yang menderita diare adalah diatas, bahwa perilaku hidup bersih dan
sebanyak 40 balita (29,41%) dan sehat seseorang dapat berhubungan dan
adanya hubungan yang bermakna meningkatkan individu, keluarga,
antara kejadian diare pada balita masyarakat, dan lingkungannya.
dengan sikap dan pengetahuan ibu Perilaku hidup bersih dan seseorang
tentang perilaku hidup bersih dan sehat diduga mempunyai hubungan dengan
dengan p < 0,005. kejadian diare pada balita di Posyandu
Menurut Kementerian Kesehatan Balita Dusun Ketangi Desa Banyusoco
RI (2011), derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Playen II.
masyarakat yang masih belum optimal Dari latar belakang diatas , maka
tersebut di atas pada hakikatnya dari itu penelitian ini dimaksudkan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, untuk mengetahui apakah ada
perilaku masyarakat, pelayanan hubungan antara perilaku hidup bersih
kesehatan dan genetika. Kalangan dan sehat dengan kejadian diare yang
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa sudah terjadi pada masyarakat selama
determinan utama dari derajat ini.
kesehatan masyarakat tersebut, selain METODE PENELITIAN
kondisi lingkungan, adalah perilaku Jenis penelitian ini adalah
masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2007 kuantitatif dengan menggunakan
memang diketahui bahwa rumah tangg desain penelitian deskriptif korelatif,
yng telah mempraktikkan perilaku yaitu penelitian yang diarahkan untuk
hidup bersih dan sehat (PHBS) baru mendeskripsikan atau menggambarkan
mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, hubungan perilaku hidup bersih dan
Rencana Strategis (Renstra) sehat dengan kejadian diare pada balita
Kementerian Kesehatan Tahun 2010- di Posyandu Dusun Ketangi Desa
2014 mencantumkan target 70% rumah Banyusoco Kecamatan Playen
Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Penilaian Perilaku hidup bersih
Penelitian ini menggunakan dan sehat masyarakat di Posyandu
pendekatan waktu yang digunakan Dusun Ketangi Desa Banyusoco
cross sectional, yaitu metode dengan menggunakan kuesioner yang
pengambilan data yang dilakukan mencakup 8 indikator PHBS seperti :
dalam waktu yang bersamaan mengkonsumsi buah dan sayur, ASI
(Arikunto, 2010). Eksklusif, pengelolaan Sampah dan

Populasi dalam penelitian ini pemberantasan jentik nyamuk,


melakukan aktifitas fisik setiap hari,
adalah Ibu-ibu yang membawa anak
penggunaan jamban sehat, penggunaan air
balita yang berusia 2 - 5 tahun ke
bersih, mencuci tangan dengan sabun, dan
Posyandu Balita di Dusun Ketangi
menimbang balita setiap bulan. Penilaian
Desa Banyusoco Kecamatan Playen
perilaku hidup bersih dan sehat diukur
Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta
dengan menggunakan skala ordinal.
dan berjumlah 37 orang.
Check List ini berbentuk 24
Pengambilan sampel pada
perntanyaan dengan jawaban ya dan
penelitian ini menggunakan
tidak. Jawaban ya bila sesuai
Nonprobabability Sampling dan
dengan pertanyaan yang diberikan dan
dengan teknik Sampling Jenuh, yaitu
jawaban tidak untuk sebaliknya.
teknik pengambilan sampel dengan
Coding untuk jawaban ya adalah 1
menggunakan semua anggota populasi
dan 0 untuk jawaban tidak. Hasil
(Sugiyono, 2010). Sampel yang
dari pengkajian PHBS akan
diinginkan oleh peneliti memiliki
dikelompokkan dalam kategori sebagai
kriteria, sebagai berikut:
berikut (Arikunto, 1988 cit Wantiyah,
1) Ibu-ibu yang membawa anak
2004):
balitanya yang berusia 2 5 tahun
ke Posyandu Dusun Ketangi Desa Baik : 76% - 100%
Banyusoco Kecamatan Playen Cukup Baik : 56% - 75%
Kabupaten Gunungkidul. Kurang Baik : 40% - 55%
2) Dapat membaca dan menulis. Tidak Baik : < 40%
3) Bersedia menjadi responden.
Dari kriteria yang telah di Penilaian kejadian diare berupa
tetapkan oleh peneliti terdapat jumlah Angket yang berisi 2 pertanyaan yang
sampel sebanyak 37 sampel. digunakan untuk mengkaji kejadian
diare pada balita yang berusia 2-5 Jika didapatkan !" lebih dari satu
tahun dan dalam kurun waktu 1 tahun sama dengan r tabel maka item tersebut
terakhir mengalami diare. Hasil dari valid, dan apabila !" kurang dari r
pengkajian diare merupakan jawaban tabel maka item tersebut dikatakan
ya dan tidak sehingga gugur (Notoatmodjo, S, 2005). Agar
menggunakan skala data nominal. diperoleh distribusi nilai hasil
Uji validitas adalah suatu pengukuran mendekati normal, maka
ukuran yang menunjukkan tingkatan- sebaiknya jumlah responden untuk uji
tingkatan kevalidan atau kesahihan coba paling sedikit 20 orang
instrumen (Arikunto, 2010). Pengujian (Notoatmojdo, S, 2005).
validitas dalam penelitian ini dilakukan Hasil uji validitas berdasarkan
terhadap 30 orang Ibu yang membawa hasil perhitungan dengan
anaknya ke Posyandu Balita Dusun menggunakan SPSS terhadap 20
Banyusoco Desa Banyusoco responden dapat diambil kesimpulan
Kecamatan Playen Kabupaten bahwa tidak semua pertanyaan dalam
Gunungkidul Yogyakarta, karena soal valid. Variabel perilaku hidup
Dusun ini mempunyai letak geografis bersih dan sehat yang terdiri 24
yang sama dengan Dusun Ketangi dan terdapat dua soal yang tidak valid,
karakteristik penduduknya hampir yaitu soal nomor 3 dan 23 karena
sama, yaitu sama-sama mengambil air korelasi r hitung kurang dari r tabel
dari sumber mata air yang letaknya (0,444) . Sedangkan untuk variabel
berdekatan dengan sungai oya untuk kejadian diare terdiri dari 2 soal dan
keperluan sehari-hari. semuanya valid. Sehingga pertanyaan
Rumus korelasi yang dapat yang tidak valid tidak disertakan dalam
digunakan adalah Produk moment: penelitian yang sesungguhnya.
Butir-butir soal yang sudah
N XY - ( X )( Y )
rxy = valid selanjutnya diuji tingkat
{N X - ( X )}{N Y - ( Y )}
2 2 2 2

reliabilitasnya. Reliabilitas
menunjukkan tingkat keandalan jika
Untuk menentukan valid atau
instrumen yang digunakan mampu
tidaknya suatu item pertanyaan
menghasilkan data yang hampir sama
dilakukan dengan membandingkan
dalam waktu yang berbeda.
angka korelasi product moment tabel.
Selanjutnya atas dasar analisis butir
dan uji keandalan yang diperoleh, hidup bersih dan sehat degan kejadian
maka butir-butir yang dinyatakan sahih diare meliputi analisis Spearman Rank
dan handal ditetapkan sebagai alat ukur , dengan rumus sebagai berikut:
penelitian. Alat ukur ini kemudian
digunakan dalam penelitian 6 '()
$=1
sesungguhnya. *(*) 1)
Pengujian reliabilitas variabel Selanjutnya data akan diolah
perilaku hidup bersih dan sehat dan atau diinterpretasikan, kemudian akan
variable kejadian diare pada balita dibandingkan pada setiap variabel
menggunakan uji reliabilitas Kuder terhadap kesesuaian data dan kekuatan
Richardson (KR 20), karena instrumen hubungan antara kedua variabel dengan
yang digunakan dalam penelitian ini tingkat signifikan, dengan
menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0). menggunakan rumus:
-
Rumus yang digunakan adalah sebagai Zh = .
3
berikut (Arikunto, 2010): 02.
k Vt - pq Harga z hitung (Zh) selanjutnya
r11 = ( )( ) dibandingkan dengan harga z table
k1 Vt (Zt). Jika z hitung lebih besar dari z
tabel maka hubungan signifikan
Berdasarkan dari hasil analisis diterima (Ho ditolak, Ha diterima) dan
diperoleh nilai koefisien reliabilitas jika z hitung lebih kecil dari z tabel
Kuder Richardson (KR 20), untuk soal maka hubungan signifikan ditolak (Ho
pertanyaan perilaku hidup bersih dan ditolak, Ha diterima). Untuk
sehat dan variabel kejadian diare pada perhitungan selanjutnya menggunakan
balita sebesar 0,944. Oleh karena nilai bantuan komputer. (Sugiyono, 2010).
koefisien Kuder Richardson (KR 20),
HASIL
lebih besar dari 0,444; maka dapat
Desa Banyusoco, merupakan salah
diambil kesimpulan bahwa instrumen
satu Desa di Kecamatan Playen,
tersebut reliabel dan dapat digunakan
Kabupaten Gunungkidul dan
sebagai alat pengumpulan data.
merupakan salah satu Desa Binaan

Analisis data yang digunakan wilayah kerja Puskesmas Playen II.

untuk mengetahui hubungan perilaku Desa Banyusoco merupakan Desa


terpencil di Kecamatan Playen, secara a. Puskesmas Pembantu : 1 buah
geografis merupakan daerah b. Poliklinik Swasta : 1 buah
pegunungan, luas wilayahnya adalah c. Posyandu : 8 buah
1782,4975 ha. Dengan jumlah d. Polindes : 1 buah
penduduk 5879 jiwa. e. Puskesling dalam satu bulan ke
Desa Banyusoco dibatasi Dusun 2 kali putaran secara
dengan empat Desa yaitu : bergantian
a. Disebelah Barat dengan Jumlah tenaga kesehatan yang
Desa Mangunan ada di Desa Banyusoco adalah :
b. Disebelah Timur dengan a. Bidan Desa : 1 buah
Desa Bleberan b. Perawat : 2 buah
c. Disebelah Selatan dengan c. PLKB : 1 buah
Desa Girisoko d. TU : 2 buah
d. Disebelah Utara dengan
Desa Kebosungu
Secara administrasi Desa
Banyusoco terdiri dari 8 Dusun, 8 RW,
56 RT.
Sarana kesehatan yang ada di
Desa Banyusoco yang milik
Pemerintah maupun swasta adalah :
Tabel 3
Karakteristik Responden

No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Umur Ibu (Tahun)
a. 20 35 Tahun 24 64.9
b. > 35 tahun 13 35.1
Total 37 100.0
2 Umur Balita (Bulan)
a. 23 - 30 bulan 10 27.0
b. 31 - 38 bulan 9 24.3
c. 39 - 46 bulan 5 13.5
d. 47 - 54 bulan 8 21.6
e. 55 - 62 bulan 5 13.5
Total 37 100.0
3 Pendidikan Ibu
a. Dasar (SD - SMP) 21 56.8
b. Menengah (SMA) 13 35.1
c. Tinggi (Perguruan Tinggi) 3 8.1
Total 37 100.0
4 Pekerjaan Ibu
IRT 19 51.4
Buruh/Tani 11 29.7
Pegawai Swasta 1 2.7
Wiraswasta 4 10.8
PNS 2 5.4
Total 37 100.0

Sumber: Data Primer, 2013. usia 39 46 bulan dan 55 62 bulan


yang masing-masing jumlahnya adalah
Tabel 3 menunjukkan bahwa
sama sebanyak 5 balita (13,5%).
berdasarkan umur ibu, mayoritas ibu
Berdasarkan pendidikan ibu,
berusia antara 20 35 tahun sebanyak
mayoritas ibu berpendidikan dasar
24 orang (64,9%) dan sisanya sebanyak
yang merupakan tamatan SD dan SMP
13 orang (35,1%) merupakan ibu
sebanyak 21 orang (56,8%) dan
dengan usia > 35 tahun.
sebaliknya pendidikan ibu yang paling
Berdasarkan umur balita,
sedikit ditemukan adalah ibu yang
mayoritas balitas berusia antara 23
berpendidikan tinggi (tamatan
30 bulan sebanyak 10 balita (27%)
Perguruan Tinggi) sebanyak 3 orang
dan sebaliknya usia balita yang paling
(8,1%).
sedikit ditemukan adalah balita dengan
Berdasarkan pekerjaan ibu, pekerjaan ibu yang paling sedikit
mayoritas ibu berstatus sebagai IRT ditemukan adalah ibu yang bekerja
(Ibu Rumah Tangga) sebanyak 19 sebanyak pegawai swasta sebanyak 1
orang (51,4%) dan sebaliknya orang (2,7%).
Tabel 4
Deskriptif Perilaku PHBS Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Dusun Ketangi
Desa Banyusoco Kecamatan Playen
Kabupaten Gunungkidul

No Perilaku PHBS Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Cukup Baik 31 83.8
2 Baik 6 16.2
Total 37 100.0
Sumber: Data Primer, 2013. kategori cukup baik sebanyak 31 orang

(83,8%) dan sisanya sebanyak 6 orang


Tabel 4. menunjukkan bahwa
(16,2%) memiliki perilaku PHBS
mayoritas perilaku PHBS tatanan
tatanan rumah tangga yang masuk
rumah tangga pada masyarakat di
dalam kategori baik.
wilayah Dusun Ketangi Desa

Banyusoco Kecamatan Playen

Kabupaten Gunungkidul masuk dalam

Tabel 5
Deskriptif Kejadian Diare pada Balita di Posyandu Dusun Ketangi Desa
Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

No Kejadian Diare Jumlah (balita) Persentase (%)


1 Tidak Mengalami 9 24.3
Diare
2 Mengalami Diare 28 75.7
Total 37 100.0
Sumber: Data Primer, 2013. Playen Kabupaten Gunungkidul
pernah mengalami diare sebanyak 28
balita (75,7%) dan sisanya sebanyak 9
Tabel 5. menunjukkan bahwa balita (24,3%) tidak mengalami
mayoritas balita di Posyandu Dusun diare.
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan
Tabel 6
Kejadian Diare Terakhir pada Balita di Posyandu Dusun Ketangi
Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

No Diare Terakhir Jumlah (balita) Persentase (%)


1 3 bulan terakhir 24 64.9
2 6 bulan terakhir 13 35.1
Total 37 100.0

Sumber: Data Primer, 2013. mengalami kejadian diare pada 3 bulan


terakhir sebanyak 24 balita (64,9%)
Tabel 6. menunjukkan bahwa
dan sisanya sebanyak 13 balita
mayoritas balita di Posyandu Dusun
(35,1%) mengalami kejadian diare
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan
dalam kurun waktu 6 bulan terakhir
Playen Kabupaten Gunungkidul
Tabel 7
Frekuensi Kejadian Diare dalam Setahun pada Balita di Posyandu
Dusun Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Playen
Kabupaten Gunungkidul

No Frekuensi Diare dalam Jumlah (Balita) Persentase (%)


Setahun
1 1 kali dalam setahun 15 40.5
2 2 kali dalam setahun 13 35.1
3 3 kali dalam setahun 9 24.3
Total 37 100.0

Sumber: Data Primer, 2013. sebanyak 3 kali dalam setahun, yaitu

sejumlah 9 balita (24,3%).


Tabel 7. menunjukkan bahwa
Hasil analisa statistik koefisien
mayoritas balita di Posyandu Dusun
Rank Spearman diperoleh nilai konstanta
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan (bi) sebesar -0,727 dan dengan nilai
signifikasi 0,000. Maka dapat dikatakan
Playen Kabupaten Gunungkidul
ada hubungan antara Perilaku Hidup
mengalami diare sebanyak 1 kali dalam
Bersih dan Sehat dengan Kejadian
setahun sejumlah 15 balita (40,5%) dan Diare pada Balita di Posyandu Dusun
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan
sebaliknya frekuensi kejadian diare yang
Playen Kabupaten Gunungkidul. Arah
paling sedikit ditemukan adalah balita
hubungan negative -0,727 artinya
yang mengalami kejadian diare Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
baik akan menurunkan angka Kejadian anggota keluarga dalam menerapkan
Diare pada Balita. prinsip-prinsip PHBS tatanan rumah
tangga yang pada akhirnya dalam
PEMBAHASAN
menghindarkan balita dari kejadian

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di diare, yang salah satu factor

Dusun Ketangi Desa Banyusoco penyebabnya adalah tidak

Kecamatan Playen Kabupaten diterapkannya prinsip-prinsip PHBS

Gunungkidul tatanan rumah tangga.


Hasil penelitian yang Sebagaimana pendapat yang
menunjukkan bahwa mayoritas dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003)
penduduk di wilayah Dusun Ketangi yang mengatakan bahwa pengetahuan
Desa Banyusoco Kecamatan Playen memegang peranan penting dalam
Kabupaten Gunungkidul yang memiliki penentuan sikap yang utuh. Sikap
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada seorang dapat berubah dengan

kategori cukup baik dapat dimungkinkan diperolehnya tambahan informasi

oleh adanya pengaruh dari beberapa tentang objek tertentu dalam


karakteristik responden sebagai kehidupan manusia sikap selalu
berikut. mengalami perubahan dan
Jika dilihat dari usia ibu yang perkembangan (Purwanto, 2001 dalam
mayoritas berkisar antara 20 35 tahun Utari, 2011).
yang notabene masuk dalam kategori Pengetahuan ini akan membentuk
usia muda (ibu muda), menandakan kepercayaan yang selanjutnya perspektif

bahwa ibu sudah berada dalam usia yang pada manusia dalam mempersepsi
matang dalam menjalankan perannya kenyataan, memberikan dasar
sebagai ibu dalam mengasuh dan dalam pengambilan keputusan dan
membesarkan anak-anaknya. Sehingga menetukan sikap terhadap suatu

dalam kondisi usia yang matang baik objek tertentu, kepercayaan yang
secara biologis maupun secara dimaksud adalah keyakinan bahwa

psikologis, sudah selayaknya ibu sesuatu itu benar atau sebaliknya atas
memiliki tingkat pengetahuan yang baik bukti, sugesti, sugestiotoritas,

tentang PHBS khususnya tatanan rumah pengalaman atau intuisi. Oleh sebab
tangga sehingga dapat mendorong itulah, perilaku yang terbentuk dari
tumbuhnya sikap dan perilaku positif sikap positif yang dilandasi oleh
pengetahuan yang baik akan oleh para pakar kesehatan disebutkan
cenderung langgeng dibandingkan bahwa pendidikan merupakan salah satu
dengan perilaku yang tidak didasari faktor yang mempengaruhi tingkat
oleh sikap positif dan pengetahuan pengetahuan seseorang dan pada
yang baik tentang sesuatu objek akhirnya menumbuhkan sikap dan
(Notoatmodjo, 2003). perilaku kesehatan seseorang, akan
Sedangkan salah satu faktor yang tetapi mayoritas ibu telah menerapkan
mempengaruhi tingkat pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
seseorang adalah umur. Semakin Tatanan Rumah Tangga yang cukup
banyak usia seseorang maka semakin baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa
bijaksana dan banyak pengalaman/hal pendidikan seseorang bukan merupakan
yang telah dijumpai dan dikerjakanuntuk satu-satunya faktor dan jaminan perilaku
memiliki pengetahuan. Dengan positif terkait dengan penerapan
pengetahuan tersebut dapat PHBS Tatanan Rumah Tangga.
mengembangkan kemampuan Meskipun seseorang khususnya ibu
mengambil keputusan yang merupakan memiliki keterbatasan tingkat
manifestasi dari keterpaduan menalar pendidikan, akan tetapi apabila para
secara ilmiah dan etik yang bertolak ibu khususnya yang memiliki balita
dari masalah nyata (Irmayanti, 2007 sering mengikuti kegiatan Posyandu dan
dalam Utari, 2011). Umur ini juga kunjungan ke klinik-klinik kesehatan
berkaitan dengan kematangan akal (KIA), yang didalamnya juga
dalam menerima, menghayati dan menyelenggarakan program penyuluhan
mensikapi sesuatu. Seiring kesehatan, maka para ibu akan
bertambahnya umur seseorang, memperoleh tambahan informasi tentang
kematangan akal juga semakin tumbuh pentingnya perilaku kesehatan termasuk
dengan kuat, sehingga menumbuhkan PHBS tatanan rumah tangga sehingga
pengetahuan yang semakin baik pada dapat mendorong anggota keluarga lain
diri seseorang (Muliadi N, 2008 dalam untuk berperilaku positif menyangkut
Utari, 2011). pemeliharaan kesehatan diri dan
Jika dilihat dari tingkat pendidikan lingkungan.
ibu yang mayoritas berpendidikan dasar Pendidikan adalah proses
(SD SMP), meskipun dihadapkan pada pengubahan sikap dan tata laku
keterbatasan tingkat pendidikan yang seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan seseorang melalui upaya Meskipun lingkungan pekerjaan
pengajaran dan pelatihan baik di sebagaimana yang dikemukakan oleh
sekolah ataupun di luar sekolah. Makin Soekanto (2006 dalam Wantiyah, 2004),
tinggi pendidikan, makin mudah bahwa salah satu faktor pembentuk
seseorang menerima pengetahuan. pengetahuan seseorang adalah
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi lingkungan sosial termasuk
persepsi seseorang untuk lebih didalamnya lingkungan kerja.
menerima ide-ide dan teknologi baru. Seseorang yang bekerja di luar rumah
Pendidikan juga merupakan salah satu tentu memiliki cakupan lingkungan
faktor yang mempengaruhi persepsi sosial yang lebih luas dibandingkan
seseorang. Karena dapat membuat dengan mereka yang tidak bekerja.
seseorang untuk lebih mudah Hampir segala sesuatu yang dipikirkan,
mengambil keputusan dan bertindak dirasakan, bertahan dengan orang lain,
(Irmayanti, 2007 dalam Utari, 2011). bahasa, kebiasaan makan, pakaian, dan
Jika dilihat dari status pekerjaan sebagainya dipelajari dari lingkungan
ibu yang mayoritas sebagai ibu rumah sosial budaya termasuk didalamnya
tangga (IRT), tetapi mayoritas ibu lingkungan kerja. Akan tetapi, seiring
telah memiliki perilaku yang cukup dengan perkembangan teknologi
baik dalam menerapkan PHBS tatanan informasi dan komunikasi khususnya
rumah tangga menunjukkan bahwa yang berbasis internet, memudahkan
meskipun para ibu disibukkan dengan seseorang untuk memperoleh informasi
beragam aktivitas rutin mengurus dan sumber pengetahuan up to date
rumah tangga, mulai dari mengurus kapanpun dan dimanapun tanpa harus
anak, suami sampai dengan urusan dibatasi oleh ruang dan waktu
internal rumah tangga lainnya, tetap (Soekanto, 2006 dalam Wantiyah 2004).
tidak membatasi mereka untuk Hasil penelitian yang menunjukkan
memperoleh sumber informasi bahwa mayoritas umur balita berkisar
kesehatan yang sangat penting bagi antara 23 30 bulan yang merupakan
tumbuh kembang bayi seperti kelompok usia rentan terjangkit diare,
pentingnya penerapan PHBS tatanan dapat menjadi salah satu faktor
rumah tangga sebagai salah satu upaya pendorong ibu untuk menerapkan
mencegah kejadian diare pada balita. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tatanan Rumah Tangga agar balita
mereka terhindar dari kejadian diare. Ini usia merupakan salah satu faktor yang
merupakan bentuk kasih sayang ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan
dalam menjaga, melindungi dan seseorang. Semakin bertambah usia
memelihara kesehatan balita termasuk seseorang maka semakin bijaksana dan
dari ancaman terjangkitnya penyakit banyak pengalaman/hal yang telah
diare yang paling banyak menyerang dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki
kelompok usia bayi dan balita. pengetahuan. Dengan pengetahuan
2. Kejadian Diare pada Balita di tersebut dapat mengembangkan
Posyandu Dusun Ketangi Desa kemampuan mengambil keputusan yang
Banyusoco Kecamatan Playen merupakan manifestasi dari keterpaduan
Kabupaten Gunungkidul menalar secara ilmiah danetik yang
bertolak dari masalah nyata (Irmayanti,
Hasil penelitian yang menunjukkan
2007 dalam Utari, 2011). Umur ini juga
bahwa mayoritas balita di Posyandu
berkaitan dengan kematangan akal
Dusun Ketangi Desa Banyusoco
dalam menerima, menghayati dan
Kecamatan Playen Kabupaten
mensikapi sesuatu. Seiring
Gunungkidul mengalami kejadian diare,
bertambahnya umur seseorang,
dengan catatan kejadian adalah 3 bulan
kematangan akal juga semakin tumbuh
terakhir dan frekuensi kejadian
dengan kuat, sehingga menumbuhkan
sebanyak 1 kali dalam setahun, dapat
pengetahuan yang semakin baik pada
dimungkinkan karena adanya beberapa
diri seseorang yang pada akhirnya
factor karakteristik responden sebagai
akan menumbuhkan sikap dan
berikut.
perilaku yang positif tentang
Jika dilihat dari usia ibu yang
pentingnya pemeliharaan kesehatan
mayoritas masuk dalam kategori usia ibu
diri dan lingkungan termasuk
muda (20 35 tahun), dapat
didalamnya adalah Perilaku Hidup
dimungkinkan ibu memiliki keterbatasan
Bersih dan Sehat Tatanan Rumah
pengetahuan dan pengalaman tentang
Tangga (Muliadi N, 2008 dalam Utari
pentingnya penerapan PHBS tatanan
2011).
rumah tangga sebagai salah satu upaya
Jika dilihat dari usia balita yang
efektif mengurangi kejadian diare pada
mayoritas berkisar antara 23 30 bulan
balita. Sebagaimana yang telah
yang merupakan kelompok rentan
disebutkan sebelumnya bahwa factor
terserang penyakit diare, maka dapat
dimengerti apabila mayoritas balita (IRT). Seperti yang sudah dijabarkan
dalam penelitian ini mengalami di atas, bahwa salah satu faktor penting
kejadian diare. Oleh sebab itu, pembentuk pengetahuan seseorang
penerapan PHBS tatanan rumah tangga adalah lingkungan sosial, termasuk
adalah sangat penting sebagai salah satu didalamnya lingkungan kerja.
upaya efektif dalam mencegah atau Seseorang yang bekerja di luar rumah
mengurangi tingkat kejadian diare pada tentu memiliki cakupan lingkungan dan
balita. interaksi sosial yang lebih luas
Jika dilihat dari tingkat pendidikan dibandingkan dengan mereka yang
ibu yang mayoritas berpendidikan dasar menghabiskan waktunya di dalam
(SD SMP), maka dapat dipahami rumah. Sebab lingkungan sosial yang
apabila mayoritas ibu memiliki didalamnya mencakup aktivitas interaksi
perilaku PHBS tatanan rumah tangga social menjadi salah satu sumber
yang masuk dalam kategori cukup, informasi penting yang banyak
sehingga dimungkinkan menjadi salah mempengaruhi pembentukan
satu faktor pemicu kejadian diare pada pengetahuan seseorang yang pada
balita. Sebagaimana yang dikemukakan akhirnya akan menumbuhkan sikap dan
oleh Irmayanti (2007 dalam Utari, perilaku positif bagi diri seseorang
2011) di atas, bahwasannya semakin mengenai pentingnya penerapan PHBS
tinggi pendidikan seseorang maka akan tatanan rumah tangga sebagai salah
cenderung membentuk pengetahuan satu upaya pencegahan diare pada
seseorang yang lebih baik mengenai balita.
suatu objek, fenomena, ide dan gagasan
baru termasuk didalamnya pengetahuan 3. Hubungan Antara PHBS Tatanan
tentang PHBS tatanan rumah tangga Rumah Tangga dengan Kejadian
sebagai salah satu upaya pencegahan Diare pada Balita di Posyandu
dan pengurangan kejadian diare pada Dusun Ketangi Desa Banyusoco
balita. Kecamatan Playen Kabupaten
Hasil penelitian yang menunjukkan Gunung Kidul Yogyakarta
bahwa sebagian balita mengalami
Hasil penelitian yang menunjukkan
kejadian diare tidak terlepas dari
adanya hubungan antara PHBS tatanan
faktor status pekerjaan ibu yang
rumah tangga dengan kejadian diare
mayoritas sebagai ibu rumah tangga
pada balita di Posyandu Dusun Ketangi memelihara dan meningkatkan status
Desa Banyusoco Kecamatan Playen kesehatannya, antara lain tindakan
Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta pencegahan penyakit, kebersihan diri,
sejalan dengan temuan Nufara (2010) pemilihan makanan sehat dan bergizi,
dan Ramadhani (2010) yang hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
mengatakan ada hubungan signifikan Menurut Sadli (2005), perilaku sehat
antara kualitas sanitasi lingkungan individu sangat erat kaitannya dengan
dengan kejadian diare. Kualitas lingkungan secara menyeluruh, seperti:
sanitasi lingkungan ini didalamnya lingkungan keluarga dengan berbagai
menyangkut penerapan prinsip-prinsip kebiasaan sehat setiap anggota keluarga,
PHBS tatanan rumah tangga, sehingga lingkungan terbatas keluarga yang
secara logis dapat dipahami dan berkaitan dengan tradisi, adat-istiadat,
dimengerti adanya hubungan signifikan serta kepercayaan masyarakat setempat
antara kualitas sanitasi lingkungan dan lingkungan umum yang berkaitan
sebagai hasil dari penerapan prinsip- dengan kebijakan pemerintah di bidang
prinsip dasar PHBS dengan kejadian kesehatan, program kesehatan dan
diare. undang-undang kesehatan.
Hasil penelitian ini juga sejalan Tingkat laku manusia (behavior)
dengan temuan Utari, (2011) yang juga mempengaruhi derajat kesehatan
menyebutkan bahwa ada hubungan masyarakat. Faktor lingkungan dan
signifikan antara perilaku PHBS dengan tingkah laku manusia saling berinteraksi
kejadian diare di wilayah kerja satu dengan yang lainnya. Kondisi
Puskesmas Delanggu Klaten. Hasil studi lingkungan yang bersih, tertib dan aman
ini juga sejalan dengan temuan Prasetya akan memberikan dampak kepada
(2003 dalam Utari, 2011) mengenai tingkah laku manusia untuk menerapkan
faktor-faktor yang berhubungan hidup sehat. Khusus penyakit diare,
dengan kejadian diare di Desa Madurejo dimana penyebab utamanya adalah
Prambanan, bahwa yang berpengaruh faktor lingkungan maka langkah yang
terhadap kejadian diare di Desa harus diambil adalah memberikan
Madurejo adalah perilaku masyarakat penyuluhan kepada masyarakat untuk
dan juga lingkungan. berperilaku hidup sehat dengan
Perilaku sehat seseorang menggunakan air bersih, pembuangan
berhubungan dengan tindakannya dalam
air besar di jamban dan menjaga bertempat tinggal di daerah tepi sungai,
kebersihan lingkungan rumah tangganya. mereka tidak mempunyai jamban
Penyakit diare menurut Purwanto sehingga buang air besar di sungai. Jarak
2001 (dalam Umarotuzuh, 2011) sumber air dengan tempat peresapan
merupakan salah satu penyakit berbasis kotoran manusia yang kurang dari 10
lingkungan dimana dua faktor yang meter, menyebabkan air sumur yang
paling berpengaruh adalah air dan dipakai untuk keperluan rumah tangga
pembuangan tinja, sedangkan faktor- mudah terkontaminasi kuman dari
faktor lingkungan, seperti: jenis kakus, kotoran manusia sehingga efektif
sumber air, jarak sumur ke rembesan sebagai media penyebaran penyakit
tinja, dan kepadatan hunian mempunyai diare. Perilaku masyarakat dalam
pengaruh terhadap kejadian diare kecuali penanaman kebersihan lingkungan
bahan utama lantai (Prasetya, 2003 masih perlu ditingkatkan lagi, seperti
dalam Utari, 2011). kebiasaan mencuci tangan dengan air
Beberapa penelitian di atas bersih dan sabun sebelum makan
mengungkapkan keadaan kesehatan maupun sesudah buang air besar masih
lingkungan yang tidak baik yang dipicu jarang dilakukan oleh masyarakat.
oleh pola penerapan PHBS yang buruk Penelitian Budiarso 2003 (dalam
mempengaruhi terhadap kejadian diare Utari 2011), menyatakan bahwa untuk
dibandingkan keadaan kesehatan menekan insiden diare dan sekaligus
lingkungan yang lebih baik melalui mencegah timbulnya penyakit faecal-
penerapan PHBS. oral dapat dilakukan dengan
Perilaku hidup bersih dan sehat memperbaiki keadaan hygiene dan
(PHBS) seseorang ternyata sanitasi lingkungan keluarga. Upaya
mempengaruhi terhadap kejadian diare. pemberantasan kejadian diare pada balita
Hal ini dapat dimungkinkan karena khususnya dan orang dewasa pada
kondisi lingkungan yang sangat bisa umumnya, tidak hanya terfokuskan pada
mendukung penyebaran diare, faktor kesehatan lingkungan. Kebiasaan
diantaranya adalah pemakaian sumber dan perilaku hidup sehat juga perlu
air bersih untuk keperluan minum, mendapatkan perhatian. Kebiasaan dan
mandi dan masak-memasak. Selain itu, perilaku keluarga yang baik dalam
faktor jamban yang dipakai juga menyediakan air bersih, membuang
berpengaruh, misalnya masyarakat yang sampah pada tempatnya, penyediaan
sarana pembuangan tinja yang baik, Posyandu Dusun Ketangi Desa
dapat mencegah kejadian diare. Selain Banyusoco Kecamatan Playen
itu, komponen perilaku hidup bersih dan Kabupaten Gunungkidul.
sehat, seperti: mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah buang air besar,
Saran
mengkonsumsi air bersih, dan menjaga
Sebagai penutup dalam penelitian
kebersihan dan kualitas air dari berbagai
ini, penyusun akan mengemukakan
sumber polutan dapat mencegah
beberapa saran penelitian sebagai
kejadian diare (UNICEF, 2005 dalam
berikut:
Utari, 2011).
1. Bagi Puskesmas Playen II
Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat
Berdasarkan uraian pembahasan di digunakan sebagai dasar
atas, penyusun dapat menarik beberapa pertimbangan untuk menentukan
kesimpulan penelitian sebagai berikut: kebijakan kesehatan dan perencanaan
1. Mayoritas perilaku PHBS tatanan program pembangunan kesehatan
rumah tangga pada masyarakat di termasuk program pemberian
wilayah Dusun Banyusoco Desa penyuluhan kesehatan masyarakat
Banyusoco Kecamatan Playen tentang pentingnya penerapan PHBS
Kabupaten Gunungkidul masuk tatanan rumah tangga sebagai salah
dalam kategori cukup baik sebanyak satu upaya mengurangi kejadian diare
31 orang (83,8%). pada balita.
2. Mayoritas balita di Posyandu Dusun 2. Bagi Masyarakat di Dusun Ketangi
Ketangi Desa Banyusoco Kecamatan Desa Banyusoco, Kecamatan
Playen Kabupaten Gunungkidul Playen, Kabupaten Gunungkidul.
mengalami diare sebanyak 28 balita
Hendaknya menerapkan perilaku
(75,7%), dengan kejadian diare pada
hidup bersih dan sehat dalam rangka
3 bulan terakhir sebanyak 24 balita
menjaga dan memelihara kualitas
(64,9%) dan frekuensi kejadian diare
kesehatan dan sanitasi lingkungan yang
sebanyak 1 kali dalam setahun
dapat menghindarkan anggota keluarga
sejumlah 15 balita (40,5%).
khususnya balita terhindar dari kejadian
3. Terdapat hubungan antara PHBS
diare.
tatanan rumah tangga dengan
3. Profesi Keperawatan
kejadian diare pada balita di
Hasil penelitian ini dapat Dinas Kesehatan Yogyakarta. 2011.
mendorong perawat memberikan Profil Kesehatan Provinsi
motivasi kepada masyarakat khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta
ibu untuk menerapkan PHBS sebagai 2011. Yogyakarta: Dinas
upaya pencegahan kejadian diare pada Kesehatan Yogyakarta.
balita.
4. Peneliti Lain Ginting, S.BR. 2011. Hubungan antara
Hasil penelitian ini dapat Kejadian Diare pada Balita
digunakan sebagai bahan rujukan dengan Sikap dan Pengetahuan
untuk mengembangkan penelitian Ibu Tentang PHBS di Puskesmas
sejenis terkait dengan perilaku hidup Siantan Hulu Pontianak
bersih dan sehat sebab masih banyak Kalimantan Barat Tahun 2011.
aspek yang perlu dikaji mengenai Skripsi. Surabaya: Program Studi
topik permasalahan penelitian ini. Pendidikan Bidan Jalur B
Fakultas Kedokteran Unversitas
DAFTAR PUSTAKA
Airlangga.

Junias, M. & Balelay, E. 2008.


Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian:
Hubungan Antara Pembuangan
Suatu Pendekatan Praktik, Edisi
Sampah dengan Kejadian Diare
Revisi 2010. Jakarta: Rineka
pada Penduduk di Kelurahan
Cipta
Oesapa Kecamatan Kelapa Lima
Departemen Kesehatan Republik
Kota Kupang. dalam
Indonesia. 2003. Pedoman
http://mediakesehatanmasyarakat
Pemberantasan Penyakit Diare.
.files.wordpress.com/2012/06/arti
Jakarta: Direktorat Jendral PP &
kel-5.pdf , diakses pada 14
PL.
Februari 2013
Departemen Kesehatan Republik
Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Indonesia. 2007. Rumah Tangga
Pedoman Pembinaan Perilaku
Sehat Dengan Perilaku Hidup
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
Bersih dan Sehat. Jakarta: Ditjen
Jakarta: Kementerian Kesehatan
PP & PL
RI
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
perilaku kesehatan. Jakarta: Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan
Rineka Cipta Laboratorik: Edisi Baru. Jakarta:
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Rineka Cipta
Penelitian Kesehatan, Edisi Umarotuzuh. 2011. Upaya Keluarga
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta dalam Pencegahan Terjadinya
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penyakit Diare pada Balita di
Penelitian Kesehatan, Edisi Desa Brambang RW 01
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Kecamatan Karangawen
Nufara, E. 2010. Hubungan Sanitasi Kabupaten Demak .
Lingkungan Terhadap Kejadian dalam
Diare Akut pada Balita di http://digilib.unimus.ac.idfilesdis
Kecamatan Cepogo dan k1122jtptunimus-gdl-
Mojosongo Kabupaten Boyolali umarotuzuh-6076-1-babi.pdf ,
Tahun 2010. Tesis. Tidak diakses tanggal 7 November
dipublikasikan. Yogyakarta: 2012
Program Studi Ilmu Kesehatan Utari, T. 2011. Hubungan Perilaku
Masyarakat Fakultas Kedokteran Hidup Bersih dan Sehat dengan
Universitas Gadjah Mada Kejadian Diare di Wilayah Kerja
Ramadhani, A.F. 2010. Hubungan Puskesmas Delangu. Dalam
Sanitasi Dengan Kejadian Diare http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ju
Pada Keluarga di Kelurahan rnal/11095361.pdf, diakses
Kledung Karang Dalem tanggal 22 januari 2013.
Kecamatan Banyuurip Wantiyah. 2004. Gambaran Perilaku
Kabupaten Purworejo Tahun Hidup Bersih dan Sehat Pada
2010. Skripsi. Tidak Tatanan Rumah Tangga di RW
dipublikasikan. Yogyakarta: 04 Kelurahan Terban Wilayah
Program Studi Ilmu Keperawatan Kerja Puskesmas
Fakultas Kedokteran Universitas Gondokusuman
Gadjah Mada II Yogyakarta. Skripsi. Tidak
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk dipublikasikan. Yogyakarta:
Penelitian. Bandung: Alfabeta Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada
Wartina, I. 2011. Hubungan antara
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Keluarga dan Sanitasi
Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Diare pada Balita di
Kelurahan Kraton Kecamatan
Maospati Kabupaten Magetan
Jawa Timur.
dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/di
sk1/115/jtptunimus-gdl-
ikawartina-5746-2-babii.pdf ,
diakses tanggal 14 Februari 2013

You might also like