You are on page 1of 4

1

Perencanaan Bebas Buang Air Besar Sembarangan/ Open


Defecation Free (ODF) Melalui Pilihan Teknologi
Sanitasi Studi Kasus Wilayah Kerja Puskesmas
Barengkrajan, Kabupaten Sidoarjo
Intan Permata Laksmi, Eddy Setiadi Soedjono
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: intanlaksmi14@gmail.com

Abstrak Beberapa target pemerintah mengenai sistem Salah satu target Pemerintah Indonesia yang dimuat dalam
sanitasi seperti MDGs 2015, RPJMN 2010-2014, yang saling Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
menunjang hampir mendekati batas waktu, namun belum Tahun 2010-2014 terkait dengan sanitasi adalah tercapainya
keseluruhan dari target tersebut tercapai, salah satunya adalah kondisi Bebas Buang Air Besar Sembarangan (Bebas BABS)
target pada tahun 2014. Studi kasus pada tugas akhir ini adalah atau juga bisa disebut Open Defecation Free (ODF) dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Barengkrajan Sidoarjo, khususnya
sistem pengelolaan air limbah sistem on-site bagi 90% total
Desa Sidomojo. RW 3 Luwung Sidomojo memiliki kondisi
penduduk. Hal tersebut tentunya juga menunjang program
lingkungan yang berdekatan dengan sungai. Hal ini
menyebabkan masyarakat Luwung masih banyak yang BABs Millennium Development Goals (MDGs) 2015 target 7
maupun sudah mempunyai jamban namun pembuangannya tentang memastikan kelestarian lingkungan hidup poin C yaitu
langsung ke sungai. Masyarakat Luwung Desa Sidomojo menurunkan hingga separuh proporsi penduduk tanpa akses
mayoritas bekerja menjadi buruh pabrik dengan gaji rata-rata terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta
UMK. Dengan faktor ekonomi dan faktor lahan yang fasilitas sanitasi dasar pada 2015.
mempengaruhi masyarakat dalam merubah perilaku mereka, Salah satu kabupaten yang mendapat perhatian tentang
maka ada dua pilihan teknologi sanitasi yang dapat digunakan sanitasi adalah Kabupaten Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo
oleh masyarakat Luwung. Pilihan teknologi sanitasi ini terdiri merupakan salah satu kabupaten yang letaknya berdekatan
dari Jamban dengan Cubluk Tunggal dan Jamban dengan dengan Ibukota Provinsi Jawa Timur yaitu Kota Surabaya.
Cubluk Ganda. Selain adanya pilihan teknologi sanitasi, perlu
Namun untuk masalah sanitasi, khususnya tentang kondisi
diadakan kegiatan Pemicuan yang menjadi kunci dalam
buang air besar sembarangan dan kepemilikan jamban sehat,
mengajak masyarakat untuk merubah kebiasaan. Perencanaan
program ODF ini memerlukan biaya sekitar Rp 26.544.150.000,- / Kabupaten Sidoarjo tertinggal dimana dari 353 desa yang ada
tahun untuk Kabupaten Sidoarjo memenuhi target menjadi di Kabupaten Sidoarjo, baru 22 desa yang dinyatakan Bebas
Kabupaten ODF. BABS dan dari 519.129 Kepala Keluarga (KK) yang memiliki
Kata Kunci Sanitasi, ODF, BABs Teknologi, Jamban, Cubluk, akses jamban sehat baru 44.508 KK [4].
Pemicuan. Desa/Kelurahan ODF adalah desa/kelurahan yang 100%
masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, ini berarti
I. PENDAHULUAN desa/kelurahan tersebut telah mencapai perubahan perilaku
terkait pilar 1 dari 5 pilar STBM. Terkait dengan target pada
I NDONESIA sebagai negara berkembang saat ini mempunyai
permasalahan di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih
dan sehat, sebagaimana negara berkembang lainnya. Dengan
akhir tahun 2014, yaitu tidak ada lagi penduduk Indonesia yang
melakukan perilaku buang air besar sembarangan dan kondisi
eksisting pada saat ini, maka perlu dilakukan strategi upaya
adanya otonomi daerah, permasalahan di bidang sanitasi ini pun
percepatan pencapaian target salah satunya adalah pencapaian
bukan lagi hanya menjadi urusan bagi Pemerintah Pusat, namun
minimal satu Desa/Kelurahan terverifikasi ODF setiap tahunnya
juga sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pada kondisi sanitasi saat ini, jumlah untuk setiap wilayah kerja Puskesmas [6].
penduduk yang hidup dalam akses sanitasi yang buruk Upaya bebas buang air besar sembarangan di Desa
mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di perkotaan Sidomojo, Wilayah Kerja Puskesmas Barengkrajan Kabupaten
(18,20%) dan perdesaan (40%). Kementerian Kesehatan Sidoarjo dengan pertimbangan dalam surat edaran Menkes No.
menjelaskan bahwa di Indonesia ada 226 kota yang masih 132 tahun 2013 dijelaskan tentang strategi upaya percepatan
bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota pencapaian target poin 3, dan dihubungkan dengan 7 desa yang
menghadapi masalah pengelolaan sampah, serta 100 kota masih termasuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas Barengkrajan,
bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah belum ada yang dideklarasi menjadi desa ODF. Desa yang akan
dengan ketiganya sebanyak 52 kota [16]. diupayakan menjadi desa pertama ODF adalah Desa Sidomojo,
dengan jumlah KK yang tidak memiliki jamban sebanyak 38
2

KK dari 807 KK. Desa lain dalam wilayah kerja Puskesmas III. HASIL DAN DISKUSI
Barengkrajan mempunyai jauh lebih banyak KK yang tidak
memiliki jamban. Dalam upaya bebas BABS, diperlukan A. Analisis Aspek Sosial
kesadaran dari masyarakat sendiri, sehingga semakin kecil Karakteristik yang ada pada daerah penelitian dapat dikaji
jumlah KK yang dipicu agar berubah menjadi berperilaku hidup dengan menggunakan data hasil kuesioner, dimana untuk
bersih dan sehat, semakin cepat desa tersebut dideklarasi tingkat pendidikan yang mendominasi adalah SD/sederajat,
menjadi desa ODF. yakni sebanyak 36 orang (45%) kemudian tingkat pendidikan
SLTA/sederajat sebanyak 23 orang (29%) dan tingkat
pendidikan SLTP/sederajat sebanyak 21 orang (26%).
II. URAIAN PENELITIAN
Pekerjaan Responden paling banyak adalah Buruh Pabrik yakni
A. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak 34 orang (42,5%), hal ini dikarenakan Kecamatan
Krian merupakan kawasan industri dan banyak masyarakatnya
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau
terserap menjadi tenaga kerja di industri-industri. Penghasilan
Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah suatu
pendekatan yang mengajak masyarakat untuk menganalisa mayoritas responden berkisar antara Rp 1.500.001,- sampai
kondisi sanitasi mereka sehingga dapat merubah menjadi dengan Rp 2.000.000,- yakni sebanyak 33 responden
perilaku higiene melalui pemberdayaan dengan metode (41,25%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden
pemicuan untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di bekerja sebagai buruh pabrik yang penghasilannya mengikuti
komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota). Berdasarkan Pergub
melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 pilar Jatim No. 78 Tahun 2013 tentang upah minimum kabupaten/
STBM. Difokuskan pada perilaku Bebas BABs, dimana kota di Jawa Timur pada tahun 2014, UMK untuk Kabupaten
merupakan pilar utama dari STBM sedangkan 4 pilar STBM Sidoarjo adalah Rp 2.190.000,- per bulan. Dari 80 responden
lainnya, seperti mencuci tangan pakai sabun, mengolah yang mengaku mengetahui tentang sanitasi hanya 7 orang (9%)
makanan dan minuman dengan aman, mengelola sampah dan sedangkan 73 orang (91%) lainnya mengaku tidak tahu tentang
mengelola air limbah domestik, tidak diperhatikan atau sanitasi. hasil survey yang menunjukkan bahwa 44 orang
diabaikan. responden (55%) pernah mengikuti pemicuan/penyuluhan dan
36 orang (45%) responden lainnya belum pernah mengikuti
B. Aspek Sosial dan Aspek Teknis pemicuan/penyuluhan. Menurut 35 orang (44%) responden,
perilaku BABS itu dibolehkan karena tidak ada tanda larangan
Untuk mengetahui aspek sosial dan aspek teknis yang
ataupun aturan di desa yang melarang masyarakat untuk buang
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat khususnya
perilaku buang air besar, dilakukan observasi lapangan, air besar sembarangan. Sedangkan menurut 45 oang (56%)
wawancara terhadap tokoh masyarakat dan kuesioner terhadap perilaku BABS itu tidak boleh karena berbagai macam alasan,
80 responden dari 100 warga yang masih berperilaku BABs. seperti akan menimbulkan penyakit, perasaan malu dan lain
Wawancara yang dilakukan menggunakan metode wawancara sebagainya. Pengetahuan masyarakat mengenai dampak dari
bebas dan tidak terikat, dan untuk Kuesioner akan didapatkan perilaku BABS menunjukkan hasil survey sebanyak 43 orang
data mengenai kondisi ekonomi warga, pengetahuan warga responden (54%) mengaku tahu tentang dampak dari perilaku
terhadap sanitasi, perilaku buang air besar warga, kemauan BABS seperti sungai menjadi kotor, pencemaran lingkungan,
merubah kebiasaan sanitasi dan kemauan membangun jamban dan lain sebagainya. Sedangkan sebanyak 37 orang (46%)
untuk menunjang sanitasi yang layak, dan aspek teknis. responden mengaku tidak mengetahui dampak dari perilaku
C. Teknologi Sanitasi BABS. Dari 80 responden, masyarakat yang mengaku memiliki
jamban adalah 42 responden (52,5%) dan yang belum
Teknologi sanitasi dapat direncanakan dengan melakukan
mempunyai jamban sebanyak 38 responden (47,5%).
observasi lapangan dan dari hasil wawancara dan kuesioner. Sedangkan untuk kepemilikan septik tank, dari 80 responden,
Pilihan teknologi sanitasi yang nantinya akan direncanakan
semua mengaku belum mempunyai septik tank dan membuang
mengacu pada SNI, jurnal, atau katalog yang menampilkan
tinja mereka langsung ke sungai. Hasil survey menunjukkan
pilihan teknologi sanitasi berdasarkan kondisi daerah yang ada bahwa 40 responden (50%) melakukan BAB di jamban dan
di Indonesia. 50% lainnya melakukan BAB di sungai. Masyarakat Luwung
D. Perencanaan Metode Partisipasi juga membuang kotoran balitanya (bersama dengan popok
Metode partisipasi adalah metode dimana terdapat unsur sekali pakai) dengan dua pilihan tempat pembuangan yaitu
keterlibatan dan juga kemauan dari orang atau kelompok. sebanyak 76 keluarga ( 95%) membuang di sungai dan 4
Metode partisipasi digunakan fokus pada kegiatan pemicuan, keluarga (5%) membuang kotoran balita di jamban namun
dimana diharapkan masyarakat dapat merubah perilaku mereka membuang popok sekali pakai di sungai. Penyakit diare yang
secara sukarela karena perubahan tersebut ditentukan sendiri sering dikaitkan dengan penyakit akibat lingkungan juga pernah
oleh masyarakat. dialami oleh 51 responden (64%) dalam 2 bulan terakhir ini
dengan frekuensi yang bermacam-macam sedangkan 29
responden (36%) lainnya mengaku tidak pernah terkena
3

penyakit diare. Respon masyarakat ketika ditanya mengenai yang memiliki kelebihan meminimalisir baud an juga keluar
perasaan mereka ketika sedang BABS ataupun BAB di jamban masuknya serangga atau binatang lainnya. Untuk biaya pilihan
namun mereka mengetahui bahwa tinja/kotoran mereka teknologi Cubluk Tunggal membutuhkan Rp 950.000,-
dibuang di sungai, sebanyak 46 responden (57,5%) sedangkan Cubluk Ganda sebesar Rp 1.300.000,-. Biaya ini
menganggap bahwa hal tersebut biasa saja, dan sisanya yaitu 34 dapat dijadikan arisan jamban atau kredit jamban.
orang (42,5%) responden mengaku malu/ terpaksa melakukan Setelah didapat biaya untuk tiap sub kegiatan program
hal tersebut. Terlepas dari kebiasaan dan juga perasaan ketika BABs, maka didapat biaya yang dibutuhkan untuk mencapai
melakukan BABS, masyarakat memiliki keinginan yang tinggi desa ODF di Kabupaten Sidoarjo selama 5 tahun, maka
untuk merubah kebiasaan tersebut. Mayoritas responden yakni diperlukan dana sebesar Rp 26.544.150.000,-/ tahun
sebanyak 50 warga (62,5%) mengaku ingin merubah kebiasaan
mereka namun belum tahu kapan dan 30 responden lain IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
(37,5%) mengaku belum terpikir untuk merubah kebiasaan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
BABS. Mayoritas responden yakni sebanyak 57 orang (71%) dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan seperti berikut:
tidak mau membangun jamban dan/atau septic tank dengan 1. Faktor dari aspek sosial yang mempengaruhi
biaya sendiri dan sebanyak 63 responden (79%) responden masyarakat Desa Sidomojo RW 3 Luwung dalam
memilih untuk menunggu bantuan dari pemerintah agar dapat berperilaku buang air besar sembarangan antara lain
membangun jamban dan/atau septic tank. sebanyak 48 (60%) faktor pendidikan, ekonomi, ketersediaan lahan dan
responden mengaku tidak memiliki lahan untuk membangun faktor bantuan dari pemerintah.
jamban dan/ atau septic tank, sedangkan 32 (40%) responden 2. Faktor dari aspek teknis yang menjadi kendala adalah
menyatakan mempunyai lahan kosong yang sekiranya bisa faktor topografi (letak sungai yang berdekatan
jadikan lokasi jamban dan/atau septic tank. dengan permukiman warga Desa Sidomojo RW 3
Luwung), kepadatan penduduk yang relatif padat
B. Analisi Aspek Teknis namun sebenarnya masih terdapat lahan yang cukup
Desa Sidomojo khususnya RW 3 Luwung, memiliki kondisi untuk membuat jamban dan/ atau septik tank.
lingkungan yang menunjang masyarakatnya untuk berperilaku 3. Upaya yang tepat untuk memicu perubahan perilaku
BABS. Hal ini dikarenakan adanya sungai yang melintas di masyarakat Desa Sidomojo khusunya RW 3 dapat
antara pemukiman warga Luwung. Jarak rumah dengan sungai dengan melakukan Simulasi Perhitungan Tinja dan
sangat dekat sehingga masyarakat membuang hasil aktifitas Air Tinja. Karena masyarakat yang masing BABS
mereka mulai dari mandi, cuci, sampai kakus (tinja) langsung membuang tinja atau kotorannya di sungai bukan di
ke sungai dengan memasang pipa. Kondisi inilah membuat kebun atau sawah.
sebagian warga enggan untuk membuat septic tank (bagi yang 4. Terdapat dua pilihan bangunan bagian bawah, yaitu
sudah punya jamban) karena kemudahan membuang dan tidak Cubluk Tunggal dan Cubluk Ganda. Masing-masing
pilihan memiliki keunggulan dan kekurangan namun
harus membongkar rumah. Dusun Luwung meskipun terletak
kedua pilihan ini bisa menjadi pilihan yang diterima
dekat dengan sungai, sudah hampir 5 tahun ini tidak pernah
masyarakat khususnya Desa Sidomojo RW 3
mengalami banjir.
Luwung.
C. Perencanaan Program Bebas Buang Air Besar 5. Biaya yang diperlukan masyarakat apabila ingin
Sembarangan membangun jamban dengan model Cubluk Tunggal
Perencanaan Program BABs ini meliputi kegiatan adalah Rp 950.000,- sedangkan untuk pembuatan
pemicuan, kemudian perencanaan teknologi sanitasi yang Cubluk Tunggal tanpa jamban, biaya yang
sesuai dan perhitungan biaya untuk program BABs. Kegiatan dibutuhkan adalah Rp 800.000,-.
Pemicuan direncanakan melalui 3 tahap kegiatan yaitu tahap 6. Biaya yang diperlukan masyarakat apabila ingin
pra pemicuan dimana juga disebut tahap pengenalan untuk membangun jamban dengan model Cubluk Ganda
fasilitator terhadap daerah dan masyarakat daerah yang akan adalah Rp 1.300.000,- sedangkan untuk pembuatan
dipicu. Kemudian tahap pemicuan yang merupakan kunci dari Cubluk Ganda tanpa jamban, biaya yang dibutuhkan
Pemicuan, untuk daerah perencanaan yaitu Desa Sidomojo, adalah Rp 1.125.000,-.
dengan melihat prosentase keberhasilan dari kegiatan pemicuan 7. Apabila biaya pembuatan masing-masing pilihan
pada tahun sebelumnya dan pada tahun ini, didapat metode teknologi sanitasi tersebut dijadikan arisan atau
yang dianggap tepat untuk memicu masyarakat Desa Sidomojo kredit, bisa direncanakan dengan uang muka
yaitu Metode Simulasi Perhitungan Tinja dan Metode Air berkisar antara Rp 250.000 sampai dengan Rp
Tinja. Untuk tahap pasca pemicuan, fasilitator diharapkan 300.000 dan dicicil atau diangsur selama 10 bulan.
bekerja sama dengan sanitarian puskesmas untuk melaporkan Biaya cicilan/ angsuran perbulannya berkisar antara
perkembangan kondisi sanitasi yang ada di daerah perncanaan. Rp 50.000,- sampai dengan Rp 105.000,-
Untuk biaya kegiatan pemicuan, didapat Rp 1.010.000,-/ tahun. 8. Biaya yang dibutuhkan untuk satu kali pelaksanaan
Kemudian selanjutnya direncanakan teknologi sanitasi yang kegiatan pemicuan kurang lebih Rp 1.010.000,-
pada perencanaan ini dipilih Cubluk Tunggal dan Cubluk 9. Biaya yang dibutuhkan untuk Program Bebas Buang
Ganda. Untuk bangunan bagian atas, dipilih kloset leher angsa Air Besar sembarangan di Desa Sidomojo
4

khususnya RW 3 Luwung selama 1 tahun adalah Rp


106.760.000,-
10. Biaya yang dibutuhkan untuk Program Bebas Buang
Air Besar sembarangan di Kabupaten Sidoarjo
setiap tahunnya adalah Rp 26.544.150.000,- /
tahun. Sedangkan untuk mencapai target selama 5
tahun diperlukan dana sebesar Rp
132.720.750.000,-.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pak Ir. Eddy
Setiadi Soedjono, Dipl. SE., M.Sc., P.hD. sebagai dosen
pembimbing, Ibu Atiek Moesriati M. Kes, Bapak Bowo Djoko
Marsono, S.T., M.T, dan Bapak Alfan Purnomo S.T., M.T
sebagai dosen penguji, keluarga besar Ayah, Bunda, Adik, dan
Yangkung serta semua teman-teman Rebel.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim, 2006. Studi Basic Human Services (BHS).
[2] Anonim, 2008. Field Book Strategi dan Langkah Pemicuan Masyarakat
Dalam Program PAMSIMAS.
[3] Anonim, 2008. Millennium Development Goals (MDGs), 2015.
[4] Anonim, 2013. Jawa Timur Dalam Angka, 2013.
[5] Anonim, 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), 2010-2014.
[6] Anonim, 2013. Surat Edaran Menkes No. 132, 2013.
[7] Anonim, 2014. Harga Satuan Pokok Kerja Kota Surabaya Tahun 2014.
[8] Apriatman, Nur. 2011. Stop Buang Air Besar Sembarangan/ Community
Led Total Sanitation Pembelajaran Dari Para Penggiat CLTS. Jakarta:
Pokja AMPL dan Sekretariat STBM.
[9] Departemen Pekerjaan Umum Ditjen Cipta Karya, 2009. Katalog
Informasi Pilihan Sarana Sanitasi. Jakarta: Direktorat Pengembangan
Air Minum dan Sanitasi.
[10] Djonoputro dkk. 2009. Opsi Sanitasi yang Terjangkau Untuk Daerah
Spesifik. Jakarta: Sekratariat WSP.
[11] Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
[12] Indrayanti, W. 2010. Menapaki Tangga Ketiga, www.sanitasi-
total.org/A3.html. Tanggal akses 10 Januari 2014.
[13] Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
[14] Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. 2010. Field
Book Strategi dan Langkah Pemicuan Masyarakat Dalam Program
Pamsimas. Jakarta Pusat: Sekretariat CPMU Pamsimas.
[15] Saputera, 2014. Subsidi Jamban Justru Menghambat. JawaPos, 27 Mei
2014.
[16] STBM, Tim. 2013. Roadmap Program Sanitasi Nasional 2013-2015.
Jakarta: Sekretariat STBM Nasional.
[17] Suparman dan Suparmin, 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
[18] Thalib, Prastati. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Comminuty Led
Total Sanitation (CLTS) Pasca Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku
Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Jakarta: Universitas Indonesia.
[19] Water and Sanitation Program, Tim. 2010. Informasi Pilihan Jamban
Sehat. Jakarta: Sekretariat STBM Nasional.
[20] Water and Sanitation Program, Tim. 2012. Materi Advokasi STBM.
Jakarta: Sekretariat STBM Nasional.

You might also like