Professional Documents
Culture Documents
Askep merupakan istilah singkat dari asuhan keperawatan yang pada dasarnya
berupa tugas yang harus diselesaikan oleh mahasiswa jurusan keperawatan maupun
seorang perawat yang bekerja di rumah sakit umum dengan fulltime rawatan, hal ini
karena seorang perawat setiap harinya bertugas untuk menuliskan resume
perkembangan kesehatan pasien yang sedang di rawat bersama-sama dengan tim
kesehatan lain seperti tim dokter, tim keperawatan gizi dan tim laboratorium atau
dikenal dengan istilah analis, begitu juga dengan asuhan keperawatan anemia.
Salah satu dari begitu banyak askep yang dilakukan dan ditulis secara lengkap dalam
bentuk naskah laporan oleh perawat yaitu Asuhan Keperawatan Anemia, hal itu
untuk menunjang kualitas profesi perawat itu sendiri, selain itu laporan kasus
anemia di rumah sakit di seluruh indonesia sangatlah banyak dan sangat diperlukan
upaya dari perawat agar meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang lebih
spedifik dan mengarah demi tercapainya kesembuhan yang hakiki bagi setiap
penderita anemia.
Oleh karena itu asuhan keperawatan dengan pasien anemia dilakukan dengan selalu
memperhatikan kestabilan intake nutrisi, mengingat anemia ini dapat terjadi pada
orang dewasa dan anak-anak, maka sangat bermanfaat apabila asuhan keperawatan
yang diberikan dengan sangat profesional dan memperhatikan psiko, sosio dan
spiritual pasien.
TINJAUAN TEORISTIS
KONSEP DASAR
1. Pengertian anemia
Menurut Corwin (2009. Hal 410), Anemia adalah penurunan kuantitas sel sel darah merah
dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya.
Menurut Baughman, (2000. Hal 22) Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah
merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal.
Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) menyatakan anemia defesiensi besi adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin dan/atau hitung ertrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan
sebagai anemia bila hemoglobin < 14 g/dl dan hematokrit < 41% pada pria atau hemoglobin
< 12 g/dl dan hematokrit < 37% pada wanita.
Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor, sayuran hiaju dan buah
buahan diabsorpsi di usus halus. Rata rata dari makanan yang masuk mengandung 10 15
mg zat besi, tetapi hanya 5 10 % yang dapat diabsorpsi. Penyerapan zat besi ini dipengaruhi
oleh faktor adanya protein hewani dan vitamin C. sedangkan yang menghambat serapan
adalah kopi, the, garam kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat zat besi. Menurut
asupan zat besi yang merupakan unsur utama pembentuk hemoglobin maka kadar/produksi
hemoglobin juga akan menurun.
5. Gambaran klinis Anemia
Tanda dan gejala umum anemia disebabkan penurunan pengaturan oksigen ke jaringan tubuh
dan kerusakan metabolisme serta peningkatan kebutuhan oksigen pada sistem tubuh. Tanda
dan gejala tersebut, di antaranya : Lemah dan letih. Sesak nafas, terutama adanya usaha
napas. Pusing. Takikardia dan palpitasi. Angina pektoris dan gagal jantung kongestif,
terutama pada lansia. Kulit dan membrane mukosa pucat, terutama membran konjungtiva.
Kulit pucat sangat terlihat pada orang berkulit putih, sedangkan pada individu berkulit gelap,
pucat hanya dapat di identifikasi pada membran mukosa. Pengaruh, tanda, dan gejala umum
lainnya ditentukan oleh jenis anemia tertentu. Sebagai contoh, kuku berbentuk sendok
pada seseorang yang mengalami anemia defisiensi zat besi berat (Broker 2009. Hal 122).
6. Penatalaksanaan Anemia
Menurut Tarwoto (2008 Hal 45), penatalaksanaan pada setiap kasus anemia perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
a. Pemberian diet tinggi zat besi.
b. Atasi penyebab seperti cacingan, pendarahan.
c. Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis : 3 x 200 mg ), ferro glukonat 3 x
200 mg / hari.
d. Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100 250 mg tiap 1 2 hari
sampai dosis total sesuai perhitungan.
e. Pemberian vitamin C ( dosis : 3 x 100 mg / hr ).
f. Transfusi darah jika diperlukan.
7. Pemeriksaan diagnostik Anemia
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan anemia
adalah sebagai berikut.
a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah, sel darah putih
dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter
kubik ( mm3 ).
b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah maupun jumlah sel
darah.
c. Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan volume darah lengkap (
sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan presentasi sel darah merah dalam darah,
dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
d. Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin rata rata adalah
mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah. MCH
ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah dengan jumlah sel darah
per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira kira 27 31 pikogram / sel darah merah.
e. Mean Corpuscular volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata rata merupakan pengukuran
besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan batas normal 81 96 um 3,
apabila ukurannya kurang dari 81 mm maka menunjukkan sel sel mikrositik, apabila lebih
besar dari 96 menunjukkan sel sel makrositik.
f. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ) atau konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml sel darah merah padat.
Normalnya 30-36 g / ml darah.
g. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
i. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan biopsy pada sumsum
tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus vertebra, Krista iliaka anterior atau
posterior. Pemeriksaan sumsum dilakukan jika tidak cukup data data yang diperoleh untuk
mendiagnosa penyakit pada sistem hemotologik.
j. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur unsur yang perlu bagi
perkembangan sel sel darah merah seperti kadar besi ( Fe ) serum, vitamin B12dan asam
folat.
Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2000) Keperawatan Medikal-Bedah : alih bahasa : yasmin asih.
Brasher, V, (2008). Aplikasi klinis patofisiologi. Alih bahasa : Kuncara. Jakarta : EGC.
Broker, C. (2009) Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu Tiar. Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. (2009) Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke Sembilan.
Jakarta :EGC