You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN

ORCHITIS

Untuk memenuhi tugas Endokrin

Dosen Pembimbing :

Ibu Darsini S. Kep., Ns.,M.Kes

Di susun oleh kelompok 8 :

1. Aggy Priya Bintara (153210001)


2. Isyna Devi Wardhani (153210020)
3. Mia Ayu Laraswati (153210025)
4. Nadia Anastacia O (153210029)
5. Zahrotul Mauedah (153210042)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2016

1|Asuhan Keperawatan Orchitis


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah sistem pencernaan II yang
berjudul Trend dan Issue Penanganan Prebiotik dan Probiotik dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini . Adapun ucapan terima kasih
penulis tunjukkan kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bapak Bambang Tutuko, SH., MPD., MH S Selaku Ketua STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang yang telah memberi izin dan fasilitas
sehingga Makalah ini dengan baik .
2. Ibu Arum Dwi Ningsi,S.Kep,.Ns Selaku Pembimbing akademik kelas 3a
S1 Keperawatan yang telah memberikan bimbingan berupa moral
maupun moril.
3. Ibu Darsini S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Dosen Mata kuliah Endokrin yang
telah memberi inspirasi dan membimbing dalam pembuatan makalah ini.
4. Orang Tua kami yang senantiasa mendukung dan mendoakan kami.
5. Pihak-pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun.
Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Jombang, 4 November 2016

Penyusun

2|Asuhan Keperawatan Orchitis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
C. Tujuan..................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria..................................... 6


B. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria................................................ 9
C. Definisi Orchitis..................................................................................... 10
D. Etiologi Orchitis..................................................................................... 10
E. Patofisiologi Orchitis............................................................................. 11
F. Path Way (WOC)................................................................................... 12
G. Manifestasi Klinis Orchitis.................................................................... 13
H. Faktor Resiko Orchitis........................................................................... 13
I. Komplikasi Orchitis............................................................................... 14
J. Pemeriksaan Orchitis............................................................................. 14
K. Penatalaksanaan Orchitis....................................................................... 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan....................................................................... 16
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 18
C. Intervensi Keperawatan......................................................................... 18
D. Implementasi Keperawatan................................................................... 21
E. Evaluasi Keperawatan........................................................................... 21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 22
B. Saran...................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 23

3|Asuhan Keperawatan Orchitis


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orchitis ( orkitis ) adalah infeksi pada salah satu atau kedua testis ( buah zakar alias
biji salak si cucakrowo ). Bisa dibayangkan betapa sakitnya jika testis yang tanpa tulang
dan posisinya yang menggantung gondal-gandul ini mengalami infeksi. Nyeri alang
kepalang. Tak jarang rasa nyeri menjalar ke selangkangan, ke perut, searah dengan testis
yang mengalami pembengkakan karena infeksi, betapa menderita seseorang yang
mengalami Orchitis, telor meradang.
Orchitis adalah peradangan pada salah satu atau kedua testis, umumnya peradangan
ini dikaitkan dengan virus yang menyebabkan gondok. Setidaknya sepertiga dari laki-
laki yang mengalami gondok setelah pubertas juga mengalami Orchitis. Penyebab lain
Orchitis, adalah penyakit menular seksual (PMS), seperti gonore atau klamidia.
Bakteri Orchitis sering karena epididimitis, suatu peradangan epididimis di bagian
belakang testis yang menyimpan dan membawa sperma. Dalam hal ini, ini disebut
epididimo-orkitis. Pembengkakan dan nyeri yang paling umum adalah tanda-tanda dan
gejala orkitis.
Orchitis sering disebut dengan "testis sakit" dan "selangkangan sakit" kadang-kadang
digunakan secara bergantian. Tapi selangkangan sakit terjadi pada lipatan kulit antara
paha dan perut --bukan di testis. Sedangkan penyebab nyeri selangkangan berbeda dari
penyebab nyeri testis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui konsep-konsep
Orchitis.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan Endokrin pada pasien
dengan Orchitis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi dari Sistem Repruduksi Pria
b. Mahasiswa dapat memahami gangguan pada sistem reproduksi pria
c. Mahasiswa dapat memahami definisi dari Orchitis
d. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari Orchitis

4|Asuhan Keperawatan Orchitis


e. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari Orchitis
f. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor resiko dari Orchitis
g. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi dari Orchitis
h. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dari Orchitis
i. Mahasiswa dapat menjelaskan tanda dan gejala dari Orchitis
j. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari Orchitis
k. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Orchitis
l. Mahasiswa dapat menjelaskan manajemen asuhan keperawatan dari Orchitis
m. Mahasiswa dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan Orchitis

5|Asuhan Keperawatan Orchitis


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan fisiologi Sistem Reproduksi Pria
1. Skrotum
Skrotum merupakan kantung yang terdiri dari kult dan fasia superfisial yang
menggantung dari pangkal penis. Septum vertikal membagi skrotum ke kiri dan kanan
kompartemen, masing-masing yang membungkus testis. Eksternal posisi skrotum
testis di luar tubuh dalam lingkungan sekitar disekitar 3oC di bawah rongga tubuh,
suatu kondisi yang diperlukan untuk pengembangan dan penyimpanan sperma.
Berikut dua otot yang membantu menjaga suhu tubuh :
a. Dartos otot
Yang terletak di fasia superfisialis dari skrotum dan septum. Kontraksi otot polos
ini menciptakan kerutan pada kulit skrotum. Mengental yang mengernyitkan kulit,
mengurangi kehilangan panas bila temperatur luar terlalu dingin.
b. Cremaster otot
Yang membentang dari otot oblikus internal ke skrotum. Kontraksi otot rangka ini
mengangkat skrotum lebih dekat ke tubuh saat suhu udara luar terlalu dingin.
2. Testis
Masing-masing dari kedua testis (tunggal, testis) terdiri dari struktur berikut :
a. Tunika vaginalis adalah dua-lapisan luar membran serosa yang mengelilingi setiap
testis.
b. Tunika albugenia terletak di dalam tunika valginalis dan menjorok ke dalam,
membagi masing-masing testis ke dalam kompartemen disebut lobulus.
c. Satu sampai empat erat bergelung tabung, tubulus seminiferus, terletak di dalam
diri masing-masing lobulus. Tubulus seminiferus adalah situs produksi sperma
(spermatogenesis). Tubula di pagari dengan sel spermatogeni, sel-sel yang
membentuk sperma, dan sel-sel sestentacular (sertoli sel), sel-sel yang mendukung
perkembangan sperma. Gulungan tubulus seminiferus di dalam setiap lobulus
bersatu untuk membentuk sebuah tabung lurus, maka tubulus rektu.
d. Rete testis adalah suatu jaringan tabung yang dibentuk oleh penggabungan dari
tubulus rekti dari setiap lobulus.

6|Asuhan Keperawatan Orchitis


e. Saluran eferen transportasi sperma keluar dari testis (dari rete testis) ke epididimis.
Sel-sel interstitial (sel Leydig) yang mengelilingi tubulus seminiferus
mengeluarkan testosteron dan hormon androgen lainnya.
3. Epididimis
Epididimis adalah organ berbentuk koma yang terletak bersebelahan dengan masing-
masing testis. Masing-masing dari kedua epididimis berisi gulugan erat tabung,
duktus epididimis. Disini, sperma menyelesaikan pematangan dan disimpan sampai
ejakulasi. Selama ejakulasi, otot halus melingkari kontrak epididimis, memaksa
sperma matang ke tabung berikutnya, duktus deferens. Dinding duktus epididimis
mengandung mikrovili disebut stereosilia yang memberi makan sperma.
4. Duktus Deferen (Vas Deferen)
Duktus deferen aalah tabung yang sperma melalui perjalanan ketika mereka
meninggalkan epididimis. Masing-masing dari dua tabung memasuki rongga perut,
melewati sekitar kandung kemih dan bersama-sama dengan duktus dari vesikel
seminalis, bergabung dengan saluran ejakulasi. Sebelum memasuki saluran ejakulasi,
duktus deferens membesar membentuk wilayah yang disebut ampula. Sperma akan
disimpan dalam duktus deferens sampai kontraksi peristaltik otot polos yang
mengelilingi gaya duktus sperma maju selama ejakulasi.
5. Duktus Ejakulatoris
Duktus ejakulatoris tabung pendek yang menghubungkan masing-masing duktus
deferens ke utera.
6. Ureta
Utera adalah jalan bagi urin dan air mani (sperma dan terkait sekresi). Tiga daerah
uretra dibedakan:
a. Uretra prostat melewati kelenjar prostat
b. Membran uretra yang melewati diafragma urogenital (otot yang berhubungan
dengan daerah pinggul)
c. The spons (penis) uretra melewati penis. Uretra berakhir pada lbang uretra
eksternal.
7. Pita Sperma
Korda spermatika ( pita sperma) berisi pembuluh darah, pembuluh limfatik, saraf
duktus deferens, dan creamaster otot. Menghubungkan setiap testis dengan rongga
tubuh, memasuki dinding abdomen melalui kanalis inguinalis.

7|Asuhan Keperawatan Orchitis


8. Kelenjar
Kelenjar-kelenjaryang mengeluarkan zat ke dalam lorong-lorong yang mengangkut
sperma. Zat-zat ini berkontribusi pada bagian cairan air mani.
a. Vesikula seminalis mengeluarkan ke vas deferens suatu cairan alkali (yang
menetralkan asam di dalam vagina), fruktosa (yang menyediakan energi bagi
sperma), dan prostaglandin ( yang bisa meningkatkan kelangsungan hidup sperma
dan merangsang kontraksi rahim perempuan yang membantu sperma bergerak ke
dalam rahim)
b. Kelenjar prostat mengeluarkan sebuah susu, sedikit asam cairan ke uretra. Berbagai
zat di dalam cairan sperma meningkatkan mobilitas dan viabilitas.
c. Cowper kelenjar mengeluarkan cairan basa ke dalam spons uretra. Menetralkan
asam fluida air kencing dalam uretra sebelum ejakulasi terjadi.
9. Penis
Penis adalah organ yang berbentuk silinder yang lewat air seni dan membiarkan
sperma. Ini terdiri dari akar yang menempel pad penis ke perineum, tubuh (poros)
yang membentuk sebagian besar dari penis, dan kelenjar penis, ujung di perbesar
tubuh. Glans penis ditutupi oleh kulup, yang dapat dihilangkan dengan pembedahan
prosedur yang disebut sunat. Secara internal, penis terdir dari tiga silinder jarigan
massa, masing-masing dikelilingi oleh lapisan tipis jaringan fibrosa, tunik albugenia.
Tiga silinder massa, yang berfungsi sebagai badan ereksi, adalah sebagai berikut :
a. Dua karvenosum mengisi sebagian besar volume penis. Pangkalan mereka, yang
disebut krura (tunggal,crus) dari penis, melekat pada diafragma urogenital.
b. Sebuah korpus spongiosum membungkus uretra dan mengembang pada akhir
untuk membentuk glans penis. Bola lampu dari penis, pembesaran di dasar korpus
spongiosum, menempel pada diafragma urogenital.
c. Selama ereksi, merangsang neuron parasimpatik pelebaran dari arteri yang
mengirimkan darah ke korpus cavernosa dan spongiosum. Akibatnya, darah
mengumpul di pembuluh darah dan ini menyebabkan penis untuk memperbesar
dan kaku. Ejakulasi terjadi ketika neuron simpatik merangsang pelepasan cairan
sperma dan mendukung dari berbagai sumber. Selama ejakulasi sfingter otot di
dasar kandung kemih mengkonstruksi, mencegah pengeluaran urine.
10. Hormon
Sistem reproduksi laki-laki di pengaruhi beberapa hormone yaitu :
a. Hormon FSH

8|Asuhan Keperawatan Orchitis


Yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta
merangsang sel sertoli untuk untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) untuk memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis.
b. Hormon LH
Yang berfungsi merangsang sel Leydig untuk memperoleh sekresi testosteron
(yaitu suatu hormone seks yang penting untuk perkembangan sperma)
Berlangsung selama 74 hari sampai terbentuknya sperma yang fungsional.
Sperma ini dapat dihasilkan sepanjang usia. Sehingga tidak ada batasan waktu,
kecuali bila terjadi suatu kelainan yang menghambat penghasilan sperma pada
pria.

B. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria


a. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan
interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak ada tanda-tandanya kepriaan.
Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
b. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga
abdomen kedalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan
pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron. Jika
belom turun juga, dilakukan pembedahan.
c. Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering
buang air kecil. Organisme yang palng sering menyebabkan uretritis adalah
Chlamydia trachomatis,ureplasma urealyticum atau virus herpes.
d. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti
escherichia coli maupun bukan bakteri.
e. Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada salran reproduksi pria. Organisme
yang sering menyebabkan epididimitis adalah E. Coli dan Chlamydia.

9|Asuhan Keperawatan Orchitis


f. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi
pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.

C. Definisi Orchitis
Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak
diketahui ( Smeltzer, 2002).
Orchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan epididimitis menjadi
epididimoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis (Price, 2005).
Orchitis merupakan peradangan satu atau kedua testis, ditandai dengan
pembengkakan dan nyeri. Keadaan ini sering disebabkan oleh parotitis, sifilis, atau
tuberculosis (Hartanto, 2008).

D. Etiologi Orchitis
Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau virus
seperti paramikso virus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis
timbul sebagai komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah pubertas (Baradero, 2006).
Menurut Price, 2005 virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis
parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat, waaupun imunisasi untuk
mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus
parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamman dengan orchitis, terjadi bilateral pada
sekitar 15% pria dengan orchitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa,
biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiverus dengan resiko infertilitas, dan pada
beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel Leydig yang mengakibatkan hipogonadisme
difesiensi testosterone. Orchitis parotiditis jarang terjadi pada laki-laki pubertas, namun
bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna tanpa disfungsi testikular
sesudahnya. Virus lain yang dapat menyebabkan orchitis dan memberikan gambaran
klinis yang sama adalah : virus Coxsakie B, varisela, dan mononukleosis.
Orchitis bakterial leogenik disebabkan oleh bakteri (Escericiacoli, Klebsiela
pneumoni, Pseudmonas aeruginosa) dan infeksi parasitik (malaria, vilariasis,
skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan pada
epididimitis. Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit akut dengan demam
tinggi, edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang mneybar ke

10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
kanalisis ingunalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan terdapatnya pus
dalam skrotom .
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial,
aktinomikosis, penyakit jamur, mikobakterium tuberkulosis, dan mikobakterium peprae.
Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis penyebaran
selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih dan ginjal.

E. Patofisiologi Orchitis
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps),
dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3-4 hari setelah pembengkakan
kelenjar parotis, virus parotis juga mengakibatkan orchitis sekitar 15-20% pria menderita orchitis
akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis parotitika dapat
diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas,
biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leidik,
sehingga terjadi hipogondisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang
bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis jenitalia yang menyebar
melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk
nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui
fenikulu spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan
testiskontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (price, 2005)

11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
F. Path Way (WOC)

12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
G. Manifestasi Klinis
1. Gejalanya berupa :
a. Pembengkakan skrotum
b. Testis yang terkena terasa berat
c. Demam
d. Dari penis keluar nanah
e. Nyeri ketika berkemih (disuriah)
f. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi
g. Nyeri selangkangan
h. Semen mengandung darah
Menurut piece, 2005 tanda dan gejala orchitis berkisar dari ketidak nyamanan ringan
pada testikular dan odema hingga nyeri testicular yang parah dan terbentuknya edema
dalam awaktu sekitar 4-6 hari setelah awitan penyakit dengan demam tinggi.
Gelaja yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha,
pembengkakan dan Kemerahan pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral
atau unilateral, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat berhubungan seksual, darah pada
semen. Keadaan ini dapat berakibat steril. Terapi terhadap inflamasi ini dengan istirahat
di tempat tidur, kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila perlu).

H. Faktor Resiko Orchitis


a. Pria dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Pria yang secara frekuentif terpasang kateter urine
c. Pria yang belum mendapat imunisasi vaksin mumps, measles, rubella (MMR) secara
tepat
d. Usia lebih dari 45 tahun
e. Pernah menjalani tindakan operasi pada daerah genitalia atau saluran kemih
f. Lahir dengan abnormalitas pada saluran urinaria
g. Perilaku seksual yang berisiko tinggi menyebabkan
PMS, yaitu :
a) Berganti-ganti pasangan seks
b) Melakukan hubungan seks dengan penderita PMS
c) Melakukan seks tanpa kondom
d) Memiliki riwayat PMS

13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
I. Komplikasi
Menurut price, 2005 komplikasi dari orchitis dapat berupa :
a. Testis mengecil (atrofil)
b. Abses (nanah) pada kantong testis
c. Infertilitas ( sulit memiliki keturunan), terutama jika orchitis terjadi pada kedua testis.
Menurut ulfiayah., 2012 komplikasi dari orchitis :
a. Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi
testis.
b. Gangguan kesuburan dierkirakan 7-13 %
c. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral
d. Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk
mengurangi tekanan dari tunika.
e. Abscess scrotralis
f. Infark testis
g. Rekurensi
h. Epididimitis kronis
i. Impotensi tidak umum setelah epididimis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang
didokumentasikan tidak diketahui. Gangguan pada kualitas sperma biasanya hanya
sementara.
j. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan
oleh gangguan saluran epididimal yang diamati pada laki-laki penderita epididimis
yang tidak diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.

J. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita orkhitis antara lain:
a. Pemeriksaan urin
b. Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme penyebab
c. Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai adanya
patologi pada kandung kemih.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ulfiyah, 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien orchitis:
a. Pemeriksaan urin kultur
b. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)

14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
c. Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
d. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan
mendeteksi adanya abses pada skrotum
e. Testicular scan
f. Analisa air kemih
g. Pemeriksaan kimia darah

K. Penatalaksanaan
Pengobatan suportif : Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah
membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak
ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus. Pada pasien dengan
kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan antibiotik
untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin,
atau azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea
karena sudah resisten.
Menurut (Smeltzer&Bare, 2002 :1640) Jika penyebab orkitis adalah bakteri, virus,
jamur maka terapi diarahkan pada organisme spesifik yang menginfeksi. Selebihnya
evaluasi skrotum, kantong es untuk mengurangi udem skrotum, antibiotic, analgetik, dan
medikasi antiinflamasi diberikan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring.
Menurut Lemone (2004 : 1533) bila terjadi hidrokel maka diperlukan aspirasi.

15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ORCHITIS
A. Pengkajian
I. Anamnesa
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab klien
c. Keluhan Utama
Biasanya pasien orchitis mengeluh testis mengalami pembengkakan disertai nyeri dan
warna kemerahan pada daerah testis yang terkena, selain itu testis terasa berat dan
penuh.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami demam, rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak
nyaman, mual, dan sakit kepala.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji imunisasi gondongan yang tidak adekuat, infeksi saluran berkemih
berulang, kelainan saluran kemih, riwayat penyakit menular seksual pada pasangan,
riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya. Biasanya pasien mempunyai
riwayat gondongan.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
perlu dikaji apakah keluarga juga pernah mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Biasanya composmentis
2. Tanda-tanda Vital
3. Review of system
a. B1 (Breath)
Biasanya pasien dengan orchitis tidak di temukan masalah pada sistem pernafaan.
Kecuali jika ada penyakit yang menyertai atau kemungkinan komplikasi.
b. B2 (Blood)
Biasanya pasien dengan orchitis didapatkan peningkatan tekanan darah dan nadi.
c. B3 (Brain)
Biasanya pasien dengan orchitis GCS composmentis dan terdapat sakit kepala.

16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
d. B4 (Bladder)
Biasanya pada pemeriksaan nampak testis yang membesar, konsistensinya kenyal,
namun dapat juga mengeras, tampak merah, epididimis membesar, dan kulit
skrotum meregang, nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, mual, muntah, nyeri
saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen
e. B5 (Bowel)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami mual dan muntah.
f. B6 (Bone)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa
tidak nyaman.
III. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan, sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak mengalami konstipasi atau diare. Sedangkan eliminasi urine
mengalami gangguan yaitu nyeri waktu berkemih.
c. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
d. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena adanya rasa nyeri yang diderita.
e. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan nyeri.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak
psikolgi klien. Pada konsep diri pasien mengalami harga diri rendah karena
komplikasi yang diderita seperti infeksi.
g. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan dalam persepsi.
h. Pola reproduksi seksual
Pasien mengalami gangguan pada reproduksi seksual.
i. Pola hubungan dan peran

17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien yang dirawat di
rumah sakit dan pasien harus bedrest total.
j. Pola penanggulangan stress
Klien sering melamun dan sedih karena keadaan sakitnya.
k. Pola tata niali dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total tapi pasien yakin akan
cepat sembuh dan menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer sekitar ulkus
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan

C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia b.d suhu tubuh meningkat

Diagnosa NOC NIC


Hipertermia b.d suhu tubuh Thermoregulation Fever Treatment
meningkat Monitor suhu sesering
Kriteria Hasil : mungkin
Batasan Karakteristik : Suhu tubuh dalam Monitor IWL
Konvulsi rentang normal Monitor warna dan suhu
Kulit kemerahan Nadi dan RR dalam kulit
Peningkatan suhu tubuh rentang normal Monitor intake dan
diatas kisaran normal Tidak ada perubahan output

Kejang warna kulit dan tidak ada Berikan pengobatan

Takikardi pusing untuk mengatasi

Takipnea penyebab demam


Kolaborasi cairan IV
Kulit terasa hangat
Tingkatkan sirkulasi
udara
Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya demam

18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
2. Nyeri akut b.d kerusakan saraf perifer sekitar ulkus

Diagnosa NOC NIC


Nyeri akut b.d kerusakan Pain Level Pain Management
saraf perifer sekitar ulkus Pain Control Lakukan pengkajian
Comfort Level nyeri secara
Batasan Karakteristik : komprehensif termasuk
Perubahan selera makan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
Perubahan tekanan darah Mampu mengontrol durasi, frekuensi,
Perubahan frekuensi nyeri kualitas, dan faktor
jantung Melaporkan bahwa nyeri presipitasi

Perubahan frekuensi berkurang dengan Gunakan teknik

pernapasan menggunakan komunikasi terapiutik

Laporan isyarat manajemen nyeri untuk mengetahui

Diaforesis Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri klien


Menyatakan rasa Kaji kultur yang
Sikap melindungi area
nyaman setelah nyeri mempengaruhi respons
nyeri
berkurang nyeri
Indikasi nyeri yang dapat
Kontrol lingkungan
diamati
yang dapat
Gangguan tidur
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan

19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
klien tentang
management nyeri

3. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas jaringan

Diagnosa NOC NIC


Resiko infeksi b.d Immune Status Infection Control
kerusakan integritas Knowledge : Infection (Kontrol Infeksi)
jaringan Control Bersihkan lingkungan
Risk Control setelah dipakai klien lain
Faktor Resiko : Pertahankan teknik
Penyakit kronis Kriteria Hasil : isolasi
Pengetahuan yang tidak Klien bebas dari tanda Instruksikan pada
cukup untuk dan gejala infeksi pengunjung cuci tangan
menghindari pemanjanan Menunjukkan sebelum dan setelah
patogen kemampuan untuk berkunjung
Vaksinasi tidak adekuat mencegah timbulnya meninggalkan klien

Pemanjanan patogen infeksi Tingkatkan intake

lingkungan meningkat Jumlah leukosit dalam nutrisi

Prosedur invasif batas normal Monitor tanda dan

Malnutrisi Menunjukkan perilaku gejala infeksi sistemik


hidup sehat dan lokal
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukkan
cairan
Instruksikan klien

20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
meminum obat
antibiotik sesuai resep
Ajarkan klien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghidari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif

D. Implementasi
Tahap implementasi ini merupakan tindakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi, 2012)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan dan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Asmadi, 2008)
Sedangkan hasil yang kita harapkan adalah :
a. Tidak mengalami hipertermia
b. Tidak mengalami nyeri akut
c. Tidak terjadi infeksi

21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orchitis adalah proses inflamasi (peradangan) satu atau kedua biji testis (zakar),
paling sering disebabkan/bersamaan dengan virus yang menyebabkan gondongan
(mumps). Setidak-tidaknya 1/3 laki-laki yang terkena mumps setelah akil balih akan
terkena orchitis. Penyebab lainnya adalah infeksi bakteri, termasuk didalamnya penyakit
menular seksual (PMS = STD), seperti gonorrhea atau chlamydia.
Orchitis sering disebut dengan "testis sakit" dan "selangkangan sakit" kadang-kadang
digunakan secara bergantian. Tapi selangkangan sakit terjadi pada lipatan kulit antara
paha dan perut --bukan di testis. Sedangkan penyebab nyeri selangkangan berbeda dari
penyebab nyeri testis.

B. Saran
Dengan telah membacanya makalah ini, agar mahasiswa diharapkan dapat mengerti,
mengetahui tentang Asuhan Keperawatan mengenai Orchitis, serta tindakan-tindakan
yang akan diambil dalam membuat Asuhan Keperawatan yang bermutu bagi klien. Serta
dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi dilapangan.

22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary Dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System
Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan &
Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Vol
2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC
Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC

23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n O r c h i t i s

You might also like