You are on page 1of 6

Morbili

Definisi

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu :
stadium inkubasi,sadium prodomal, stadium erupsi.

Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam family paramyxovirus yaitu
genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat
diinaftifkan pada suhu 300 dan 200 C, sinar ultraviolet, eter, tripsin dan betapropiolakton.
Penyakit ini dapat disebarkan melalui udara.

Epidemologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur
hidup. Penyakit ini terutama menyerang golongan umur 5-9 tahun, tetapi di negara yang
belum berkembang insiden tertinggi pada umur dibawah 2 tahun. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang pernah mendertita morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif melalui
plasenta sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang
sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka
bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita
penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila ibunya menderita morbili pada usia kehamilan 1- 2
bulan, 50 % kemungkinan akan mengalami abortus, bila si ibu menderita morbili di trimester
pertama, kedua atau ke tiga maka dia mungkin akan melahirkan anak dengan kelainan
bawaan, berat badan lahir rendah, lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum
usia 1 tahun.

Pathologi
Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi pathologis yang khas. Pada stadium prodomal
terdapat hiperplasia, jaringan limfe pada tonsil,adenoid, kelenjar limfe,lien, dan apendik.
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudet yang serius dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terjadi pada
kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan conjungtiva.
Gambaran Klinis

Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3 stadium,
yaitu :

1. Stadium inkubasi, 10- 12 hari, tanpa gejala.


2. Stadium prodomen, dengan gejala- gejala panas sampai kejang, coryza, batuk,
conjungtivitis,fotofobia,anoreksia,malaise danb kopliks spot pada mukosa buccalis.
3. Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapous pada seluruh tubuh dan panas
tinggi.

Setelah masa inkubasi mulai timbul gejala- gejala panas dan malaise. Dalam 24 jam timbul
coryza, conjungtivitis dan batuk. Gejala gejala bertambah hebat secara bertahap dan
mencapai puncaknya pada saat timbulnya erupsi pada hari ke-4. Kira- kira 2 hari sebelum
timbul rash, terlihat Kopliks spot di mukosa buccalis dengan sisi berlawanan dengan gigi
molar. Panas dan Kopliks spot menghilang pada hari-2 timbulnya rash. Coryza dan
conjungtivitis menghilang pada hari ke-3 rash. Lamanya eksantema menghilang jarang
melebihi 5-6 hari.

a. Panas
Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6 yaitu pada saat puncak
timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal
yang cepat dalam 24-48 pertama dengan diikuti periode normal selama satu hari dan
selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 390 C sampai 40,60 C pada saat
erupsi mencapai puncaknya.
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperature secara lisis
diantara hari 2-3, sehingga timbulnya exsamtema. Bila tidak disertai komplikasi,
maka 2 hari setelah timbul rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas
menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi.
b. Coryza

Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan
hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi
mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.

c. Conjungtiva
Pada periode awal stadium prodomal dapat ditemukan transverse marginal line
injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya
inflamasi congjungtuva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan
ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotoforbia. Congjungtivitis akan
menghilang setelah demam turun.
d. Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernapasan. Intensitas
batuk meningkat dan mencapai puncakya pada saat erupsi. Namun batuk dapat
bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.
e. Kopliks spot
Merupakan gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarum
atau pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih
kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari
pertama timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya Kopliks Spot dan menhilang
hari ke-3 timbulnya rash.
f. Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapuler,
mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar pada
bagian pipi, leher,seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah
menyebar sampai lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada
hari ke-3. Pada saat rash sudah mencapai kaki, maka rash yang sudah timbul duluan
mulai berangsur-angsur menghilang.

Komplikasi
a. Pneumoni :
Merupakan penyebab kematian utama dari morbili. Hal ini dapat terjadi
karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Secara klinis
manifestasinya dapat berupa bronkiolitus, bronkopneumoni dan lobar pneumoni.
Bakteri yang sering menimbulkan pneumoni pada morbili ialah Sterptokok,
Pneumokok, Stafilokok, Hemofilus Influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan
oleh Pseudomonas dan Klebsiela.

Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukkan adanya
gangguan pernapasan dengan diserta panas yang menetap.

b. Gastroenteritis :
Merupakan komplikasi yang cukup banyak ditemukan, dengan insiden berkisar 19,1
30,4 %.
c. Esefalitis :
Merupakan komplikasi yang berat dan sering menyebabkan kematian. Insiden
komplikasi ini berkisar antara 0,1-2 % dan biasanya timbul pada hari ke 2-6 setelah
timbul rash.
Patogenesis komplikasi ini belum diketahui secara pasti, beberapa dugaan
seperti akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
Gejala-gejalanya berupa panas,sakit kepala,muntah, kejang-kejang,koma atau
kelemahan umum. Perjalanan penyakit ini bervariasi dari yang ringan sampai berat
dan berakhir dengan kematian dalam waktu 24 jam.
d. Otitis Media
Merupakan alah satu komplikasi yang paling sering ditemukan.
e. Mastoiditis
Merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotika komplikasi ini
dapat dicegah
Cervical Adenitis
Purpura Trombositopenik atau non trombositopenik (jarang)
Aktivasi Tuberkulose
Ulkus Cornea
Appendisitis
Terjadi akibat Hiperplasi jaringan Limfoid sehingga mengakibatkan Obliterasi Lumen
Appendiks.

f. Gangguan Gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (anoreksia ; muntah) menderita komplikasi.

Pengobatan
Morbili merupakan suatu penyakit Self-Limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat
simptomtis yaitu :

Memperbaiki keadaan umum


Antipiretika bila suhu tinggi
Sedativum
Obat batuk.
Antibiotika diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi
biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis yaitu :

Hidrokoritson 100-200 mg/hari selama 3-4 hari


Prednison 2 mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu 1 minggu.
Indikasi Masuk Rumah Sakit Dianjurkan Bila :

Morbili yang disertai komplikai berat


Morbili dengan kemungkinan terjadinya komplikasi berat, yaitu bila ditemukan :
Bercak/ examthem merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan
squama yang lebar dan tebal.
Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan
pneumonia.
Dehidrasi berat
Kejang dengan kesadaran menurun
PEM berat.

Pencegahan
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa
pasif dan aktif.
Imunisasi Aktif :

Vaksin yang diberikan ialah Live attenuated measles vaccine. Mula-mula diberikan
strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksanthem pada
hari ketujuh sampai kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan
bersama-sama dengan Gamma- globulin dilengan lain.

Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan bersama dengan
Gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan
yang berlangsung lama. Di Indonesia digunakan vaksin buatan Perum Biofarma yang terdiri
dari virus morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu stain Schwarz. Tiap dosis yang sudah
dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1.000 TCID50 dan neomisin B Sulfat
tidak lebih dari 50 mikrogam.

Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak
di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena
gangguan dari antibodi yang di bawa sejak lahir.

Pemberian imunisasi akan menyebabkan energi terhadap tuberkulin selama 2 bulan


setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat imunoglobulin atau tranfusi darah sebelumnya,
maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.
Vaksinasi ini tidak boleh dilakukan bila :

Menderita infeksi saluran pernapasan akut atau infeksi akut lainnya yang
disertai dengan demam lebih dari 380 C.
Riwayat kejang demam.
Defisiensi imunologik.
Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif.
Efek samping :
1. Hiperpireksia (5-15%)
2. Gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas (10-20%)
3. Morbili form rash (3-15%)
4. Kejang demam (0,2%)
5. Ensefalitis (1 diantara 1,16 juta anak)
6. Demam (13,95%)

Imunisasi Pasif :
Tidak banyak dianjurkan, karena resiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose.

Prognosa
Morbili merupakan penyakit self limiting dan berlangsung antara 7-10 hari, sehingga bila
tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosanya baik.
Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul.


Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita
Masih percaya tahyul
Penggunaan fasilitas kesehatan kurang.

You might also like