You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, dan karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat
pada waktunya. Perawatan Atraumatik Pada Anak yang akan dibahas dalam
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan atas kerjasama kelompok dan bantuan dari beberapa pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas dorongan, perhatian dan kerjasamanya. Namun penulis
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu segala saran, kritik yang membangun sangatlah diharapkan
agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Harapan penulis makalah ini dapat jadi referensi bagi penulis dan
pembaca untuk membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan
bermutu dalam profesi keperawatan.

Tentena, 14 Februari 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ......................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................1
1.4 Metode Penulisan ................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSATAKA ........................................................2
2.1 Konsep Anak .......................................................................2
2.1.1 Paradigma Keperawatan Anak .....................................2
2.1.2 Prinsip-prinsip perawatan anak ...................................2
2.2 Perawatan Atraumatik Pada Anak ........................................3
2.2.1 Defenisi Perawatan Atraumatik Pada Anak ..................3
2.2.2 Prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak ....................4
2.2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi ............................7
2.2.4 Permainan Terapeutik..................................................8
2.2.5 Pencegahan kecelakaan pada anak ............................ 10
2.2.6 Intervensi Keperawatan ............................................. 10
BAB III PENUTUP........................................................................ 13
3.1 Kesimpulan .......................................................................13
3.2 Saran ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak da keluarganya merupakan asuhan yang
terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Dasar
pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini adalah bahwa
walaupun ilmu pegetahuan dan teknologi di bidang pediatrik telah
berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap
menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada
anak. Sangat disadari bahwa sampai saat ini belum ada teknologi
yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak
perawatan tersebut diatas. Hal ini memerlukan perhatian khusus
dari tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam melaksanakan
tindakan pada anak dan orang tua (Supartini, 2004).
Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa lingkungan
rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah
lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap
maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan, dan lingkunagan
sosial antar sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut,
distres yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur,
pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan
dostres psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa,
sedih, malu, dan rasa bersalah (Supartini, 2004).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, masalah yang dapat
dirumuskan adalah bagaimanakah teori atau sebuah konsep
tentang atraumatic care itu?.
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk
melatih dan menambah pengetahuan tentang konsep atraumatic
care pada anak.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini digunakan metode penulisan
yang berdasarkan literatur atau metode pustaka.

1
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Konsep Anak


2.1.1 Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak menurut (Supartini, 2004)
dikelompokkan 4 komponen yaitu:
a. Manusia (Anak)
Manusia sebagai klien dalam keperwatan anak adalah individu
yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam
proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik
(fisik, psikologik, dan spiritual) yang berbeda dengan orang
dewasa.
b. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang
sehat-sakit. Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara
fisik, mental, dan sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan
anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya.
c. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan interna dan lingkungan
eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan
interna, yaitu genetik (keturunan), kematangan biologis, jenis
kelamin, intelektual, emosi, dan adanya predisposisi atau
resistensi terhadap penyakit. Lingkungan eksternal yaitu status
nutrisi, orang tua, saudara sekandung (sibling), masyarakat atau
kelompok sekolah dan lain-lain.
d. Keperawatan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, perawat dapat membantu anak dan keluarganya
memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara membina
hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui
perannya sebagai pembela, pemulih atau pemelihara kesehatan,
koordinator, kolabolator, pembuat keputusan etik dan perencana
kesehatan.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Perawatan Anak


Prinsip-prinsip dalam asuhan keperawatan anak (Hidayat, 2005)
yaitu:

2
1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu
yang unik. Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh
memandang anak dari ukuran fisik saja, karena anak
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju
proses kematangan
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai
kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat
bertanggungjawab komprehensif dalam memberikan asuhan
keperawatan anak misalnya anak tidak merasakan gangguan
psikologis, rasa cemas dan takut.
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak
dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan
meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan
proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik)
dan aspek hukum (legal).
6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk
meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi
anak dan remaja sabagai makhluk biopsikososial dan spiritual
dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatan
anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang .

2.2 Perawatan Atraumatik Pada Anak


2.2.1 Defenisi Perawatan Atraumatik Pada Anak
Menurut Hidayat (2005), atraumatik care adalah perawatan yang
tidak menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga.
Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma
yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus
kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh
kembang, sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan.
Dengan demikian, atraumatik care sebagai bentuk perawatan
terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan
mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang

3
diberikan seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan
dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang
kemungkinan berdampak adanya trauma (Hidayat, 2005).
Menurut (Whaley and Wong 1995) dalam Wong (2005) atraumatic
care merupakan sebagai ketetapan dan kepedulian dari tim
pelayanan kesehatan melalui intervensi yang meminimalkan atau
meniadakan stressor yang dialami oleh anak dan keluarga di rumah
sakit baik fisik maupun psikis. Perawatan atraumatik juga disebut
dengan perawatan yang terapeutik yang meliputi pada pencegahan
trauma, hasil diagnosa, dan mengurangi dampak kondisi-kondisi
yang akut maupun kronis. Dan Wiggins (1994) dalam (Wong, 2005)
mengungkapkan bahwa stresor lingkungan yang sering dialami oleh
anak adalah lingkungan rumah sakit yang tidak nyaman bagi mereka
yang mengakibatkatkan anak stress selam dirawat dirumah sakit.

2.2.2 Prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak


Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul
rasa takut baik pada dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah
mempunyai pengalaman mendapatkan imunisasi. Dalam
bayangannya, perawat atau dokter akan menyakiti dan menyuntik.
Selain itu anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orang
tua dan saudaranya. Lingkungan di rumah tentu berbeda bentuk dan
suasananya dengan ruang perawatan. Reaksi pertama selain
ketakutan, tidak mau makan dan minum bahkan menangis. Untuk
mengatasi masalah tersebut adalah memberikan perawatan
atraumatik.
Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki
oleh perawat anak (Hidayat, 2005) yaitu:
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami
gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih
sayang, gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak
dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila
anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan
dengan orang tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan
mengakibatkan anak cendrung emosi saat kembali pada keluarganya.
Pada umumnya anak bereaksi negatif waktu pulang ke rumah
(Mc.Ghie, 1996) dalam Juli (2008). Selama anak mengalami
hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat dukungan moril

4
seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan materil
berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga. Jika dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan
untuk penyembuhan sangat berkurang.
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari
keluarga dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang tua
berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan
mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika
tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk
melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak
antar mereka dan mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah,
diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman
sekolah dan lain-lain (Supartini, 2004).
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan
anak mampu dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada
dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan
keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak. Dan
fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi
ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak mengambil
keputusan dan melibatkan orang tua.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan
dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui
berbagai teknik misalnya, distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa
nyeri dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan
orang tua untuk tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri,
yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan memberikan
dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan terlebih
dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan
bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang akan

5
dilakukan pada anak. Aktivitas bermain dilakukan perawat pada
anak akan memberikan keuntungan seperti meningkatkan hubungan
antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien,
aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak, dan bisa mengekspresikan perasaan anak.
Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan
atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak
dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam
kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk
mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.
Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam
mengurangi rasa takut akibat prosedur yang menyakitkan. Pada
tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari
sebelumnya apabila memungkinkan. Misalnya, dengan
mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan
lain-lain.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Secara umum kekerasan didefenisikan sebagai sutu tindakan
yang dilakukan oleh individu terhadap individu lain yang
mengakibatkan gangguan fisik dan psikis. Kekerasan pada anak
adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau individu pada
mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan
kondisi fisik dan psikis terganggu (Sugiarno, 2007).
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis
yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada
saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan
pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan
kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak seperti melakukan tindakan keperawatan
yang berulang-ulang (dalam pemasangan IVFD).
5. Modifikasi lingkungan fisik.
Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa
anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman
bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa
nyaman di lingkungannya. Modifikasi ruang perawatan dengan cara
membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan tersebut
memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti
adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan

6
sprei serta sarung bantal yang berwarna dan bercorak binatang atau
bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga yang pegangannya
berwarna ceria.
Wong (2005) mengungkapkan ada 3 prinsip perawatan
atraumatik yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat
pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meiminimalkan
stressor fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan
seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak
nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap dan lain-
lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga
yang lain, bersikap empati kepada keluarga dan anak yang sedang
dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi
sakit yang dialami anak.

2.2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada
usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit,
sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang
dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan,kehilangan,
perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
Reaksi anak pada hospitalisasi:
1. Masa bayi (0-1 Tahun)
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas:
Menangis keras
Pergerakan tubuh yang banyak
Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 Tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon
perilaku anak berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang
lain
b. Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang
menunjukkan minat bermain, sedih, apatis.
c. Pengingkaran/denial terhadap kecemasan
1) Mulai menerima perpisahan
2) Membina hubungan secara dangkal
3) Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

7
a. Menolak makan
b. Sering bertanya
c. Menangis perlahan
d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan
reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama
dengan perawat.
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan
yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan
kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan
peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan takut mati,
kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan
non verbal.
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok
sebayanya. Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut.
Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol
Reaksi yang muncul :
a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
- bertanya-tanya
- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain. Reaksi orang tua terhadap
hospitalisasi
Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
Takut dan cemas,perasaan sedih dan frustasi:

2.2.4 Permainan Terapeutik


Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang
menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka
mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi
pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena

8
mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana
dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang
lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan
mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Macam macam bermain :
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain
aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok
apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain. Untuk di
hospitalisasi bermain fisik harus disesuaikan dengan
kemampuan dan kesehatan anak saat itu.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan
melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah
lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contoh: Melihat gambar di buku/majalah ,mendengar cerita atau
musik, menonton televisi dan sebagainya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai
keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal
seperti dibawah ini :

9
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak
mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

2.2.5 Pencegahan kecelakaan pada anak


Ada beberapa cara pencegahan kecelakaan terhadap anak
sebagai berikut (Sacharin, 1996).
1. Jatuh dari tempat tidur
Hal ini merupakan kecelakaan yang umum terjadi pada anak-
anak di bangsal rumah sakit. Tempat tidur harus dirancang
sehingga bagian sisi tempat tidur dapat dikunci dan cukup tinggi
sehingga anak yang mulai berjalan tidak dapat memanjat keluar.
Karena itu perawat harus menjamin bahwa sisi tempat tidur
terkunci setelah menyelesaikan suatu tindakan.
2. Mandi
Tersiram air panas ataupun tenggelam merupakan konsekuensi
dari perencanaan dan prosedur yang sembrono. Oleh karena itu
suhu air harus aman bagi anak. Untuk mencegah tenggelam
maka diperlukan pengawasan yang konstan selama mandi. Tidak
selalu memungkinkan untuk mencegah anak masuk kamar
mandi, karena hal ini sebagian besar tergantung pada penataan
bangsal.
3. Obat-obatan Penyimpanan
Obat-obatan secara aman merupakan ketentuan hukum yang
mengikat semua perawat. Selama pembagian obat harus dibawah
pengawasan perawat.
4. Peralatan (rumah sakit)
Setiap peralatan yang digunakan harus dalam keadaan dapat
dipakai dan secara mekanis dan listrik dalam keadaan aman
seperti termometer, mainan dari rumah sakit, spuit, dan lain-lain.

2.2.6 Intervensi Keperawatan


Fokus intervensi keperawatan adalah
1. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara :
Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan

10
Mencegah perasaan kehilangan kontrol
Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan
tubuh dan rasa nyeri
2. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
Modifikasi ruang perawatan
Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
Surat menyurat, bertemu teman sekolah
3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan
4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
Tunjukkan sikap empati
Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan
tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu
dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak
menerima informasi ini dengan terbuka.
5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan
orang tua untuk belajar .
Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang
penyakit anak.
Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
Memberi support kepada anggota keluarga.
6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
Mengorientasikan situasi rumah sakit.
Pada hari pertama lakukan tindakan :
1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya.
2) Kenalkan pada pasien yang lain.

11
3) Berikan identitas pada anak.
4) Jelaskan aturan rumah sakit.
5) laksanakan pengkajian.
6) Lakukan pemeriksaan fisik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak
menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya dan merupakan
asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada
anak. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang
diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak,
melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang
tuanya. Atraumatic car ebukan suatu bentuk intervensi yang nyata
terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana,
mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak
dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun
psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual berbagai macam
mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif dalam memilih jenis
permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya maka
alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi
secara efektif.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai perawatan
atraumatik, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran pada
mata kuliah Keperawatan Anak I serta menjadi bahan pembelajaran.
Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapkan kita
dapat mengaplikasikan konsep ini saat praktek keperawatan anak di
RS dan dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2


Cetakan 3 Jilid Ke 2. Jakarta: Salemba Medik.
Bets, Cecili Lynn.. 2009. Buku Saku : Keperawatan Pediatric Edisi 5 Cetakan
Pertama. Jakarta: EGC.
Erwandino. 2012. Atraumatic Care. Diakses dalam
Http://Erwandoni.Blogspot.Com/2012/06/Normal-0-False-False-
False-En-Us-X-None.Html Pada tanggal 12 Februari 2013 pada
pukul 10.00 WITA.
Kurniawati, Sri. 2009. Skripsi: Persepsi Perawat Terhadap Prinsip
Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr. Pirngadi
Medan. Medan: USU Repository.
Mansjoer, Arif Et All. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.
Jakarta : Media Aesculapius.

14

You might also like