You are on page 1of 3

ABSTRACT

TOTOK HENDARTO. Disparity Analysis of Fishery Resources Utilization in


East Java Province Coastal Area Management Perspective. Under Direction of
ISMUDI MUCHSIN, HARIADI KARTODIHARDJO and LUKY ADRIANTO.

Indonesia consists of 70% sea, a big potential of diversity, 6.1 million ton
per year of fishery, and 57% have utilized. Law No.27, 2007 said that fishery
resources potential should be managed well, while said that authority of fishery
management should be decentralized to province/regency-city government as
broad as to increase peoples welfare and local competition. The objectives of this
study were to 1) identify disparity of fishery resources utilization in East Java
coastal area; 2) to identify disparity of East Java coastal area development, and
3) to arrange the strategy of East Java coastal area management. The study has
done by quantitative and qualitative phenomenological by survey method. North
location of this study represented by Lamongan Regency, while the south location
represented by Trenggalek Regency. Disparity of fishery resources utilization in
coastal area management perspective caused development disparity in north
coastal area and south coastal area in East Java Province. The characteristic of
north coastal area was more opened and has high economic activity network. It
showed economical dynamic which higher than others. Planning and arranging
area development strategy should be directed to maturing organization and
revitalization its function. In the south coastal area, according to its diversity,
resources condition, decentralization maturity level, and region authority, it
should be directed to investment which bigger both the number of variety and the
number of infrastructure unit, and facility of area development.

Key words: disparity, management, development, fishery resources


RINGKASAN

TOTOK HENDARTO. Analisis Disparitas Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan


dalam Perspektif Pengelolaan Pesisir Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh
ISMUDI MUCHSIN, HARIADI KARTODIHARDJO dan LUKY ADRIANTO.

Indonesia dengan luas wilayah yang terdiri dari 70 % lautan merupakan


negara kepulauan dengan luas perairan diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 dan
panjang garis pantai 81.000 km2. Potensi sumberdaya perikanan masih cukup
besar sekitar 6,1 juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan 57 persennya.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar baik dari
segi kuantitas maupun keragamannya. Potensi yang besar dan memiliki arti
penting dalam konteks perekonomian bangsa, perencanaan dan pengelolaan yang
berkelanjutan dari wilayah pesisir merupakPPan sebuah kebutuhan yang mutlak.
Kerangka spasial, suatu pemerataan hasil pembangunan adalah adanya
keseimbangan kemajuan antar wilayah. Salah satu masalah mendasar
pembangunan di Indonesia adalah masalah disparitas pembangunan antar wilayah.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah
diantaranya adalah : (1). aspek geografi, (2). aspek aktifitas ekonomi serta (3).
aspek kebijakan pemerintah. Pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan
pesisir pada masa otonomi daerah yang paling tepat adalah dengan melakukan
pengelolaan secara optimal, yang dapat menjamin potensi lestari sumberdaya
perikanan dan stablitas produksi serta keberlanjutan ditingkat usaha perikanan,
sesuai Undang-undang otonomi daerah dalam rangka menjamin kelestarian
sumberdaya wilayah pesisir dan sumberdaya hayati laut.
Salah satu aspek teknik yang digunakan sebagai tolak ukur adalah hasil
tangkapan per upaya penangkapan (CPUE / Catch Per Unit Effort). Pemetaan
potensi ekonomi wilayah merupakan seperangkat proses menghasilkan rumusan
informasi pendukung pemerintah menyusun sebuah kebijakan. Perkembangan
wilayah pesisir dianalisis dengan Shift Share, untuk menganalisis herarki wilayah
pesisir indikator sosial digunakan analisis komponen utama dan menganalisis
herarki wilayah pesisir indikator man-made capital digunakan analisis Skalogram.
Kontribusi dan keterkaitan sektor perikanan laut dalam struktur pembangunan
nasional dipergunakan analisis input output. Untuk mengetahui tingkat
kesusksesan maupun tingkat kegagalannya, sehingga digunakan analisis kebijakan
Tren nilai CPUE per alat tangkap di wilayah pesisir Utara selama tahun
2001-2007 cenderung menurun, di Selatan cenderung meningkat. Sektor
perikanan laut tidak dominan relatif terhadap sektor lainnya. Pembangunan
wilayah pesisir tidak terkonsenterasi pada sektor tertentu. Kuota lokasi di kedua
wilayah pesisir merupakan sektor basis, di Utara dua kali lipat lebih besar
dibanding di Selatan. Laju pertumbuhan lokal sektor perikanan laut berjalan cepat,
kecepatan di Utara hampir tiga kali lipat dibanding di Selatan. Dayasaing lokal
sektor perikanan laut bersifat kompetitif atau berdaya saing tetapi kemampuannya
sangat jauh berbeda. Disparitas perkembangan wilayah pesisir memperlihatkan
tingkat pertumbuhan di Utara hampir dua puluh lima kali lipat lebih cepat
dibanding Selatan. Daya saing Utara sangat baik dan berkeunggulan comparatif
(comparatif advantage), di Selatan tidak mempunyai daya saing dan tidak
berkeunggulan comparatif (comparatif advantage). Pergeseran wilayah pesisir
Utara bersifat progresif, di Selatan tidak progresif. Disparitas perkembangan
wilayah pesisir dari aspek kependudukan, di Utara berherarki rendah, di Selatan
berherarki sedang, aspek kependidikan di Utara berherarki tinggi, di Selatan
berherarki sedang, aspek kesehatan di Utara-Selatan berherarki sedang, meskipun
nilai Utara tiga kali lipat lebih besar dari Selatan. Faktor keragaan pemanfaatan
sumberdaya perikanan (secara geografis), potensi ekonomi wilayah (tingkat
kematangan aktifitas ekonomi) dan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur
menyebabkan terjadinya disparitas. Disparitas pembangunan wilayah
menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang saling memperlemah dan
menimbulkan banyak permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Secara
menyeluruh disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam perspektif
pengelolaan wilayah pesisir menyebabkan terjadinya disparitas pembangunan
wilayah pesisir Utara dan Selatan di Provinsi Jawa Timur.
Strategi yang bisa disarankan oleh penulis guna mengurangi terjadinya
disparitas wilayah pesisir meliputi dua strategi yaitu strategi pertama, program
pengembangan wilayah pesisir atas dasar pasokan (supply side strategy) dan
permintaan (demand side strategy). Strategi kedua, adalah pengembangan wilayah
pesisir atas dasar strategi keterkaitan (lingkages) antar wilayah pesisir.

Kata kunci : disparitas, manajemen, pembangunan, sumberdaya perikanan.

You might also like