Professional Documents
Culture Documents
IRMA N. HAMIDAH
Selama saya tinggal dan mengabdi di dusun Nitis saya melihat beberapa potensi yang
dimiliki oleh dusun Nitis, diantaranya potensi alam berupa hutan yang dapat dimanfaatkan
untuk menanam pohon jati, sawah yang dapat digunakan untuk menanam padi,jagung serta
sayuran lainnya dan ladang yang dapat digunakan untuk menanam singkong. Para penduduk
didusun Nitis memanfaatkan ladang didekat rumah mereka untuk menanam singkong.
Mereka memanfaatkan singkong ini untuk membuat tepung gaplek dan makanan ringan
seperti singkong rebus. Masyrakat dusun Nitis juga sudah mahir dalam hal bercocok tanam
padi dan jagung, sehingga warga disana memiliki komunitas pertanian. Sebagian hasil panen
mereka dititipkan dilumbung. Mereka juga membayar iuran setiap 1 bulan sekali untuk
membeli pupuk sehingga mereka tidak khawatir akan mengahabiskan banyak uang ketika
Selain sawah dan ladang, hutan mereka dapat dimanfaatkan sebagai hutan jati. Inilah
asset yang sebenarnya dapat menopang perekonomian warga dusun Nitis. Berdasarkan apa
yang saya lihat selama berada Nitis, hutan jati yang dimiliki dusun Nitis tergolong cukup
luas. Mengingat harga jati yang cenderung mahal, maka warga dusun Nitis akan sangat
makmur apabila menanam pohon ini. Akan tetapi, setelah saya dan beberapa teman saya
bertanya terkait pohon jati tersebut, warga bercerita bahwa pohon jati tersebut milik milik
perhutani. Hutan tersebut sebagian besar sudah dikelola oleh perhutani karena dijual oleh
masyarakat. Hal tersebut karena pohon jati merupakan tanaman yang cukup lama dipanen,
sehingga meskipun akan menghasilkan harga jual yang tinggi, masyarakat tidak berminat
untuk menanamnya, hal tersebut yang membuat warga dusun Nitis memutuskan menjual
sebgaian hutan mereka pada perhutani. Selain itu, ada warga dusun Nitis yang menghibahkan
hutan tersebut sebagai makam. Mengingat jauhnya makam yang disediakan oleh desa serta
akses jalan yang tergolong sangat sulit ditempuh untuk prosesi pemakaman, maka ada
beberapa warga yang bersepakat untuk menghibahkan hutan mereka sebagai makam.
Selain singkong, warga dusun Nitis banyak sekali yang menanam gadung. Mereka
mengolah gadung ini menjadi keripik. Berbalik dengan harga singkong, harga gadung di
dusun Nitis relatif mahal apabila dijual. Warga dusun Nitis juga sering memberikan keripik
gadung tersebut ke posko kami. Masyarakat dusun Nitis sangat mahir dalam mengolah
Harga jual singkong di Nitis sangatlah rendah, padahal sejauh yang saya tahu kisaran harga
singkong perkilonya adalah sekitar Rp. 4000 akan tetapi didusun Nitis ahnya dijual seharga
Rp. 300 hingga Rp. 500. Padahal dalam proses pemanenannya mereka jauh lebih sulit karena
tanahnya keras. Setelah mengetahui potensi alam yang dimiliki, akhirnya saya dan teman-
teman bersepakat untuk menitik beratkan pengelolaan hasil ladang dusun Nitis yang berupa
singkong sebagai asset dalam kelompok kami. Mengingat hampir seluruh warga dusun Nitis
menanam singkong dan menjual singkong tersebut dengan harga jual yang sangat rendah,
maka saya dan teman-teman bersepakat untuk mengolah singkong tersebu agar bernilai jual
tinggi. Masyrakat dusun Nitis diajarkan untuk mengolah singkong tersebut menjadi beberapa
olahan, sehingga dapat meningkatkan harga jual singkong tersebut. Harapan saya, dengan
potensi alam yang mereka miliki,mereka dapat mencukupi kebutuhan merek serta warga
dusun Nitis dapat dikenal oleh warga dusun lain dengan hasil olahan potensi alam mereka.
Karena sejauh yang saya tahu, banyak warga Kecamatan Ngetos yang belum mengerti lokasi
dusun Nitis.
Berdasrkan apa yang telah saya alami, selama mengejari warga untuk mengolah asset alam
mereka berupa singkong ini, warga sangat tertarik untuk mengolahnya, akan tetapi warga