You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh
manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi.
Salah satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,
dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah
satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik.
Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, adalah :
1. Bagaimanakah konsep kebutuhan oksigen?
2. Bagaimanakah gangguan pernpasan?
3. Bagaimanakah menghitung pernapasan?
4. Bagaimanakah memposisikan pasien fowler dan semifowler?
5. Bagaimanakah mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan?
6. Bagaimanakah memeberikan oksigen nasal kanul?
7. Bagaimanakah melatih napas dalam?
8. Bagaimanakah melatih batuk efektif?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan pembuatan makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kebutuhan oksigen
2. Untuk mengetahui gangguan pernapasan
3. Untuk mengetahui menghitung pernapasan
4. Untuk mengetahui memposisikan pasien fowler dan semifowler
5. Untuk mengetahui mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan
6. Untuk mengetahui memeberikan oksigen nasal kanul
7. Untuk mengetahui melatih napas dalam
8. Untuk mengetahui melatih batuk efektif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan Oksigen


Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel metabolisme sel tubuh bagi
individu dan untuk mempertahankan hidupnya. Pernapasan adalah sebuah proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan.
2.2.1 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
terdiri atas saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah
A. Saluran Pernapasan Bagian Atas
1. Hidung, Hidung mempunyai 2 (dua) rongga yang dibagi
oleh suatu sekat yang disebut septumnasi. Dinding bagian
dalam rongga hidung (capum nasi) terdiri dari selaput
lendir yang berfungsi menetralisir suhu dan kelembaban
udara yang masuk sehingga tidak berbeda dengan suhu
tubuh. Dibagian dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu
halus yang berfungsi menyaring debu/ kotoran yang masuk
kedalam hidung pada saat bernapas.
2. Faring, Merupakan suatu rongga yang menyambung antara
cavumnasi dengan laring. Faring terletak dibelakan rongga
hidung, rongga mulut dan didepan kerongkongan bagian
atas.
3. Laring, Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring
yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat
bersama ligament dan membrane, terdiri atas dua lamia
yang bersambung digaris tengah.
4. Epiglotis, Merupakan katup tulang rawan yang
bertugas membantu menutup laring pada saat proses
menelan

3
B. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
1. Trakea, Bentuknya seperti pipa, terletak dari faring hingga
sebatas vertebralis thorakalis ke 5. Tersusun dari 16 hingga
20 buah cincin tulang rawan yang bagian belakangnya
diikat oleh jaringan fibrosa dan otot. Bagian dalamnya
dilapisi oleh selaput lendir, yang berguna untuk
menyesuaikan udara yang masuk. Pada trachea terdapat sel-
sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
2. Bronkus, Ada 2 buah bronkus yaitu bagian kiri dan kanan.
Bronkhus kanan lebih pendek dari bronchus kiri. Bronkhus
bercabang lagi menjadi bronchus paru-paru yaitu bronchus
paru atas, bronchus paru tengah dan bronchus paru bawah.
3. Bronkiolus, Bronkiolus merupakan saluran percabangan
setelah bronkus
4. Paru, Paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan. Bentuknya seperti kerucut, berada didalam
rongga thorak yang diselaputi oleh pleural.
Diantara paru kanan dan kiri terdapat jantung. Paru-paru
terdapat atas bagian-bagian oleh celah-celah yang disebut
lobus.
2.2.2 Proses oksigenasi
Dalam proses pemenuhan organ-organ diatas memiliki
peranan dalam proses oksigenasi (pemenuhan kebutuhan oksigen).
3 tahapan dalam proses oksigenasi diantaranya yaitu :
1. Ventilasi, Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya
oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau dari alveolike
atmosfer.proses dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru,semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat

4
tekanan udara semakin tinggi adanya kemampuan torak dan
paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis,adanya jalan nafas yang dimulai dari
hidung hingga alveoli yang terdiri dari berbagai otot polos
yang kerjanya sangatr dipengaruhi oleh system saraf
otonom.
2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen
dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan
alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan
dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah
vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
3. Transformasi Gas, Transfortasi gas merupakan proses
pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2
jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung
(kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

2.2 Gangguan Oksigenasi


Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan
oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian. Proses pemenuhan
kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen
melalui saluran pernapasan, membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang

5
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan
agar berfungsi secara normal.

2.3 Menghitung Pernapasan


Menghitung jumlah pernapasan ( inspirasi yang di ikuti ekspirasi ) dalam
satu menit.
2.3.1 Prosedur kerja
Tujuan
1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Mengetahui jumlah dan sifat pernapasan dalam 1 menit
3. Mengikuti perkembangan peyakit
4. Membantu menegakkan diagnosis
Alat dan Bahan
1. Arloji tangan dengan jarum detik
2. Buku catatan dan alat tulis
Prosedur pelaksanaan
1. Tempatkan alat di samping klien
2. Jelaskan tindakan yang akan di lakukan dan tujuannya
3. Cuci tangan
4. Letakkan lengan klien dengan posisi rileks menyilang
abdomen atau dada bagian bawahnya, atau tempatkan tangan
pemeriksaan langsung pada abdomen atas klien
5. Observasi siklus pernapasan lengkap(sekali inspirasi dan
sekali ekspirasi)
6. Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan
dan hitung frekuensinya
7. Jika irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan
dua
8. Jika pernapasan tidak teratur hitung satu menit penuh
9. Saat menghitung catat dalam pernapasan

6
10. Cuci tangan
11. Dokumentasikan
2.3.2 Rentang usia pernapasan normal
1. Bayi baru lahir: Rata-rata 44 napas per menit, dapat bervariasi
di mana saja antara 30 sampai 60 napas per menit
2. Bayi (sampai 6 bulan): 20-40 napas per menit
3. Anak prasekolah: 20-30 napas per menit
4. Anak-anak: 16-25 napas per menit
5. Dewasa: 12-20 napas per menit
2.3.3 Tingkat pernapasan
1. Normal, kondisi pernapasannya di angka rentan yang normal
dan tidak merasakan gangguan dengan pernapasannya.
2. Tachypnea, merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi
lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru
dalam keadaan atelektaksi atau terjadinya emboli.
3. Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang
dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan
peningkatan tekanan intracranial yang disertai narkotik atau
sedative.

2.4 Memposisikan Pasien Fowler dan Semi-Fowler


2.4.1 Posisi fowler
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 450 sampai 600 dan lutut
klien sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi di
tungkai bawah. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien
berada pada posisi Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien
secara keseluruhan. Penyokong harus menjadikan pinggul maupun lutut
fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal dan lumbal
A. Prosedur Kerja
Tujuan
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan

7
pernafasan dan cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan,
membaca, menonton televisi)
Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan
bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum
kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah
pada saat kepala dianaikkan
3. Naikkan kepala bed 45, sampai 60 sesuai
kebutuhan.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada
kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan
mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya
fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal
akan menyangga kurva cervikal dari columna
vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat
diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak
bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi
kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit. Memberikan landasan yang, lembut
dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat

8
dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien
supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut
dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya
kerusakan pada persyarafan dan dinding vena.
Fleksi lutut membantu supaya klien tidak melorot
kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah
paha klien. Bila ekstremitas bawah pasien
mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol
ekstremitas bawah, gunakan gulungan trokhanter
selain tambahan bantal dibawah panggulnya.
Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri
popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat
badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal
rotasi dari pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan
footboart. Mencegah plantar fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan
tangan, bila klien memiliki kelemahan pada kedua
lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah
karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak
disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah
pengumpulan darah dalam vena, menurunkan
edema pada lengan dan tangan, mencegah
kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

2.4.2 Posisi Semi Fowler


Adalah suatu posisi dimana bagian kepala tempat tidur dinaikkan

9
25 30 derajat, bagian ujung dan tungkai kaki sedikit dianggkat, lutut
diangkat dan ditopang, dengan demikian membuat cairan dalam rongga
abdomen berkumpul di area pelvis. Posisi Semi-Fowler adalah posisi
pilihan untuk mengurangi tegangan intra abdomen dan otot abdomen,
Tujuan
Tujuan pemberian posisi semi fowler adalah sebagai
berikut; mengurangi tegangan intra abdomen dan otot
abdomen, memperlancar gerakan pernafasan pada
pasien yang bedrest total, memberikan rasa nyaman kepada
pasien.
Langkah kerja
Pasien ditumpukkan pada bagian punggung.
1. Bagian kepala tempat tidur dinaikkan 30 derajat
2. Digunakan satu, dua atau tiga bantal untuk
menopang kepala dan bahu.
3. Lutut dapat ditekuk sedikit dan ditopang dengan
bantal.
4. Bantal dapat ditempatkan di bawah masing-masing
lengan sebagai penopang.
5. Bantalan kaki mempertahankan kaki pada
posisinya.
6. Dokumentasikan

2.5 Mengumpulkan Sputum Untuk Pemeriksaan


Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.
Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan
bronki bukan berupa air ludah. Sputum paling baik untuk pemeriksaan
adalah sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman.
Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur
dengan air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B.

10
sandjaja, 1992).
2.5.1 Prosedur kerja

Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan.
Peralatan
1. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak
6. Pengalas
7. Bengkok
8. Tissue
A. Cara pengambilan sputum secara umum:
1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi
hari,dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian
dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
Pengambilan sputum juga harus dilakukansebelum pasien
menyikat gigi.
2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien
mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum.
3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum
agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum,
bukan air liur/saliva ataupuncampuran antara sputum dan
saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkansputum.
4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi

11
palsu(bila ada)
5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough)

B. Cara membatukkan sputum:


1. Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada)
batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah
penampung.Wadah penampung berupa pot steril bermulut
besar dan berpenutup (Screw Cap Medium)
2. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang
dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus
mengulangi membatukkan sputum.
3. Sebaiknya,pilih sputum yang mengandung unsur-unsur
khusus,seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.
4. Bila sputum susah keluar lakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi
air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
5. Dokumentasikan

2.6 Memberikan Oksigen Nasal Kanul


Nasal kanul merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman. Kedua
kanula, dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang sekali
pakai dan diinersiakan ke dalam hidung. Oksigen diberikan melaui kanula dengan
kecepatan aliran sampai 6 liter/ menit. Kecepatan aliran lebih besar dari 4
liter/menit jarang digunakan karena efek yang ditimbulkannya,yakni
menyebabkan mukosa kering dan juga karena jumlah oksigen yang diberikan
relatif sedikit lebih luas besar. Perawat harus mengetahui kecepatan aliran yang
menghasilkan konsentrasi oksgen inspirasi dengan persentase tertentu (FiO2).
Perawat juga harus mewaspadai kerusakan kulit di atas telinga dan di hidung
akibat pemasangan nasal kanul yang terlalu ketat.

12
2.6.1 Prosedur Kerja
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah hipoksia
3. Diberikan kepada pasien yang menderita PPOK
Peralatan
1. Kanula nasal
2. Selang oksigen
3. Humidiffer
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Plaster
Langkah memasang Nasal Kanul
1. Inspeksi tanda dan gejala pada klien yang berhubungan
dengan hipoksia dan adanya sekresi pada jalan napas.
2. Jelaskan kepada klien dan keluarga hal hal yang
diperlukan dalam posedur dan tujuan terapi oksigen
3. Kumpulkan suplai dan peralatan yang dibutuhkan, seperti :
nasal kanul, selang oksigen, alat pelembab, air steril hasil
penyaringan
4. Cuci tangan
5. Pasang nasal kanul ke selang oksigen dan hubungkan ke
sumber oksigen yang dilembabkan dandiatur sesuai dengan
kecepatan aliran yang diprogram
6. Letakkan ujung kanula ke dalam hidung dan atur lubang
kanula yang elastis sampai kanula benar- benar pas
menempati lubang hidung dan nyaman bagi klien
7. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan
ke pakaian klien.
8. Periksa kanula setiap setiap 8 jam dan pertahankan tabung
pelembab terisi setiap waktu

13
9. Observasi hidung dan permukaan superior kedua telinga
klien untuk melihat adanya kerusakan kulit
10. Periksa kecepatan aliran oksigen dan program dokter setiap
8 jam
11. Cuci tangan
12. Mencatat metode pemberian oksigen, kecepatan aliran,
kepatenan nasal kanul, respon klien, dan pengkajian
pernapasan dicatat perawat.

2.7 Melatih Napas Dalam


Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002).
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventiasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektiaksis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress
2.7.1 Prosedur Kerja
Indikasi
1. Pada klien yang mengalami keterbatasan ekspansi dada
2. Klien dengan gangguan paru obstruksi dan restriktif
3. Klien yang mengalami PPOM (asma dan bronchitis)
4. Klien yang menjalani tahap penyembuhan post-operasi
toraks.
Langkah Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi klien (duduk atau terlentang)
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas
melalui hidung dengan mulut tertutup.
5. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik, kemudian
disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan

14
bentuk mulut seperti meniup lilin
6. Catat respon yang terjadi.
7. Cuci tangan.

2.8 Melatih Batuk Efektif


Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trakea dan bronkiolus dari secret atau benda asing di jalan napas.
2.2.8 Prosedur Kerja
Tujuan
1. Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
2. Mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas
dan bawah
Peralatan
1. Wadah sputum
2. Handuk pengalas
3. Tissue
Langkah kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dengan
membungkuk kedepan.
4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernapasan diafragma.
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.
6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.
7. Tarik napas dengan ringan.
8. Istirahat.
9. Catat respon yang terjadi.
10. Cuci tangan

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel metabolisme sel tubuh. Fungsi
sistem pernapasan adalah pertukaran gas. Sistem pernapasan secara structural
dibagi menjadi sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan bawah. Proses
oksigenasi terdiri dari tiga proses, yaitu : vertilisasi, difusi, dan transformasi.
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi
dari organ-organ respirasi. Menghitung pernapasan adalah menghitung jumlah
pernapasan selama satu menit. Posisi fowler, yaitu Bagian kepala tempat tidur
ditinggikan 450 sampai 600. Sedangkan posisi semi-fowler, yaitu suatu posisi
dimana bagian kepala tempat tidur dinaikkan 25 30 derajat. Sputum adalah
cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli, sputum diambil untuk
pemeriksaan. Nasal kanul merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman.
Kedua kanula, dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang
sekali pakai dan diinersiakan ke dalam hidung. Latihan napas dalam adalah
bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan batuk efektif
merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif.

3.2 Saran
Sebagai perawat yang professional, kita harus bisa memberikan pelayanan
yang maksimal kepada klien sesuai dengan standar oprasional prosedur, agar tidak
terjadi kekeliruan saat memberikan tindakan kepada klien. Selain itu kita sebagai
perawat professional harus tetap teliti dalam memberikan tindakan keperawatan,
agar bisa membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, Fitria. 2013. Terapi Oksigen (Online). Dalam : http://fitria-budiarti-


fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-94746-maret-
SOP%20TERAPI%20OKSIGEN.html Diakses pada tanggal : 4 Februari
2016. Pukul : 19.28

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : aplikasi konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul dan M. Uliyah. 2014. Buku saku praktikum Kebutuhan
Dasar manusia. Jakarta : EGC

Korzier, B, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan
praktik (ed.7) . Jakarta: EGC

Potter, P.A dan A.G Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik (ed.4) . Jakarta : EGC

Qushai. 2013. Pemeriksaan Sputum (Online). Dalam : http://qushai-


fkm13.web.unair.ac.id/artikel_detail-91540-bakteriologi-
PEMERIKSAAN%20SPUTUM.html Diakses pada tanggal : 4 Februari
2016. Pukul : 20.45

Hadi, Rusman. 2015. Menghitung Pernapasan (Online). Dalam :


http://kesehatan.kampung-media.com/2015/11/20/menghitung-pernafasan-
13360. Diakses pada tanggal : 5 Februari 2016. Pukul : 20.08

17
18

You might also like