Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
ACHMAD KOMARUDIN
NIM : 9933216562
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ....... i
DAFTAR ISI ...... iii
BAB I PENDAHULUAN
E. Metodelogi Penelitian .. 8
F. Sistematika Penulisan .. 9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..... 62
B. Saran .... 64
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
karunia dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat manusia yang paling
agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan
yang diridhoi-Nya.
karena dukungan moril dan spirituil rekan-rekan yang telah memotivasi penulis
Maka pada kesepatan yang berharga ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun secara
1. Kepada Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Azyumardi
Azra beserta staf, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.
Komarudin Hidayat.
2. Kepada pihak Dekanat Fakultas Ushuluddin Bapak Prof. Dr. Amsal Bachtiar
3. Kepada Ketua Jurusan Bapak Agus Darmaji M.A dan Sekretaris Jurusan Dra.
4. Kepada Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Idris Thaha M.Si, yang telah
motifasinya.
Jibud, Babet, Ojie, Firman, Aziz Habib, Aqi Iskandar dan kawan-kawan
lainnya.
9. Untuk teman diskusi, Abdul Jagur Hannan, Abdul Aziz Olay, Ahmad
Dady Biaggi, yang telah menemani dalam penyusunan skripsi ini dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
latar belakang itulah, kehidupan beragama mengakar dalam diri Hatta sehingga
Hal ini senada dengan perkataan yang dilontarkan oleh Deliar Noer: Bung Hatta
merupakan tokoh unik yang berlainan dengan tokoh yang lain yang mendahului
pernah aktif dalam Jong Sumatranean Bond (JSB) yang bersifat primordialis,
1
B. Setiawan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h.
619.
1
perorangan, melainkan perwakilan dari rakyat Indonesia. Ikut pula menghadiri
Kongres tersebut dari golongan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diwakili
Semaun.
alih kekuasaan negara yang lebih dikenal dengan peristiwa Gerakan 30 September
PKI.
Di Indonesia, paham dan gerakan komunis pertama kali muncul pada saat
bangsa tersadar bahwa bangsa Indonesia masih terjajah oleh bangsa lain, seperti
ungkapan Hattta yang dikutip oleh Ingelson Kami yang ada di sini (di
kaum nasionalis radikal yang kuat, termasuk orang komunis. Kerjasama dengan
orang komunis tidak ada bahayanya; malahan sebaliknya, asal kita tidak
blok nasionalis.2
gerakan yang bersifat organisasi ataupun pergerakan, baik yang bersifat kooperatif
2
M. Imam Aziz, Ketika Nasionalisme Letih, Kompas (Jakarta), Jumat 1 Juni 2002, h.
55
waktu itu yang memperjuangkan kemerdekaan dengan jalan menempatkan wakil-
Hindia Belanda seperti menjadi anggota DPR sekarang atau pada tingkat DPRD.
Yang termasuk dalam golongan ini antara lain Parindra (Partai Indonesia Raya)
yang merupakan fusi dari Budi Utomo, Sarekat Sumatra, Partai Sarekat Celebes,
kooperatif pada waktu itu adalah PNI (Partai Nasional Indonesia) yang dipimpin
oleh Soekarno dan PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia) yang dipimpin oleh
Mohammad Hatta.
Syarekat Islam secara langsung telah menjadi wadah awal munculnya gerakan
komunis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kadernya seperti Semaun dan
Darsono yang mencoba memulai dengan ide menuju kekiri-kirian dengan ide-
ide sosialisme. Semaun dan Darsono selalu menjadi oposisi dalam Sarekat Islam.
Dan pada tahun 1917 berdirilah PKI secara tidak resmi dan diam-diam yang
Tercatat telah terjadi beberapa kali gerakan komunis muncul sebagai gerakan
pemberontak dan muncul sebagai atribut partai, yaitu dengan nama PKI (Partai
3
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 2005), Cet.
ke.2, h. 6
Indonesia, 1948 melakukan pemberontakan di Madiun, pada tahun 1965
Republik Indonesia. Tetapi semua usaha yang dilakukan PKI dapat ditumpas.
PKI sebagai salah satu partai yang turut meramaikan konstalasi perpolitikan
nasional pada waktu itu sebenarnya memiliki pengikut massa yang cukup besar
selain golongan nasionalis dan Islam. Visi dan misi PKI menawarkan persamaan
hak-hak rakyat secara umum sangat digandrungi oleh rakyat kecil, terutama para
petani dan buruh. Hal ini bisa dilihat dari perolehan suara PKI pada Pemilu
pertama tahun 1955 dengan masuk sebagai lima partai besar yang meraih suara
Di sisi lain kehadiran PKI di Indonesia juga mendapat dukungan kuat dari
negara luar yang ingin meng-hegemoni komunis dan sosialis di Indonesia dengan
Negara tersebut adalah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina (RRC).
terutama kalangan Islam. Hal ini didasarkan pada bahwa ideologi komunis
Islam dan komunis adalah ajaran tentang agama yang dianggap sebagai candu dan
hanya dipakai menjadi alat kelas penindas untuk menina bobokan kaum
tertindas.4
4
Fadli Rachman, Menghadang Komunisme, Sabili , Edisi Khusus (Juli, 2004), h.40-41
Untuk mengembangkan ideologinya dan menarik simpati di dalam masyarakat
komunis menawarkan wacana sama rata sama rasa. Maksudnya adalah semua
rakyat diberikan hak-hak yang sama dan tidak ada perbedaan dalam kelas-kelas
sosial.
Pada awal kemunculannya PKI memang telah menuai kritik. Salah satu tokoh
yang juga mengkritik pola gerakan PKI ini adalah Bung Hatta. Sebagai tokoh
yang tergabung dalam Partai Nasional Indonesia sebenarnya Bung Hatta juga
dianggap sebagai representasi tokoh Islam yang tergabung dengan Partai Nasional
Indonesia. Bung Hatta dianggap sebagai sosok yang memahami ajaran Islam
Sebagai tokoh politis dan gerakan yang mengenyam pendidikan dari dalam
dan luar negeri. Bung Hatta sangat memahami betul konstalasi perpolitikan
hubungan luar negeri, yang berlangsung pada waktu itu mengingat Bung Hatta
Baru) adalah juga tokoh yang memiliki wawasan luas dalam bidang ekonomi.
Seperti dikatakan oleh Rikard Bagun, pemikiran Bung Hatta dalam bidang
ekonomi dianggap masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Sejak awal,
sosial yang memperbaiki dan meratakan kemakmuran kepada rakyat. Hal ini
Dalam diri Bung Hatta terbersit niat untuk menjadikan koperasi sebagai instrumen
Indonesia. 6
B. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jelas tentang
pandangan dan kritik Bung Hatta tentang gerakan komunis di Indonesia, yang
terwujud dalam gerakan komunis di Indonesia itu adalah PKI (Partai Komunis
Indonesia).
Harus diakui penelitian tentang hal tersebut telah banyak dilakukan oleh
sarjana-sarjana yang termotivasi untuk maksud yang sama, ataupun untuk sekedar
Melihat adanya kenyataan dari sekian banyaknya upaya yang telah dilakukan
untuk menganalisa keberadaan seorang tokoh yang secara langsung juga untuk
5
Rikard Bagun, Bung Hatta, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003) Cet. Ke-1, h.x
6
Team LP3ES, Pemikiran Pembangunan Bung Hatta, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1995),
Cet. Ke-1, h. 5
terjadinya distorsi, maka dalam hal ini secara khusus tulisan ini bertujuan untuk
gerakan komunis di Indonesia. Tulisan ini pada dasarnya juga menuntut standar-
standar keilmiahan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar S-1 (Sarjana satu).
C. Pembatasan Masalah
Komunis dalam Perspektif Bung Hatta; Pandangan dan Kritik Bung Hatta
terhadap Partai Komunis Indonesia ini penulis batasi pada pembatasan seorang
tokoh nasional yaitu Bung Hatta, sedangkan untuk pembahasan wacananya adalah
D. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah dan tujuan penelitian di atas, maka
umum atas asumsi bahwa Bung Hatta sebagai tokoh nasionalis religius yang
progress dalam pergerakan nasional dan menjadi salah satu pemimpin bangsa
pada era kemerdekaan dan hidup dalam ephoria perpolitikan nasional pada masa
itu, tentu saja mengetahui dan memahami dengan jelas konstalasi perpolitikan
nasional pada waktu itu, terlebih-lebih memahami bagaimana langkah-langkah
kemerdekaan Indonesia?
E. Metodologi Penelitian
Berkaitan dengan tema besar dari penelitian yang penulis lakukan yakni studi
tokoh dan pemikiran politiknya, maka metode yang digunakan untuk mendukung
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Dengan demikian sang tokoh dan
diharapkan dapat memberikan gambaran utuh dan objektif bagi kepentingan dunia
akademis.
menggunakan literatur primer yang ditulis langsung oleh sang tokoh. Hal ini
upaya yang benar-benar optimal; kedua, untuk mendukung upaya optimal tersebut
maka salah satu diantaranya adalah terpenuhinya data-data yang orisinil melalui
yang akan dianalisa; ketiga, kajian kepustakaan dilakukan sebagai langkah awal
dari upaya pengumpulan data, dan kemudian sebagai langkah alternatif dari upaya
riset lapangan, dimana riset lapangan tersebut membutuhkan waktu yang sangat
panjang.
Metodologi penelitian ini didukung dengan teknis penulisan, dalam hal ini
mengacu pada buku petunjuk Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
F. Sistematika Penulisan
Penulisan atas penelitian ini dibagi atas beberapa bab, yang masing-masing
bab mempunyai sub bab yang satu sama lainnya saling berkaitan.
yang tercakup dalam skripsi ini meliputi; latar belakang masalah; kemudian
penulisan skripsi.
biografi sang tokoh yaitu Bung Hatta. Pada bab ini penulis mencoba
keluarga meliputi silsilah keluarga dan pendidikan yang pernah digeluti dan
berbagai organisasi yang pernah ditekuninya sampai dengan perjuangan
Bab III Pada bab ini penulis akan membahas tentang komunis dan latar
belakang lahirnya komunis secara umum dan pengertian komunis, komunis dalam
Bab IV Pada bab ini penulis mengupas tentang pemikiran sang tokoh sebagai
pelaku sejarah yang diantaranya tentang pandangan Bung Hatta terhadap komunis
PKI.
Bab V Penutup dan kesimpulan yang berdasarkan pada asumsi dan diskusi
permasalahan yang diangkat ke dalam penelitian ini bersifat studi kasus historis
yang sebenarnya mesti mendapat pengakuan objektif dan bukan klaim kebenaran
sepihak. Secara implisit kesimpulan ini bermaksud pula memberikan pesan yang
terkandung di dalamnya.
BAB II
timbal balik yang unik. Hatta ikut dipengaruhi sejarah Indonesia, dan sebaliknya
pula Hatta ikut menentukan arah perkembangan sejarah Indonesia itu sendiri.
bisa dilihat dari awal kiprahnya dalam dunia pergerakan pada masa pra
memuat nama Bung Hatta sebagai lima pemimpin Asia dengan perpaduan
yang modern.
atau kental sekali dengan keislamannya. Hatta dirunut dari keluarganya yang
ulama besar yang disegani pada masanya yaitu Syaikh Abdurrahman. Namun
pada kelanjutannya Hatta tidak melanjutkan tradisi surau dan memilih jalan
Madinah untuk menuntut ilmu agama. Akan tetapi ia lebih memilih jalur ilmu
muslim yang taat, pendidikan Belanda (umum) bukan menjadi hambatan dalam
agamanya untuk siapa saja yang ingin mempelajarinya. Menurut Schulte Nordholt
untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tetapi hal ini tentulah tidak mudah
Untuk mewujudkan impian tersebut diperlukan suatu wadah atau organisasi yang
dapat menyatukan visi dan misi. Oleh karena itu dalam tahap awal pendidikannya,
Hatta tidak hanya aktif dalam hal belajar saja, tetapi ia juga aktif dalam
seperti JSB (Jong Sumatranen Bond) maupun yang bersifat nasional seperti PI
yang sama ketika ia belajar di PHS (Prins Hendrik School) ia sering berkunjung
7
Dr. Taufik Abdullah dalam kata pengantar Deliar Noer, Mohammad Hatta, Hati Nurani
Bangsa, (Jakarta: PT. Penerbit Djambatan, 2002), cet. 1, h.6
Indonesia). Pada organisasi inilah titik awal kiprah Mohammad Hatta dalam dunia
politik.
Minangkabau
daerah yang paling tegar menghadapi agresi Belanda.8 Mungkin latar belakang ini
Sjahrir dan Hatta yang berasal dari Minangkabau dalam kepemimpinan nasional
daerah lain.
Barat, dari segi sosio-kultural dan agama mempunyai karakteristik yang unik
daerah ini berlaku sistem sosial yang matrilineal, dimana garis keturunan
seseorang ditarik dari pihak ibunya bukan ditarik dari keturunan laki-laki atau
umumnya, dimana garis keturunan ditarik dari pihak bapak. Jadi, sistem dalam
kemenakannya.
8
Taufik Abdullah, Tidak Generasi Kerdil, Rikard Bagum (ed) dalam Bung Hatta,
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003), cet. ke-1, h.3
Begitu pula dalam pembagian harta warisan seperti sawah, ladang dan tempat
dalam legenda Lindu Mato, wanita dalam hal ini bundo kanduang sebagai ratu
adalah rajo usali (raja sebenarnya), sementara putranya Dang Tuangku sebagai
Jika kedudukan laki-laki pada segi lain dipandang rendah dan tak berkuasa
apa-apa dalam pepatah Minang disebut bagai abu di atas tunggul, adalah dalam
kontek hubungan yang terjadi melalui perkawinan. Dalam hal ini (suami orang
Sumando), menurut adat Minangkabau, tidak berkuasa atas anak maupun harta
suami hanya berkuasa dalam keluarga asalnya sebagai mamak dari kemenak-
kemenakannya- tidak dalam keluarga isterinya. Karena itu jika bercerai dengan
9
Azyumardi Azra, Surau di Tengah Krisis; Pesantren dalam Perspektif Minangkabau
dalam M. Dawam Rahardjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun dari Bawah, (Jakarta:
P3IM, 1985), cet. I, h. 150
10
Azyumardi Azra, Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun dari Bawah, h. 150
isterinya, maka sang suami tadi keluar dari rumah hanya dengan membawa
Sistem adat Minangkabau yang unik itu semakin unik dan khas, bisa dilihat
ada pertentangan antara adat dengan agama. Keduanya berjalan seiring tanpa
harus terlibat konflik, karena adat sebagai institusi kebudayaan berlaku dalam
masyarakat setelah mendapat legitimasi dari agama. Hubungan adat dan agama
yang demikian itu dengan indah sekali diungkapkan dalam pepatah : adat
bersandi syara, syara bersandi kitabullah (adat bersendi syara, syara bersendi
kitabullah).12 Hubungan adat dan agama lebih lanjut digambarkan dalam lambang
kelengkapan sebuah nagari di Minangkabau, yaitu balai adat dan masjid. Tidaklah
lengkap dan sempurna sebuah nagari, bila salah satu dari yang dua itu tidak ada.
Bagaimanapun juga hubungan antara adat dan agama demikian, jika ditelusuri
cukup panjang, dan berkaitan erat dengan konsepsi Alam Minangkabau. Pola
hubungan antara agama dan adat itu tercapai setelah berlangsung proses islamisasi
11
Hamka, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, (Jakarta: Tekad, 1963), h. 49
12
Taufik Abdullah, Tidak Generasi Kerdil, Rikard Bagum (ed) dalam Bung Hatta
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003), cet. Ke-1, h. 15
13
Taufik Abdullah, Tidak Generasi Kerdil, h.17
pengenalan gagasan-gagasan baru dalam Islam yang dibawa oleh orang-orang
tradisional.14
premis kultural yang ada serta kebutuhan untuk menutupinya dengan elemen-
elemen baru yang dibutuhkan menimbulkan konflik nilai dan sosial serta usaha
14
Azyumardi Azra, Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun dari Bawah, h. 152
kewajiban bagi para penduduk untuk menjual hasil kopi (monopoli) kepada
pendidikan ini. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada sub bab berikutnya.
atau penghulu adat dan calon pegawai yang akan duduk di pemerintahan
abad.
perlu untuk mengganti monopoli kopi dengan sistem ekonomi yang relatif bebas.
merasakan bahwa sistem belasting jauh lebih baik daripada sistem tanam paksa.
Hal ini bertentangan dengan para penghulu adat dan para ulama yang mengatakan
berumur 6 tahun. Menurut Taufik Abdullah mungkin Hatta tidak tahu apa yang
terjadi di dekat kota kelahirannya itu, tetapi mitos Plakat Panjang yang dikhianati
tidak pernah dilupakannya.15 Pemberontakan ini dapat dipadamkan dalam waktu
yang relatif sebentar yaitu antara dua sampai tiga bulan saja.
belasting ternyata memberi kesempatan yang lebih luas bagi anak negeri untuk
timur ke Selat Malaka, maka kemajuan ekonomi rakyat semakin menaik juga.
Penetrasi ekonomi pasar yang semakin jauh ini juga memberi dampak dalam tata
perilaku sosial, bahkan juga mulai menggugah sistem status sosial. Dalam masa
kaum laki-laki saja, tetapi juga berimbas pada kaum perempuan. Hal ini ditandai
terbukti baik (konservatif). Hatta sebagai orang yang merasakan berada dalam
situasi multikultural dan suasana hirarki sosial yang ditentukan oleh ras dan
sebagai anak zamannya tidak terlepas dari pengaruh sosio kultural Minangkabau
15
Taufik Abdullah, Tidak Generasi Kerdil, h. 23
16
Taufik Abdullah, Tidak Generasi Kerdil, h. 24
B. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
dari sebuah keluarga yang berlatar belakang surau di Batu Hampar, yaitu sebuah
Hatta kecil diberi nama oleh kakeknya dengan nama Attar yang berarti
wewangian atau parfum. Dengan maksud supaya dengan nama tersebut sang
kakek berharap cucunya di kemudian hari menjadi mashur dan harum namanya.
maka dalam kesehariannya nama tersebut berubah menjadi Atta. Nama ini
pamannya yang menggantikan datuknya di surau tersebut. Tetapi hal ini tidaklah
melepas pengaruh agama dari dirinya, karena memang semasa kecilnya ia sudah
dididik agama baik ibadah maupun perilakunya dengan sangat disiplin. Tapi
ayahnya, karena ayahnya meninggal dunia dalam usia 30 tahun, sewaktu Hatta
17
Meutia Farida Swasono, Bung Hatta; Pribadinya dalam Kenangan, (Jakarta: UI Press,
1980), cet. ke-2, h. 5
18
Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nurani Bangsa 1902-1980, (Jakarta: Djambatan,
2002), cet.ke1, h. 14
Ibunda Mohammad Hatta bernama Siti Saleha binti Ilyas Bagindo Marah.19
Ibunya berasal dari kalangan pedagang. Kakeknya, Ilyas Bagindo Marah adalah
seorang pedagang besar, ia biasa disapa oleh Hatta dengan sebutan Pak Gaek.
Beberapa paman Hatta dari keturunan Pak Gaek ini juga menjadi pengusaha besar
di Jakarta. Sepeninggal ayahnya, ibunya Siti Saleh menikah lagi dengan Haji Ning
seorang pedagang asal Palembang. Haji Ning adalah kenalan dagang kakek Hatta,
Pak Gaek. Hubungan Hatta dengan ayah tirinya sangat bak, haji Ning
terlalu baik dan kasih sayang yang diberikannya itulah, sampai-sampai Hatta tidak
menyangka bahwa haji Ning adalah ayah tirinya bukan ayah kandungnya.
menghendaki agar Hatta memperdalam ilmu agama. Hal ini diungkapkan ketika
kualitas keilmuan di surau Batu Hampar yang memang sudah menurun setelah
ditinggal oleh Syaikh Abdurrahman. Akan tetapi keluarga ibunya dan seorang
pamannya mengusulkan agar paman Hatta yang bernama Idris menjadi pengganti
19
Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nuran Bangsa 1902-1980, h.14
Di masa kecil Hatta bersekolah di Bukittinggi di Padang di ELS (Europeesche
Lagere School) yaitu sekolah dasar untuk orang kulit putih. Sekolah tersebut
berbahasa Belanda. Di sekolah dasar ini Hatta sampai tahun 1913 kemudian
belajar agama kepada Haji Abdullah Ahmad (seorang dermawan yang menyantuni
Hatta dikenal sebagai orang yang kaku dalam hal waktu, sehingga apabila ada
yang berjanji dengannya pada jam yang sudah ditentukan dan yang bersangkutan
terlambat, maka ia tak segan-segan menolak untuk menemui orang yang terlambat
tersebut.
agama maupun dengan kalangan serikat usaha yang sangat disiplin. Disiplin hidup
itu juga menyangkut soal ibadah, akhlak dan moral. Dalam soal pengaruh ajaran
Islam sangat kuat dalam diri Hatta. Sehingga dalam seluruh hidupnya dapat
20
Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nurani Bangsa 1902-1980, h. 14
Hatta mulai terjun dalam dunia organisasi semenjak ia bersekolah di MULO.
Organisasi yang pertama kali dilakoninya adalah JSB (Jong Sumateranen Bond)
Jakarta. Dua tokoh nasional yang ketika Hatta bersekolah di Padang sering
PHS (Prins Hendrik School) atau sering disebut sekolah dagang Prins Hendrik.
luas dan dalam. Hal ini dikarenakan intensitas pertemuan, berdiskusi atau bertukar
pikiran diantara siswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen)
pusat JSB. Hatta juga sering berkunjung ke rumah H. Agus Salim yang terkenal
sangat dekat hubungannya dengan pemuda. Rumah H. Agus Salim ketika itu
dijadikan pusat kaderisasi pemuda secara tidak resmi. Dan oleh H. Agus Salim
21
Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nurani Bangsa 1902-1980, h. 20
22
Parakitri T. Simbolon, Turun Gunung! Mohammad Hatta 11 Tahun di Belanda, dalam
Rikard Bagum (ed), Bung Hatta, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003), cet. ke-1, h. 56
Hatta seorang keturunan orang yang taat beragama dan sangat tidak senang
ilmu agama, sedangkan dari pihak keluarga ibu menginginkan agar Hatta
mahasiswa yang kutu buku saja akan tetapi ia aktif dalam berorganisasi. Salah
Hindia) yang didirikan pada tahun 1908, yaitu sebuah organisasi yang pada
mulanya bergerak di bidang sosial sebagai forum tempat bertemunya para siswa
meluaskan wawasannya kepada persoalan tanah air setelah tiga tokoh partai
hindia (Indische Partij) dibuang ke negeri Belanda tahun 1913, yaitu Suwardi
merupakan pelajar yang semasa di Indonesia aktif dalam pergerakan Jong Java
Setelah diadakan rapat dan pada tahun 1924 Indische Vereniging berganti
23
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980), cet.
ke-2, h. 41
Perhimpunan Indonesia (PI). Dan pada tahun 1924 majalah Hindia Poetra (terbit
tahun 1916) yang terbit di bawah bendera PI berganti nama menjadi Indonesia
organisasi dan surat kabar ini Hatta banyak menuangkan ide-ide dan
pemikirannya untuk kemajuan rakyat dan bangsa Indonesia dan saran-saran positif
pundak Hatta sampai tahun 1930. Hal ini menyebabkan keterlambatan Hatta
dalam menyelesaikan studinya. Tetapi hal ini juga menambah kematangan Hatta,
Tata Negara.
cara yang dilakukan PKI kurang disukainya. Oleh karena itu Hatta dan kawan-
24
Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nurani Bangsa 1902-1980, h. 22
25
John Ingleson, Jalan ke Pengasingan, Pergerakan Nasionalisme Indonesia Tahun
1927-1934, (Jakarta: LP3ES, 1983), h. 3-4
a. Agar kawan-kawan sepergerakan (PI) semakin merasa diri sebagai orang
bersatu (nasionalis)
c. Mereka harus mengembangkan suatu ideologi yang kuat dan bebas dari
Republik Indonesia
Karena latar belakang itulah yang menyebabkan terbukanya hati nuraninya untuk
mewujudkan Indonesia merdeka, baik dengan pikiran, tenaga bahkan jiwa dan
raganya.
melawan penjajah itu sendiri. Oleh karena itu langkah awal yang diambil
pergerakan atau organisasi pertama kali dilakoninya. Dan pada masa-masa beliau
belajar selanjutnya, beliau selalu aktif dalam berorganisasi untuk menambah
diperlukan, supaya organisasi tetap eksis dalam pergerakan. Hal ini diharapkan
kontinuitas dalam tubuh organisasi itu sendiri, jika pucuk pimpinan terganjal
masalah, organisasi atau pergerakan tersebut tidak putus sebelum tujuan tercapai.
Karena dengan adanya kaderisasi akan timbul kader-kader baru yang siap
melanjutkan misi yang belum terlaksana. Inilah hal yang sangat ditekankan oleh
Bung Hatta.
Padang dan menjabat sebagai Sekretaris dan Bendahara dan aktif dalam
ketika bersekolah di PHS (Prins Hendrik School) ia aktif kembali pada organisasi
Pada tahun 1922-1924 Hatta aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yang
26
I. Wangsa Widjaja, Mengenang Bung Hatta, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk,
2002), cet. ke-2, h. 30
organisasi sosial tetapi kemudian berangsur menjadi organisasi politik. Dalam
sebagai wakil Indonesia di Liga Anti Imprealis. Akibat politiknya dalam Liga, ia
partai dan menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Pendidikan. Pada tahun
1933 Mohammad Hatta kembali ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dan
Banda Neira.
penasehat pemerintah militer Jepang. Pada tahun yang sama ia ditunjuk sebagai
menjadi Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri. Dan pada tahun 1948 Hatta
menjadi delegasi Indonesia pada Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
(RIS).
ketika secara unilateral memutuskan Ikatan Uni Indonesia Belanda. Dan pada
tahun 1970 setelah tidak aktif dalam pemerintahan RI, Hatta diangkat menjadi
korupsi. Perjuangan Hatta tidak pernah berhenti sampai akhir hayatnya, karena
terlepas dari beberapa tokoh yang merupakan sebagai pendiri dan penggerak
dalam dunia komunis itu sendiri, terlebih-lebih Karl Marx. Karl Marx dikenal
sebagai Bapak Komunis bahkan menurut Hatta ada pengikut Marx yang
menganggap Marx sebagai Nabi yang akan memimpin kaum buruh ke alam
bahagia.27
paham yang bukan lahir dari komunis adalah salah dan musuh. Prinsip komunis
ini dapat dilihat ketika pada masa pra kemerdekaan Indonesia ketika Hatta dan
27
Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, (Jakarta: PT. Toko Gunung
Agung Tbk, 2002), cet. ke-4, h. 102
28
lihat Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Tbk, 2002), cet. ke-2, h. 32
Pertumbuhan dan perkembangan ajaran komunis dimulai dengan gerakan. Dan
sekitar abad ke 19. Paham ini muncul dalam tatanan masyarakat Eropa Barat yang
dalam tatanan sosialnya terjadi kepincangan, yang miskin semakin miskin dengan
modal. Hal yang demikian itu ditambah lagi dengan kondisi lingkungan kerja dan
lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan suatu kehidupan yang layak
dan sehat. Tidak adanya hubungan timbal balik yang baik antara pekerja dan
revolusi besar-besaran.
Kondisi sosial tersebut tumbuh dan berkembang subur karena para pemilik
nurani para cendikiawan Eropa terutama Robert Owen di Inggris, Saint Simon dan
cara-cara filosofi. Oleh karena itu dapat dikatakan perjuangan para cendikiawan
Di Jerman muncul pula seorang tokoh lain, yaitu Karl Marx. Ia dilahirkan di
Trier pada tanggal 5 Mei 1818. Ia merupakan seorang Jerman keturunan Yahudi
29
Muchtar Pakpahan, Ilmu Negara dan Politik, (Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera, 2006),
cet. ke-1, h. 178
yang menganut agama Kristen Protestan.30 Leluhur Marx turun temurun sampai
dari jalan hidup pendeta. Bapaknya lebih memilih menjadi pengacara dan pada
tahun 1824 ia masuk agama Kristen Protestan dan di dalam agama inilah Marx
dididiknya.31
keadilan sosial. Menurut Hatta teori historis materialisme Marx yang terdapat
dalam Manifesto Komunis disandarkan pada dua unsur yaitu ekonomi dan
masyarakat ke jurusan bentuk produksi yang terbaik tersebut, yang menurut Marx
maka kelas yang berkuasalah yang akan menghegemoni masyarakat kelas bawah.
Hukum, filsafat, agama dan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi
keadaan tersebut dapat berubah baik melalui suatu revolusi atau jalan damai.
Akan tetapi selama masih terdapat kelas yang berkuasa, maka masih akan terjadi
ekploitasi terhadap kelas yang lebih lemah. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan
30
Muchtar Pakpahan, Ilmu Negara dan Politik, h. 178
31
Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, h. 84
32
Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, h. 104
pertikaian antar kelas-kelas tersebut, dan pertikaian akan berakhir apabila kelas
keadaan sosial yang merugikan kelas bawah, Karl Marx berpendapat bahwa
masyarakat tidak bisa diperbaiki dengan cara tambal sulam, tetapi harus dirubah
kaum proletar, bila perlu cara-cara dilakukan dengan cara kekerasan atau revolusi.
1842.34 Kemudian ia membuat teori sosialisme ilmiah. Karl Marx tidak berbicara
teori saja, tapi kemudian ia melaksanakan teorinya di dalam dunia politik dan
membuat ia terusir dari Jerman dan pergi ke Rusia lalu pindah ke Brussel dan
Fredich Engels yang pada akhirnya mencetuskan Manifesto Komunis dan Das
Tulisan Marx yang sekaligus merupakan ajarannya itu mencakup semua sendi
manusia yang akhirnya menjadi dasar bertindak daripada pengikut komunis. Marx
dengan alat-alat aparatur negara. Oleh karena itu Marx selalu beranggapan negatif
33
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1999),
cet. ke-28, h. 44
34
Muchtar Pakpahan, Ilmu Negara dan Politik, h. 179
terhadap alat negara. Marx mengatakan bahwa alat negara bersifat memaksa.
Marx berkeyakinan bahwa masyarakat tidak dapat terus menerus dipaksa hingga
akan melepaskan diri dari paksaan yang pada akhirnya akan melenyapkan negara
Marx menjelaskan bahwa negara terdiri dari kelas-kelas, sehingga antara kelas
yang satu dan kelas yang lainnya saling bertentangan. Ada kelas yang berkuasa
yakni kelas yang memerintah, sebaliknya di pihak lain terdapat kelas yang
diperintah. Ada kelas majikan dan ada kelas buruh yang senantiasa mendapat
pemerasan. Berdasarkan hal itulah Marx dan Engels berpendapat bahwa negara
tidak lain dan tak bukan hanyalah berupa mesin yang dipakai oleh suatu kelas
yang berkuasa untuk menindas kelas lainnya. Hal ini akan menimbulkan
Kemenangan tersebut pada akhirnya melenyapkan negara dan pada saat itulah
dari inilah dikenal adanya ungkapan yang mengatakan berdiri sama tinggi dan
psikologi. Hal ini menyebabkan munculnya suatu kejadian yang irasional semata-
mata, yaitu munculnya gerakan fasisme dan nazi yang didukung oleh berjuta-juta
kaum buruh yang mau bertempur dengan kelas mereka sendiri yang berpaham
sosialis dan komunis. Dalam kerangka teori Marx tidak diperhitungkan masalah
Historis materialisme Marx menurut Hatta jika dilihat sebagai teori atau
metode ilmiah adalah tepat, tetapi jika historis materialisme sebagai ajaran politik
yang mengabaikan psikologi rakyat atau massa dan faktor-faktor lainnya adalah
suatu kealfaan yang besar konsekuensinya. Menurut Hatta kealfaan ini disebabkan
karena sifat Marx sebagai seorang ilmuwan yang juga dalam menentukan garis
secara ilmu. Menurut Hatta di sinilah keterangan paradoks apa sebab Marx
marxisme sebagai ajaran agama yang menjanjikan surga di dunia. Bagi penganut
komunis.
35
Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, h. 107
36
Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, h. 108
B. Pengertian Tentang Komunisme
ketimpangan sosial yang terjadi di Eropa terutama yang dilakukan terhadap buruh.
Paham ini pertama kali dikenalkan oleh para cendikiawan di Eropa oleh Robert
dari sekian banyak teori yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut, teori Karl
Marx (1818-1883)lah yang dapat diterima dan dicerna dan diterapkan dalam
tataran praktisnya.
perkembangan di jagat raya terjadi akibat adanya konflik. Teori sosialisme Marx
Dalam komunisme agama dianggap tidak ada, karena menurut Marx agama
adalah pandangan atau usaha yang berpijak pada Marx dan Engel dalam
37
Hoetomo MA, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: CV. Mitra Pelajar,
2004), cet. ke-1, h. 185
komunis adalah usaha penghapusan milik perseorangan dan menggantinya
kelanjutan (komposition).
Tujuan negara menurut paham ini juga untuk memberikan kebahagiaan hidup
yang merata dan sama kepada setiap warganya. Kebahagiaan yang merata itu
Karena dengan adanya mata pencaharian maka manusia akan mendapat kehidupan
yang layak. Negara juga perlu memberi jaminan bahwa hak-hak asasi manusia
tidak akan dilanggar tanpa memandang kelasnya. Namun pada dasarnya memang
manusia mempunyai sifat-sifat egois dan keinginan untuk memiliki kelebihan dari
manusia yang lainnya, maka untuk menjamin pemberian rezeki yang layak dan
merata pengakuan hak asasi dan kebebasan tanpa membedakan manusia maka
38
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), cet. ke-3, h. 224
39
Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, (Jakarta: PT. Gunung
Agung Tbk. 2002), cet. ke-4, h. 94
Awal kemunculan komunis di Indonesia terjadi pada awal-awal abad kedua
Vereeniging) yang berdiri pada bulan Mei 1914 dan ditokohi oleh seorang
Sneevlet. Dengan demikian transformasi yang dialaminya menjadi PKI yang lebih
Sneevlet datang ke Hindia Belanda pada tahun 1913 ketika ia masih menjadi
Sociaal Democratische Partij (SDP) yang lebih radikal. SDP ini merupakan
tahun 1917 menyebabkan dia dituntut oleh pemerintah Hindia Belanda karena
menyetujuinya.
kerjasama antara ISDV dan Sarekat Islam sebagai organisasi yang cukup besar
sebagai sifat-sifat komunistik. Hal ini dapat dilihat dari cara penyelenggaraan
pemilikan tanah secara bersama yang sebenarnya telah ada sejak masa sebelum
memainkan peranan yang amat penting bagi modifikasi terhadap marxisme khas
Indonesia.41
Hatta hal itu merupakan sendi demokrasi asli yang terdapat di wilayah-wilayah
Indonesia yang tercermin dalam tiga aspek.42 Pertama cita-cita rapat yang hidup
massa protes yaitu hak rakyat untuk merdeka bergerak, merdeka berkumpul dan
40
Peter Edman, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah
Kepemimpinan DN. Aidit 1950-1965, (Jakarta: Center of Information Analysis, 2005), cet. ke-1, h.
11-12
41
Peter Edman, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah
Kepemimpinan DN. Aidit 1950-1965, h. 13
42
I. Wangsa Wijaya, Mengenang Bung Hatta, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk,
2002), cet. ke-2, h. 44
rakyat Indonesia penuh dengan rasa kebersamaan (kolektif) sehingga jika
seseorang ditimpa musibah maka ia tak perlu membayar orang lain untuk
bahwa tanah sebagai mata penghasilan bagi masyarakat di desa terhitung milik
bersama, orang hanya mempunyai hak memakai. Hal ini menandakan bahwa
bukan berdasarkan sentralisasi (satu pimpinan dari atas). Bukti ini menurut Hatta
terdapat pada sifat hak ulayat atas tanah, bukan negeri pada umumnya yang
Menurut Hatta tiga sendi demokrasi asli Indonesia jika lingkungan dasarnya
dijabarkan dan disesuaikan dengan kemajuan jaman, sendi tersebut menjadi dasar
pertama dan yang kedua dapat didirikan tiang-tiang politik daripada demokrasi
yang sebenarnya yaitu pemerintahan negeri yang dilakukan oleh rakyat dengan
kekuasan pemerintahan senatiasa takluk kepada kemauan rakyat. Dan di atas sendi
perbedaan yang sangat signifikan dengan konsep aslinya yang berasal dari Eropa.
Hal ini dapat kita telusuri melalui tulisan Mortimer pada tahun 1978 yang
43
I. Wangsa Widjaya, Mengenang Bung Hatta, h. 45
mengatakan bahwa: di Asia terdapat berbagai kecendrungan-kecendrungan nyata
revolusioner Marxisme.44
Hal serupa juga pernah dicermati oleh Lenin yang melihat kondisi Asia pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya berbeda dengan apa yang dihadapi di
44
Mortimer Contributions to Asian Marxism sebuah makalah dalam konfrensi
Marxisme and Asia, dalam Peter Edman Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di
Bawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965, (Jakarta: Center of Information Analysis, 2005), cet.
ke-1, h. 11-14
45
Peter Edman, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah
Kepemimpinan DN. Aidit 1950-1965, cet. ke-1, h. 14
terhadap keberagaman. Jadi yang menjadi faktor penentu utama dalam marxisme
bersifat egaliterian, partisifatoris dan pembebasan. Hal ini senada dengan apa
yang diungkapkan oleh Herber Feith agar jangan terjadi pengabaian terhadap
faktor penting bagi perkembangan komunis Indonesia: Jika kita membiarkan diri
kita menjadi demikian terlibat dalam politik populis di perkotaan dan politik
siapa kita menjalin suatu hubungan yang demikian bermakna di masa lalu dan dari
siapa kekuatan politik nyata kita selalu berasal, yakni rakyat petani Indonesia.46
Objek petani inilah yang pada masa-masa selanjutnya dicermati sebagai objek
dasar bagi perkembangan komunis di Indonesia, yaitu pada masa PKI dipimpin
merupakan suatu elemen yang sangat penting. Petani merupakan basis yang
nasional. Jika hal ini terjadi, maka perkembangan baru bagi komunis di Indonesia
bahwa dengan sebuah basis yang besar ini komunis tidak dapat dikalahkan pada
46
Peter Edman, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah
Kepemimpinan DN. Aidit 1950-1965, cet. ke-1, h. 16
Untuk mengetahui lebih jauh tentang komunis di Indonesia, dapat kita telusuri
sering kita sebut sebagai jaman pra kemerdekaan sampai dengan masa
di bawah kepemimpinan Muso dan Amir Syarifudin. Dan yang terakhir periode
Pada periode-periode ini pula Partai Komunis Indonesia telah beberapa kali
berpindah kiblat dalam hal pandangan politiknya. Pada periode kanak-kanak dan
remaja PKI berkiblat kepada Moskow. Tetapi pada masa dewasanya dirasakan
Indonesia memiliki akar dan warisan budaya asli yang dapat dilacak jauh ke
Syarekat Islam secara langsung telah menjadi wadah awal munculnya gerakan
komunis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kader Syarekat Islam seperti
Semaun dan Darsono yang mencoba memulai dengan ide menuju kekiri-kirian
Semaun dan Darsono selalu menjadi oposisi dalam Sarekat Islam. Semaun dan
Darsono pernah mendapat didikan komunis dari Sneevlet yang pada waktu itu
bekerja di Semarang. Sneevlet sendiri merupakan sayap kiri dalam ISDV. Di
Semarang itulah terjadi pertemuan dan kaderisasi secara tidak langsung antara
Sneevlet dan Semaun. Syarekat Islam yang kurang memperhatikan nasib buruh
merupakan lowongan baik bagi ide-ide radikal yang diinspirasikan oleh Sneevlet
Pada tahun 1921 ketika Haji Agus Salim menegakkan disiplin partai, Syarekat
Islam resmi menjadi Partai Syarekat Islam dengan dasar non-kooperasi dan fraksi
PKI yang baru berdiri pun dirasakan masih tidak kompak di antara para
petinggi partai. Hatta menilai bahwa dalam diri Semaun dan Darsono pun terdapat
bersifat realistik. Hal ini pula yang menyebabkan kehancuran PKI pada masa
partai ini memberanikan diri untuk melibatkan diri secara aktif dalam kancah
Madiun pada tahun 1948. Akibat kericuhan yang terjadi dalam tubuh partai
47
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk,
2002), cet. ke-2, h. 8
mengakibatkan terjadinya guncangan dalam kepemimpinan partai pada dekade
1950-1951. Dan pada masa inilah PKI dipimpin oleh seorang Dipa Nusantara
Aidit.
Pada masa-masa tersebut, ketika PKI masih benar-benar eksis, partai ini
revolusioner. Sebuah kebijakan yang sangat jelas bagi sebuah partai komunis, tapi
dan langkah-langkah partai. Pada dekade ini dapat juga dikatakan tahun
jumlah anggota dan pengaruhnya. Dan pada masa-masa kepemimpinan D.N. Aidit
ini pula PKI mengalami kehancuran karena berusaha melakukan kudeta terhadap
sebagai wujud dari pergerakan rakyat Indonesia yang merasa tertindas oleh
penjajah Belanda dan atas dasar keinsyafan untuk merdeka dari segala bentuk
Belanda lahir. Tapi hal ini tidak berlangsung lama, karena pemerintah kolonial
perlawanan terhadap para penjajah itu sendiri, seperti yang telah dilakukan Karl
Marx dan Engels untuk mencerahkan kaum buruh di Jerman untuk melawan para
Syarekat Islam (SI). Syarikat Islam yang dibentuk tahun 1912 menelorkan dalam
Darsono selalu menjadi oposisi dalam Syarikat Islam (SI) dan akhirnya pada
PKI mengakibatkan PKI yang baru tumbuh dan berkembang itu hancur. Hal ini
bisa dilihat dari pemberontakan pertama yang dilakukan PKI, dimana dalam setiap
penguasa kolonial Belanda. Menurut Stalin, jika hal ini terjadi maka kalian
diadakanlah suatu kontrak politik antara Bung Hatta dan Semaun yang ditanda
tangani oleh mereka berdua pada waktu Hatta masih melakukan studinya di
48
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk.
2002), cet. ke-2, h. 6-7
49
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 10
Belanda. Kontrak politik tersebut berisikan pernyataan tertulis yang isinya: jikalau
Perhimpunan Indonesia (PI) yang akan mendirikan partai yang mirip dengan PI di
Indonesia dan PKI tidak akan mengadakan oposisi kepada partai tersebut selama
partai tersebut menuju Indonesia merdeka. Alat-alat yang ada pada PKI seperti
mesin percetakan dan lain-lain akan diserahkan oleh PKI kepada partai baru yang
kepada kemerdekaan.
Setelah sekian lama PKI tidak lagi terdengar gaungnya karena bergerak secara
yang pernah ada di Indonesia dihidupkan lagi, tapi dengan catatan untuk tujuan
demokrasi bagi Indonesia yang baru saja merdeka dan untuk menghindarkan
Atas Maklumat No. X ini pula PKI hidup kembali di Indonesia di bawah
kepemimpinan Muso yang baru kembali dari Sovyet tetapi tidak bertujuan untuk
50
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 11
Ketika Muso aktif kembali menghidupkan PKI ia mulai bergerak dengan
kesan seakan-akan rakyat hidup dalam negeri PKI. Semuanya itu dalam rangka
Indonesia pada bulan November 1948, tetapi rencananya tersebut telah didahului
oleh para pengikutnya. Muso dan para petinggi-petinggi PKI lainnya sedang
Mulanya terjadi bentrokan kecil antara unsur-unsur kiri dengan TNI Siliwangi
yang menyebabkan jatuhnya korban seperti Dr. Muwardi. Lalu kemudian semakin
yang meminta agar kepada Presiden diberikan kekuasaan penuh selama 3 bulan
untuk menarik garis pemisah apakah negara ini akan diarahkan kepada demokrasi
51
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 18
Kesalahan-kesalahan PKI di daerah-daerah tertentu juga mendapat
perlawanan. Misalnya yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur PKI
mengambil alih dan menguasai tanah bengkok yang diperuntukkan bagi Lurah
berlaku dalam masyarakat, terutama sekali di daerah yang luas bahkan rakyat
Akibat tindakan yang dilakukan PKI tersebut akhirnya PKI dihancurkan dan
menurut rencana para pimpinannya akan dituntut dan diadili di muka hakim. Jika
pemerintahan yang sah itu akan membuka jalan untuk sampai kepada keputusan
membubarkan dan melarang PKI. Tetapi pada kenyataannya waktu itu terjadi
Agresi Militer Belanda II, yang mengakibatkan tokoh-tokoh PKI tidak dapat
dituntut dan diadili, dengan alasan takut para pemimpin PKI tersebut beresiko
menyebrang kepada pihak Belanda maka para pemimpin PKI tersebut akhirnya
berpendapat bahwa keadaan perang dengan PKI dan Belanda sama saja yaitu
berubah dari RI menjadi RIS. Pada kesempatan kali ini Hatta berpendapat untuk
menuntut kembali soal Madiun. Tetapi waktu itu Dr. Halim yang menjabat
dibubarkan, pada masa pemerintahan RIS secara perlahan-lahan tapi pasti kembali
berdiri di bawah komando Dipa Nusantara (DN) Aidit dan menyingkirkan tokoh-
di bawahnya untuk menghasut para buruh melakukan aksi mogok seperti yang
terjadi di Sumatera Utara. Melihat keadaan tersebut Hatta pun meminta kepada
Jaksa Agung yang pada masa itu dijabat oleh Tirtawinata SH untuk melarang
berkembangnya PKI, tetapi hal itu ditolak karena menurutnya ini bukan masalah
RIS tetapi ini masalah negara bagian (Sumatera Barat) yang bersangkutan.
Seiring berjalan dengan waktu banyak negara bagian RIS yang membubarkan
diri dan masuk RI Yogya. Sehingga tinggal pemerintahan RIS, NIT, Negara
Sumatera Timur dan RI Yogya. Sukawati dari NIT dan Tengku Mansur dari
Dalam situasi yang demikianlah DN. Aidit cukup pintar, ia mendekati Bung
Karno selaku Presiden Konstitusional. Dengan cara ini ia dapat memecah belah
keberadaan Dwitunggal, sehingga secara tidak langsung PKI membonceng kepada
Soekarno.
menuntut landreform. Di Jawa Tengah aksi ini dapat dicegah dan tidak memakan
korban, tetapi di Sumatera ada beberapa orang tentara diserang dan dibunuh.
Tetapi kasus ini tidak sampai ke pengadilan untuk diadili karena perkaranya
didiamkan dan ditutup-tutupi dan pada akhirnya ditiadakan oleh Bung Karno.
Sebenarnya Bung Karno pernah diingatkan oleh Bung Hatta mengenai bahaya
PKI dalam acara bincang-bincang di rumah Bung Hatta, tetapi Bung Karno
kurang tanggap. Tetapi secara garis besar munculnya dan majunya PKI di
1950.
Kepeminpinan Bung Karno pun waktu itu dinilai terlalu bebas dibandingkan
terhadap pujian yang ditujukkan kepadanya. Kedekatan Bung Karno dan Aidit
pun disebabkan oleh faktor pujian tersebut yang pada akhirnya menjatuhkannya.
condong ke Peking. Hal ini tidak mengherankan jika Bung Karno menarik poros
tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tegangnya hubungan antara dua negara
komunis yaitu RRC dan Rusia sehingga berdampak terjadinya pergolakan-
pergolakan intern di dalam tubuh PKI yang berakhirnya dengan berubahnya kiblat
PKI ke Peking (RRC) yang dirasakan cara-cara komunis RRC tepat dan sesuai
memecah belah partai. Hal ini bisa dilihat pada Pemilihan Umum tahun 1955,
partai yang mulanya berjumlah 5 pada masa RI pertama yang terdiri dari PNI,
Masyumi, PSI, Kristen dan Katholik kini berkembang menjadi 18 partai. Pada
tahun 1952 Masyumi pecah dengan keluarnya NU dan Perti di Sumatera Barat.
PNI juga mengalami perpecahan yang melahirkan PRN, kemudian PRN pecah
kembali menjadi PRN Bebas. Dari partai yang ada hanyalah PKI yang tidak pecah
malah bertambah kuat. PSI relatif kecil walaupun pintar. Di pusat PKI berbaik
Selain politik memecah belah partai, PKI mempunyai program jika PKI
menang dalam Pemilu maka PKI akan memilih Bung Karno menjadi Presiden.
Slogan ini digunakan untuk menarik massa dengan cara menunggangi popularitas
Bung Karno dan PKI adalah satu-satunya partai yang mempunyai pernyataan
demikian.
kekuasaan. Hal ini telah diamati oleh PKI bahwa kekuatan dan kekuasaan yang
(Dwikora) yang PKI ikut menyuarakannya dapat kita baca arahnya yaitu
mendukung arah politik Soekarno. Dan usulan Aidit untuk dibentuknya Angkatan
Kepolisian yaitu para petani dan buruh yang dipersenjatai tidak lain adalah dalam
Usulan Aidit membentuk angkatan kelima itu tidak sampai terbentuk tetapi
usaha-usaha Aidit untuk perebutan kekuasaan makin terasa pada awal-awal tahun
PKI sebelumnya yaitu Amir Syarifudin yang pada waktu itu menjabat sebagai
samping adanya TNI sebagai badan pertahanan yang resmi. TNI masyarakat yang
dipimpin oleh Djokosujono dari FDR (Front Demokrasi Rakyat) bila diteliti lebih
inilah yang sering dipakai PKI seperti yang dianjurkan oleh Stalin dimana ada
Menyikapi situasi yang demikian itu, Hatta merasa perlu kiranya untuk
perbaikan dalam susunan negara dan alat negara serta mencapai sedikit
Kedekatan Aidit dan Soekarno semakin erat dan memperkuat kedudukan PKI
sehingga dirasakan partai-partai lain tidak dapat melawan kekuatan PKI, bahkan
oleh PNI sekalipun dikarenakan PNI tunduk terhadap kebijakan Bung Karno.
Menurut Bung Hatta hanya kekuatan tentaralah yang dapat melawan atau
Ketika Bung Karno sakit dan berbekal isu tentang Dewan Jenderal, PKI
pemberontakan akan dilakukan pada tahun 1970. Mengingat situasi yang semakin
tahun 1965. Pemberontakan ini telah menelan banyak korban diantaranya para
Revolusi.
diberangus mulai dari pimpinannya dan tak terkecuali para anggotanya oleh TNI
dibantu oleh rakyat. Reaksi rakyat yang tertekan dengan agitasi dan intimidasi
52
I. Wangsa Widjaja, Mengenang Bung Hatta, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk,
2002), cet. ke-2, h. 58
yang dilakukan oleh PKI menjadi tak terkendali. Bung Hatta menceritakan ketika
beliau berada di Unhas Padang beliau bertemu dengan Prof. Rikerk selau Dosen di
mengatakan bila PKI membunuh ulama-ulama Islam, maka kami akan membalas
dan membunuh paling kurang 10 orang PKI untuk setiap ulama kami yang
dibunuh.
Menurut Bung Hatta, pada dasarnya memang PKI dianggap tidak cocok untuk
Yang Maha Esa. Hal ini bertolak belakang dengan asas PKI sendiri yang
Hal ini bisa dilihat dari keterangan Bung Hatta mengenai ideologi Pancasila.
Menurut Bung Hatta Pancasila didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa
segala yang baik bagi rakyat dan masyarakat, sedangkan dasar Perikemanusiaan
adalah kelanjutan dengan perbuatan dalam praktik hidup daripada dasar yang
memimpin tersebut. Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab harus menyusul
berangkaian dengan dasar yang pertama. Letaknya tidak dapat dipisahkan, sebab
dan amal Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya
negara nasional yang bercorak Bhineka Tunggal Ika. Dasar ini menegaskan sifat
dalam praktik, rakyat hendaknya dapat merasakan keadilan yang merata dalam
segala lapangan hidup dalam bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang
kebudayaan.
diktator proletariat.
Sehingga menurut Bung Hatta bahwa Pancasila tidak boleh dijadikan amalan
di bibir saja, itu berarti pengkhianatan pada diri sendiri. Pancasila harus tertanam
dalam hati yang suci dan diamalkan dengan perbuatan. Tetapi timbullah
bangsa dan tujuan negara sebagaimana mestinya menurut Pancasila. Orang lupa,
bahwa kelima sila tersebut saling berangkaian dan tidak berdiri sendiri. Di bawah
sila Ketuhanan Yang Maha Esa kelima sila itu saling ikat-mengikat. Dan yang
Allah yang satu sama lain harus merasa bersaudara. Negara Republik Indonesia
sanggup mentaati UUD 1945, terutama belum dalam melaksanakan pasal 27 ayat
2, pasal 31, pasal 33 dan pasal 34. Dan ingatlah bahwa Pancasila itu adalah
kontrak rakyat Indonesia seluruhnya untuk menjaga persatuan dan kesatuan kita
sebagai bangsa.53
bumi pertiwi ini. Dan seperti kita ketahui bahwa salah satu tujuan PKI adalah
September 1965 yang telah memakan banyak korban diantaranya para Jenderal
yang diisukan oleh PKI akan melakukan kudeta. Tetapi rencana PKI tinggallah
rencana, meskipun didukung dengan kesiapan dan kematangan rencana, tapi pada
53
I. Wangsa Widjaja, Mengenang Bung Hatta, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk,
2002), cet. ke-2, h. 81
B. Kritik Hatta terhadap Perkembangan PKI
politik yang mewarnai perpolitikan Indonesia terdiri dari Nasionalis, Islam dan
menghegemoni dua kekuatan besar lainnya untuk mengganti ideologi negara dan
dasar-dasar negara yang telah dibangun dengan susah payah di atas kepentingan
dan RRC. Hal ini tidak lain supaya dalam berpolitik Indonesia selalu berkiblat
kepada Moscow (Komunis). Hal ini telah bertentangan dengan arah politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif dan nyata-nyata tidak memihak kepada blok-
blok tertentu seperti yang tertuang dalam GBHN (Garis-garis Besar Haluan
Negara). Dalam hal politik luar negeri bebas aktif Bung Hatta telah menyinggung
bahwa pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi objek
yang berhak menentukan sikap kita sendiri.54 Seperti yang kita ketahui bahwa
kekuatan dunia dihegemoni oleh dua kekuatan besar yaitu Kapitalis dan Sosialis
(Komunis).
54
Mohammad Hatta, Mendayung Antara Dua Karang, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.
21-22
Gerakan komunis yang terselubung sebagai nasionalis mempunyai tujuan
beberapa alasan untuk tidak setuju dan menentang gerakan komunis itu, antara
55
Sartono Kartodirdjo, Peranan Bung Hatta dalam Pembangunan Bangsa, dalam
kumpulan tulisan tim LP3ES, Pemikiran Pembangunan Bung Hatta, (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES,
1995), cet. ke1, h. 15
56
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 81-84
Sedangkan untuk masa peralihan dan pembangunan masih diperlukan suatu
Ketiga, sikap Kepala Negara yang berubah dari semula yang pada awalnya
anggapan bahwa komuns Indonesia itu berbeda dan tidak akan membahayakan.
Padahal seperti yang kita ketahui bahwa seorang komunis tidak boleh tunduk
Keempat, dengan sistem Parlementer dan UUD 1950 makin nampak perebutan
pengaruh oleh partai-partai yang muncul menjadi seorang partijman (orang partai)
adalah seorang stateman bukan partijman dan hal ini dipergunakan sebaik-baiknya
oleh PKI untuk melakukan politik pecah belah partai dan mengadu domba.
nasionalis itu sendiri. Kepintaran PKI dalam merebut hati pimpinan PNI di pusat
dengan adanya konsepsi kuda berkaki empat. Karena pada masa PRRI, PKI
ditumpas habis dan setelah pemberontakan PRRI ditumpas, PKI kembali muncul
di Sumatera Barat.
Islam, tetapi golongan ini kalah suara hanya mendapat 48% tidak mengaku kalah
dan menerima Pancasila yang pada akhirnya PKI lah yang muncul menjadi
bumi pertiwi ini menurut Hatta ada beberapa faktor yang harus diperhatikan.
agar dalam proses membuka ekonomi bagi lalu lintas dagang dan investasi dunia
luar agar jangan sampai orang luar menunjukkan tanda dominasi yang mencolok.
sehari-hari.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Tiga kekuatan ini pula setelah Indonesia merdeka ikut meramaikan konstalasi
perpolitikan Indonesia. Hal ini terlihat jelas ketika mau kemana bangsa ini
menjadi lawan bagi elemen lainnya. Itulah PKI. Mengatas namakan untuk
kepentingan rakyat buruh, tani dan golongan tertindas, tetapi dalam kenyataannya
kalau dilihat lebih dalam lagi, PKI lah yang merugikan rakyat ini.
Hatta telah mengingatkan Soekarno tentang bahaya komunis, tetapi Soekarno
Menurut Hatta komunis itu sama saja, tunduk pada Rusia dan mengikuti
beberapa alasan untuk tidak setuju dan menentang gerakan komunis itu, antara
lain :
ke tangan komunis.
Bung Hatta lebih suka menempuh jalan damai dengan melakukan gerakan
koperasi.
Indonesia seluruhnya untuk menjaga persatuan dan kesatuan ingin dihapus. Hal
pemerintahan yang sah. Padahal nyata-nyata tidak ada Dewan Jenderal, malah
komunislah yang ingin melakukan kudeta. Ideologi komunis memang tidak sesuai
B. Saran
Republik Indonesia hendaknya kita selalu waspada. Dan yang menjadi perhatian
sangat besar, perbedaan yang menyolok antara si kaya dan si miskin senantiasa
menjadi bahan ampuh bagi gerakan komunis baik secara nyata maupun secara
hanya diucapkan dibibir saja merupakan salah satu benteng terhadap komunis.
Karena seperti kita ketahui, pancasila sebagai dasar negara mempunyai sila-sila
yang saling mengikat yang dipayungi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karena dasar negara kita berbeda dengan negara-negara Eropa, dasar negara
kolektivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, M. Imam, Ketika Nasionalisme Letih, Kompas, Edisi 100 Bung Karno, Juni
2001
Bagum, Rikard, Bung Hatta, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003, cet. ke-1
Edman, Peter, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesi di Bawah
Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965, Jakarta: Center of Analysis, 2005,
cet. ke-1
Hatta, Mohammad, Bung Hatta Menjawab, Jakarta: PT. Gunung Agung, 2005,
cet. ke-2
_________, Kumpulan Pidato III dari Tahun 1951-1979, Jakarta: PT. Gunung
Agung, 2002, cet. ke-2
Noer, Deliar, Prof, Dr., Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942, Jakarta:
LP3ES, 1980, cet. ke-2
Pakpahan, Muchtar, Dr., Ilmu Negara dan Politik, Jakarta: Bumi Intitama
Sejahtera, 2006, cet. ke-1
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1999,
cet. ke-28
Tim Media Pressindo, Saksi dan Pelaku Gestapu: Pengakuan Para Saksi dan
Pelaku Sejarah Gerakan 30 September 1965, Yogyakarta: Media
Pressindo, 2006, cet. ke-4
Tim LP3ES, Pemikiran Pembangunan Bung Hatta, Jakarta: LP3ES, 1995, cet. ke-
1
Widjaja, I. Wangsa, Mengenang Bung Hatta, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Tbk, 2002, cet. ke-2
Yatim, Badri, Dr., Soekaro, Islam dan Nasionalisme, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999, cet. ke-2