You are on page 1of 88

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS


PADA IBU S YANG MENGALAMI HIPERTENSI
DI RUANG RAWAT ANTASENA
RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLLYVIA FREESKA DWI MARTA, S. KEP


0806316221

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2013

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS


PADA IBU S YANG MENGALAMI HIPERTENSI
DI RUANG RAWAT ANTASENA
RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

OLLYVIA FREESKA DWI MARTA, S. KEP


0806316221

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2013

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan baik dan
tepat waktu. Tujuan dari pembuatan karya ilmiah akhir ini adalah untuk
memenuhi tugas mata ajar praktik klinik terintegrasi peminatan keperawatan jiwa
dan sebagai rangkaian proses pembuatan karya ilmiah akhir untuk mendapatkan
gelar Ners Ilmu Keperawatan.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit
bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Selanjutnya saya ingin
mengucapakan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M. Biomed, selaku Ketua Program Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP selaku koordinator mata ajar karya ilmiah akhir
ners yang telah memberikan pengarahan;
4. Pihak Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberikan izin
praktik di ruang Antasena;
5. Ibu Linggar Kumoro, SKp. selaku kepala ruangan Antasena Rumah Sakit Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberikan izin praktik kepada saya
untuk melakukan praktik profesi peminatan keperawatan jiwa;
6. Pembimbing saya Dr. Mustikasari, SKp., MARS dan Ibu Fauziah, M. Kep.,
Sp.Kep.Jiwa yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
7. Ibu Dessie Wanda S.Kp., M.N selaku Pembimbing Akademik saya yang
selalu memberikan support serta semangat untuk segera menyelesaikan tugas
ini serta bimbingannya yang tak pernah henti untuk saya. Terima kasih ibu;
8. Staf pengajar FIK UI yang telah berkontribusi dalam memberikan materi
selama bangku perkuliahan;

iv

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


9. Mama (Yusmiati) dan Papa (Sudjarwo) yang selalu memberikan semangat
kepada saya, tempat segala mencurahkan keluh kesah, pemberi nasehat kepada
saya dan menyemangati saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini,
terimakasih mama papa. Kakakku (Mbak Tika dan Mas Pipin) serta adek
Syafid, terima kasih atas semangat dan dukungannya;
10. Helmy Gito Raditya, terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat dan
kesabarannya selama saya mengikuti profesi dan membuat karya ilmiah akhir
ners ini.
11. Bunda (Umi Choiriyah) dan adek Istighfar Yana Raditya terimakasih atas doa
semangat, dan dukungannya;
12. Teman satu pembimbing saya yang selalu bersama ketika konsul (Rosiana
Putri, Sri Andayani, Cilik Ratna Ningrum, Fairuz Ali Abdad), tempat
berdiskusi tentang karya ilmiah akhir masing-masing, masukan-masukannya,
dan support yang tak putus diberikan;
13. Semua teman-teman tercinta saya (Lina, Risa, Nike, Ika, Reni, Ananda, Asih,
Arum, Wilda, Diantika, Annisa, Mirda) yang selalu memberikan dukungan
dan selalu ada untuk memberi saya masukan, ide, dan saran untuk karya
ilmiah akhir ini.
Sebagai penutup, semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun karya ilmiah akhir ini. Semoga karya ilmiah
akhir ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan
masyarakat.

Depok, 13 Juni 2013

Penulis

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Ollyvia Freeska Dwi Marta


Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Ansietas pada Ibu S yang Mengalami
Hipertensi di Ruang Rawat Antasena Rumah Sakit dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang umum
terjadi pada masyarakat perkotaan. Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada
penduduk yang tinggal di perkotaan. Menurut Setiawan (2006) dalam
perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada daerah
urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang
mencapai 30 34%. Dampak yang diberikan dari hipertensi tidak hanya
menyangkut masalah fisik saja namun juga berpengaruh terhadap masalah
psikososial seperti ansietas. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian
Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas
15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (depresi dan ansietas).
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi ansietas pada pasien
ibu S adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi
dan melatih teknik relaksasi napas dalam. Hasil yang didapatkan dari pemberian
asuhan keperawatan ini adalah tingkat ansietas ibu S dari ansietas sedang
berkurang menjadi ansietas ringan. Rekomendasi untuk perawat adalah dengan
menggabungkan dua tindakan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan dan teknik
relaksasi napas dalam untuk membantu mengurangi ansietas pasien dengan
hipertensi.

Kata kunci: ansietas, hipertensi

vii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Ollyvia Freeska Dwi Marta


Study Program : Nursing Profession
Title : Nursing care for anxiety to Mrs. S at Antasena Room dr.
H. Marzoeki Mahdi Hospital Bogor

Hypertension or high blood pressure is a common health problem in urban


communities. The prevalence of hypertension is higher among people living in
urban areas. According to Setiawan (2006) in a comparison of cities in Indonesia
tend to be higher in the case of hypertension urban areas such as: Jabodetabek,
Medan, Bandung, Surabaya, and Makassar which reaches 30-34%. Given the
impact of hypertension is not only a physical problem, but also the psychosocial
problems such as anxiety. Based on the Ministry of Health (Primary Health
Research) in 2007, found that 11.6% of Indonesia's population aged over 15 years
of experience mental health problems (depression and anxiety). Nursing care that
has been done to overcome anxiety problem in Mrs. S is to provide health
education related to the preparation of operations and training deep breathing
relaxation techniques. The results obtained from the provision of nursing care are
anxiety level Mrs. S was reduced from medium anxiety to mild anxiety.
Recommendation for nurses is to combine the two of nursing care, health
education and deep breathing relaxation techniques to help reduce anxiety in
patients with hypertension.

Keyword: anxiety, hypertension

viii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH ...........................................................................................vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................ 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6


2.1 Hipertensi ........................................................................................... 6
2.1.1 Definisi ................................................................................... 6
2.1.2 Klasifikasi ................................................................................ 7
2.1.3 Gejala klinis ............................................................................. 8
2.1.4 Komplikasi ............................................................................... 8
2.1.5 Faktor resiko terjadinya stres pada pasien hipertensi .............. 8
2.2 Ansietas ............................................................................................ 10
2.2.1 Definisi .................................................................................. 10
2.2.2 Faktor predisposisi dan presipitasi .......................................... 10
2.2.3 Tingkat ansietas beserta tanda dan gejalanya ......................... 12
2.3 Asuhan keperawatan ansietas pada pasien dengan hipertensi .......... 13
2.3.1 Pengkajian .............................................................................. 13
2.3.2 Diagnosis keperawatan ........................................................... 14
2.3.3 Tindakan keperawatan pada pasien dengan ansietas .............. 15

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 17


3.1 Pengkajian ........................................................................................ 17
3.2 Masalah keperawatan ........................................................................ 20
3.3 Pohon masalah dan diagnosis keperawatan ...................................... 21

4. ANALISIS SITUASI ............................................................................. 23


4.1 Profil lahan praktek ........................................................................... 23
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan
konsep kasus terkait ......................................................................... 24

ix Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep terkait dan
penelitian terkait .............................................................................. 27
4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ..................................... 29

5. PENUTUP .............................................................................................. 32
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 32
5.2 Saran ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35
LAMPIRAN

x Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pohon masalah ........................................................................... 21

xi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keperawatan Jiwa dan Analisa Data

Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ansietas

Lampiran 3 Evaluasi Asuhan Keperawatan (Catatan Perkembangan)

Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale -


HARS)
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

xii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan


dan manfaat dari penulisan karya ilmiah akhir ners.
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang saat ini
umum terjadi pada masyarakat perkotaan. Provinsi di Indonesia dari 33 provinsi
terdapat 8 provinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata - rata nasional
yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa
Timur (25%), Sumatera Utara 24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan
Kalimantan timur (22%). Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus
hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan,
Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 34% (Setiawan, 2006).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga
dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia
terkena hipertensi (Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).

Penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data
Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO
menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang
posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan
Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara,
36 persen orang dewasa menderita hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi
(Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).

1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


2

Tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk Indonesia mengalami hipertensi tetapi


hanya 4% yang melakukan kontrol rutin. Hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT, 2001 dalam Sugiharto, 2007) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke
atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi;
0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Menurut Limpakarnjanarat
(2013 dalam Widiyani, 2013) pada tahun 2011 WHO mencatat ada satu miliar
orang yang terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai
32 persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria
mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita.

Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan yang mengikuti era globalisasi, kasus
hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya
lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan/stres ikut berperan dalam
menambah jumlah pasien hipertensi (Wisnu, 2013). Selain faktor gaya hidup
penduduk perkotaan itu sendiri, faktor eksternal dari lingkungan mampu
menyumbang tinggi angka hipertensi di perkotaan. Tinggal di daerah perkotaan
dengan polusi udara yang tinggi bisa memicu naiknya tekanan darah atau
hipertensi. Sumber polusi bisa berasal dari kendaraan bermotor, debu, atau
polutan dari pembangkit listrik (Wardayati, 2011).

Hipertensi memberikan dampak baik dari fisik maupun secara psikologis.


Menurut Studi Framingham (1948), pasien dengan hipertensi mempunyai
peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri
perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001). Seseorang yang terkena hipertensi akan
mengalami gangguan psikis seperti ansietas dan atau depresi. Gangguan psikis
seperti ansietas di samping menimbulkan gangguan fungsional jantung juga
sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung kororner. Selain itu,
ansietas dapat memperlambat penyembuhan, meningkatkan komplikasi, dan
mortalitas penderita hipertensi (Harapan, 2005).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


3

Penderita gangguan ansietas di Indonesia diperkirakan sekitar 8,3% populasi


(Wiguna, 2003). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas
15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (depresi dan ansietas).
Sebanyak 5% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan ansietas,
baik akut maupun kronik dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 : 1
(PPDGJ-III, 1993 dalam Agustarika, 2009).

Prevalensi ansietas cukup tinggi terutama pada pasien yang pertama kali
mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti hipertensi (Harapan, 2005).
Ansietas pada penderita hipertensi umumnya berusia muda yaitu pada usia 30-40
tahun dan lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang (2006) yang menyatakan
bahwa terdapat 3 faktor umum yang biasanya berkaitan antara ansietas pada
pasien dengan hipertensi, yaitu pasien dengan jenis kelamin perempuan, lamanya
menderita hipertensi, dan pasien yang memiliki riwayat hospitalisasi karena
gangguan kardiovaskuler. Namun, penatalaksanaan ansietas yang memadai dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung khususnya hipertensi serta
memperbaiki kualitas hidup pasien (Harapan, 2005).

Asuhan keperawatan ansietas diperlukan untuk membantu memperbaiki kualitas


kesehatan pasien dengan hipertensi. Asuhan keperawatan pada pasien dengan
ansietas bertujuan agar pasien mampu mengenal ansietas dan mampu mengatasi
ansietas yang terjadi (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati, 2010). Kemampuan yang
harus dimiliki oleh pasien terdiri dari pengetahuan dan kemampuan melakukan
cara mengatasi ansietas terdiri dari pasien mampu menyebutkan penyebab
ansietas, menyebutkan situasi yang menyertai ansietas, menyebutkan perilaku
terkait ansietas, melakukan pengalihan situasi, melakukan teknik relaksasi tarik
napas dalam, melakukan teknik relaksasi otot (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati,
2010).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


4

Penatalaksanaan ansietas yang diberikan kepada pasien yaitu dengan pemberian


pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dan melatih teknik relaksasi yaitu
tarik napas dalam. Pasien dibawa ke dalam keadaan rileks, istirahat, untuk
mengurangi tingkat kecemasannya sehingga diharapkan tekanan darah yang
biasanya tinggi berangsur-angsur mengalami penurunan. Fisher (2007)
menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas dalam mampu mengurangi
tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang. Penelitian ini didukung juga oleh
penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) yang menyebutkan bahwa
latihan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu menurunkan tekanan darah pada
pasien dengan hipertensi.

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh Supriati (2010) di ruang umum
Rumah Sakit dr. H Marzoeki Mahdi Bogor ditemukan bahwa 9 dari 12 orang
pasien (75%) yang menjadi pasien kelolaan dan resume mengalami ansietas.
Pasien yang mengalami ansietas yang dirawat menyatakan sulit tidur, jantung
merasa berdebar-debar, tekanan darah dan nadi yang meningkat, wajah akan
tampak menunjukkan ekspresi tegang, dan nafsu makan mengalami penurunan.
Ansietas yang terjadi pada penderita penyakit jantung, terutama hipertensi jika
tidak diatasi dengan baik maka akan membuat penyakit ini semakin bertambah
parah. Untuk itulah diperlukan sebuah asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah ansietas yang terjadi pada pasien dengan hipertensi.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan ansietas pada pasien dengan
hipertensi di Ruangan Antasena Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


5

1.3.2 Tujuan khusus


Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah:
1.3.2.1 Mahasiswa mampu memberikan gambaran masalah ansietas pada pasien
dengan hipertensi.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan fisik maupun
psikososial pada pasien hipertensi.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan
yang diberikan dengan teori-teori terkait.

1.4 Manfaat
1.4.1. Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan
keperawatan jiwa khususnya tentang masalah psikososial yaitu ansietas pada
pasien dengan hipertensi.

1.4.2. Manfaat Aplikatif


Karya ilmiah ini dapat menjadi sumber informasi dan panduan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi yang memiliki
masalah psikososial yaitu ansietas.

1.4.3. Manfaat Metodologi


Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan jiwa
terutama pada masalah psikososial yaitu ansietas pada pasien dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini dijelaskan mengenai konsep hipertensi mulai dari definisi,
klasifikasi, gejala klinis, komplikasi, dan faktor resiko terjadinya stres pada pasien
dengan hipertensi. Kemudian dalam tinjauan pustaka ini juga dibahas tentang
masalah psikososial yang muncul akibat hipertensi yaitu ansietas dan tindakan
keperawatan untuk pasien dengan ansietas.

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah
peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan
darah diastolik. Dalam keadaan normal, tekanan darah sistolik (saat jantung
memompakan darah) kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik (saat
jantung istirahat) kurang dari 80 mmHg (Smeltzer, 2001). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung umur individu yang
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi
tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi juga sering digolongkan
sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan
bila tekanan darah diastole 95-104, hipertensi sedang tekanan diastole 105-114,
sedangkan hipertensi berat tekanan diastole >115 (Tambayong, 2000).

WHO-ISH (1999) mengklasifikasikan derajat tekanan darah tinggi yaitu :


1) Optimal bila tekanan darah 90/60-120/80 mmHg,
2) Normal bila tekanan darah 120/80-130/85 mmHg,
3) Normal tinggi bila tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 85-89,
4) Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg,
5) Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan
tekanan darah diastolik 100-109 mmHg,
6) Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan darah 180/110,

6 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


7

7) Hipertensi sistolik (Isolated Systolic Hypertension) bila tekanan darah sistolik


140 dan tekanan darah diastolik 90 mmHg.

Berdasarkan pemaparan tentang definisi hipertensi maka dapat disimpulkan


bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut Tambayong (2000) terbagi dua macam, yaitu:
2.1.2.1 Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten
tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi essensial
meliputi lebih kurang 95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder.
2.1.2.1 Hipertensi Sekunder (Hipertensi Non Esensial)
Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat
diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi lebih kurang 5% dari total
penderita hipertensi.
Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari
salah satu atau kombinasi dari akibat stres yang parah, penyakit atau gangguan
ginjal, kehamilan dan pemakaian hormon pencegah kehamilan, pemakaian obat-
obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya, cedera di kepala atau perdarahan di
otak yang berat, dan tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.

Klasifikasi hipertensi yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah hipertensi
primer dimana pasien mengalami hipertensi akibat suatu peningkatan persisten
tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal tanpa disertai penyebab sekunder yang jelas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


8

2.1.3 Gejala Klinis


Menurut Corwin (2001), sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan
manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3) Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5) Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
6) Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
7) Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa
berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang dan pusing.

2.1.4 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar.
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke,
transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal
ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-
faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung (Dosh, 2001).

2.1.5 Faktor risiko terjadinya stres pada pasien hipertensi


Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis,
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


9

tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang
percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang
tersebut menjadi hipertensi (Ferketich, 2000).

Menurut Smet (1994), stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis
dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik
atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk
mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar itu (Sheps, 2005).

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-
debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag (Gunawan, 2005).

Suyono (2001) mengatakan stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal
ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.
Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah,
namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum
dapat dipastikan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


10

2.2 Ansietas
2.2.1. Definisi
Herdman (2012, dalam NANDA 2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan
tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi,
ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin
memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa
emosi yang mengancam itu dapat terjadi (Videbeck, 2008). Menurut SAKP FIK
UI (2008), ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (sumber seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.

2.2.2. Faktor predisposisi dan presipitasi


Adapun faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas adalah (Stuart & Laraia,
2005 dalam SAKP FIK UI, 2008):
1) Faktor predisposisi
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya ansietas:
a) Teori psikoanalitik.
Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang
perlu diatasi.
b) Teori interpersonal.
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini
juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


11

berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat


mudah untuk mengalami ansietas berat.
c) Teori perilaku.
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Para ahli perilaku mengangap ansietas merupakan suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan
rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa
dewasanya.
d) Kondisi keluarga
Ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e) Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor
ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (gamma-
aminobutyric acid) juga berperan utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2) Faktor presipitasi
Ansietas adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia
dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama
pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Namun demikian secara
umum ada 2 (dua) ancaman besar yang dapat menimbulkan ansietas, yaitu:
a) Ancaman integritas diri: meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


12

b) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap identitas diri, harga
diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/
peran.

2.2.3. Tingkat ansietas beserta tanda dan gejalanya


Ansietas memiliki dua aspek yang sehat dan aspek yang membahayakan yang
bergantung pada tingkat ansietas yang dialami dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Tanda dan gejala ansietas dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat ansietas menurut Videbeck (2008) yang
diadaptasi dari Beck & Emery (1985):
1) Ansietas ringan (1+)
a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks
atau sedikit gelisah, penuh perhatian.
b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal
sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan
informasi, tingkat pembelajaran optimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi.
2) Ansietas sedang (2+)
a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat,
pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara
berubah: bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan
meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering
nyeri punggung.
b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara
selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian
menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi
dengan memfokuskan.
c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan
diri goyah, tidak sabar, gembira.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


13

3) Ansietas berat (3+)


a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata
buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara
tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang,
menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-
mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.
b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah-
pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman.
c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.
4) Ansietas panik (4+)
a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat
berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmitter
berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada
pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal,
halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak
berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.

2.3 Asuhan keperawatan ansietas pada pasien dengan hipertensi


2.3.1 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji untuk pasien dengan ansietas adalah (NANDA, 2012):
1) Perilaku
Penurunan produktivitas, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat sepintas,
insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, dan tampak waspada.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


14

Individu akan berperilaku menghindar seperti menghindari orang-orang,


tempat, dan peristiwa yang berkaitan dengan timbulnya ansietas
sebelumnya (Videbeck, 2008).
2) Afektif
Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan tidak
adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas,
gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten,
bingung, menyesal, ragu/ tidak percaya diri, dan khawatir.
3) Fisiologis
Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, peningkatan
ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.
4) Simpatik
Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah,
jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut
nadi, peningkatan refleks, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil
melebar, kesulitan bernapas, vasokonstriksi superfisial, kedutan pada otot,
dan kelemahan.
5) Parasimpatik
Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare,
vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering
berkemih, dan dorongan segera berkemih.
6) Kognitif
Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan lapang
persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar,
penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir,
melamun, dan cenderung menyalahkan orang lain.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


15

2.3.2 Diagnosis keperawatan


Menurut Doengoes (2000), pasien yang mengalami hipertensi diagnosis
keperawatan yang sering muncul adalah koping individu tidak efektif dan
ansietas. Karya ilmiah akhir ners ini difokuskan untuk membahas salah satu
diagnosis keperawatan yaitu ansietas. Pasien yang pertama kali mengetahui
dirinya mengidap penyakit jantung seperti hipertensi, tingkat ansietasnya semakin
tinggi (Harapan, 2005).

2.3.3 Tindakan keperawatan pada pasien dengan ansietas (SAK Diagnosa


Fisik dan Psikososial, 2012)
Tujuan dari tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan ansietas
adalah untuk membantu pasien dalam mengenal ansietasnya, membantu pasien
dalam mengatasi ansietasnya dengan melatih teknik relaksasi, dan membantu
pasien agar mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietasnya.

Tindakan keperawatan pada pasien dengan ansietas pertama kali difokuskan


untuk mendiskusikan ansietas bersama pasien. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah membina hubungan saling percaya yaitu dengan mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang
disukai serta menjelaskan tujuan interaksi yaitu melatih pengendalian ansietas
agar proses penyembuhan berjalan lebih cepat. Kontrak dua kali pertemuan
latihan pengendalian ansietas harus selalu dilakukan agar pasien mengetahui
berapa kali interaksi yang akan dilakukan dengan perawat. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pengkajian ansietas seperti membantu pasien mengenal
ansietas: identifikasi dan menguraikan perasaannya, mengenal penyebab ansietas,
dan menyadari perilaku akibat ansietas.

Jika pasien sudah mampu untuk mengenali ansietasnya, maka langkah selanjutnya
adalah memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol ansietasnya
yaitu dengan berlatih teknik relaksasi: tarik napas dalam, distraksi, latihan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


16

hipnosis 5 jari dan kegiatan spiritual. Dalam makalah ini kemampuan yang
diberikan kepada pasien lebih kepada teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
Menurut penelitian Fisher (2007) dan Preston (2011) menyebutkan bahwa dengan
berlatih tarik napas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami
oleh seseorang.

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan (Smeltzer & Bare, 2002).

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.

Prosedur teknik relaksasi tarik napas dalam menurut Priharjo (2003): pertama kali
adalah ciptakan suasana yang tenang usahakan untuk tetap rileks, kemudian tarik
napas melalui hidung dan mengisi paru-paru dengan udara, menahannya melalui
hitungan 1, 2, 3 atau sekuat pasien menahan napasnya. Pasien kemudian perlahan-
lahan menghembuskan udara melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas
dan bawah rileks. Perawat dapat menganjurkan bernafas dengan irama normal 3
kali kemudian menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan. Usahakan pasien agar tetap berkonsentrasi/ mata
sambil terpejam. Tarik napas dalam ini dapat diulangi sampai 15 kali dengan
diselingi istirahat singkat setiap 5 kali.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini dipaparkan tentang kasus dan kondisi pasien meliputi pengkajian fisik
maupun psikososial, masalah keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian,
serta pohon masalah dan diagnosis keperawatan.

3.1 Pengkajian
Berikut ini dipaparkan hasil pengkajian yang didapatkan baik dari wawancara
maupun observasi. Klien Ny. S (43 tahun) masuk ke RSMM tanggal 24 Mei 2013
dengan diagnosis medik Appendiksistis kronik. Klien mengeluhkan nyeri pada
perut bagian kanan bawah kurang lebih sudah 3 bulan yang lalu. Sebelum masuk
rumah sakit klien mengeluhkan mual, muntah terjadi namun tidak sering, demam
ada namun hilang timbul, dan tidak ada diare. Nyeri yang ada di perut bagian
kanan bawah hilang timbul dan menjalar sampai ke bagian kiri hingga ulu hati.
Jika sudah mengalami nyeri seperti ini, klien lebih sering tiduran sambil sesekali
mengkompres hangat area yang nyeri dengan menggunakan botol kaca yang diisi
air hangat.

Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu ketika beliau
memeriksakan ke bidan dan berencana untuk melepaskan IUD yang dipasangnya.
Pada saat itu diketahui bahwa klien memiliki darah tinggi. Tekanan darah pada
saat itu mencapai hingga 220/130 mmHg. Saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan kedua orang tuanya tidak memiliki hipertensi, namun saat ini kakak
perempuan klien ada hipertensi. Klien mengatakan dirinya memang suka
mengkonsumsi makanan asin terutama ikan asin. Dalam memasak makanan klien
sering menambahkan MSG (Monosodium Glutamat) maupun garam dalam jumlah
banyak karena bagi klien jika garamnya sedikit makanan akan terasa hambar dan
kurang nikmat. Klien mengatakan juga sering memakan gorengan, namun klien
lebih sering memakan gorengan yang dimasaknya sendiri daripada membeli di
luar. Gorengan selalu disajikan setiap hari di meja makan. Klien menyukai
makanan pedas terutama sambal. Jika sedang berkumpul dengan ibu-ibu disekitar

17 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


18

rumahnya, mereka sering mengadakan makan bersama dengan ikan asin dan
sambal. Riwayat gastritis, diabetes mellitus, dan penyakit jantung disangkal oleh
klien. Klien hanya mengeluhkan saat ini usus buntu.

Klien adalah ibu rumah tangga dengan dikaruniai 4 orang anak laki-laki. Saat ini
klien tinggal bersama dengan ketiga anak laki-laki dan suaminya. Salah satu
anaknya tinggal bersama dengan neneknya. Klien beragama Islam dan taat
menjalankan ibadahnya. Pendidikan klien hanya sampai sekolah dasar saja.
Keseharian klien dihabiskan untuk merawat anak-anak dan suaminya.

Berdasarkan hasil wawancara, klien mengatakan komunikasi dengan suaminya


kurang. Suaminya lebih banyak diam dan jarang mengobrol jika mereka
berkumpul di rumah. Suami Ny. S bekerja sebagai karyawan swasta. Ny. S
mengatakan suaminya memang orang yang sedikit bicara, hanya berbicara jika
memang ada perlunya, dan terkesan cuek dengan keadaan Ny. S dan anak-
anaknya. Karena hal inilah Ny. S mengeluhkan sering jengkel dan tak tahu harus
bagaimana menghadapi suaminya. Kejengkelan Ny. S ini bertambah ketika Ny. S
meminta untuk berobat ke puskesmas, dan pada akhirnya dokter mendiagnosis
Ny. S menderita appendiksitis kronik dan harus segera dioperasi. Ny. S meminta
suaminya untuk mengizinkan operasi dan mengantarkannya ke rumah sakit.
Namun suami Ny. S menolaknya dan menyarankan untuk berobat jalan saja
karena tidak ada biaya operasi. Akhirnya Ny. S menjelaskan kepada suaminya
agar tidak perlu khawatir dalam masalah biaya karena Ny. S sudah memiliki
Jamkesda. Suami Ny. S pun akhirnya menyetujui dan mengizinkan.

Ketika berada di rumah sakit, suami Ny. S juga masih terkesan cuek. Ny. S
mengatakan kepada perawat saat ini pikirannya banyak sekali mulai dari anak-
anaknya yang ada di rumah yang selalu menelepon Ny. S dan mengatakan tidak
mau makan kalau tidak dimasakin oleh ibunya. Ny. S lalu menjelaskan kepada
anaak-anaknya bahwab saat ini beliau sedang berada di rumah sakit dan hal itu
tidak mungkin bisa beliau lakukan saat ini. Ny. S meminta anak-anaknya untuk
lebih mengerti keadaan ibunya. Hal ini membuat Ny. S sempat marah karena
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


19

anak-anaknya susah untuk dinasehati. Akhirnya Ny. S meminta bantuan suaminya


untuk menasehati anak-anaknya yang ada di rumah. Hal ini membuat Ny. S
semakin bertambah beban pikirannya sehingga saat di lakukan pengukuran
tekanan darah, hasilnya mengalami peningkatan yaitu mencapai 140/90 mmHg.

Jika ada masalah, klien mengatakan dirinya lebih banyak untuk memendamnya
sendiri daripada membicarakan dengan keluarga. Klien merasa suaminya cuek
jadi buat apa membicarakan masalah yang ada. Seperti ketika klien memiliki
masalah dengan anak-anaknya. Klien mengatakan anaknya sangat susah untuk
dinasehati. Klien sampai jengkel untuk menasehati anaknya. Klien tahu ini adalah
masalah yang terjadi di keluarga namun klien mengurungkan niat untuk
membicarakan hal ini dengan suaminya. Jika memang ada beberapa masalah yang
sangat penting, baru klien memberanikan diri untuk membicarakannya dengan
suaminya.

Operasi appendiktomi ini merupakan operasi pertama yang akan beliau jalani.
Sebelumnya klien tidak pernah melakukan operasi. Klien mengatakan tegang dan
takut akan operasi yang akan dijalankannya. Hal ini selalu beliau pikirkan dan
sempat mengganggu beliau. Tidur klien berkurang selama berada di rumah sakit
karena klien merasa khawatir dan pikirannya tercampur aduk memikirkan anak-
anaknya di rumah dan suaminya yang cuek terhadap dirinya. Menurut klien, jika
memang operasi ini jalan yang terbaik untuk sembuh, klien sanggup untuk
menghadapinya. Ny. S berharap ingin segera pulang dan sembuh dari sakit usus
buntunya ini. Klien sering merasa jantungnya berdebar-debar ketika dokter atau
perawat datang untuk memeriksanya. Klien takut dan didalam pikirannya
bertanya-tanya mau diapakan aku ini.

Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa biasa saja dengan tubuhnya.
Bagi klien bertubuh gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah memiliki anak.
klien tidak merasa terganggu dengan bentuk tubuhnya sekarang. Sebelum di rawat
klien adalah ibu rumah tangga yang kesehariannya berada di rumah untuk
merawat anak-anak dan suaminya. Klien merasa senang dengan kegiatan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


20

kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Klien mengatakan puas dilahirkan


sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta seorang istri. Harapan klien saat
ini adalah ingin sembuh dan ingin keluarganya yaitu anak-anak dan suaminya
untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini. Klien ingin segera kembali ke
rumah untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang ibu dan seorang
istri.

Hasil observasi menunjukkan bahwa klien memiliki kontak mata positif, klien
mau menatap perawat ketika mengobrol, dan klien kooperatif ketika berinteraksi
dengan perawat. Penampilan klien tampak rapi, baju yang dipakai sesuai. Klien
berbicara secara normal, tidak tampak klien berbicara melambat atau terlalu keras.
Klien terlihat lesu dan tak bergairah. Klien lebih banyak menghabiskan
aktivitasnya di tempat tidur. Sesekali terlihat klien melamun dan terdiam. Afek
klien sesuai dengan stimulus. Pembicaran sesuai antara apa yang ditanyakan
perawat dengan jawaban klien. Klien memiliki kemampuan yang kurang dalam
mengingat nama orang baru disekitarnya. Jika ditanyakan nama perawat, klien
masih sering lupa dan perlu untuk diingatkan kembali. Skor ansietas menurut
Hamilton Anxiety Rating Scale didapatkan hasil skor 26 dimana masuk ke dalam
kategori ansietas sedang.

3.2 Masalah keperawatan


1) Ansietas
Data subjektif yang didapatkan klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan
khawatir akan operasi yang akan dijalaninya, banyak sekali hal-hal yang
dipikirkan dan dikhawatirkan seperti anak-anaknya yang saat ini berada di
rumah. Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar ketika dokter atau
perawat datang untuk memeriksanya, tidurnya berkurang ketika berada di
rumah sakit, dan klien takut kenapa tekanan darahnya tidak turun-turun
padahal sebentar lagi akan operasi.

Data objektif yang ditemukan kontak mata ada, klien kooperatif selama
interaksi, terlihat sesekali melamun, wajah tampak tegang, mukosa bibir
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


21

kering, wajah tampak memerah, dan hasil pengkajian tanda-tanda vital yaitu
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,5C.
Hasil skor ansietas dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan
menurut Hamarno (2010) yang diambil dari Hamilton Anxiety Rating Scale
didapatkan hasil skor 26 dimana masuk ke dalam kategori ansietas sedang.

2) Koping individu tidak efektif


Data subjektif yang didapatkan selama wawancara klien mengatakan jika ada
masalah klien lebih banyak memendamnya sendiri daripada
membicarakannya dengan keluarga, komunikasi dengan suaminya kurang
karena suaminya terkesan cuek dengan dirinya dan anak-anak, tidurnya mulai
berkurang selama berada di rumah sakit, kemudian saudara-saudaranya
tinggal jauh dan jarang melakukan komunikasi.

Data objektif yang didapatkan selama observasi klien tampak lesu, kadang
tampak kurang bersemangat, nafsu makan klien berkurang hal ini terlihat
ketika klien hanya mau makan sebanyak setengah porsi, klien tampak
murung, melamun dan terdiam, dan aktivitasnya lebih banyak di tempat tidur.

3.3 Pohon masalah dan diagnosis keperawatan


Koping yang dimiliki individu berbeda-beda ketika mengatasi masalahnya. Pasien
ibu S yang mengalami hipertensi dengan ansietas memiliki koping individu yang
kurang efektif karena ketika ada masalah beliau lebih suka memendam
masalahnya sendiri. Hal ini ditambah dengan suaminya yang cuek terhadap
dirinya dan anak-anaknya. Koping yang kurang efektif pada ibu S kemudian
memunculkan masalah ansietas. Perasaan takut, cemas, dan khawatir muncul
pada ibu S disebabkan karena penyakit yang beliau derita (hipertensi)
mempengaruhi penyakit yang saat ini sedang dihadapinya yaitu appendiksitis.
Hipertensi beliau menyebabkan operasi yang akan dijalani menjadi tertunda.
Pikiran-pikiran inilah yang memenuhi benak ibu S sehingga beliau menjadi
kurang tenang. Perasaan kurang tenang ini berakibat pada pola tidur beliau yang
terganggu.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


22

Berikut ini pohon masalah dari kasus:


Risiko gangguan pola tidur

Ansietas

Koping individu tidak efektif


Gambar 3.1 Pohon masalah

Inti masalah (core problem) dari pohon masalah diatas adalah ansietas. Sedangkan
diagnosis keperawatannya yaitu ansietas, koping individu tidak efektif, dan risiko
gangguan pola tidur. Karya ilmiah akhir ners ini lebih berfokus untuk mengatasi
salah satu diagnosis keperawatan yaitu ansietas karena masalah ini merupakan
masalah utama yang sedang dialami oleh pasien.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini menjelaskan profil lahan praktik, hasil penelitian yang diperoleh dan
menjelaskan secara rinci serta dihubungkan dengan tujuan penelitian. Hasil
penelitian yang diperoleh dibandingkan dan diperkuat dengan penelitian
sebelumnya serta dikaitkan dengan konsep atau teori yang telah disusun dalam
tinjauan pustaka.

4.1 Profil lahan praktek


Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi dahulu bernama Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Pusat Bogor. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama kali didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda, pada tanggal 1 Juli 1882 dan merupakan rumah
sakit jiwa terbesar kedua setelah Rumah Sakit Jiwa Lawang, Jawa Timur. Tanggal
1 Juli 1882 diresmikanlah RSJ Pusat Bogor dengan nama asli
Krankzinnigengestich te Beuitenzorg oleh Direktur P & K (Ex Onderwijs Van
Eeredienst En Nijverheid) dengan jumlah pekerja 35 orang Eropa dan 95 pegawai
Indonesia dan keturunan Cina diantaranya seorang dokter jiwa yang bernama dr.
Sumeru, dengan kapasitas 400 tempat tidur. Pada kurun waktu 1942- 1945, RSJ
Pusat bogor digunakan sebagai penampungan tentara Jepang dan sebagian lain
untuk karantina penyakit menular.

Periode tahun 1945-1950 yang merupakan periode revolusi fisik dalam


mempertahankan kemerdekaan tidak banyak perhatian yang diberikan pemerintah
terhadap RSJ Pusat Bogor. Perbaikan gedung hanya sedikit yang dapat dilakukan
dalam periode antara tahun 1950-1969. Semenjak tahun 1978 dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 135/Menkes/SK/IV/1978 tanggal 28 April
1978 diatur Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSJ Pusat Bogor. Tahun 1998,
RSJ Pusat Bogor telah terakreditasi untuk lima jenis pelayanan, yaitu pelayanan
medis, pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan gawat darurat,
pelayanan keperawatan, dan pelayanan rekam medis.

23 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


24

Periode tahun 1997-2001 terjadi peningkatan kunjungan rawat jalan dan


peningkatan rata-rata hunian tempat tidur/ rawat inap yang cukup signifikan
seiring dengan peningkatan mutu pelayanan, pengembangan pelayanan dan
pembukaan layanan baru seperti Instalasi Pemulihan NAPZA, Ruang Model
Praktik Keperawatan Professional, ICU Psikiatri, Ruang Detoksifikasi maupun
pelayanan umum. Pada tanggal 1 Juli 2002 bersamaan dengan momentum
peringatan ulang tahun ke 120 rumah sakit, RSJ Pusat Bogor berganti nama
menjadi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi.

Salah satu ruang pelayanan umum yang ada di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki
Mahdi adalah ruang Antasena. Ruangan Antasena merupakan ruang perawatan
umum kelas III dan kelas II, yang terdiri dari 2 gedung yang mempunyai kapasitas
35 tempat tidur yang terdiri dari 7 kamar. Kelas II masing-masing berisi 2-3
tempat tidur dan kelas III masing-masing berisi 6-9 tempat tidur dalam setiap
kamarnya. Ruang Antasena merupakan ruang rawat untuk pasien laki-laki dan
perempuan. Terdapat juga 1 ruang isolasi yang digunakan untuk pasien dengan
penyakit menular dan pasien yang mengalami penurunan imunitas.

Sumber daya manusia yang ada di ruang Antasena terdiri dari 30 orang yang
terdiri dari 1 kepala ruangan, 2 ketua tim, 24 perawat pelaksana, 1 pramu husada
dan 2 tenaga cleaning service. Tingkat pendidikan tenaga yang ada adalah S1
Keperawatan 1 orang, DIII Keperawatan 26 orang, dan SMA 3 orang.
Penggunaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruang Antasena
menggunakan metode tim primer, yang terdiri dari 2 tim dimana masing-masing
tim mempunyai perawat primer dalam memberikan asuhan keperawatan. Pola
pemberian asuhan keperawatan dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore, dan
malam.

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan


konsep kasus terkait
Masalah yang diangkat dalam karya ilmiah akhir ini adalah masalah kesehatan
yang biasa terjadi pada masyarakat perkotaan yaitu hipertensi. Hipertensi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


25

prevalensinya tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan. Menurut Setiawan


(2006) dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi
pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan
Makassar yang mencapai 30 34%. Pada kasus yang ditemukan, pasien menderita
hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dikarenakan pola makan pasien yang cenderung
menyukai makanan asin dan berlemak, aktivitas yang kurang, dan munculnya
banyak stressor dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan gaya hidup masyarakat di
perkotaan yang mengikuti era globalisasi dimana gemar makanan fast food yang
kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan/ stres (Wisnu, 2013).

Hasil pengkajian didapatkan pasien menderita hipertensi sejak usia 37 tahun.


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) dikemukakan bahwa pada
usia antara 36-45 tahun seseorang rentan terhadap terjadinya masalah hipertensi.
Umur seseorang merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat diubah dimana
pembuluh darah arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturannya seiring
dengan bertambahnya usia seseorang (Staessen, 2003). Seiring bertambahnya usia
seseorang, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.
Apabila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu
terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001).

Selain karena faktor usia, pola makan pasien lebih cenderung menyukai makanan
yang asin. Pasien mengatakan sering mengkonsumsi ikan asin dan gorengan
dalam kesehariannya. Sering mengkonsumsi makanan asin dan makanan berlemak
merupakan salah satu risiko terjadinya hipertensi. Penelitian Radecki (2000)
menunjukkan hal yang sama, bahwa orang yang mempunyai kebiasaan konsumsi
asin akan berisiko terserang hipertensi sebesar 3,95 kali lipat dibandingkan orang
yang tidak biasa mengkonsumsi asin. Menurut Hull (1996), penelitian
menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada
beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh
meretensi cairan yang meningkatkan volume darah. Penelitian Margaret (2002),
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


26

menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi lemak


jenuh akan berisiko terserang hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang
yang tidak biasa mengkonsumsi lemak jenuh.

Ketika dilakukan pengkajian, pasien mengatakan saat ini banyak hal yang
membuatnya berfikir banyak. Mulai dari masalah kekhawatirannya pada anak-
anaknya yang ada di rumah dan ketakutan pasien terhadap operasi appendiktomi
yang akan dilakukannya. Pasien juga mencemaskan akan tekanan darahnya yang
tidak turun ke nilai normal sehingga hal ini membuat operasinya menjadi tertunda
karena tekanan darahnya yang masih tinggi. Hasil skor ansietas dengan
menggunakan kuesioner tingkat kecemasan menurut Harmono (2010) yang
diambil dari Hamilton Anxiety Rating Scale didapatkan hasil skor 26 dimana
masuk ke dalam kategori ansietas sedang. Menurut Videbeck (2008), ansietas
sedang pada pasien ditunjukkan dari respon fisiknya seperti tanda-tanda vital yang
meningkat, sakit kepala, pola tidur yang berubah, dan ketegangan meningkat.
Respon kognitif pasien meliputi lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara
selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, dan
penyelesaian masalah menurun. Sedangkan respon emosional yang ditunjukkan
pasien yaitu ketidaknyamanan, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, dan
tidak sabar.

Menurut NANDA (2012), pada pasien menunjukkan beberapa tanda dan gejala
fisik yang merupakan tanda dan gejala yang biasa terjadi pada pasien yang
mengalami ansietas. Pasien mengalami mulut kering, wajah yang memerah,
peningkatan tekanan darah, dan jantung yang berdebar-debar. Pasien juga
mengekespresikan rasa kekhawatirannya karena perubahan dalam peristiwa hidup,
seperti penyakit hipertensi yang dideritanya sejak 6 tahun yang lalu.

Kecemasan yang dialami oleh ibu S dengan hipertensi memang bisa terjadi. Hal
ini dikarenakan ibu S mengalami kekhawatiran terhadap penyakitnya. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang (2006), hampir 12% dari pasien
yang menderita hipertensi menunjukkan tanda-tanda ansietas. Pasien dengan jenis
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


27

kelamin perempuan, lamanya waktu menderita hipertensi, dan adanya riwayat


hospitalisasi diasosiasikan dengan terjadinya angka ansietas pada pasien dengan
hipertensi.

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Masalah ansietas yang terjadi pada pasien akan diatasi sesuai dengan pedoman
SAK untuk masalah psikososial ansietas. Menurut Standar Asuhan Keperawatan
Diagnosa Fisik dan Psikososial FIK UI (2012), pada pasien dengan ansietas
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tentang masalah
ansietas yang terjadi mulai dari penyebab, proses terjadinya, tanda dan gejala,
serta akibat dari ansietas. Tindakan keperawatan selanjutnya adalah dengan
melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran, serta mengontrol emosi.
Latihan relaksasi yang dilakukan pada pasien ansietas ini adalah latihan tarik
napas dalam. Menurut penelitian Gill, Kolt, dan Keating (2004), latihan napas
dalam mampu menurunkan ansietas yang terjadi.

Implementasi yang dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi masalah


ansietas itu sendiri seperti penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat.
Pasien mengatakan penyebab dari rasa khawatirnya ini adalah penyakitnya itu
sendiri dimana tekanan darahnya yang masih tinggi sehingga operasi yang akan
dilakukannya menjadi tertunda. Operasi yang akan dilakukan oleh pasien
merupakaan operasi pertamnya sehingga hal ini juga menambah rasa takut pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Makmuri et.al (2007 dalam Puryanto, 2009)
tentang tingkat kecemasan pre operasi menunjukkan bahwa dari 40 orang
responden terdapat 16 orang atau 40% yang memiliki tingkat kecemasan dalam
kategori sedang, 15 orang atau 37,5% dalam kategori ringan, dan responden
dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang atau 17,5% dan reponden yang
merasa tidak cemas sebanyak 2 orang atau 5 %.

Barlow (2004) menyebutkan bahwa kecemasan (ansietas) pada pasien pre operasi
dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah karena faktor
pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


28

pasien pre operasi. Untuk mengatasi masalah ini maka perawat melakukan
implementasi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan operasi
seperti bagaimana gambaran ruang operasi, petugas kesehatan yang akan
membantu dalam operasi, prosedur tindakan mulai dari anastesi hingga
pembedahan, serta efek setelah pembedahan seperti terjadinya nyeri dan resiko
infeksi yang bisa saja terjadi. Pendidikan kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat
pendidikan pasien sehingga informasi yang diberikan mampu diterima dan dicerna
dengan baik. Pemberian pendidikan kesehatan ini memberikan dampak pada
pasien dimana pasien menjadi bertambah pengetahuannya sehingga mengurangi
tingkat kecemasan yang terjadi. Hasil evaluasi didapatkan pasien mengatakan
lebih tenang sekarang setelah mengetahui pendidikan kesehatan tentang persiapan
operasi dan perasaan cemasnya mulai berkurang.

Masalah lain yang dihadapi oleh pasien adalah masalah kekhawatirannya pada
anak-anaknya yang ada di rumah dan sikap suaminya yang cuek terhadap dirinya.
Hal ini menjadi beban pikiran pasien sehingga pasien mengalami stres. Menurut
Suyono (2001) stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga
melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah
yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Faktor stres inilah
yang akhirnya membuat tekanan darah pasien menjadi naik.

Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan intervensi dengan menggunakan


teknik relaksasi yaitu dengan melakukan latihan tarik napas dalam. Latihan tarik
napas dalam ini mampu mengurangi rasa kecemasan yang ada (Preston, 2011).
Fisher (2007) menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas dalam mampu
mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang. Penelitian ini
didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) yang
menyebutkan bahwa latihan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


29

Implementasi yang dilakukan adalah dengan melatih teknik relaksasi tarik napas
dalam pada pasien. Perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang teknik
relaksasi tarik napas dalam dimulai dari pengertiannya, tujuan, dan langkah-
langkah dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam. Perawat
mendemonstrasikan terlebih dahulu langkah-langkahnya kemudian memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mencoba melakukannya sendiri. Pasien terlihat
mampu melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam secara baik dan benar.
Kemudian perawat bersama pasien mendiskusikan kapan saja waktu untuk
berlatih teknik relaksasi tarik napasa dalam ini. Pasien menyepakati kapanpun
pasien mau melakukan dan minimal 3 kali latihan dalam sehari. Setiap interaksi
dengan pasien, perawat melakukan evaluasi terhadap latihan teknik relaksasi tarik
napas dalam. Teknik relaksasi tarik napas dalam ini dilakukan pasien dengan baik
dan teratur.

Hasil evaluasi didapatkan tekanan darah pasien berangsur-angsur mengalami


penurunan dimana sebelum berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam tekanan
darahnya mencapai 140/90 mmHg dan diakhir interaksi setelah pasien selalu
berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam didapatkan hasil tekanan darahnya
yaitu mencapai 110/70 mmHg. Hasil wawancara juga didapatkan pasien merasa
lebih nyaman dan tenang setelah berlatih tarik napas dalam dan cemas yang ada
mulai berkurang. Hasil kuesioner tingkat ansietas (Hamilton Anxiety Rating Scale)
pada akhir pertemuan didapatkan nilai 7 dimana masuk ke dalam kecemasan
ringan yang tidak akan mengganggu aktivitas keseharian pasien.

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan


Masalah kecemasan yang dialami oleh pasien berangsur-angsur mengalami
penurunan. Pada awalnya pasien khawatir dan takut akan operasi yang akan
dijalaninya, namun perawat memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan
persiapan operasi dan hasilnya pasien mampu menerimanya dan mengatakan
bahwa kecemasannya akan operasi menjadi berkurang. Menurut Long (1996)
pendidikan kesehatan pada pasien preoperasi sebaiknya diberikan sebelum pasien
menjalankan operasi dan pendidikan pasien preoperative ini didasarkan pada
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


30

waktu yang tepat. Pendidikan kesehatan yang dilakukan beberapa hari sebelum
pembedahan, pasien mungkin tidak ingat tentang apa yang telah diajarkan,
sedangkan jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan pasien
mungkin tidak dapat berkonsentrasi karena ansietas atau efek dari medikasi
praanestesi (Smeltzer, 2002). Pendidikan kesehatan persiapan operasi diberikan 1
hari sebelum pasien menjalani operasinya. Hal ini membuat pasien untuk lebih
mudah dalam mengingatnya. Ketika dilakukan evaluasi ulang pasien mampu
menyebutkan beberapa hal yang akan dihadapi ketika akan operasi seperti
masalah pembiusan, penggantian pakaian dengan baju operasi, tenaga medis baik
perawat maupun dokter, serta prosedur operasi apa yang akan dilakukan.
Pemberian pendidikan kesehatan terkait terkait persiapan operasi sebaiknya
dilakukan oleh perawat 1-2 hari sebelum pasien dilakukan tindakan operasi. Hal
ini penting dilakukan karena pasien yang akan dioperasi mengalami perasaan
cemas yang jika ditangani dengan diberikan pendidikan kesehatan, cemas ini akan
berkurang.

Selain pendidikan kesehatan untuk mengatasi kecemasan, cara lain yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan (Smeltzer & Bare, 2002). Teknik relaksasi
mampu membuat pasien menjadi lebih rileks. Pasien mengatakan sering berlatih
teknik relaksasi secara mandiri disetiap waktu luang. Hasilnya pasien sendiri
mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih tenang dan perasaan gusar maupun
tegang menjadi mulai berkurang. Hal ini dapat dilihat dari tekanan darah pasien
pada 1 hari menjelang operasi yang mendekati angka normal yaitu 130/90. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) bahwa
dengan berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam, kecemasan dan tekanan darah
seseorang yang menderita hipertensi menjadi turun.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


31

Perawat hanya memberikan latihan teknik relaksasi tarik napas dalam untuk
mengatasi masalah ansietas yang terjadi pada pasien. Ansietas dapat diatasi juga
dengan teknik relaksasi lainnya seperti latihan hipnosis 5 jari dan latihan relaksasi
otot progresif (progressive muscle relaxation). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Muafiro (2004) latihan hipnosis 5 jari mampu menurunkan kecemasan pada
pasien. Latihan lainnya yaitu dengan latihan relaksasi otot progresif adalah terapi
relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu
bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik
(Synder & Lindquist, 2002 dalam Supriati, 2010). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Supriati (2010) pada pasien yang mengalami ansietas setelah
diberikan latihan thought stopping dan progressive muscle relaxation tingkat
ansietasnya menurun dari ansietas sedang ke ansietas ringan. Selain itu latihan
relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) juga mampu untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi (Hamarno, 2010).
Dalam menangani pasien hipertensi dengan ansietas, perawat merekomendasikan
untuk dilakukan pemberian latihan teknik relaksasi hipnosis 5 jari dan latihan
relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Masalah kesehatan yang terjadi pada ibu S merupakan masalah kesehatan yang
umum terjadi pada masyarakat perkotaan. Masalah kesehatan ibu S adalah
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini terlihat dari gaya hidup yang
dilakukan oleh ibu S yang mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan yaitu
lebih menyukai makanan yang berlemak, tinggi kadar garam, penggunaan
penyedap rasa buatan atau MSG (monosodium glutamat) secara berlebihan,
kurang aktivitas atau jarang berolahraga, serta faktor stres yang tinggi.

Selain masalah hipertensi, ibu S juga mengalami masalah psikososial yaitu


ansietas. Ansietas yang dialami oleh ibu S termasuk ke dalam kategori ansietas
sedang menurut Hamilton Anxiety Rating Scale dengan hasil skor 26. Ansietas ini
dikarenakan ibu S cemas terhadap operasinya dan mencemaskan anak-anaknya
yang berada di rumah. Selain itu, ibu S memiliki komunikasi yang kurang baik
antara beliau dengan suaminya. Hal ini juga yang membuat ibu S menjadi beban
fikiran.

Masalah yang muncul pada ibu S telah dilakukan penatalaksanaan keperawatan


yaitu dengan pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dan pemberian
asuhan keperawatan pada pasien ansietas. Pendidikan kesehatan terkait persiapan
operasi dilakukan 1 hari sebelum pasien menjalani operasi. Masalah ansietas
diatasi dengan pertama kali melakukan diskusi antara perawat dan pasien untuk
mengenali ansietasnya. Setelah pasien mampu mengenali ansietasnya perawat
mengajarkan cara untuk mengatasi ansietas yaitu dengan berlatih salah satu teknik
relaksasi yaitu tarik napas dalam. Tarik napas dalam ini dilakukan pasien minimal
3 kali dalam sehari dan setiap interaksi perawat melakukan evaluasi terhadap
teknik relaksasi yang sudah dilatih.

32 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


33

Hasil dari penatalaksanaan keperawatan ansietas pada ibu S terkait pemberian


pendidikan kesehatan persiapan operasi adalah pasien mampu menyebutkan
beberapa hal yang akan dihadapi ketika akan operasi seperti masalah pembiusan,
penggantian pakaian dengan baju operasi, tenaga medis baik perawat maupun
dokter, serta prosedur operasi apa yang akan dilakukan. Evaluasi teknik relaksasi
tarik napas dalam adalah didapatkan tekanan darah pasien berangsur-angsur
mengalami penurunan dimana sebelum berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam
tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg dan diakhir interaksi setelah pasien
selalu berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam didapatkan hasil tekanan
darahnya yaitu mencapai 110/70 mmHg. Hasil wawancara juga didapatkan pasien
merasa lebih nyaman dan tenang setelah berlatih tarik napas dalam dan cemas
yang ada mulai berkurang. Hasil kuesioner tingkat ansietas (Hamilton Anxiety
Rating Scale) pada akhir pertemuan didapatkan nilai 7 dimana masuk ke dalam
kecemasan ringan yang tidak akan mengganggu aktivitas keseharian pasien.

5.2. Saran
5.2.1 Bidang keilmuan keperawatan jiwa
Saran untuk bidang keilmuan keperawatan jiwa adalah perlunya diadakan temu
ilmiah, pelatihan, atau seminar terkait asuhan keperawatan psikososial salah
satunya masalah ansietas.

5.2.2 Aplikatif
5.2.2.1 Perawat yang ada di tatanan pelayanan kesehatan didalam merawat pasien
hipertensi tidak hanya memperhatikan masalah fisiknya saja namun masalah
psikososial juga perlu untuk diperhatikan seperti masalah ansietas.
5.2.2.2 Perawat dapat memadukan dua tindakan keperawatan yaitu pendidikan
kesehatan terkait persiapan operasi dan melatih teknik relaksasi tarik napas dalam
untuk mengatasi masalah ansietas.
5.2.2.3 Pemberian pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi lebih efektif
dilakukan 1 hari sebelum pasien menjalani operasinya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


34

5.2.2.4 Perawat dapat memberikan teknik relaksasi lainnya untuk mengatasi


ansietas yaitu dengan hipnosis 5 jari dan latihan teknik relaksasi otot progresif
(progressive muscle relaxation).
5.2.2.5 Pemberian pendidikan kesehatan pada pasien tidak hanya dilakukan satu
kali saja namun perlu dilakukan evaluasi dan diskusi ulang dalam setiap interaksi
sehingga pasien diharapkan memahami dan mengurangi tingkat kecemasannya.

5.2.3 Penelitian
Penilitian selanjutnya perlu dilakukan dengan menggunakan teknik relaksasi
lainnya seperti hipnosis 5 jari dan teknik relaksasi otot progresif (progressive
muscle relaxation) untuk melihat tingkat keefektifannya dalam menangani
masalah ansietas pada pasien dengan hipertensi.
Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh dan menjelaskan secara rinci
serta dihubungkan dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh
dibandingkan dan diperkuat dengan penelitian sebelumnya serta dikaitkan dengan
konsep atau teori yang telah disusun dalam tinjauan pustaka. Selain itu, dalam bab
ini juga dijelaskan mengenai keterbatasan penelitian serta implikasi keperawatan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Agustarika, B. (2009). Pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien


dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Tesis. Program
Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Aivazyan, T.A., et. al. (1988). Efficacy of relaxation techniques in hypertensive


patients. Health psychology, 7, 193-200.

Barlow, D.H. (2004). Anxiety and its disorders: the nature and treatment of
anxiety and panic. London: Guilford Press.

Corwin, E. (2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Doengoes, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Dosh, S.A. (2001). The diagnosis of essential and secondary hypertension in


adults. Journal Fam Practice, 50, 707-712.

Ferketich et. al., (2000). Links among depression, race, hypertension, and the
heart. Journal Clinical Hypertension 2, 6, 410-412.

Fisher, B.H. (2007). The effects of utilizing a preshot routine and deep breathing
on reducing performance anxiety and improving serving performance
among youth tennis players. Thesis. Morgantown: School of Physical
Education West Virginia.

35 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


36

Gill, S., Kolt, G.S., & Keating, J. (2004). Examining the multiprocess theory: an
investigation of the effects of two relaxation strategies on state anxiety.
Journal of Body Work and Movement, 8, 288-296.

Gunawan. (2001). Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia.

Gunawan, L. (2005). Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hamarno, R. (2010). Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap


penurunan tekanan darah klien hipertensi primer di kota malang. Tesis.
Program Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Harapan, M.S. (2005). Ansietas penderita jantung. 10 Juni 2013.


http://health.detik.com/read/2005/08/10/132550/419549/178/ansietas-
penderita-jantung

Herdman, T.H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC.

Hull. (1996). Penyakit jantung, hipertensi, dan nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Margaret M. H., et. al., (2002). Association of Fat Distribution and Obesity with
Hypertension in a Bi-ethnic Population. Journal Obesity, 8, 516-524.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


37

Mu'afiro, A. (2004). Pengaruh hipnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan


pasien kanker leher rahim di ruang kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan.

Priharjo, R. (2003). Perawatan nyeri. Jakarta: EGC.

Puryanto. (2009). Perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operatif selama


menunggu jam operasi antara ruang rawat inap dengan ruangan persiapan
operasi rumah sakit ortopedi Surakarta. 08 Juni 2013.
http://etd.eprints.ums.ac.id/4455/1/J210070104.pdf

Radecki T. (2000). Hypertension: Salt is a Major Risk Factor. Journal


Cardiovascular, 1, 5-8.

Riset Kesehatan Dasar. (2007). 08 Juni 2013.


http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download.html

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi dan Program Spesialis Keperawatan Jiwa.
(2012). Standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan universitas Indonesia.

Setiawan, Z. (2006). Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor risikohipertensi


studi ekologi di pulau jawa tahun 2004. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Sheps, S.G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatama.

Smeltzer, S.C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &


Suddarth. Edisi ke-8. Jakarta: EGC.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


38

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia.

Staessen, A.J., et. al. (2003). Essential Hyppertension. The Lancet, 1629-1635.

Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing. 8th edition. St. Louis: Mosby Year Book.

Sugiharto, A. (2007). Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada Masyarakat


(Studi kasus di kabupaten Karanganyar). Tesis. Program Pasca sarjana
Universitas Diponegoro.

Supriati, L. (2010). Pengaruh terapi thought stopping dan progressive muscle


relaxation terhadap ansietas pada klien dengan gangguan fisik di RSUD
Dr. Soedono Madiun. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Suyono. (2001). Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Wardayati, K.T. (2011). Polusi perkotaan pemicu hipertensi. 10 Juni 2013.


http://intisari-online.com/read/polusi-perkotaan-pemicu-hipertensi

Widiyani, R. (2013). Penderita hipertensi terus meningkat. 10 Juni 2013.


http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Te
rus.Meningkat

Wei & Wang. (2006). Anxiety symptoms in patients with hypertension: a


community-based study. International Journal Psychiatry in medicine, 36,
315-322.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


39

Wisnu, I.M.L. (2013). Waspadai hipertensi, pemicu penyakit kelas berat. 10 Juni
2013.
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid
=24&id=74882

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Lampiran 1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

LOKASI : Ruang rawat Antasena RSMM Bogor TANGGAL DIRAWAT: 27-


31 Mei 2013

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. S Tanggal pengkajian : 27 Mei 2013
Umur : 44 tahun
Informan : Ibu S, rekan medis

II. KONDISI KLIEN


Ibu S (44 tahun) datang ke RSMM dengan keluhan nyeri perut bagian kanan
bawah yang sudah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul dan
menjalar sampai keseluruh bagian perut dan ulu hati. Sebelum masuk rumah
sakit klien mengalami demam, mual, dan muntah. Klien tidak mengalami
masalah dalam gangguan eliminasi baik BAB maupun BAK. Diagnosis medis
klien adalah appendiksitis dan direncanakan untuk dilakukan operasi. Selain
appendiksitis klien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol.
Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang lalu, setelah itu
klien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pola makan klien adalah
menyukai makanan asin, mengkonsumsi ikan asin, dan gorengan.

Klien mengatakan banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi yang
akan dilakukan karena ini merupakan operasi pertamanya, masalah anak-
anaknya yang saat ini berada di rumah, dan komunikasi yang kurang terjalin
dengan baik antara klien dengan suaminya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? - Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : - Berhasil - Kurang berhasil - Tidak
berhasil

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
a. Aniaya fisik : - - - - - -

- - - - - -
b. Aniaya seksual :

- - - - - -
c. Penolakan :

d. Kekerasan dalam keluarga: - - - - - -

e. Tindakan kriminal :
- - - - - -

Jelaskan No 1, 2, 3 : klien tidak memiliki riwayat sakit jiwa dan


tidak mengalami aniaya fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa - Ya Tidak


Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : tidak ada.


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD: 140/90 mmHg N: 88 x/menit S: 36,5 C P:
20 x/menit

2. Ukur : TB: 159 cm BB: 64 kg



3. Keluhan Fisik : Ya Tidak

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Jelaskan : Nyeri di perut bagian kanan bawah 3 bulan yang lalu,
hipertensi sejak 6 tahun yang lalu.

Masalah Keperawatan : nyeri.

V. PSIKOSOSIAL :
1. Genogram :

Jelaskan : klien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Klien


mengatakan orang tuanya keduanya sudah meninggal dunia
bukan karena hipertensi. Kakak perempuan kedua klien
mengalami hipertensi juga. Klien mengatakan ibunya sudah
meninggal sejak kecil sehingga klien dibesarkan oleh bapaknya.
Setelah berumah tangga klien tinggal bersama suami dan ketiga
anaknya. Dalam berkomunikasi antara klien dan suaminya
kurang efektif, suami klien terkesan cuek. Pengambilan
keputusan lebih didominasi oleh suami klien.

Masalah Keperawatan : ketidakefektifan hubungan.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


2. Konsep diri :

a. Gambaran diri : Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa


biasa saja dengan tubuhnya. Bagi klien bertubuh
gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah
memiliki anak. klien tidak merasa terganggu
dengan bentuk tubuhnya sekarang.
b. Identitas : Sebelum di rawat klien adalah ibu rumah tangga
yang kesehariannya berada di rumah untuk
merawat anak-anak dan suaminya. Klien merasa
senang dengan kegiatan kesehariannya sebagai ibu
rumah tangga. Klien mengatakan puas dilahirkan
sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta
seorang istri.
c. Peran : Klien berperan sebagai ibu dan seorang istri.
Menurut klien, klien mampu melaksanakan tugas
tersebut dengan baik.
d. Ideal diri : Harapan klien saat ini adalah ingin sembuh dan
ingin keluarganya yaitu anak-anak dan suaminya
untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini.
Klien ingin segera kembali ke rumah untuk
melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang
ibu dan seorang istri.
e. Harga diri : menurut klien, hubungannya dengan anak-
anaknya baik-baik saja sedangkan dengan
suaminya hubungan komunikasi kurang. Suami
klien terkesan cuek dan pendiam. Klien
mengatakan jarang mengobrol bersama suaminya.
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan hubungan.

3. Hubungan sosial :

a. Orang yang berarti : anak-anak klien.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien seneng
mengikuti arisan yang diadakan dengan tetangga-tetangganya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

4. Spiritual :

a. Nilai dan keyakinan : klien beragama Islam dan taat dalam


menjalankan ibadah keagamaan.
b. Kegiatan ibadah : klien melakukan sholat lima waktu dan mengaji.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan :
- Tidak rapi -- Penggunaan pakaian - Cara
berpakaian tidak

Tidak sesuai seperti


biasanya

Jelaskan : Penampilan klien tampak rapi, baju yang dipakai


sesuai

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

2. Pembicaraan :
- Cepat - Keras Gelisah - Inkoheren
- Apatis - Lambat - Membisu - Tdk mampu

memulai pembicaraan

Jelaskan : klien tampak gelisah selama wawancara dan observasi.

Masalah Keperawatan : ansietas.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


3. Aktivitas motorik :
Lesu - Tegang Gelisah - Agitasi

- Tik - Grimasen - Tremor - Kompulsif

Jelaskan : Klien tampak lesu, gelisah dan tak bergairah.

Masalah Keperawatan : ansietas.

4. Alam perasaan :
Sedih - Ketakutan - Putus asa Khawatir

- Gembira berlebihan

Jelaskan : klien mengatakan sedih dan khawatir jika mengingat


anak-anaknya dan sikap suaminya yang cuek.

Masalah Keperawatan : ansietas.

5. Afek :
- Datar - Tumpul - Labil - Tidak sesuai

Jelaskan : afek sesuai stimulus.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

6. Interaksi selama wawancara :


- Bermusuhan - Tidak kooperatif - Mudah tersinggung

- Kontak mata (-) - Defensif - Curiga

Jelaskan : klien kooperatif, kontak mata positif

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

7. Persepsi :
- Pendengaran - Penglihatan - Perabaan

- Pengecapan - Penghidu

Jelaskan :-

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Masalah Keperawatan :-

8. Proses pikir :
- Sirkumtansial - Tangensial - Kehilangan asosiasi
- - -
Flight of idea Blocking Pengulangan
pembicaraan/persever
asi

Jelaskan :-

Masalah Keperawatan :-

9. Isi pikir :
- Obsesi - Fobia - Hipokondria
- - -
Depersonalisasi ide yang terkait Pikiran magis

Waham

- Agama - Somatik - Kebesaran - Curiga

- Nihilistic - Sisip pikir - Siar pikir - Kontrol pikir

Jelaskan :-

Masalah Keperawatan :-

10. Tingkat kesadaran:


- Bingung - Sedasi - Stupor

Disorientasi

- Waktu - Tempat - Orang

Jelaskan :-

Masalah Keperawatan: -

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


11. Memori :
- Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat

jangka pendek

- Gangguan daya ingat saat ini - Konfabulasi

Jelaskan : klien mengatakan susah mengingat nama orang


yang baru dikenalnya.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung :


- Mudah beralih - Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu
-
berhitung sederhana

Jelaskan :-

Masalah Keperawatan : -

13. Kemampuan penilaian :


- Gangguan ringan - Gangguan bermakna

Jelaskan :-

Masalah Keperawatan :-

14. Daya tilik diri :


- Mengingkari penyakit yang diderita

- Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :-

Masalah Keperawatan :-

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan: Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : klien mampu untuk makan sendiri.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

2. BAB/BAK: Bantuan minimal - Bantuan total


Jelaskan: klien mampu BAB dan BAK secara mandiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

3. Mandi: Bantuan minimal - Bantuan total


Jelaskan : klien mampu mandi dan menjaga kebersihan dirinya
secara mandiri.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

4. Berpakaian/berhias: Bantuan minimal - Bantuan total


Jelaskan : klien mempu berpakaian dan berhias secara mandiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : 14.00 s/d 15.00

Tidur malam lama : 21.00 s/d 05.00

Kegiatan sebelum/ sesudah tidur : tidak ada.


Jelaskan : klien tidurnya tercukupi namun selama masuk rumah
skit tidur klien berkurang.

Masalah Keperawatan : risiko gangguan pola tidur.

6. Penggunaan obat : Bantuan minimal - Bantuan total


Jelaskan: klien mempu minum obat secara mandiri.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak

Perawatan lanjutan

Sistem pendukung

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Jelaskan : sistem pendukung klien dari keluarga perlu
ditingkatkan.

Masalah Keperawatan : ketidakefektifan hubungan.

8. Kegiatan didalam rumah


Ya Tidak

Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapian rumah

Mencuci pakaian

Pengaturan keuangan

Jelaskan : klien mempu melakukan kegiatan harian


sebagai ibu rumah tangga secara baik dan
mandiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

9. Kegiatan diluar rumah


Ya Tidak

Belanja

Transportasi

Lain-lain

Jelaskan: klien masih mampu melakukan aktivitasnya di luar rumah


secara mandiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Mal adaptif
- Bicara dengan orang lain - Minum alkohol
Mampu menyelesaikan - Reaksi lambat/ berlebih
masalah
- Teknik relaksasi - Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif - Menghindar
- Olahraga - Mencederai diri
Lainnya.. Lainnya..
Masalah Keperawatan: koping individu tidak efektif.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: tidak ada.

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien hanya


kurang komunikasi dengan suaminya.

Masalah dengan pendidikan, spesifik: tidak ada.

Masalah dengan pekerjaan, spesifik: tidak ada.

Masalah dengan perumahan, spesifik: tidak ada.

Masalah ekonomi, spesifik: klien merasa jika sakit ini nanti banyak
memakan biaya.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada.

Masalah lainnya, spesifik: tidak ada.

Masalah Keperawatan: ketidakefektifan hubungan.

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor predisposisi Penyakit fisik

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Koping Obat-obatan

Lainnya .....................................................................................

Masalah Keperawatan: defisisensi pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : appendiksitis kronik dan hipertensi.

Terapi medik :

Nifedipime 10 mg (ekstra)
Amilodipine 1x10 mg
Valsartan 1x80 mg
HCT 1x1
Ceftriaxone 2 gram
Keterolac 1 ampul
Ranitidine 1 ampul
Metronidazole 500 mg drip

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan hubungan
2. Nyeri
3. Ansietas
4. Risiko gangguan pola tidur
5. Koping individu tidak efektif
6. Defisiensi pengetahuan.

XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan hubungan
2. Nyeri
3. Ansietas
4. Risiko gangguan pola tidur
5. Koping individu tidak efektif

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


6. Defisiensi pengetahuan.

Mahasiswa,

(Ollyvia Freeska dwi Marta)

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


ANALISA DATA

Dalam analisa data ini lebih difokuskan pada masalah psikososial.

Data Masalah Keperawatan

Data subjektif: Ansietas .


a) Klien mengatakan dirinya takut, cemas,
dan khawatir akan operasi yang akan
dijalaninya.
b) Klien mengatakan banyak sekali hal-hal
yang dipirkan dan dikhawatirkan seperti
anak-anaknya yang saat ini berada di
rumah.
c) Klien mengatakan jantungnya berdebar-
debar ketika dokter atau perawat datang
untuk memeriksanya.
d) Klien mengatakan tidurnya berkurang
ketika berada di rumah sakit.
e) Klien mengatakan takut kenapa tekanan
darahnya tidak turun-turun padahal
sebentar lagi akan operasi.
Data objektif:
a) Kontak mata ada, klien kooperatif.
b) Klien sesekali terlihat melamun.
c) Wajah tamppak tegang.
d) Mukosa bibir kering.
e) Wajah tampak memerah.
Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5C.

Data subjektif: Koping individu tidak efektif.


a) Klien mengatakan jika ada masalah klien

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


lebih banyak memendamnya sendiri
daripada membicarakannya dengan
keluarga.
b) Klien mengatakan komunikasi dengan
suaminya kurang karena suaminya terkesan
cuek dengan dirinya dan anak-anak.
c) Klien mengatakan tidurnya berkurang
selama berada di rumah sakit.
d) Klien mengatakan saudara-saudaranya
tinggal jauh dan jarang berkomunikasi.
Data objektif:
a) Klien tampak lesu, kadang tampak kurang
bersemangat.
b) Nafsu makan klien berkurang.
c) Klien tampak murung, melamun dan
terdiam.
d) Klien lebih banyak menghabiskan
aktivitasnya di tempat tidur.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Lampiran 2

RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANSIETAS

Diagnosis Rencana Tindakan keperawatan Rasional


Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Ansietas TUK :
sedang-berat 1. Klien dapat Klien menunjukkan Bina hubungan saling percaya : Hubungan saling percaya
TUM : menjalin dan tanda-tanda percaya 1.1. Beri salam setiap interaksi merupakan dasar
Setelah mempertahankan terhadap perawat 1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dari terjadinya komunikasi
dilakukan hubungan saling Wajah cerah, dan tujuan perawat berkenalan teraupetik
tindakan percaya tersenyum 1.3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien sehingga akan memfasilitasi
keperawatan, Mau berkenalan 1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji dalam
klien mampu Ada kontak mata setiap berinteraksi dengan klien pengungkapan perasaan, emosi,
mengatasi Bersedia 1.5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dan harapan klien
masalah menceritakan dihadapi klien
ansietas yang perasaannya 1.6. Buat kontrak interaksi yang jelas
dialaminya. 1.7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
1.8. Penuhi kebutuhan dasar klien

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


2. Klien dapat Klien mengungkapkan 2.1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif Dengan mengenal ansietasnya,
mengenal perasaan ansietas, 2.2. Beri waktu yang cukup pada klien untuk klien akan lebih kooperatif
ansietasnya penyebab ansietas, dan berespons terhadap tindakan keperawatan.
perilaku akibat ansietas 2.3. diskusikan tentang perasaan klien saat sedang Menyamakan persepsi bahwa
menghadapi masalah atau tekanan. ansietas terjadi pada klien.
2.4. Beri dukungan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya
2.5. Identifikasi situasi yang membuat klien
ansietas
2.6. Bersama klien identifikasi penyebab ansietas
2.7. Bersama klien identifikasi perilaku akibat
ansietas
2.8. Beri reinforcement positif
2.9. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya.

3. Klien dapat Klien mampu 3.1. Ajarkan klien teknik relaksasi : pengalihan Di dapatkannya cara lain yang
menggunakan mendemonstrasikan situasi sehat yang akan membantu klien
teknik cara mengatasi ansietas 3.2. Ajarkan Klien teknik relaksasi untuk untuk mencari cara yang adaptif

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


mengurangi secara positif meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri dalam mengurangi atau
ansietas secara 3.2. Dorong klien untuk menggunakan relaksasi menghilangkan ansietasnya
positif dalam menurunkan tingkat ansietas.

4. Klien dapat Keluarga mampu 4.1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga Dukungan keluarga, mendukung
dukungan merawat anggota 4.2. Jelaskan proses tejadi, tanda gejala, proses perubahan perilaku
keluarga untuk keluarga dengan penyebab ansietas pada anggota keluarga ansietas klien.
mengatasi ansietas dengan latihan 4.3. Ajarkan cara merawat anggota keluarga Untuk meningkatkan motivasi
ansietas yang relaksasi. dengan latihan relaksasi klien dalam menghilangkan
dialaminya. 4.4. Diskusikan tanda-tanda anggota keluarga ansietasnya. Untuk memberikan
harus dirujuk pengetahuan kepada keluarga
4.5. Beri reinforcement positif sehingga keluarga dapat
memahami cara yang tepat dalam
menangani klien dan pentingnya
perhatian keluarga.
Agar keluarga dapat merawat
klien di rumah secara mandiri.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Implementasi Evaluasi


Tanggal
Senin/ 27 Mei Kondisi Klien S:
2013 Ny. S (44 tahun) datang ke RSMM dengan keluhan nyeri perut klien mengatakan senang setelah mengobrol/
bagian bawah kanan yang sudah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. berdiskusi dengan perawat dan setelah berlatih
Nyeri hilang timbul, demam (+), mual (+), muntah (+), diare (-). teknik relaksasi tarik napas dalam bersama.
Diagnosis medis klien mengalami appendiksitis. Klien memiliki Klien mengatakan pikirannya sekarang sudah mulai
riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Klien suka tenang
mengkonsumsi makanan yang asin dan gorengan. Klien Klien mengatakan nyeri masih ada.
mengatakan banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi
yang akan dilakukan karena ini merupakan operasi pertamanya, O:
masalah anak-anaknya yang saat ini berada di rumah, dan Kontak mata (+), klien kooperatif
komunikasi yang kurang terjalin dengan baik antara klien dengan Keadaan umum sedang, kesadaran: compos mentis.
suaminya. TD 140/90 mmHg, N 88 x/menit, S 36,5C, RR 20
x/menit
Pengkajian: Mukosa mulut tampak kering
DS : Skor tingkat kecemasan (Hamilton Anxiety Rating
Klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul Scale) adalah 26 (ansietas sedang)
Klien mengatakan banyak sekali hal yang dicemaskan A:
mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini Nyeri belum teratasi
merupakan operasi pertamanya, masalah anak-anaknya Ansietas teratasi sebagian.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


yang saat ini berada di rumah, dan komunikasi yang
kurang terjalin dengan baik antara klien dengan suaminya. P:
Klien mengatakan jika ada masalah jarang Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara
dikomunikasikan bersama suami. mandiri
Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara
DO: teratur.
Nyeri skala 6, hilang timbul, menyebar di daerah perut,
nyeri tak tertahankan.
TD 140/90 mmHg, N 88 x/menit, S 36,5C, RR 20 x/menit
Mukosa mulut tampak kering

Masalah Keperawatan
a. Nyeri
b. Ansietas

Implementasi :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya
c. Mendiskusikan bersama pasien situasi yang menimbulkan
ansietas.
d. Membantu pasien mengenal penyebab ansietasnya
e. Membantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.
f. Mengajarkan pasien berlatih teknik relaksasi tarik napas
dalam.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


g. Mengkaji tingkat ansietas pasien dengan menggunakan
kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale.

Rencana Tindak Lanjut :


- Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi
tarik napas dalam
- Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam secara mandiri
dan teratur
- Motivasi makan dan minum secara adekuat
- Ajarkan distraksi
- Rencana operasi tanggal 29 Mei 2013, puasakan 6 jam
sebelum operasi, terapi pre op: ceftriaxone 2 gr, ranitidine 1
ampul, ketorolac 1 ampul, metronidazole 500 mg drip.

Selasa/ 28 Mei Kondisi Klien S:


2013 Klien mengatakan masih terasa nyeri di perut kanan - Klien mengatkan perasaan cemas dan was-wasnya
bawahnya.terutama tadi setelah dilakukan pemeriksaan dengan sudah mulai berkurang setelah berdiskusi dan berlatih
ditekuk kakinya. Saat ini nyeri terasasakit sekali. Klien terlihat bersama perawat.
berlatih tarik napas dalam secara mandiri untuk mengurangi nyeri - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik
yang terjadi. Klien tampak meringis dan menangis, mukosa bibir relaksasi tarik napas dalam secara mandiri.
kering. Klien mengatkan cemas akan operasi yang akan - Klien mengatakn nyeri mulai berkurang
dilakukannya. Jika ada masalah, klien mengatakan lebih banyak O:
memendam masalah itu sendirian daripada berbagi dengan - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
suaminya. - TD 130/100 mmHg, N 90 x/menit, S 36C, RR 21

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


x/menit
Pengkajian: - Kontak mata (+), klien kooperatif
DS : - Makan dan minum mulai dihabiskan
Klien mengatakan nyeri sekali pada perut kanan bawahnya. - TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik.
Klien mengatakan jika ada masalah jarang A:
dikomunikasikan bersama suami. - Nyeri berkurang
Klien mengatakan latihan tarik napas dalam sudah - Ansietas teratasi sebagian
dipraktekkan secara mandiri. - Koping individu tidak efektif teratasi sebagian
Klien mengatakn cemas akan operasinya. P:
- Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara
DO: mandiri
Wajah meringis, tampak menahan sakit - Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara
TD 130/100 mmHg, N 90 x/menit, S 36C, RR 21 x/menit teratur.
Mukosa mulut tampak kering - Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang
Makan hanya dihabiskan setengah porsi lain.
TND sudah mampu dilakukan dengan baik. - Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif

Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Koping individu tidak efektif
c. Nyeri

Implementasi :
a. Mengkaji strategi koping yang digunakan oleh klien

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya.
c. Motivasi untuk melakukan evaluasi dari perilakunya sendiri
d. Mengajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti bicara
dengan orang lain.
e. Mengevaluasi teknik relaksai tarik napas dalam yang sudah
dilakukan.
f. Berlatih dan berdiskusi dengan klien tentang distraksi :
mengobrol bersama orang lain.
g. Memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi.

Rencana Tindak Lanjut :


- Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi
tarik napas dalam dan distraksi
- Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi :
mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur
- Motivasi makan dan minum secara adekuat
- Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif
- Persiapkan operasi besok
- Evaluasi pengetahuan klien terkait persiapan operasi
- Rencana operasi tanggal 29 Mei 2013, puasakan 6 jam
sebelum operasi, terapi pre op: ceftriaxone 2 gr, ranitidine 1
ampul, ketorolac 1 ampul, metronidazole 500 mg drip.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Rabu/ 29 Mei Kondisi Klien S:
2013 Keadaan pre operasi: klien mengatakan takut dan deg-degan - Klien mengatkan perasaan cemas dan was-wasnya
akan dioperasi. Nyeri masih terasa dan hilang timbul. Klien sudah mulai berkurang setelah berdiskusi dan berlatih
mengatakn tidurnya semalam kurang nyenyak. Tampak wajah bersama perawat.
klien tegang, meringis menahan nyeri. - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik
Keadaan post operasi: klien masih terlihat lemah. Klien relaksasi tarik napas dalam secara mandiri.
mengatakan nyeri di luka operasi tidak ada, kaki baal. Tampak - Klien mengatakn nyeri setelah operasi belum muncul.
balutan verban di luka post operasi. - Klien mengatkan saat ini sudah tidak mual dan
muntah.
Pengkajian: O:
DS : - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
Klien mengatakan deg-degan ketika akan dioperasi - TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36C, RR 20
Klien mengatakan nyeri di luka operasi tidak ada, kaki x/menit
baal. - Kontak mata (+), klien kooperatif
- TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik.
DO: - Post op app, tampak luka post operasi.
Wajah meringis, tampak menahan sakit, wajah tegang - DC (+), produksi (+)
TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36C, RR 20 x/menit A:
Mukosa mulut tampak kering - Nyeri belum teratasi
Kaki baal terlihat lemah - Ansietas teratasi sebagian
Tampak balutan verban di luka bekas post operasi. - Koping individu tidak efektif teratasi sebagian
TND sudah mampu dilakukan dengan baik. - Risiko infeksi belum teratasi.
P:
- Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Masalah Keperawatan mandiri
- Ansietas - Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara
- Koping individu tidak efektif teratur.
- Nyeri - Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang
- Risiko tinggi infeksi lain.
- Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif.
Implementasi : - Menganjurkan untuk bedrest sampai jam 12.00 esok
a. Mempertahankan rasa percaya klien hari.
b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. - Menganjurkan untuk berpuasa sampai flatus.
c. Menevaluasi alternatif koping yang konstruktif seperti bicara
dengan orang lain.
d. Mengevaluasi teknik relaksai tarik napas dalam yang sudah
dilakukan.
e. Mengevaluasi pengetahuan klien terkait persiapan operasi.
f. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan di area luka
post operasi.

Rencana Tindak Lanjut :


- Anjurkan untuk melakukan bedrest sampai dengan besok jam
12.00
- Anjurkan untuk berpuasa sampai flatus, BU (+)
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka post operasi
- Lakukan pergantian balutan setiap hari
- Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


tarik napas dalam dan distraksi
- Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi :
mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur
- Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif
- Anjurkan untuk makan dan minum bertahap
- Observasi adanya perdarahan
- Ajarkan teknik relaksasi: hypnosis 5 jari.
Kamis/ 30 Mei Kondisi Klien S:
2013 Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan. Semalam tidak - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik
bisa tidur karena nyeri pada luka post operasinya. Saat ini nyeri relaksasi tarik napas dalam secara mandiri dan teratur.
sudah mulai berkurang. Ketika ditawarkan untuk berlatih teknik - Klien mengatakan nyeri di luka bekas operasi hilang
relaksasi hypnosis 5 jari klien menolak. Klien tampak tenang, timbul.
kontak mata (+), mukosa bibir lembab. - Klien mengatakan sudah bisa untuk miring kanan dan
miring kiri
Pengkajian: - Klien mengatakan tadi sudah sempat untuk tidur
DS : selama 2 jam.
Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan, semalam O:
tidak bisa tidur karena nyeri. - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
Klien mengatakan sudah berlatih teknik relaksasi tarik - TD 130/80 mmHg, N 84 x/menit, S 36,5C, RR 20
napas dalam dan distraksi dengan mengobrol bersama x/menit
orang lain. - Kontak mata (+), klien kooperatif
Klien mengatakan saat ini sudah mulai berkomunikasi - TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik.
dengan baik bersama suami dan anak-anaknya. - Post op app, tampak luka post operasi.
Klien mengatakan saat ini perasaannya senang dan - DC (+), produksi (+)

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


berkurang rasa cemasnya. A:
- Nyeri belum teratasi
DO: - Risiko infeksi belum teratasi.
Wajah meringis, tampak menahan saki. - Gangguan pola tidur teratasi sebagian.
Mukosa bibir lembab. P:
Kontak mata (+), klien kooperatif. - Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara
Tampak balutan verban di luka bekas post operasi. mandiri
TND sudah mampu dilakukan dengan baik. - Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara
teratur.
- Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang
Masalah Keperawatan lain.
- Nyeri - Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif.
- Risiko tinggi infeksi - Mobilisasi bertahap.
- Gangguan pola tidur

Implementasi :
a. Mempertahankan rasa percaya klien
b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya.
c. Mengevaluasi alternatif koping yang konstruktif seperti bicara
dengan orang lain.
d. Mengevaluasi teknik relaksasi tarik napas dalam yang sudah
dilakukan.
e. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap
f. Memberikan terapi injeksi.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


g. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan di area luka
post operasi.

Rencana Tindak Lanjut :


- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka post operasi
- Lakukan pergantian balutan setiap hari
- Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi
tarik napas dalam dan distraksi
- Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi :
mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur
- Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif
- Anjurkan untuk makan dan minum bertahap
- Observasi adanya perdarahan
- Ajarkan teknik relaksasi: hypnosis 5 jari.
Jumat/ 31 Mei Kondisi Klien S:
2013 Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan. Semalam klien - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik
sudah mampu untuk tidur. Nyeri di luka sesekali datang dan tidak relaksasi tarik napas dalam secara mandiri dan teratur.
sering. Makan dan minum klien dihabiskan. Komunikasi klien dan - Klien mengatakan nyeri di luka bekas operasi hilang
keluarga tampak lebih baik. Klien mengatakan sangat senang dan timbul.
lega akhirnya diizinkan untuk pulang. - Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan, dan
semalam sudah bisa tidur.
Pengkajian: - Klien mengatakan sangat senang dan lega akhirnya
DS : diizinkan untuk pulang.
Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan, dan - Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga mulai

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


semalam sudah bisa tidur. lebih baik, suami mulai berkurang rasa cueknya.
Klien mengatakan nyeri di luka kadang-kadang. O:
Klien mengatakan sangat senang dan lega akhirnya - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
diizinkan untuk pulang. - TD 110/70 mmHg, N 78 x/menit, S 36C, RR 20
Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga mulai lebih x/menit
baik, suami mulai berkurang rasa cueknya. - Kontak mata (+), klien kooperatif
- TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik.
DO: - Luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi (tidak
Makan dan minum klien dihabiskan ada kemerahan, pus, dan jahitan terlihat bagus)
Mukosa bibir lembab. - Skor tingkat kecemasan (Hamilton Anxiety Rating
Kontak mata (+), klien kooperatif. Scale) adalah 7 (ansietas ringan).
Tampak balutan verban di luka bekas post operasi. A:
TND sudah mampu dilakukan dengan baik. - Nyeri teratasi
- Risiko infeksi teratasi.
- Ansietas teratasi.
Masalah Keperawatan - Koping individu tidak efektif teratasi.
- Nyeri P:
- Risiko tinggi infeksi - Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara
- Risiko koping individu tidak efektif. mandiri
- Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang
Implementasi : lain secara mandiri di rumah.
a. Mempertahankan rasa percaya klien - Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif
b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. di rumah.
c. Mengevaluasi alternatif koping yang konstruktif seperti bicara - Menjaga kebersihan area luka.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


dengan orang lain. - Kontrol hari senin, 3 Juni 2013.
d. Mengevaluasi teknik relaksasi tarik napas dalam yang sudah
dilakukan.
e. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap
f. Memberikan terapi injeksi.
g. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan di area luka
post operasi.
h. Memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan pulang.

Rencana Tindak Lanjut :


- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka post operasi
- Lakukan pergantian balutan saat kontrol ulang.
- Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi
tarik napas dalam dan distraksi
- Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi :
mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur
- Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif
- Anjurkan untuk makan dan minum bertahap
- Observasi adanya perdarahan.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Lampiran 4

KUESIONER TINGKAT KECEMASAN

(HAMILTON ANXIETY RATING SCALE - HARS)

A. Petunjuk penilaian
1. Penilaian dilakukan oleh peneliti atau kolektor data melalui wawancara.
2. Penilaian dengan cara memberikan tanda check list ( ) pada kolom penilaian
yang tersedia di sebelah kanan sesuai dengan kondisi responden.
3. Peneliti atau kolektor data dalam melakukan wawancara sesuai dengan
panduan.

B. Komponen penilaian
1. Perasaan cemas
Masa depan tidak jelas
Ada rasa khawatir
Ada rasa kegelisahan
Ada rasa ketakutan
Penilaian :
0 Tidak ada gejala kecemasan
1 Ragu-ragu
2 Ada kecemasan dan sulit untuk dikontrol
3 Kecemasan lebih sulit dikontrol
4 Perasaan cemas dan takut ada dan sering mempengaruhi ADL

2. Ketegangan
Tidak dapat rileks atau santai
Mudah gugup
Merasa tegang pada tubuh
Gemetar
Perasaan gelisah
Penilaian :
0 Tidak ada gejala ketegangan
1 Kadang-kadang gugup dan tegang
2 Tidak dapat rileks dan istirahat serta kesulitan untuk
mengontrol tetapi tidak mempengaruhi ADL
3 Rasa gugup dan tidak istirahat sering terjadi serta
mempengaruhi ADL
4 Ada ketegangan dan tidak bisa istirahat serta mempengaruhi
ADL sepanjang hari

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


3. Ketakutan
Takut kerumunan banyak orang
Takut binatang
Takut keramaian lalu lintas
Takut sendirian
Takut pada orang yang tidak dikenal
Takut kegelapan
Penilaian :
0 Tidak ada
1 Ragu-ragu
2 Ada pengalaman takut tapi dapat mengontrolnya
3 Kesulitan mengontrol sehingga kadang mempengaruhi ADL
4 Ketakutan jelas mempengaruhi ADL

4. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur
Mudah terbangun
Tidur tidak pulas
Mimpi buruk
Mimpi mendapat ancaman
Penilaian :
0 Tidak ada gejala (tidur pulas)
1 Lama tidur kadang menurun
2 Tidur pulas menurun, kadang terbangun
3 Lama tidur dan kedalaman berubah
4 Klien sering terbangun ketika tidur

5. Gangguan kecerdasan
Sulit untuk konsentrasi
Sulit untuk membuat keputusan
Daya ingat buruk
Penilaian :
0 Tidak ada kesulitan konsentrasi
1 Ragu-ragu
2 Kadang kesulitan untuk konsentrasi
3 Kesulitan konsentrasi, mengingat dan memutuskan seperti
membaca artikel atau melihat TV
4 Selama wawancara kesulitan konsentrasi, mengingat atau
memutuskan

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


6. Perasaan tertekan (depresi)
Sedih dalam komunikasi verbal dan non verbal
Tidak berdaya
Tidak semangat
Tidak punya harapan
Penilaian :
0 Tidak ada
1 Ragu-ragu
2 Ada kejadian yang jelas dan tidak menyenangkan
3 Menunjukkan tanda non verbal depresi atau tidak semangat
4 Menunjukkan kesedihan, tak berdaya dan tidak dapat dialihkan

7. Keluhan somatik (otot)


Kelemahan otot
Kaku otot
Nyeri otot
Nyeri menyebar
Peningkatan ketegangan otot
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Kadang-kadang kaku atau nyeri
2 Ada gejala nyeri
3 Nyeri otot mempengaruhi ADL
4 Nyeri sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

8. Keluhan somatik (sensori)


Telinga berdenging
Penglihatan kabur
Muka pucat
Perasaan badan ditusuk-tusuk
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Ragu-ragu
2 Ada perasaan tekanan di mata, gangguan penglihatan dan gatal
di kulit
3 Ada gejala sensori dan mempengaruhi ADL
4 Gejala sensori sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

9. Gejala jantung dan pembuluh darah


Denyut nadi cepat
Berdebar-debar
Rasa tertindih di dada
Nyeri dada

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Pembuluh darah berdenyut
Rasa lemah seperti mau pingsan
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Ragu-ragu
2 Gangguan jantung ada tapi dapat dikontrol
3 Gangguan jantung sulit dikontrol dan mempengaruhi ADL
4 Gangguan jantung sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

10. Gejala pernapasan


Pernapasan tercekik
Rasa tertekan di dada
Napas pendek/ sesak
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Ragu-ragu
2 Ada gejala pernapasan tapi dapat dikontrol
3 Kesulitan mengontrol dan mempengaruhi ADL
4 Gejala pernapasan sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

11. Gejala pencernaan


Sulit menelan
Nyeri perut
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh
Mual atau muntah
Diare
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Ragu-ragu
2 Ada gejala 1 atau lebih tetapi dapat dikontrol
3 Kesulitan untuk mengontrol gejala dan mempengaruhi ADL
4 Gejala sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

12. Gejala genitourinaria


Sering kencing
Menstruasi yang tidak teratur
Tidak orgasme
Ejakulasi dini
Tidak dapat ereksi (impoten)
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Ragu-ragu

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


2 Ada gejala 1 atau lebih tetapi tidak mempengaruhi ADL
3 Ada gejala 1 atau lebih dan mempengaruhi ADL
4 Gejala sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

13. Gejala gangguan saraf (otonom)


Mulut kering
Pucat
Mudah berkeringat
Perasaan pusing
Penilaian :
0 Tidak ada gejala
1 Ragu-ragu
2 Ada gejala 1 atau lebih tetapi tidak mempengaruhi ADL
3 Ada gejala 1 atau lebih dan mempengaruhi ADL
4 Gejala sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL

14. Perilaku selama wawancara


Tegang
Gugup
Gelisah
Gemetar
Muka pucat
Nafas dalam
Berkeringat
Penilaian :
0 Tidak ada rasa khawatir
1 Kadang-kadang
2 Kekhawatiran cukup
3 Kekhawatiran yang nyata
4 Kekhawatiran yang sangat nyata, contoh gemetar

Total Nilai :
Penilaian terhadap kecemasan:
Nilai < 17 : kecemasan ringan
18 24 : kecemasan ringan - sedang
25 30 : kecemasan sedang- berat

Sumber kuesioner:
Hamarno, R. (2010). Kuesioner tingkat kecemasan (Hamilton anxiety rating
scale). Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak
dipublikasikan.

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013


Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ollyvia Freeska Dwi Marta


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Blitar, 9 Maret 1989
Agama : Islam
Alamat : Dusun Gading Desa Selopuro
RT: 03 RW: 08 Nomor 62
Kecamatan Selopuro
Kabupaten Blitar Jawa Timur
Email : ollyvia.freeska@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

No. Pendidikan Tahun


1 FIK UI Program Studi Profesi Ners 2012-2013
2 FIK UI Program Studi Ilmu Keperawatan 2008-2012
3 SMA Negeri 1 Talun 2005-2008
4 MTs Negeri Jambewangi 2002-2005
5 MI Islam Gading 1996-2002
6 TK Al-Hidayah Gading 1995-1996

Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013

You might also like