You are on page 1of 36

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPALUS

Thursday, November 13, 2008 Posted by pri'e


Labels: ASUHAN KEPERAWATAN

HIDROCEPALUS

A. Defenisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.

Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial


menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor.

Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial.

3 (Tiga) bentuk umum hydrocephalus :

a. Hidrocephalus Non komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah


bersikulasinya CSF.

Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan
dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari
lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.

Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada
system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular.

Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak anak
dibawah usia 12 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai
ekstrim, tanda tanda dan gejala gejala kenaikan ICP dapat dikenali.
Pada anak anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat
pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid
untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda
dan gejala gejala peningkatan ICP)

c. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi


jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral.

Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala gejala dan tanda tanda


lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau
thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 70
tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

B. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis


a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian
CSF di perbaharui setiap 8 jam.

Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit.


CSF di bentuk oleh PPA;

1). Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)


2). Parenchym otak

3). Arachnoid

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat


pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel
lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui
aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha
CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari
foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam
rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra
tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri.

Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi


arachnoid.

C. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan
merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan
tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang
bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray
matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang
tiba tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.
Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura
kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang


pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.

D. Etiologi dan Patologi


Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan
CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistim
ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada
lintasan yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan
luschka ) pada ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut :
Noncomunicating (Internal Hidricephalus)

Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III dan IV
yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor sehingga CSF tidak
dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara
normal akan diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel
lateral dan ke III membesar dan terjadi kenaikan ICP.
Type lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal Hidrocephalus)
dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang subarahcnoid tidak terhalangi,
ini mungkin disebabkan karena kesalahan absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type
hidrocephalus terlihat bersama sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.

E. Tanda dan Gejala


Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior posterior diatas proporsi ukuran
wajah dan bandan bayi.

Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar
dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.

Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.

Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang


terpisah pisah dan pelebaran vontanela.

Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat


menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada
ruangan Occuptional.

Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup
maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

F. Diagnosis
CT Scan

Sistenogram radioisotop dengan scan .


G. Perlakuan
Prosedur pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular, ventrikuloperitoneal)
shunt

Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan kedalam


ventrikel lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan kedalasm ujung
terminal tube pada vena jugular atau peritonium diaman akan terjadi
absorbsi kelebihan CSF.

H. Penatalaksanaan Perawatan Khusus


Hal hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post operatif dan
penilaian neurologis adalah sebagai berikut :

1) Post Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.

2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak
pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.

3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.

4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.

5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya
adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda
yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.

Hidrocephalus pada Anak atau Bayi

Pembagian :

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) ;

1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan,
sehingga ;

- Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil

- Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan


intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Di dapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi


kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital denga di dapat
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya..

Penyebab sumbatan ;

Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak anak ;

1. Kelainan kongenital

2. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi


pelebaran ventrikel pada masa akut ( misal ; Meningitis )

3. Neoplasma

4. Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi
dalam dua bagianyaitu :
1. Hidrosefalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat


aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.

2. Hidrosefalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga


menghambat aliran bebas dari CSF.

Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada


sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.

Manifestasi klinis

1. Bayi ;

- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi


tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

- Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial;

Muntah

Gelisah

Menangis dengan suara ringgi

Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,


peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi
stupor.

- Peningkatan tonus otot ekstrimitas


- Tanda tanda fisik lainnya ;

Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh


pembuluh darah terlihat jelas.

Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah
olah di atas iris.

Bayi tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes

Strabismus, nystagmus, atropi optik.

Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

2. Anak yang telah menutup suturanya ;

Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial :

- Nyeri kepala

- Muntah

- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10


tahun.

- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

- Strabismus

- Perubahan pupil.

1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese

1) Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.

2) Riwayat Perkembangan

Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis


keras atau tidak.

Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.

Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

Keluhan sakit perut.

1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

Anak dapat melioha keatas atau tidak.

Pembesaran kepala.

Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

2) Palpasi

Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela


tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata
Akomodasi.

Gerakan bola mata.

Luas lapang pandang

Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.

Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

1.3 Observasi Tanda tanda vital

Didapatkan data data sebagai berikut :

Peningkatan sistole tekanan darah.

Penurunan nadi / Bradicardia.

Peningkatan frekwensi pernapasan.

1.4 Diagnosa Klinis :

Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )

Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi Crakedpot


(Mercewens Sign)

Opthalmoscopy : Edema Pupil.

CT Scan Memperlihatkan (non invasive) type hidrocephalus dengan


nalisisi komputer.

Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

2.1 Pre Operatif

1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan


intrakranial .

Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar

Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang

Intervensi :

Jelaskan Penyebab nyeri.

Atur posisi Klien

Ajarkan tekhnik relaksasi

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik

Persapiapan operasi

2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami
operasi.

Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.

Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.

Intervensi :

Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat


anaknya.
Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya
menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.

Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan


jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.

3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang
diserta muntah.

Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.

Intervensi :

Kaji tanda tanda kekurangan cairan

Monitor Intake dan out put

Berikan therapi cairan secara intavena.

Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.

Monitor tanda tanda vital.

2.2 Post Operatif.

1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang
dilakukan shunt.

Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.

Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang

Intervensi :
Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.

Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka
pemompaan dilakukan perlahan lahan dengan interval yang telah
ditentukan.

Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan


shunt.

Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan


shunt.

Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka


(Pucat, dingin, berkeringat)

Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.

2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.

Intervensi :

Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.

Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang
cukup untuk menelan.

Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau


bauan yang tidak enak.

Monitor therapi secara intravena.


Timbang berta badan bila mungkin.

Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)

Berikan makanan ringan diantara waktu makan.

3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui


shunt.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.

Intervensi :

Monitor terhadap tanda tanda infeksi.

Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan

Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.

Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.

4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan


dengan imobilisasi.

Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.

Intervensi :

Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.

Obsevasi terhadap tanda tanda kerusakan integritas kulit dan


kontrkatur.

Jasgalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.

Berikan latihan secara pasif dan perlahan laha


http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-
hidrocepalus.htmlhttp://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-
hidrocepalus.html
ASKEP PADA ANAK DENGAN MENINGITIS
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


HIDROCHEPHALUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN HIDROSEFALUS

I. Defenisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial. 3
(Tiga) bentuk umum hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi
lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau
pada anak anak dibawah usia 12 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi
mencapai ekstrim, tanda tanda dan gejala gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada
anak anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis
sutura dan pembesaran kepala.
b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus
arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala gejala peningkatan ICP)
c. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala
gejala dan tanda tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.
Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis,
mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 70 tahun) ada kemingkinan
ditemukan hubungan tersebut.
II. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis
a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam.
Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di
bentuk oleh PPA;
1). Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2). Parenchym otak
3). Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju
ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan
cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.
Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju
cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri.
Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

III. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel
serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita
yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan.
Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan
tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang
menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi
jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan
fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein
dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel
cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada
hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 8
jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
IV. Etiologi dan Patologi
Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan CSF
pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistim ventrikuler.
Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan yang
sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan luschka ) pada
ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal
Hidricephalus)
Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III dan IV yang
diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor sehingga CSF tidak dapat
bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara normal akan
diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III
membesar dan terjadi kenaikan ICP.
Type lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal Hidrocephalus) dmana
sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang subarahcnoid tidak terhalangi, ini
mungkin disebabkan karena kesalahan absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type
hidrocephalus terlihat bersama sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.
V. Tanda dan Gejala
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah
pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada
ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka
akan terjadi retardasi mental dan fisik.
VI. Diagnosis
CT Scan
Sistenogram radioisotop dengan scan .
VII. Perlakuan
Prosedur pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular, ventrikuloperitoneal) shunt
Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan kedalam ventrikel
lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan kedalasm ujung terminal tube pada vena
jugular atau peritonium diaman akan terjadi absorbsi kelebihan CSF.
VIII. Penatalaksanaan Perawatan Khusus
Hal hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post operatif dan
penilaian neurologis adalah sebagai berikut :
1) Post Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.
2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak pada
tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.
3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.
4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.
5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya
adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda yang
teramati dapat berupa peningkatan ICP.
Hidrocephalus pada Anak atau Bayi
Pembagian :
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) ;
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
- Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
- Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu
oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus
kongenital denga di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan
kemungkinan prognosanya..
Penyebab sumbatan ;
Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak anak ;
1. Kelainan kongenital
2. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran
ventrikel pada masa akut ( misal ; Meningitis )
3. Neoplasma
4. Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagianyaitu :
1. Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
2. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSF.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal
sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Manifestasi klinis
1. Bayi ;
- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras,
sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
- Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial;
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan
tidak teratur, perubahan pupil, lethargi stupor.
- Peningkatan tonus otot ekstrimitas
- Tanda tanda fisik lainnya ;
Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh pembuluh darah terlihat jelas.
Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah olah di atas iris.
Bayi tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes
Strabismus, nystagmus, atropi optik.
Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2. Anak yang telah menutup suturanya ;
Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- Nyeri kepala
- Muntah
- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
- Strabismus
- Perubahan pupil.
1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.

1.2 Pemeriksaan Fisik


1) Inspeksi :
Anak dapat melioha keatas atau tidak.
Pembesaran kepala.
Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar. Fontanela : Keterlamabatan
penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
Akomodasi.
Gerakan bola mata.
Luas lapang pandang
Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

1.3 Observasi Tanda tanda vital


Didapatkan data data sebagai berikut :
Peningkatan sistole tekanan darah.
Penurunan nadi / Bradicardia.
Peningkatan frekwensi pernapasan.
1.4 Diagnosa Klinis :
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi Crakedpot (Mercewens
Sign)
Opthalmoscopy : Edema Pupil.
CT Scan Memperlihatkan (non invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi
komputer.
Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1 Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan
intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
Jelaskan Penyebab nyeri.
Atur posisi Klien
Ajarkan tekhnik relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
Persapiapan operasi

2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami
operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi
otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan
benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang
diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
Kaji tanda tanda kekurangan cairan
Monitor Intake dan out put
Berikan therapi cairan secara intavena.
Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.
Monitor tanda tanda vital.
2.2 Post Operatif.
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan
shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut. Aspirasi shunt (Posisi semi
fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan lahan
dengan interval yang telah ditentukan.
Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin,
berkeringat)
Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya
2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk
menelan.
Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau bauan yang tidak
enak.
Monitor therapi secara intravena.
Timbang berta badan bila mungkin.
Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
Berikan makanan ringan diantara waktu makan
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
Monitor terhadap tanda tanda infeksi.
Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.
4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
Obsevasi terhadap tanda tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
Berikan latihan secara pasif dan perlahan lahan.

Diposkan oleh nining di 00:50

http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/12/askep-dengan-hidrosefalus.html

http://kusuma.blog.friendster.com/2009/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-
hidrochephalus/
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES
MELITUS

1. Pengertian

Diabetes melitus adalah gejala-gejala atau sindrom yang disebabkan oleh


ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.(M.black 1997).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol, yang dikarekteristikkan dengan hiperglikemi karena defisiensi
insulin.(Barbara Engram,1996).

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia.(Suzanne C, Smeltzer, 1997).

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya kadar gula
didalam sel yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan
kebutuhan tubuh.(Polaski,1996).

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus adalah
suatu penyakit atau sindroma yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai
insulin dengan kebutuhan tubuh.

2. Patofisiologi

a. Etiologi

1) Kelainan fungsi dan jumlah sel beta

Kelainan disini dimana fungsi dan jumlah sel beta yang menurun sehingga
insulin tidak dapat diproduksi secara optimal.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi diet, obesitas, kehamilan.

3) Herediter

b. Manifestasi Klinik

Gejala utama yang sering dijumpai pada diabetes melitus adalah :


1) Poliuri

2) Polidipsi

3) Badan terasa lemas.

4) Penurunan berat badan

5) Baal dan kesemutan pada ekstemitas bawah

6) Gatal-gatal

7) Luka yang sukar sembuh

8) Pandangan kabur

9) Impotensi dan asidosis metabolik

c. Proses Penyakit

Proses perjalanan penyakit diabetes melitus diawali dengan defisiensi insulin


sehingga fungsi untuk menghantarkan gula darah dari ektra sel ke intra sel menjadi
tidak adekuat. Hal ini menyebabkan sel kelaparan dan menimbulkan rasa lapar
yang berlebihan atau yang disebut dengan polipagi.

Untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh maka hati/hepar akan membakar
lemak (lipolisis) dan protein yang nantinya menghasilkan benda keton
(ketogenesis) didalam darah (ketonemia), bila tidak diatasi akan mengakibatkan
ketosis yang pada akhirnya menimbulkan asidosis metabolik.

Defisiensi insulin juga menimbulkan peningkatan glukosa didalam darah


(hioperglikemi), hal ini menimbulkan kekakuan pada pembuluh darah sehingga
menghambat difusi nutrisi dan oksigen ke sel. Selain itu hiperglikemia juga dapat
menimbulkan glukosuria atau terdapatnya glukosa didalam urine yang dikarenakan
ketidakmampuan daya tampung ginjal sehingga cairan dan elektrolit didalam sel
akan berpindah ke ekstra sel yang pada akhirnya sel mengalami dehidrasi dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrrolit. Paa tahap dehidrasi terjadi
hiperosmolaritas yang akhirnya tubuh memberi respon rasa haus (polidipsi).

a. Klasifikasi

1) Tipe I : IDDM (Insulin Dependend Diabetes Melitus)


IDDM merupakan tipe DM yang tergantung pada insulin karena tidak adanya
produksi insulin di dalam tubuh. Biasanya disebabkan oleh kerusakan
pankreas akibat dari genetik, infeksi dan respon autoimun.

2) Tipe II : NIDDM (Non Insulin Dependend Diabetes Melitus)

NIDDM merupakan tipe DM yang tidak tergantung pada insulin karena tubuh
masih dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang sedikit. Karakteristik
untuk diabetes melitus tipe II adalah biasa disebut dengan Adult diabetes, usia
serangan biasanya setelah usia 30 tahun keatas, tipe serangan atau muncul
gejala tersembunyi, produksi insulin kurang dari normal, normal atau lebih,
insiden sekitar 85 90 %, kemungkinan terjadi ketosis minimal, insulin
diperlukan pada 20 30 % pasien, biasanya karena kegemukan dan herediter,
penatalaksanaan dengan pengaturan diet, olahraga, OHO, dan atau insulin.

b. Komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi pada klien dibetes melitus adalah :

1) Komplikasi akut

a) Hipoglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah <>

b) Hiperglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah > 120 mg/dl, hal ini disebabkan
asupan nutrisi yang berlebihan.

c) Ketoasidosis

Keadaan dimana terjadi peningkatan keasaman tubuh oleh keton.

2) Komplikasi kronik

a) Penyakit makrovaskuler, mempengaruhi pembuluh darah koroner,


vaskularisasi perifer dan sirkulasi serebrovaskuler,misalnya makroangiopati
pada pembuluh darah perifer sehingga bila luka sukar sembuh, hipertensi
akibat peningkatan viskositas dan penurunan elastisitas pembuluh darah.
b) Penyakit mikrovaskuler, mikro angiopati pada mata menyebabkan
retinopathy, pada ginjal menyebabkan nefropathy dan bila berlanjut
menyebabkan gagal ginjal

c) Penyakit neuropati syaraf sensori motorik otonum serta mengakibatkan


timbulnya impotensi , baal atau kesemutan.

3. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama pengobatan adalah untuk menormalkan atau mengontrol kadar gula
didalam darah, meliputi 5 komponen yaitu :

a. Diet

Diet untuk mengotrol berat badan adalah dasar dalam pelaksanaan pengontrolan
gula darah pada penyakit DM.

1) Intake Kalori

Langkah awal dengan menentukan kebutuhan kalori dasar dengan


mempertimbangkan usia, jenis kelamin dan berat badan.

2) Distribusi kalori

Pemberian kalori difokuskan pada jumlah harian dari karbohidrat, protein dan
lemak.

b. Exercise

Latihan fisik dapat mempermudah transportasi glukosa kedalam sel karena kerja
insulin meningkat dan menurunkan kadar gula dalam darah.

c. Monitor kadar gula darah

d. Pengobatan

Pengobatan pada tipe I (IDDM) hanya dengan menambah insulin dari luar karena
tubuh gagal memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Pada tipe II (NIDDM)
dilakukan dengan pemberian obat untuk jangka panjang atau pendek, pengaturan
diet serta pemberian insulin.

e. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda
dan gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.

4. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data sekaligus


sebagai tahap awal dari proses keperawatan. Cara yang digunakan dalam
pengkajian yaitu : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan dan kegemukan

c. Riwayat kesehatan sekarang

1) Subyektif : Keluhan 3 P (polipagi, polidipsi, dan poliuri, riwayat pengobatan,


riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit infeksi pankreatitis), stres, intake
makanan yang berlebihan.

2) Kardiovaskuler : pusing, palpitasi, perubahan tekanan darah dan nadi.

3) Status mental : cemas, takut, gelisah

4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman napas, napas berbau keton.

5) Integumen : perubahan turgor kulit, suhu dan warna kulit

6) Gastrointestinal : polipagi, polidipsi, mual, muntah dan penurunan berat


badan.

7) Metabolik : peningkatan kadar gula darah

8) Perkemihan : poliuri, glukosuria

9) Neuromuskulair : tremor, sakit kepala, lemas, gangguan pengelihatan,


perubahan tingkat kesadaran, kekakuan otot/baal.

10) Status cairan : intake output, turgor kulit, kelembaban mukosa.

11) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah,rasa baal da kesemutan.


d. Tes diagnostik.

1) Serum elektrolit ( Na,k,CL)

2) Glukosa darah meningkat

3) BUN (Blood Ureum Nitrogen) dan creatinin : untuk mengetahui kondisi


ginjal.

4) Ph dan PCO2 : mengetahui adanya diabetik ketoasidosis.

II. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan, diagnosa


yang sering muncul pada pasien dengan diabetes melitus menurut Doengoes 1999
adalah :

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi


insulin, anoreksia.

b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik,


poliuri, intake inadekuat.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

e. Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan


peningkatan kadar glukosa, adanya ulkus.

f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang


informasi.

III. Perencanaan

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


defisiensi insulin, anoreksia.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi


Kriteria hasil : Mual berkuarng, tidak ada muntah, nafsu makan baik, terjadi
peningkatan berat badan, tidak ada polipagi, kojungtiva ananemis, gula darah
dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda hipoglikemi.

Intervensi :

1) Kaji intake makanan yang masuk,

R/ mengetahui keadekuatan intake nutrisi

2) Timbang BB secara rutin,

R/ mengidentifikasi adanya penurunan BB terkait dengan intake nutrisi

3) Monitor kadar gula darah,

R/ mengetahui penurunan atau peningkatan kadar gula darah akibat


penggantian cairan atau terapi insulin

4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, nadi cepat,


sakit kepala, gemetar),

R/ karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi( gula darah akan berkurang,


dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi)

5) Libatkan keluarga dalam memotivasi klien untuk mau makan

R/ meningkatkan rasa keterlibatannya ; memberikan informasi pada keluarga


untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.

6) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dan pemeriksaan gula darah.

R/ anti emetik berfungsi untuk menghilangkan rasa mual.

b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan diuresis osmotik, poliuri, intake inadekuat.

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil : Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, tidak ada poli uri,
polipagi dan polidipsi, tanda-tanda vital dalam batas normal, kebutuhan cairan
terpenuhi, kesadaran komposmentis, serum elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

1) Observasi status cairan,

R/ mengetahui kondisi cairan dalam tubuh dan memperkirakan kekurangan


volume total

2) Observasi tanda- tanda vital tiap 4 jam,

R/ hipovolemik dapat dimanifestasikan dengan hipotensi dan tachicardi

3) Kaji adanya perubahan mental/sensori,

R/ perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau


rendah, elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi cerebral dan
hipoksia

4) Ukur intake dan output

R/ memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan


keefektifan dari terapi yang diberikan

5) Ukur berat badan tiap hari

R/ memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dlam memberikan cairan pengganti.

6) Kaji pengisian kapiler, turgor kulit dan , membran mukosa.

R/ merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang


adekuat.

7) Pantau pemeriksaan lab seperti Ht, Na, Kalium, CL, BUN, creatinin,

R/mengkaji tingkat hidrasi dan adanya kerusakan fungsi ginjal

8) Pertahankan jumlah intake cairan sesuai dengan berat badan.

R/ mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin

Tujuan : Persepsi sensori baik


Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital
dalam batas normal, adanya respon sensori yang baik serta mengenali lingkungan.

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital, kaji ststus mental.

R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang


menigkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

2) Kaji adanya kehilangan sensori kaki seperti kesemutan atau baal,

R/ neuropati perifer dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang berat ,


kehilangan sensasi sentuhan atau distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

3) Kaji lapang pandang klien.

R/ retinopati dapat menggangu pengelihathan yang memerlukan terapi korektif

4) Bantu klien dalam ambulasi,

R/ meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan


dipengaruhi

5) Pantau nilai laboratorium seperti Hb,Ht, Gula darah, creatinin.

R/ Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapadt menurunkan status


mental.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Tidak terdapat kelemahan fisik

Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, Tanda-tanda vital


dalam batas normal, tidak ada kelemahan, dapat melakukan aktivitas secara
mandiri, gula darah dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien

R/ mengetahui kemampuan klien dalam beraktifitas terkait dengan jenis


bantuan yang diberikan
2) Support aktivitas klien secara aktif dan pasif dengan melibatkan keluiarga

R/ Keterlibatan keluarga dalam memotivasi klien dapat membantu klien untuk


meningkatkan rasa percaya diri

3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan seseudah beraktifitas

R/ mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis

4) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan

R/ membantu memandirikan klien

e. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan peningkatan


kadar glukosa.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi, leukosit dalam batas normal.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital

R/ adanya proses infeksi akan berpengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh


dan denyut nadi

2) Kaji tanda- tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya
pus pada luka

R/ adanya tanda infeksi yang terdeteksi lebih dini dapat menghindarkan proses
penyebaran infeksi

3) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif

R/ kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan mikroorganisme

4) Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika dan pemeriksaan laboratorium

R/ penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis


f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien bertambah

Kriteria hasil : Klien dapat mengetahui tentang penyakitnya serta cara


pengobatan dan perawatan, klien dapat berprilaku sehat dan berpartisipasi dalam
pengobatan

Intervensi :

1) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien tentang DM

R/ mengetahui sejauh mana informasi yang telah didapat klien terkait dengan
jenis penyuluhan yang akan diberikan dan metodee penyuluhan

2) Berikan penkes tentang : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut
pengobatan dan diet yang ditentukan

R/ memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit DM dan


ppengaturan diet dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku

3) Libatkan keluarga dalam perawatan klien

R/ Keterlibatan keluarga akan memotivasi klien

4) Tanyakan hal yang belum dimengerti

R/ mengevaluasi hasil penyuluhan

5) Beri reinforcement positif atas jawaban klien yang sesuai

R/ meningkatkan harga diri

I V. Evaluasi

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi


insulin, anoreksia teratasi dengan tidak ditemukannya mual, muntah, polipagi.
b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotik, poliuri teratasi dengan tidak ditemukan
adanya poliuri, tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan, TTV dalam batas normal.

c. Perubahan persepsi sensori teratasi.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi.

e. Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi tidak


terjadi, adanya ulkus.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi teratasi.

Posted by delicious _ DeZ at 5:59 PM

Labels: Asuhan Keperawatan

http://dezlicious.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

You might also like