You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN APENDIKTOMI

Disusun oleh:

Kelompok IV

Arum Kusuma Wardani P27220016 107

Devi Ratna Puspita Sari P27220016 113

Muhammad Ghulam Al Faris P27220016 130

Nurcholis Dwi Utama P27220016 133

Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

JL. Letjend Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127

Telp. (0271) 856929 & Fax (0271) 855388

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
Hidayah-Nya makalah yang kami susun dengan judul Asuhan Keperawatan Perioperatif pada
Pasien Apendiktomi dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam


penyusunan makalah ini dan media yang yang ikut serta berkontibusi dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari apabila makalah yang kami susun ini jauh dari sempurna. Maka dari
itu kami memohon saran serta kritiknya baik dari Bapak/Ibu Dosen maupun teman-teman,
supaya kami dapat merefisi makalah kami sehingga menjadi lebih baik.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat, memberikan tambahan wawasan
bagi teman-teman mahasiswa dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran
kita bersama.

Surakarta, 22 April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................... .3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................4
C. Tujuan .........................................................................................................4

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi ........................................................................................................5
B. Etiologi ........................................................................................................5
C. Patofisiologi ................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis .......................................................................................6
E. Komplikasi ..................................................................................................6
F. Penatalaksanaan Medis ...............................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN


TINDAKAN APENDIKTOMI

A. Kasus ......................................................................................................... 8
B. Asuhan Keperawatan Pre Operatif............................................................ 11
C. Asuhan Keperawatan Intra Operatif ......................................................... 15
D. Asuhan Keperawatan Post Operatif .......................................................... 18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan. .............................................................................................. 14
B. Saran ......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit apendisitis adalah kedaruratan bedah yang paling sering ditemukan
dan dapat terjadi pada usia berapapun. Insidennya 120/100.000 pertahun, dengan pasien
yang terbanyak adalah rentan usia 17-64 tahun yaitu sebesar 82,18% dengan kejadian
yang paling banyak terjadi adalah apendisitis akut tanpa penyulit (simple appendicitis)
54,46%. Rasio insiden appendicitis antara laki-laki dan perempuan 1:1. Kasus
appendicitis akut sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber,
jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat
remaja awal usia 20 tahun, sedangkan pada masa remaja dan dewasa rasionya menjadi
3:2.
Menurut Depkes RI (2002), jumlah pasien yang menderita appendicitis di
Indonesia berjumlah 27% dari jumlah penduduk di Indonesia. Insiden appendicitis yang
lebih tinggi terjadi pada negara maju daripada negara berkembang. Berdasarkan
kejadian diatas maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Perioperatif pada Pasien dengan Tindakan Apendiktomi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pre operatif pada pasien dengan tindakan
apendiktomi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan tindakan
apendiktomi?
3. Bagaimana asuhan keperawatan post operatif pada pasien dengan tindakan
apendiktomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif pada pasien dengan tindakan
apendiktomi.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan tindakan
apendiktomi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan tindakan
apendiktomi.

4
BAB II
PENDAHULUAN

A. Definisi
Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu (apendiks).
Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu
dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya
sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah (Smeltzer, Suzanne C &
Bare, Brenda 2002).
B. Etiologi
Apendisitis merupakan infeksi bakteri. Faktor pencetusnya yaitu sumbatan pada
lumen disebabkan oleh fekalit, hipertrofi limfoid, barium kering, biji atau cacing usus.
Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. Histolytica.
C. Patofisiologi
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
piningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila
sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi appendicitis perforasi. Bila semua
proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah
apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrate apendikularis.

5
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak,
karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah (Mansjoer, Arif, 2000).
D. Manifestasi klinis
Pada kasus apendisitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak di
sekitar umbilikus. Gejala ini umunya berlangsung lebih dari satu atau dua hari. Dalam
beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan disertai oleh anoreksia,
mual, dan muntah. Dapat juga terjadi nyeri tekan di sekitar titik Mc Burney. Kemudian,
dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan
leukositosis sedang. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc
Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi nyeri bila
tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah
terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi
appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan dapat terasa di
daerah lumbal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat
rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa appendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter.
E. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang
dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secara umum terjadi 24
jam setelah nyeri (gejala-gejalanya termasuk demam, penampilan toksik dan nyeri
berlanjut).
F. Penatalaksaan Medis
Menurut Brunner & Suddarth (2000) penatalaksanaan Appendicitis
adalah sebagai berikut :
a. Pembedahan diidikasikan jika terdiagnosa appendicitis; lakukan apendiktomi secepat
mungkin untuk mengurangi resiko perforasi.
Metode insisi abdominal bawah di bawah anestesi umum atau spinal; laparoskopi.
b. Berikan antibiotic dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan.
c. Analgetik dapat diberikan setelah diagnose di tegakkan.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA PASIEN APENDIKTOMI

KASUS

Tanggal 20 Maret 2017 klien A dibawa oleh keluarganya datang ke IGD RS Panti
Waluyo dengan keluhan 3 hari yang lalu mengalami nyeri perut bagian kanan bawah, nyeri
seperti ditusuk-tusuk jarum, pasien meringis kesakitan, mual, muntah,dan nafsu makan
menurun. Di IGD klien diberikan terapi infus Ringer Laktat (RL) 20 tetes per menit,
metronidazole 500 mg/8 jam, ranitidine 50 mg/12 jam, ketorolac 30 mg/8 jam. Di IGD
dilakukan pemeriksaan USG. Kemudian pasien dipindahkan di bangsal Melati no 5 selama 2
hari. Dari hasil USG secara sonografi cenderung adanya gambaran apendisitis akut, kemudian
dokter mendiagnosa klien menderita apendisitis, dokter memutuskan akan melakukan operasi
apendiktomi pada tanggal 22 Maret 2017.

I. PENGKAJIAN

Identitas

1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Perum Puri Angkasa 1 no.4, Gawanan, Colomadu
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status : Kawin
Diagnosa : Apendisitis akut
No. RM : 0259502
Tanggal Masuk : 20 Maret 2017

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 46 Tahun

7
Alamat : Perum Puri Angkasa 1 no.4, Gawanan, Colomadu
Hub. dengan pasien : Istri pasien
Asal pasien : Rawat inap

A. PRE OPERASI
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah.
2. Riwayat penyakit
Pasien mengeluh nyeri dirasakan 3 hari yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum,
pasien meringis kesakitan, mual, muntah,dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat operasi
Pasien belum pernah sakit sampai masuk rumah sakit.
4. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak ada satupun keluarganya yang mengalami penyakit yang
diderita pasien.
5. Jenis operasi : Apendiktomi
6. TTV
1. Suhu : 36,50C
2. Nadi : 95 kali/menit
3. Tekanan darah : 110/80 mmHg
4. RR : 20 kali/menit
7. TB/BB : 165/65 kg
8. Golongan darah :B
Rhesus :+
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/ SPIRITUAL
9. Status emosional : bingung
10. Tingkat kecemasan : cemas
11. Skala cemas : mengungkapkan kerisauan

8
12. Skala nyeri :6

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
0-1 2-3 4-5 6-7 8-9 10
13. Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala : Mesocephal, simetris, rambut bersih
Mata : Simetris, konjungtiva anemis,
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak ada penumpukan sekret
Telinga : Tidak ada serumen fungsi pendengaran baik
Mulut : Gigi bersih, mukosa bibir lembab
Leher :Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada Penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi : -
Abdomen
Inspeksi : tak ada jejas, ada benjolan di area inguinalil dextra
Auskultasi : -
Perkusi : suara tympani
Palpasi : ada benjolan di area inguinal.
Genetalia : belum terpasang DC
Ekstermitas
Atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, tidak ada jejas
Bawah : tak ada jejas, akral hangat

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 14 gr/dl P : 14-18
W : 12-16

9
Eritrosit 5,8 x 103/mm3 P : 4,5-6
W : 3,5-5
Hematokrit 44 P : 40-50
W : 36-47
Trombosit 167 x 103/mm3 150-400

B. INTRA OPERASI
Persiapan Pasien
a. Cairan parenteral : Infus RL 500cc
b. Jenis Anestesi : Regional : Spinal Anestesi
c. Latihan : Pasien sudah diajari teknik nafas dalam
d. Baju operasi : Sudah siap
e. Inform consent : Sudah dilaksanakan
f. Kebersihan colon : Sudah 6-7 jam
g. Persiapan mental : Sudah dilakukan pendekatan terapeutik dan sudah
diajarkan teknik relaksasi
Persiapan pasien di meja operasi
a. Posisi pasien : Supinasi
b. TD : 120/70mmHg
c. Suhu : 36oC
d. N : 80x/ menit
e. RR : 20x/ menit
f. Pemasangan : Bed side monitor
g. Waktu operasi : 15.20 16.15 WIB pada tanggal 22-03-2017
h. Operator : dr.Julian, Sp.B.
i. Anestesi : dr.Agus

C. POST OPERASI
Data Subjektif : -
Data Objektif :
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan
Pasien dipindahkan ke ruang bangsal dengan brankar
Pasien dalam masa post lumbal anestesi, masih terdapat efek anestesi

10
Nadi : 81x/menit
RR : 20x/menit
TD: 130/80mmHg

II. ANALISA DATA


PRE OPERASI
No Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi
1 22 Maret DS: Ansietas Perubahan
2017 Jam Pasien mengatakan takut status
15.00 WIB akan di operasi kesehatan
DO:
Ekspresi wajah pasien
tegang
TTV :
TD : 130/90
N: 86x/m,
S: 36,50 C,
RR: 19 x/m
2 22 Maret DS : Pasien mengatakan Nyeri akut Agen injuri
2017 nyeri pada perut kanan biologi
15.00 bawah
DO : ekspresi wajah
pasien menahan nyeri

INTRA OPERASI
No Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi
1 22 Maret DS: - Risiko Proses
2017 Jam DO: perdarahan pembedahan
15.20 WIB Adanya luka insisi
sepanjang 10 cm di
abdomen inferior
dextra

11
2 22 Maret DS : - Resiko Tindakan
2017 Jam DO : adanya sayatan infeksi invasif
15.20 WIB sepanjang 10 cm apendiktomi

POST OPERASI
No Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi
1 22 Maret Subjektif: - Resiko Proses
2017 Objektif: tinggi pemindahan
16.15 - -Pasien hanya tiduran saat cedera pasien
dipindahkan
-Pasien dipindahkan ke
ruangan dengan brankar
- -Pasien dalam masa post
lumbal anestesi, masih
terdapat efek anestesi
- Nadi : 81x/menit
RR : 20x/menit
TD: 130/80mmHg
- CRT < 2 detik
2 22 Maret S:- Resiko Proses
2017 O: infeksi pembedahan
17.15 Terdapat balutan jahitan
sepanjang 10 cm
Nadi : 81x/menit
RR : 20x/menit
TD: 130/80mmHg

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

12
Intra Operasi
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif apendiktomi
Post Operasi
1. Resiko tinggi cedera b/d proses pemindahan pasien
2. Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Pre Operasi
No Tujuan dan kriteria
Tgl Intervensi Rasional
Dx hasil
22 1 Setelah dilakukan . 1. jelaskan semua 1. Agar pasien
Maret tindakan keperawatan prosedur dan apa memahami
2017 selama 15 menit yang dirasakan dan tidak
diharapkan pasien selama prosedur takut lagi
sudah tidak lagi takut2. 2. Sarankan pasien 2. Agar pasien
jika akan di operasi untuk selalu berdoa lebih tenang
dengan kriteria hasil : 3.Gunakan 3. Mengemban
-klien mampu komunikasi tera- gkan rasa
mengidentifikasi dan peutik pada pasien percaya dan
mengungkapkan (pendekatan yang menurunkan
kecemasannya menenangkan) rasa takut.
-vital sign dalam 4.Temani pasien 4. Agar pasien
batas normal untuk memberikan merasa
-postur tubuh, keamanan dan aman dan
ekspresi wajah, mengurangi takut nyaman dan
bahasa tubuh, dan 5. Ajarkan pasien lebih rileks
tingkat aktivitas teknik relaksasi
menunjukkan nafas dalam
berkurangnya
kecemasan

13
22 2 Setelah dilakukan 1. kaji area nyeri 1. Untuk
Maret asuhan keperawatan 2. kontrol mengetahui
2017 selama 15 menit lingkungan dan skala nyeri
diharapkan nyeri ajarkan teknik 2. Agar pasien
berkurang dengan relaksasi lebih merasa
kriteria hasil : progresif nyaman dan
Skala nyeri menjadi relaks
1-3
TTV dalam batas
normal
Ekspresi wajah rileks

Intra Operasi
Tgl No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx hasil
22 1 Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengetahui
Maret tindakan perdarahan pada jumlah
2017 keperawatan selama daerah perdarahan
55 menit diharapkan pembedahan 2. Untuk
masalah risiko setelah dilakukan memastikan
perdarahan tidak insisi. vital sign
terjadi dengan 2. Monitor vital dalam
kriteria hasil : sign keadaan
-Tidak terjadi 3. Monitor cairan normal
perdarahan 4. Berikan cairan 3. Mencegah
- Tidak ada kekurangan
peningkatan output volume
cairan cairan
- Kapasitas vital sign 4. Untuk
sesuai yang mainternanc
diharapkan e cairan,
tidak terjadi
perdarahan

14
22 2 Setelah dilakukan 1. Setiap 1. Untuk
Maret asuhan keperawatan melakukan mencegah
2017 selama 55 menit tindakan selalu terjadinya
diharapkan tidak menggunakan resiko infeksi
terjadi resiko infeksi teknik aseptic pada pasien
dengan kriteria hasil:
TTV normal

Post Operasi
No Tujuan dan
Tgl Intervensi Rasional
Dx kriteria hasil
22 1 Setelah dilakukan 1. Perhatikan posisi 1. Keamanaan
Maret tindakan pasien pasien tetap
2017 keoerawatan 2. Dekatkan bed di terjaga
selama 10 menit samping pasien 2. Menjaga
diharapkan resiko 3. Lindungi organ keamanan
cidera tidak vital pasien pasien
terjadi dengan 4. Kolaborasi 3. Mencegah
kriteria hasil : dengan 2-3 cedera
- Tidak terjadi perawat yang ada 4. Mempermudah
abserasi kulit dan angkat pasien pemindahan
karena secara bersamaan pasien
pemindahan 5. Berikan 5. Memberikan
pasien. penyangga di rasa nyaman
- Pasien dapat tempat tidur pada pasien
dipindahkan pasien
dengan aman dan
nyaman.
22 2 Setelah dilakukan 1. Bersihkan tempat 1. Untuk
Maret tindakan selama tidur mencegah
2017 1x24 jam 2. Pertahankan lingkungan
diharapkan tidak teknik aseptic sekitar dari

15
terjadi infeksi 3. Instruksikan kontaminan
dengan kriteria pada pengunjung infeksi
hasil : untuk cuci 2. Untuk menjaga
Pasien bebas dari tangan sebelum kebersihan
tanda dan gejala dan sesudah 3. Untuk
infeksi berkunjung mencegah
4. Cuci tangan kuman masuk
sebelum dan di lingkungan
sesudah tindakan pasien
5. Monitor tanda 4. Untuk
infeksi melindungi diri
6. Monitor TTV dari sumber
infeksi
5. Untuk
mengetahui
tanda-tanda
infeksi
6. Untuk
mengontrol
TTV

V. IMPLEMENTASI
Pre Operasi
Tgl/jam No Dx Implementasi Respon TTD
22 Maret 1 1 1. menjelaskan semua S : klien
2017 prosedur dan apa yang mengatakan rasa
15.00 dirasakan selama saat takutnya sudah
operasi dan setelah berkurang dan
operasi siap untuk di
2. 2. menyarankan pasien operasi
untuk selalu berdoa

16
3.menggunakan O : klien terlihat
komunikasi tera- sudah tenang,
peutik pada pasien lebih nyaman,
(pendekatan yang dan melakukan
menenangkan) teknik nafas
4.menemani pasien untuk dalam
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
5.mengajarkan pasien
teknik relaksasi nafas
dalam

22 Maret 2 1. mengkaji nyeri S:


2017 2. mengontol P : nyeri
15.00 lingkungan dengan bertambah saat
memberikan rasa batuk dan miring
nyaman pada pasien ke kanan
dan mengajarkan Q : nyeri terasa
teknik relaksasi sepert di tusuk-
progresif tusuk
R : nyeri terasa
pada peut kanan
bawah
S : skala nyeri 6
T : nyeri terasa
terus menerus
O : ekspresi
wajah pasien
tenang setelah
melakukan
teknik relaksasi

17
Intra Operasi
Tgl/jam No Dx Implementasi Respon TTD
21 Maret 1 -Memonitor perdarahan S : -
2017 ap pada pembedahan setelah O :
15.20 ak dilakukan insisi. Perdarahan 150
b. - Monitor vital sign cc
-Monitor cairan Nadi : 81x/menit
-Memberikan cairan RL RR : 20x/menit
TD:
120/70mmHg

21 Maret 2 -mempersiapkan meja S:-


2017 ,x operasi (steril) O:
15.20 ) -menyiapkan peralatan Nadi : 81x/menit
operasi (steril) RR : 20x/menit
-melakukan cuci tangan TD:
steril 120/70mmHg
-melakukan tindakan
aseptik pada area yang
akan di operasi (abdomen
kanan bawah)

Post Operasi
Tgl/jam No Implementasi Respon TTD
Dx
22 1 1. Memperhatikan posisi S:-
Maret pasien O:
2017 2. Mendekatkan bed di 1. Pasien terlihat
16.15 samping pasien tidur
3. Melindungi organ vital 2. Bed pasien
pasien terdapat
4. Kolaborasi dengan 2-3 pelindung
perawat yang ada

18
5. Mengangkat pasien
secara bersamaan
6. Memberikan penyangga
di tempat tidur pasien.
22 2 1. Membersihkan tempat S : keluarga
Maret tidur pasien pasienmengatakan
2017 2. Mempertahankan teknik paham dengan
17.20 aseptic instruksi yang
3. menginstruksi pada diberikan perawat
pengunjung untuk cuci O : keluarga
tangan sebelum dan pasien hanya satu
sesudah berkunjung orang yang
4. mencuci tangan sebelum menemani dan
dan sesudah tindakan selalu mencuci
5. memonitor tanda infeksi tangan
6. memonitor TTV TD : 110/80
mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37oC

VI. EVALUASI
Pre Operasi
Tgl/jam No DX Catatan perkembangan TTD
22 Maret 1 S : Pasien mengatakan merasa nyaman dan
2017 tidak gugup untuk operasi
15.15 O : ekspresi wajah pasien tenang dan lebih
relaks
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
A : Setelah dilakukan identifikasi kecemasan
dan komunikasi terapeutik, klien terlihat lebih

19
tenang dan siap di operasi (masalah ansietas
teratasi)
P : Hentikan intervensi, awasi terjadi
perubahan status axiety.
22 Maret 2 S : Pasien mengatakan sebelumnya ia merasa
2017 gelisah, tetapi setelah melakukan teknik
15.15 relaksasi ia merasa lebih relaks dan nyaman
O : ekspresi wajah pasien tenang
A : setelah diajarkan teknik relaksasi ekspresi
wajah pasien lebih tenang dan relaks (masalah
teratasi)
P : pertahankan intervensi

Intra Operasi
Tgl/jam No DX Catatan perkembangan TTD
22 Maret 1 S:-
2017 O:
15.20 Perdarahan 150 cc,tampak pucat, akral
dingin.
TD: 120/70 mmHg,
N: 81x/m,
S: 360 C,
RR: 20x/m
A : setelah dilakukan tindakan pemberian
cairan RL, pasien tidak mengalami
pendarahan (masalah teratasi)
P : pertahankan intervensi

22 Maret 2 S:-
2017 O:
15.20 Nadi : 81x/menit
RR : 20x/menit
TD: 120/70mmHg

20
A : setelah dilakukan tindakan aseptic dan
teknik steril, resiko infeksi dapat dicegah
P : pertahankan intervensi

Post Operasi
Tgl/jam No DX Catatan perkembangan TTD
22 Maret 1 S:-
2017 O:
16.15 Pasien terlihat tidur
Pasien terlihat tenang
A : setelah dilakukan tindakan pemindahan
pasien, tidak ada cedera yang terjadi
P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada
serah terima dengan perawat ruangan.

22 Maret 2 S : keluarga pasien mengatakan paham


2017 dengan instruksi yang diberikan perawat
17.20 O : keluarga pasien hanya satu orang yang
menemani dan selalu mencuci tangan
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37oC
A : setelah dilakukan tindakan keperawatan
untuk mencegah infeksi, pasien dan
keluarganya memahami apa anjuran perawat
(masalah teratasi)
P : lanjutkan intervensi

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pengkajian perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara fokus pada abdomen.
Masalah diagnosa yang muncul pada pre operatif adalah ansietas dan nyeri akut. Pada
tahap inta operatif, masalah yang muncul adalah resiko perdarahan dan resiko infeksi.
Masalah pada tahap post operatif yang muncul yaitu resiko cedera dan resiko infeksi.
Intervensi yang dilakukan pada saat pre operatif, intra operatif dan post peratif dapat
terlaksana dengan baik sehingga masalah dapat teratasi.
B. Saran
1. Perawat hendaknya melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien sehingga
meminimalkan masalah keperawatan yang muncul.
2. Setiap instansi kesehatan diharapkan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi pasien sehingga mutu pelayanan menjadi berkualitas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Mansjoer, Arif (ed). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Departemen Kesehatan RI.2002.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta:Departemen
Kesehatan Repubik Indonesia.

23

You might also like