You are on page 1of 72

PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU

FISIK DAN DAYA ANTIOKSIDAN TEH ROSELLA


(Hibiscus sabdariffa)

KARYA TULIS ILMIAH

Disusunoleh :

Eriska Agustin

P17335113046

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2016

i
PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU
FISIK DAN DAYA ANTIOKSIDAN TEH ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukansebagaisalahsatusyaratmenyelesaikan Program Diploma III

JurusanFarmasi

Disusunoleh :

Eriska Agustin

P17335113046

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2016

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Eriska Agustin


NIP : P17335113046
Tanda Tangan :
Tanggal : 14 Juni 2016

ii
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN FARMASI

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan


bahwa: KaryaTulis Ilmiah dengan judul

PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU


FISIK DAN DAYA ANTIOKSIDAN TEH ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa)

Disusun oleh:
Nama : ERISKA AGUSTIN
NIM : P17335113046

Telah diperiksadan disetujui untuk diujikan pada


siding Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing

Drs. Indro Pamudjo, Apt., M.Si


NIP 195211121981031001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Farmasi

Dra. Mimin Kusmiyati, M.Si


NIP196308111994032001

iii
POLTEKKES KEMENKESBANDUNG JURUSAN FARMASI

LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULISI LMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada sidang


Karya Tulis Ilmiah

Program Pendidikan Diploma III JurusanFarmasi


Politeknik Kesehatan
Bandung
Tanggal: 14 Juni 2016

PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP


MUTU FISIK DAN DAYA ANTIOKSIDAN TEH
ROSELA (Hibiscus sabdariffa)

Disusunoleh :

Nama :ERISKA AGUSTIN


NIM : P17335113046

Penguji:
TandaTangan

Ketua : Drs. IndroPamudjo, Apt., M.Si ( )

NIP: 195211121981031001

Anggota :PatihulHusni, Apt., M.Si ( )

NIP :-

Anggota : Lully HanniEndarini, Apt., M.Farm ( )

NIP: 198707312015032004

iv
KATA PENGANTAR

Sungguh besar kebaikan Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kelancaran bagi penulis dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis
mengucapkan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT karena dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pengaruh Cara Pengeringan
terhadap Mutu Fisik dan Daya Antioksidan Teh Rosella (Hibiscus sabdariffa).
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk Progam Studi D-III Farmasi Poltekkes
Bandung.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiahini, banyak pihak yang telah
membantu hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai. Penulis berterima kasih kepada :
1. Drs. Mimin Kusmiyati, M.Si.,Kepala Jurusan Farmasi Poltekkes Bandung.
2. Dra. Indro Pamudjo, Apt., M.Si., dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan terhadap Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. Drs. Sri Redjeki, M.Si., dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi dari awal semester.
4. Seluruh Dosen dan Staf Kampus Jurusan Farmasi Poltekkes Bandung yang
telah mendukung dan membantu selama penelitian.
5. Pihak Bumi Herbal Dago yang telah membantu dalam pembelian Rosella.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, baik
bagi sumber informasi maupun sumber inspirasi bagi pembaca.
Bandung, Juni 2016

Penulis

v
HALAMAN PERNYATAANPERSETUJUAN PUBLIKASI KTI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Bandung, saya yang


bertandatangan di bawah ini:
Nama : Eriska Agustin
NIM : P17335113046
Jurusan : Farmasi
Jeniskarya : Karya Tulis Ilmiah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi Hak Bebas Royalti Non
eksklusif(Non-exclusiveRoyalty-FreeRight) atas karya ilmiah saya yang
berjudul:

PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK DAN DAYA


ANTIOKSIDAN TEH ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data(database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung
Tanggal : 14 Juni 2016

Yang menyatakan

(Eriska Agustin)

vi
PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK DAN
DAYA ANTIOKSIDAN TEH ROSELA (Hibiscus sabdariffa)

Eriska Agustin

ABSTRAK

Masyarakat Indonesia sudah banyak mengenal teh rosella kering yang berkhasiat
untuk kesehatan karena mengandung antioksidan. Teh rosella yang biasa dijual
rosella dalam bentuk serbuk kering. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh cara pengeringan terhadap mutu fisik dan daya antioksidan
teh rosella (Hibiscus sabdariffa). Metode pengeringan yang dilakukan adalah
pengeringan di ruangan yang terlindung dari sinar matahari langsung dengan rak
terbuka dantertutup.Uji aktivitas daya antioksidan menggunakan metode DPPH
(1,1-Diphenyl-2picryl Hidrazil) diukur serapan pada panjang gelombang 515 nm
dan dibandingkan dengan kekuatan kuersetin sebagai larutan standar. Untuk
pengujian mutu fisik teh rosella dilakukan uji hedonik. Hasil menunjukkan bahwa
pengeringan rosella rak tertutup memiliki aktivitas daya antioksidan lebih tinggi
dengan nilai IC50 51,17 ppm untuk pengujian 1, dan 60,56 ppm untuk pengujian 2,
dibandingkan dengan pengeringan rosella rak terbuka dengan nilai IC50 77,7340
ppm untuk pengujian 1 dan 81,485 ppm untuk pengujian 2. Aktivitas daya
antioksidan dari kedua sampel lebih rendah dibandingkan dengan larutan standar
kuersetin dengan nilai IC50 3,687 ppm. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa
seduhan rosella pengeringan rak terbuka lebih disukai mulaidari warna, aroma,
dan rasa dibandingkan seduhan rosella pengeringan rak tertutup. Hasil uji statistik
Mann-Whitney menunjukkan bahwa warna, aroma, dan rasa seduhan sampel
dengan pengeringan kelopak rosella rak terbuka dan rak tertutup berbeda secara
signifikan (p<0,05).

Kata kunci : rosella, antioksidan, nilai IC50, mutu fisik.

vii
The Effect of Drying Method for The Quality of The Physical dan Antioxidant
of Rosella Tea (Hibiscus sabdariffa)

Eriska Agustin

Abstract

Indonesian society already know a lot of dried rosella tea is efficacious for health
because it contains antioxidants. Rosella tea commonly sell is rosella in a dry
form. The purpose of this study was to determine the effect of drying method for
the quality of physical and antioxidant of rosella tea (Hibiscus sabdariffa).
Method of drying is drying in the room that is protected from direct sunlight with
opened and closed rack. Activity of antioxidant test using DPPH (1,1-Diphenyl-
2picryl Hidrazil) measured absorption at a wavelength of 515 nm and compared
with quersetin as a standard solution. The quality of physicl test of rosella tea is
hedonic test. The results indicate that the closed drying rack have higher
antioxidant activity with IC50 value 51,17 ppm for first test and 60,56 ppm for
second test, compared with closed drying rack with IC50 value 77,7340 ppm for
first test and 81,485 ppm for second test. Activities antioxidant of two samples is
lower than quersetin as the standard solution with IC50 value 3,687 ppm. Hedonic
test results showed that opened drying rack of rosella tea is more preferable than
closed drying rack of rosella tea from the colour, aroma, and the taste of rosella
tea. The results of Mann-Whitney statistical test, there is a significant difference
in color, aroma and taste between the closed drying rack and opened drying rack
(p<0.05).

Keywords : rosella, antioxidant, IC50 value, the quality of physical.

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuksetiap yang terlibatdalampenulisantugasakhirini, sayapersembahkankepadasiapapun yang


percayabahwa; kehidupanbukankompetisiaducepat.

terimakasih

Teruntuk :
Mama dan Papa
Keluargabesarku
Dosenpembimbingku,
Pak Indro
Sahabatseperjuangan
Almamaterku
CafaGemu
Dan kamu.

Dengansegalaketulusanhati,

Eriska Agustin

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA


ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vi

ABSTRAK........................................................................................................ vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

DAFTAR RUMUS ........................................................................................ xviii

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang ............................................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah ....................................................................................... 2
1.3 TujuanPenelitian ......................................................................................... 2
1.3.1 TujuanUmum .................................................................................. 2
1.3.2 TujuanKhusus .................................................................................. 3
1.4 ManfaatPenelitian ....................................................................................... 3

x
xi

1.4.1 ManfaatTeoritis ............................................................................... 3


1.4.2 ManfaatPraktisi ............................................................................... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4


2.1 TinjauanRosela ........................................................................................... 4
2.1.1 Rosella..................................................................................................... 4
a. Morfologi Rosella ............................................................................. 4
b. Kandungan Kimia Rosella ................................................................. 6
c. Budidaya Rosella .............................................................................. 7
d. Manfaat Rosella ................................................................................ 7
2.1.2 Antioksidan ............................................................................................ 8
a. MetodeUjiAktivitasAntioksidandengan DPPH .................................. 9
2.1.3 TahapanPembuatanSimpilisia ............................................................... 10
2.1.4 Proses Pengeringan ............................................................................... 12
2.1.5 UjiHedonik ........................................................................................... 14
2.1.6 Spektrofotometer UV-Visible ............................................................... 14
2.2 KerangkaKonsep ..................................................................................... 16
2.3 DefinisiOperasional ................................................................................. 16

3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 17


3.1 JenisPenelitian .......................................................................................... 17
3.2 PopulasidanSampel ................................................................................... 17
3.2.1 Populasi ......................................................................................... 17
3.2.2 Sampel........................................................................................... 17
3.3 TempatdanWaktu ..................................................................................... 18
3.4 MetodePemeriksaan.................................................................................. 18
3.4.1 Bahan ............................................................................................ 18
3.4.2 Alat ............................................................................................... 18
3.4.3 Cara Kerja ..................................................................................... 19

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 23


4.1 HasilPenelitian ......................................................................................... 23
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 31
xii

5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 38


5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 38
5.2 Saran ........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39

LAMPIRAN ..................................................................................................... 42
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Kandungan Gizi Kelopak Rosela Segar ............................................. 7

Tabel 2.2Definisi OperasionalMengenai Penelitian yang akan diteliti .......... 16

Tabel 4.1Identifikasi Makroskopik Simplisia Rosela ..................................... 23

Tabel 4.2 Kadar Air Simplisia Rosela Pengeringan Rak Terbuka ................ 24

Tabel 4.3Kadar Air SimplisiaRoselaPengeringan RakTertutup ................... 24

Tabel 4.4 Kadar Abu Simplisia Rosela Pengeringan Rak Terbuka ............... 25

Tabel 4.5 Kadar Abu Simplisia Rosela Pengeringan RakTertutup ............... 25

Tabel 4.6Hasil Uji Hedonik ............................................................................. 30

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Rosela ............................................................................ 5

Gambar 2.2 Bunga Rosela ................................................................................. 5

Gambar 2.3 Reaksi Antioksidan dengan DPPH ............................................. 10

Gambar 2.4 Bagan Susunan Alat Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar


Tampak ............................................................................................................ 15

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi LarutanStandar Kuersetin.............................. 26

Gambar 4.2 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Rosella


Rak Terbuka 1 ................................................................................................. 27

Gambar 4.3 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Rosella


Rak Terbuka 2 ................................................................................................. 28

Gambar 4.4 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Rosella


Rak Tertutup 1................................................................................................. 29

Gambar 4.5 Kurva AktivitasDayaAntioksidanSampelPengeringan Rosella


RakTertutup 2.................................................................................................. 29

xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

PemakaianPertama
SINGKATAN NAMA
Kali padaHalaman
dkk Dan kawan-kawan 1
cm Centimeter 4
m Meter 4
mm milimeter 4
BPOM BalaiPengawasanObatdanMakanan 5
g Gram 6
mg Milligram 6
mg/g Milligram/gram 6
Kal Kalori 7
kg Kilogram 7
DPPH 2,2-difenil-1-pikril hidrazil 9
E.Coli Escherichia coli 9
UV-Vis Ultraviolet-Visible 9
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum 10
WIB Waktu Indonesia Barat 13
p.a Pro analitik 18
b/b Berat/berat 19
ppm part per milion 19
ml mililiter 20
nm Nanometer 20

xv
PemakaianPertama
LAMBANG NAMA
Kali padaHalaman
/ bagi 9
= Samadengan 9
- kurang 9
% persen 5
x kali 4
Tandakutip 13
0
C Derajatcelcius 11

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rosela Segar................................................................................ 41

Lampiran 2. PanjangGelombangMaksimum DPPH ...................................... 42

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Air Simplisia .............................................. 43

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Abu Simplisia ........................................... 44

Lampiran 5. Perhitungan Nilai IC50 Larutan Standar Kuersetin .................. 45

Lampiran 6. Perhitungan Nilai IC50 Sampel Pengeringan Rosela Rak


Terbuka ........................................................................................................... 46

Lampiran 7. PerhitunganNilai IC50Sampel Pengeringan Rosela Rak


Tertutup ........................................................................................................... 47

Lampiran 8. LembarUji Hedonik ................................................................... 48

Lampiran 9. Data Hasil Uji Hedonik .............................................................. 49

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Mann-Whitney Uji Hedonik ....................... 52

xvii
DAFTAR RUMUS

Persamaan 2.1 PenghambatanDayaAntioksidan.10


Persamaan 3.1 Perhitungan Kadar Air..................20
Persamaan 3.2Perhitungan Kadar Abu Total.......20

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Budidaya rosela di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik.Hal ini
didasarkan pada kondisi iklim dan tanah yang sesuai serta didukung dengan
terbukanya pasar, baik untuk dalam maupun luar negeri.Rosela juga bermanfaat
sebagai pangan yang berkhasiat bagi kesehatan.Masyarakat Indonesia sudah
banyak mengenal teh rosela (Hibiscus sabdariffa) kering/teh merah yang
berkhasiat untuk kesehatan, tetapi belum mengetahui sejauh mana aktivitas
antioksidan teh rosela kering tersebut.Menurut Mahadevan (2009) kelopak rosella
mengandung antioksidan yang dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas
penyebab penyakit kronis.Manfaat ekstrak rosella bagi kesehatan adalah sebagai
antihipertensi, antihiperlipidemia, hepatoprotektif, antikanker, dan memiliki
aktivitas antioksidan.
Masyarakat mengkonsumsi rosella yang sudah dikeringkan, kemudian
diseduh dengan air panas atau bisa juga menggunakan air dingin. Muchtadi
(1989) mengatakan bahan pangan yang dikeringkan umumnya mempunyai nilai
gizi yang lebih rendah dibandingkan bahan segarnya.Selama pengeringan terjadi
perubahan warna, tekstur, dan aroma. Pada umumnya bahan pangan yang
dikeringkan akan berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan warna ini
disebabkan oleh reaksi enzimatis maupun non enzimatis. Apabila suhu
pengeringan terlalu tinggi akan menyebabkan bagian permukaan cepat mengering
dan menjadi keras sehingga menghambat penguapan air selanjutnya. Tujuan dari
pengeringan adalah mencegah bahan dari proses kerusakan. Hal ini disebabkan
karena aktivitas air yang terdapat pada bahan mengalami penurunan sehingga
mikroorganisme sebagai sumber penyebab kerusakan bahan tidak dapat hidup.
Proses pengeringan rosella yang ada saat ini menggunakan
carakonvensional, yaitu menjemur di lingkungan terbuka dengan bantuan sinar
matahari. Cara pengeringan seperti ini mempunyai efektivitas yang rendah dan

1
2

menghasilkan produk dengan kualitas yang tidak seragam meliputi warna, kadar
air, dan kenampakan dari rosella kering, sehingga tidak menjamin kehigienisan
rosella yang dikeringkan. Oleh karena itu perlu dikaji karakteristik (warna, kadar
air, rendemen) dan aktivitas antioksidan tehrosella (Hibiscus sabdariffa) yang
dilakukan pengeringan dengan suhu dan waktu terkontrol dibandingkan dengan
teh rosella (Hibiscus sabdariffa) yang beredar di pasaran.Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan Sipahelut (2004), pengeringan kelopak rosella yang akan
digunakan pada penelitian ini mengikutipengeringan biji pala secara
konvensional, yaitu dengan pengeringan rak terbuka dengan lubang-lubang di sisi
kiri kanan maupun sisi bawah rak untuk mempermudah sirkulasi udara masuk ke
dalam rajangan daging buah pala yang dihamparkan diatas rak-rak selama sehari
dan setiap 2 jam dilakukan pembalikan.
Berdasarkan uraian diatas, penelitiakan membandingkancara pengeringan
dengan rak terbuka dan rak tertutup terhadap mutu fisik dan daya antioksidan
pada teh rosella (Hibiscus sabdariffa).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apakah cara pengeringan rak terbuka atau rak tertutup
berpengaruhterhadap mutu fisik dan daya antioksidan pada teh rosella(Hibiscus
sabdariffa)?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruhcara pengeringan dengan rak terbuka dan rak
tertutup terhadapmutu fisik dan daya antioksidan pada teh rosella (Hibiscus
sabdariffa).
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melihat pengaruh pengeringan terhadap mutu fisik dan daya antioksidan
pada teh rosella (Hibiscus sabdariffa).
b. Mengetahui mutu fisik dan daya antioksidan pada teh rosella (Hibiscus
sabdariffa)yang dikeringkan dengan rak terbuka dan rak tertutup.
3

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang pengaruh carapengeringan terhadap
pengaruh pengeringan terhadap mutu fisik dan daya antioksidan pada teh rosella
(Hibiscus sabdariffa).
1.4.2 Manfaat Praktisi
Memberikan kontribusi dan pengembangan ilmu pengetahuan terhadap
institusi mengenai pengaruh carapengeringan terhadap pengaruh pengeringan
terhadap mutu fisik dan daya antioksidan pada teh rosella (Hibiscus sabdariffa).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN ROSELA


2.1.1 ROSELA
a. Morfologi Rosela
Rosela merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuh
mencapai 2,4 m. batang berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu; daun
berseling 3-5 helai dengan panjang 7,5-12,5 cm berwarna hijau, ibu tulang daun
kemerahan, tangkai daun pendek. Bentuk helaian daun bersifat anisofili
(polimorfik), helaian daun yang terletak di bagian pangkal batang tidak berbagi,
bentuk daun bulat telur, tangkai daun pendek. Daun-daun di bagian cabang dan
ujung batang berbagi, menjadi 3 toreh, lebar toreh daun 2,5 cm, tepi daun
beringgit, daun penumpu bentuk benang; panjang tangkai daun 0,3-12 cm, hijau
hingga merah; pangkal daun meruncing, tepi daun beringgit, pangkal daun tumpul
hingga meruncing, sedikit berambut. Bunga tunggal, kuncup bunga tumbuh dari
bagian ketiak daun, tangkai bunga berukuran 5-20 mm; kelopak bunga berlekatan,
tidak gugur, tetap mendukung buah, berbentuk lonceng; mahkota bunga
berlepasan, berjumlah 5 petal, mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik,
warna kuning, kuning kemerahan; benang sari terletak pada suatu kolom
pendukung benang sari, panjang kolom pendukung benang sari sampai 20 mm,
kepala sari berwarna merah, panjang tangkai sari 1 mm; tangkai putik berada di
dalam kolom pendukung benang sari, jumlah kepala putik 5 buah, warna merah.
Buah kapsul, berbentuk bulat telur, ukuran buah 13-22 mm x 11-20 mm, tiap buah
berisi 30-40 biji. Ukuran biji 3-5 mm x 2-4 mm, warna coklat kemerahan
(BPOM,2010).

4
5

Tanaman rosella dapat diklasifikasikan sebagai berikut (BPOM, 2010). :


Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas :Dilleniidae
Bangsa :Malvales
Suku : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn.

Gambar 2.1 Tanaman Rosella


sumber : BPOM, 2009

Adapun yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional adalah kelopak


bunga rosella. Bunga rosella merupakan bunga tunggal yang tumbuh di ketiak
daun, berwarna merah, berbulu, dan terdiri dari delapan sampai sebelas daun
kelopak (BPOM,2009).

Gambar 2.2 Bunga Rosella


sumber : BPOM, 2009
6

b. Kandungan Kimia Rosela


Kandungan kimia tanaman ini adalah (+)-alohidroksi asam sitrat lakton,
asam malat dan asam tartrat. Antosianin yang menyebabkan warna pada tanaman
ini mengandung delfinidin-3-siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-
siloglukosida, sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin
(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan) (BPOM,2010).
Kandungan bunga rosella adalah senyawa flavonoid yang terdiri dari
antosianin, sianidin-3-glukosida, delfinidin pentoside glukosida, delfinidin,
sianidin, delfinidin-3-monoglukosida, sianidin-3-monoglukosida, sianidin-3,5-
diglukosida, hibisetrin, hibisetin, gosipitrin, sabdaritrin, sabdaretin, gosipetin-3-
glukosida, hibisin, kuersetin, mirisetin, luteolin, luteolin-glukosida, asam
klorogenat, terpenoid, dan asteroid yang terdiri dari -sitosterol, ergosterol,
kolesterol, kampasterol, stigmasterol, spinasterol,; asam protoketekuat; minyak
atsiri; polisakarida dan asam-asam organic seperti oksalat, tartarat, malat, suksinat
dan hibiskat, serta beberapa gula yang sederhana dan oligosakarida. Dilaporkan
juga bahwa bunga rosella mengandung senyawa fenol, vitamin C, -karoten, asam
sitrat, dan pectin (BPOM,2009).
7

Adapun Kandungan gizi kelopak rosella segar dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.1Kandungan gizi kelopak rosella segar
Kandungan gizi kelopak segar / 100 g
Kalori 44 kal
Air 86,2 %
Protein 1,6 g
Lemak 0,1 g
Karbohidrat 11,1 g
Serat 2,5 g
Abu 1,0 g
Kalsium 160 mg
Fosfor 60 mg
Besi 3,8 mg
Betakaroten 285 g
Vitamin C 14 mg
Tiamin 0,04 mg
Riboflavin 0,6 mg
niasin 0,5 mg
Sumber : Herti Maryani Dan Lusi Kristiana, (2008).

c. Budidaya Rosella
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) membutuhkan sinar matahari
langsung dan membutuhkan pengairan yang cukup, meskipun kondisi tanah
kurang subur asal airnya cukup rosella tetap bisa tumbuh (Maryani dan Kristina,
2008).
Tanaman rosella berkembang biak dengan biji, tanaman ini tumbuh di
daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat tumbuh di semua
jenis tanah, tetapi paling cocok pada tanah yang subur dan gembur.Tumbuhan ini
8

dapat tumbuh di daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 900 m di atas
permukaan laut.Rosella mulai berbunga pada umur 2-3 bulan, dan dapat dipanen
setelah berumur 5-6 bulan.Setelah bunga dipetik kemudian dikeluarkan bijinya,
lalu bunga itu dijemur dibawah sinar matahari. Satu batang rosella bisa
menghasilkan 2-3 kg bunga rosella basah, dalam 100 kg bunga rosella basah bisa
menghasilkan 5-6 kg rosella kering (Andiex, 2009).

d. Manfaat Rosela
Di Indonesia, penggunaan rosella memang belum begitu popular. Namun,
akhir-akhir ini, minuman berbahan rosella banyak dikenal sebagai minuman
kesehatan.Daun atau kelopak bunga yang direbus dengan air diakui berkhasiat
sebagai peluruh kencing dan merangsang keluarnya empedu dari hati.Selain itu
juga dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan darah, dan
meningkatkan peristaltik usus. Khasiat lain tanaman rosella yang telah dikenal
diantaranya sebagai antikejang, mengobati cacingan, dan antibakteri (Maryani dan
Kristiana, 2008).
Bunga rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit, diantaranya
adalah menurunkan asam urat (gout), meredakan peradangan sendi (arthritis),
bersifat stomakik (merangsang selera makan), meningkatkan sistem syaraf dan
dapat meningkatkan daya ingat, dapat membantu menurunkan tekanan darah
tinggi (hipertensi), melancarkan buang air kecil (diuretik), sebagai
antiinflammantory yang kuat, mempunyai unsur antipyretic yang menurunkan
panas dalam, mempercepat pemecahan darah beku di otak, kandungan
asiaticoside (triterpene glycoside) dalam merangsang pembentukan lipid dan
protein yang amat berguna untuk kesehatan kulit (Mardiah, dkk., 2009).

2.1.2 ANTIOKSIDAN
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas
tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.
Pada umumnya antiokasidan mengandung struktur inti sama yang mengandung
9

cincin benzen tidak jenuh disertai gugusan hidroksi atau gugus amino. Aktivitas
antioksidan terdiri dari beberapa mekanisme diantaranya mencegah reaksi
berantai, mencegah pembentukan peroksida, mencegah pengambilan atom
hidrogen, mereduksi, dan menangkap radikal (Kim, 2005).Radikal bebas
merupakan senyawa yang mengandung elektron yang tidak berpasangan yang
dapat bertindak sebagai akseptor elektron (Basset, 1991).
Untuk menangkal serangan radikal bebas, adalah dengan mengkonsumsi
antioksidan alami yang cukup setiap hari.Salah satu antioksidan alami yang
banyak terdapat dalam bunga rosela adalah antosianin.Antioksidan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh karena berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang
banyak terbentuk dalam tubuh (Raharjo, 2005).Antiradikal bebas adalah senyawa
yang dalam jumlah kecil dibanding substrat mampu menunda atau menjaga
terjadinya oksidasi dari substrat yang mudah teroksidasi (Halliwel, 1995).

a. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan


tanaman obat adalah metode uji dengan menggunakan radikal bebas DPPH (1,1-
difenil-1-pikrilhidrazil). DPPH merupakan radikal sintetik yang larut dalam
pelarut polar seperti methanol dan etanol (Takarya et all,2003). Tujuan metode ini
adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek
aktivitas antioksidan (IC50).Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah
pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan
pengukuran penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai
aktivitas anttioksidan dengan menggunakan spektrofotometer sehingga dengan
demikian akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan
dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). Nilai IC50 didefinisikan sebagai
besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas sebanyak
50%.Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin
tinggi (Molyneux,2004).Prinsip kerja pengukuran ini adalah adanya radikal bebas
stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang memiliki
kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam
10

(Robinson, 1983).

Daya antioksidan = (A1 A2) / A1 X 100% (2.1)


Keterangan :
A1 : absorbansi blanko
A2 : absorbansi sampel

Gambar 2.3 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan
sumber :Widyastuti, 2010

2.1.2TAHAP PEMBUATAN SIMPLISIA


Terdapat beberapa tahapan yang perlu untuk dilakukan terlebih dahulu
sebelum suatu bahan simplisia nabati dipasarkan atau dapat digunakan & diolah
menjadi suatu olahan produk bahan alam.Tahapan-tahapan tersebut penting
dilakukan untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang diharapkan.
Beberapa tahapan tersebut antara lain (Agoes, 2007):
1. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan unuk memisahkan cemaran dan kotoran dari
simplisia yang baru dipanen. Sortasi ini dapat mengurangi jumlah
kontaminasi mikroba.
2. Pencucian
Dilakukan dengan menggunakan air yang bersih (air sumur, PDAM,
air dari mata air). Pencucian secara signifikan mampu mengurangi
mikroba yang terdapat dalam simplisia. Penggunaan air harus
11

diperhatikan. Beberapa mikroba lazim terdapat di air yaitu:


Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus,
Enterobacter, serta E.coli pada simplisia akar, batang, atau buah.
Untuk mengurangi jumlah mikroba awal dapat dilakukan
pengupasan kulit luar terlebih dahulu.
3. Perajangan
Dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengeringan,
pengepakan, dan penggilingan. Perajangan harus memperhatikan
senyawa yang terkandung dalam simplisia. Untuk lebih amannya,
gunakan pisau atau pemotong yang terbuat dari stainless steel.
4. Pengeringan
Setelah suatu simplisia nabati dipanen, umumnya simplisia tersebut
akan dikeringkan, jika memang tidak akan digunakan secara segar.
Pengeringan merupakan suatu hal yang sangat krusial karena
beberapa metabolit sangat rentan terhadap sinar matahari.
Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga kadar
tertentu, umumnya tidak boleh lebih dari 10%.
5. Sortasi Kering
Merupakan tahap sebelum simplisia dikemas. Dilakukan untuk
memisahkan bagian yang tidak diinginkan atau ada cemaran. Proses
ini juga dilakukan untuk memisahkan simplisia-simplisa tergantung
pada mutu.
6. Pengepakan
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk
menghindarkan simplisia dari beberapa faktor yang dapat
menurunkan kualitas simplisia antara lain cahaya matahari,
oksigen/udara, dehidrasi, absorbsi air, pengotoran, dan serangga.

Hal yang harus diperhatikan saat pengepakan dan penyimpanan adalah


suhu dan kelembapan udara. Suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah
suhu kamar (15 - 30C). Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat
12

disimpan pada suhu (5 - 15C) atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu
dingin (0 - 5C).

2.1.3 PROSES PENGERINGAN


Terdapat beberapa metode pengeringan yaitu (Mardiah dkk, 2009):
a. Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak
sensitif terhadap cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahari
sangat umum untuk bagian daun, korteks, biji, serta akar. Bagian
tanaman yang mengandung flavonoid, kuinon, kurkuminoid,
karotenoid, serta beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh
cahaya, umumnya tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari secara
langsung. Kadangkala suatu simplisia dijemur terlebih dahulu untuk
mengurangi sebagian besar kadar air, baru kemudian dikeringkan
dengan panas atau digantung di dalam ruangan. Pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari secara langsung memiliki keuntungan
yaitu ekonomis. Namun lama pengeringan sangat bergantung pada
kondisi cuaca.
b. Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari namun
tidak lembab
Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap
cahaya matahari. Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan
sirkulasi udara dari ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang
proses pengeringan yang optimal. Pengeringan dengan cara ini
memiliki keuntungan yaitu ekonomis, serta untuk bahan yang tidak
tahan panas atau cahaya matahari cenderung lebih aman. Namun
demikian, pengeringan dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu
yang lama dan jika tidak dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan
tumbuhnya kapang.
13

c. Pengeringan dengan menggunakan oven


Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakan suhu
antara 30-90C. Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung pada
sumber panas. Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki
keuntungan berupa: waktu yang diperlukan relatif cepat, panas yang
diberikan relatif konstan. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya yang
cukup mahal.
d. Pengeringan dengan menggunakan oven vakum.
Pengeringan dengan menggunakan oven vakum merupakan cara
pengeringan terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan suhu yang tinggi
sehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan panas dapat bertahan.
Namun cara ini merupakan cara paling mahal dibandingkan dengan
cara pengeringan yang lain.
e. Pengeringan dengan menggunakan kertas/ kanvas
Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan bunga. Pengeringan ini
bagus untuk mempertahankan bentuk bunga/ daun serta menjaga warna
simplisia. Pengeringan dengan cara ini dilakukan dengan mengapit
bahan simplisia dengan menggunakan kertas/ kanvas. Pengeringan ini
relatif ekonomis dan memberikan kualitas yang bagus, namun untuk
kapasitas produksi skala besar tidak ekonomis.

Selain harus memperhatikan cara pengeringan yang dilakukan, proses


pengeringan juga harus memperhatikan ketebalan dari simplisia yang dikeringkan.
Proses pengeringan dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara alami,
kelopak bunga dijemur dengan cara dihamparkan di atas nyiru atau tikar bambu,
agar tidak terbakar matahari yang menyebabkan mutunya menurun. Penjemuran
sebaiknya dilakukan pagi hari, sekitar pukul 9 sampai pukul 11 siang dan sore
hari pada pukul 14.00-16.00 WIB.Pengeringan secara buatan menggunakan oven
dengan suhu tidak lebih dari 60-70 C.
14

2.1.4 UJI HEDONIK

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik.Panelis yang terdiri dari panelis
setengah terlatih sebanyak 15-25 panelis dimintakan tanggapan pribadinyatentang
kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan).Disamping panelis
mengemukakantanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga
mengemukakan tingkatkesukaannya.Tingkat tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik. Misalnya dalam hal suka dapat mempunyai skala hedonik seperti :
amat sangat suka, sangat suka, suka,agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu
tidak suka dapat mempunyai skala hedonikseperti suka dan agak suka, terdapat
tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitubukan suka tetapi juga bukan
tidak suka ( neither like nor dislike ).Skala hedonik dapat direntangkan atau
diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendakinya.Skala hedonik dapat juga
diubah menjadi skala numerik dengan angkamutu menurut tingkat
kesukaan.Dengan data numeric ini dapat dilakukan analisis
secarastatistik.Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahuiperbedaan.Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai
secara organoleptikterhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakanuntuk menilai produk akhir (Soekarto,1981).

2.1.5 SPEKTROFOTOMETER

Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu,


monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat
untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer meupakan suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan pada panjang
gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi.
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat
yang berbeda.Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah
15

UV (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm).Penyerapan sinar UV-Vis


dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang mengandung
electron valensi dengan tingkat eksutasi rendah.
Ketika cahaya melewatisuatu larutan biomolekul, terjadi dua
kemungkinan.Kemungkinan pertama adalah cahayaditangkap dan kemungkinan
kedua adalah cahaya discattering.Bila energi dari cahaya(foton) harus sesuai
dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses
inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalamspektrofotometer (Sutopo,
2006). Cara kerja spektrofotometer dimulai dengandihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar.Cahaya tersebut kemudianmenuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan oleh larutan akan dibaca
oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo,
1992).

Gambar 2.4 Bagan Susunan Alat Spektrofotometer UV-Vis


Sumber : Oseana, 1985
16

2.2 KERANGKA KONSEP

AKTIVITAS DAYA
ANTIOKSIDAN
(PEREAKSI DPPH)
CARA PENGERINGAN

MUTU FISIK
ROSELA

2.3 DEFINISI OPERASIONAL


Tabel 2.2 Definisi operasional mengenai penelitian yang akan diteliti.

CARA ALAT SKALA


NO VARIABEL DEFINISI HASIL UKUR
UKUR UKUR UKUR

Direaksi
Aktivitas Daya Penghambatan
kan Spektrofoto
1. Antioksidan atau pencegahan Absorbansi Rasio
dengan meter Visible
proses oksidasi
DPPH
Diuji 1. Tidak suka
Pengujian yang
pada 2. Agak suka
didasarkan pada
2. Uji hedonik panelis Observasi 3. Netral Ordinal
proses
setengah 4. Suka
pengindraan
terlatih 5. Sangat suka
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode


penelitian eksperimen kuasi (post-test only control design) dengan pendekatan
kuantitatif.Pada penelitian ini, peneliti memanipulasi cara pengeringan rosela
yang dilakukan dengan teknik pengeringan rak terbuka dan rak tertutup pada suhu
ruang. Peneliti melakukan observasi dari hasil pengeringan tersebut terhadap
mutu fisik dan daya antioksidandari teh rosella(Hibiscus sabdariffa).Daya
antioksidan didapat dari pergukuran absorbansi dari teh rosella (Hibiscus
sabdariffa)dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible.Sedangkan mutu
fisik seduhan rosella didapatkan dengan melakukan uji kepada panelis yang diberi
seduhan, kemudian panelis diminta untuk memberikan tanggapan suka atau tidak
suka terhadap seduhan tersebut. Peneliti mengendalikan variabel luaran yang
dapat mempengaruhi penelitiannya, antara lain mengendalikan cahaya,
mengendalikan mikroba, daln mengaendalikan aliran angin/udara.

3.2 POPULASI DAN SAMPEL

3.2.1 Populasi
Populasi menggunakan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) yang
didapatkan dari Bumi Herbal Dago, Bandung.

3.2.2 Sampel
Kelopak rosella(Hibiscus sabdariffa) yang digunakan adalah kelopak
yang sudah dikeringkan.

17
18

3.3 TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilaksanakan di Bandung, sedangkan untuk pengolahan data


dan analasis dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Kimia
Jurusan Farmasi Poltekkes Bandung Jalan Prof. Eyckman No. 24 Bandung.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei-8Juni 2016.

3.4 METODE PEMERIKSAAN


3.4.1 Bahan
1. Rosella (Hibiscus sabdariffa)
2. Methanol p.a
3. Kuersetin
4. Akuades
5. DPPH

3.4.2 Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu)
2. Timbangan analitik (Metler Toledo)
3. Oven
4. Mikroskop cahaya
5. Hot plate
6. Desikator
7. Alat-alat gelas yang lazim di laboratorium.

3.4.3 Cara Kerja


a. Pengumpulan Bahan
Sampel yang digunakan adalah simplisia dari kelopak rosella
(Hibiscus sabdariffa) diperoleh dari Bumi Herbal Dago, Bandung.
b. Tahap Pembuatan Simplisia
1. Dilakukan pemisahan cemaran dan kotoran dari sampel yang baru
dipanen.
19

2. Dilakukan pencucian sampel dengan menggunakan air bersih sebanyak


3 kali pengulangan.
3. Dilakukan perajangan dengan cara memisahkan kelopak-kelopak dari
tangkainya sehingga mempermudah proses pengeringan.
4. Dilakukan pengeringan di suhu ruang dengan cara pengeringan
konvensional rak terbuka dan tertutup. Untuk percobaan 1, kelopak
bunga rosella diletakkan diatas rak yang terbuka dan dikeringkan
selama sehari disuhu ruang. Untuk percobaan 2, kelopak bunga rosella
diletakkan diatas rak dalam keadaan tertutup menggunakan kain
berserat tipis berwarna putih. Pengeringan dilakukan selama 7 hari.
5. Dilakukan sortasi kering dari masing-masing sampel.
6. Kemudian simplisia dikemas untuk diteliti.

c. Karakteristik Farmakognosi
1. Identifkasi Simplisia (Depkes, 1989)
Identifikasi simplisia dilakukan dengan memeriksa pemerian dan
melakukan pengamatan simplisia baik secara makroskopik .

2. Penetapan Kadar Air (AOAC, 1995)


a. Serbuk simplisia ditimbang seksama 2 gram
kemudiandimasukkan dalam cawan uap yang telah distabilkan
beratnya.
b. Cawan uap yang telah berisi simplisia tersebut dikeringkan
dalam oven 1050C selama 1 jam.
c. Cawan didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang
bobotnya. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot
tetap.
Kadar Air = (B1 B2) / B1 x 100%...........................................(3.1)
Keterangan :
B1 : Berat sampel basah
B2 : Berat sampel kering
20

3. Penetapan Kadar Abu Total (Depkes, 2000)


1. Ditimbang seksama 2 gram bahan uji yang telah dihaluskan
dan dimasukkan kedalam cawan yang telah ditara.
2. Diarangkan selama 6 jam dalam tanur suhu 6000C.
3. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan
dalam % b/b.
Kadar Abu Total = (Berat abu / Berat simplisia) x 100%..........(3.2)
5. Uji AktivitasDaya Antioksidan (Molyneux, 2004)
1. Pembuatan Larutan DPPH
a. Larutan DPPH yang digunakan dibuat dengan cara
menimbang seksama 2,5 mg serbuk DPPH.
b. Dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu ukur 50 ml,
sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 ppm.
2. Pembuatan Larutan Standar Kuersetin
a. Ditimbang 5 mg kuersetin dilarutkan dalam 5 ml metanol
p.a sehingga didapatkan konsentrasi 1000 ppm.
b. Diencerkan kembali sehingga didapat konsentrasi 1 ppm, 2
ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, dan 6 ppm.
3. Pembuatan Larutan Uji
a. Dibuat sediaan teh rosella (Hibiscus sabdariffa) dengan
kadar 10.000 ppm dengan cara menimbang 2 gram serbuk
rosella kering kemudian direbus dengan 200 ml air selama
10 menit sampai mendidih.
b. Seduhan rosella sebanyak 200 ml didiamkan selama 9-10
menit.
c. Dibuat variasi konsentrasi yaitu 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm,
90 ppm, dan 110 ppm.
4. Pemeriksaan Panjang Gelombang Maksimum Larutan DPPH
Larutan DPPH 50 ppm dimasukkan ke dalam kuvet 4
ml, kemudian pilih menu spectrum untuk memeriksa
21

panjang gelombang maksimum DPPH dengan blanko


methanol p.a.
5. Pengukuran Absorbansi DPPH
1. Dari konsentrasi DPPH 50 ppm, dipipet 2,0 ml dan
ditambahkan 1,0 ml methanol p.a.
2. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm,
sehingga didapat nilai absorbansi DPPH.
6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Kuersetin
1. Dipipet 2,0 ml larutan kuersetin dari masing-masing
konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, dan 6 ppm
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi masing-masing.
2. Kemudian, ditambahkan 2,0 ml larutan DPPH 50 ppm
kedalam larutan kuersetin untuk setiap konsentrasi dengan
rentang waktu 30 menit untuk setiap konsentrasi.
3. Larutan kuersetin yang sudah ditambah larutan DPPH 50
ppm, kemudian dikocok dan diinkubasi selama 30 menit di
suhu ruang ditempat gelap.
4. Setelah diinkubasi, larutan tersebut diperiksa absorbansinya
menggunakan Spektrofotometer Visible.
7. Pengukuran Antioksidan Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa)
1. Sebanyak 2,0 ml DPPH 50 ppm diencerkan kedalam
konsentrasi 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm, 90 ppm, dan 110 ppm
kedalam tabung reaksi
2. Campuran dari masing-masing konsentrasi dikocok dan
diinkubasi pada suhu kamar yang terlindung dari sinar
matahari selama 30 menit.
3. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm.
22

8. Uji Hedonik dari Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa) (Modifikasi


Abdul Munim dkk, 2008)
1. Rosella yang sudah kering diseduh menggunakan air panas
200 ml dengan suhu 950C dan didiamkan selama 9 menit
hingga dingin.
2. Seduhan rosella tersebut dicobakan terhadap 25 orang
panelis setengah terlatih untuk memberikan penilaian
terhadap kesukaan, meliputi warna, aroma, dan rasa.
3. Penilaian menggunakan panca indra dan hasilnya berupa
skala tingkat kesukaan dari angka 1-5, yaitu 1 = tidak suka,
2 = agak suka, 3 = netral 4 = suka dan 5 = sangat suka.
4. Kriteria penilaian seduhan teh rosella yaitu untuk kategori
tidak suka teh rosella memiliki warna yang kecoklatan,
aroma yang tidak khas, dan rasa yang hambar. Untuk
kategori agak suka teh rosella memiliki warna yang tidak
terlalu merah pekat, aroma yang sedikit khas, dan rasa yang
terlalu asam. Untuk kategori netral, teh rosella memilik
warna yang tidak merah pekat, aroma yang khas, dan rasa
yang tidak terlalu asam. Untuk kategori suka teh rosella
memiliki warna rosella merah pekat, aroma yang khas, dan
rasa yang asam. Untuk kategori sangat suka teh rosella
memiliki warna seduhan yang merah cerah, aroma yang
khas, dan rasa yang sangat asam.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


4.1.1 Pemeriksaan Karakteristik Farmakologi
1. Identifikasi Makroskopik Simplisia Rosela (Hibiscus sabdariffa)
Pada pemeriksaan makroskopik, dilakukan dengan cara
identifikasi fisik rosella. Berikut ini, hasil pemeriksaan makroskopik
rosella disajikan dalam tabel 4.1.Gambar simplisia rosella terdapat
pada Lampiran 1.

Tabel 4.1 Identifikasi Makroskopik Simplisia Rosela (Hibiscus sabdariffa)


Pengeringan Rosela Rak Terbuka Pengeringan Rosela Rak Tertutup
Kelopak rosella 6 kelopak
Kelopak rosella 6 kelopak untuk
untuk setiap bunga rosella.
setiap bunga rosella.
Warna kelopaknya merah
Warna kelopaknya merah
keunguan.
keunguan.
Aromanya khas.
Aromanya khas.
Rasanya asam.
Rasanya asam.
Terdapat rambut-rambut
Terdapat rambut-rambut halus
halus pada bagian kelopak
pada bagian kelopak dan bijinya
dan bijinya.

23
24

2. Pemeriksaan Kadar Air Simplisia Rosela (Hibiscus sabdariffa)


Rata-rata kadar air kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa)dari
perbedaan cara pengeringan disajikan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.
Tabel 4.2 Kadar Air Simplisia Rosela Pengeringan Rak Terbuka
Pengeringan Rak Terbuka
Berat Berat
simplisia simplisia Kadar Air(%)
basah (g) kering (g)
2,0061 1,8402 8,2
2,0066 1,8569 7,46
2,0063 1,8573 7,43
Rata - Rata 7,72

Tabel 4.3 Kadar Air Simplisia Rosela Pengeringan Rak Tertutup


Pengeringan Rak Tertutup
Berat Berat
simplisia simplisia Kadar Air (%)
basah (g) kering (g)
2,0059 1,7347 13,52
2,0027 1,7087 14,6
2,0047 1,7125 14, 57
Rata-Rata 14,25

Berdasarkan dari tabel 4.2 dan tabel 4.3, rata-rata kadar air
untuk pengeringan rak terbuka adalah 7,72% sedangkan rata-rata kadar
air untuk pengeringan rak tertutup adalah 14,25%. Dari hasil tersebut
terdapat perbedaan kadar air, dimana kadar air pengeringan rak terbuka
memenuhi syarat SNI yaitu kurang dari 10%, sedangkan untuk kadar
air pengeringan rak tertutup tidak memenuhi syarat karena lebih dari
10%. Untuk perhitungan kadar air simplisia terdapat pada Lampiran 3.
25

3. Pemeriksaan Kadar Abu Simplisia Rosela (Hibiscus sabdariffa)


Rata-rata kadar air kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa) akibat
perbedaan cara pengeringan disajikan pada tabel 4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.4 Kadar Abu Simplisia Rosela Pengeringan Rak Terbuka
Pengeringan Rak Terbuka
Berat
Kadar Abu
simplisia Berat abu (g)
(%)
basah (g)
2,0069 0,133 6,627
2,0069 0,124 6,178
2,0063 0,131 6,529
Rata Rata 6,467 %

Tabel 4.5 Kadar Abu Simplisia Rosela Pengeringan Rak Tertutup


Pengeringan Rak Tertutup
Berat
Kadar Abu
simplisia Berat abu (g)
(%)
basah (g)
2,0073 0,148 7,368
2,0075 0,154 7,68
2,0074 0,155 7,736
Rata - Rata 7,594 %

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar abu simplisia rosella


(Hibiscus sabdariffa), untuk pengeringan rak terbuka, kadar abunya
6,467% dan untuk pengeringan rak tertutup, kadar abunya 7,594%. Dar
kedua cara pengeringan tersebut, kadar abunya memenuhi syarat SNI
yaitu kurang dari 7,9%. Untuk perhitungan kadar air simplisia terdapat
pada Lampiran 4.
26

4. Hasil Pengujian Aktivitas Daya Antioksidan


a. Aktivitas Daya Antioksidan Larutan Standar Kuersetin

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kuersetin


100
90
80
70
%Inhibisi

60
50 Y = 17,83+8,275x
40 R = 0,9952
30
20
10
0
10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kuersetin

Dari hasil kurva kalibrasi larutan standar kuersetin, didapat nilai regresi
linier yaitu :
Dari nilai regresi linier tersebut, didapat nilai IC50 larutan standar kuersetin
adalah 3,687 ppm, dimana perhitungannya sebagai berikut :
Y= 17,83+8,275x
50 = 17,83+8,725x
x = 3,687 ppm
Dari perhitungan nilai IC50 didapat hasil yaitu 3,687 ppm untuk
larutan standar kuersetin, dimana semakin kecil nilai IC50 maka semakin
kuat aktivitas antioksidannya.untuk hasil data absorbansi dan nilai hambat
beserta perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5.
27

b. Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Kelopak


Rosela (Hibiscus sabdariffa) Rak Terbuka
Berikut ini disajikan kurva aktivitas daya antioksidan
sampel pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa) rak
terbuka pada gambar 4.3.untuk hasil data absorbansi dan nilai
hambat beserta perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel


Pengeringan Rak Terbuka 1
100
90
80
70
% Inhibisi

60
50
40 y = 8,0275+0,53995x
30
20
10
0
30 50 70 90 110
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.2 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Kelopak


Rosella (Hibiscus sabdariffa) Rak Terbuka 1
28

Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel


Pengeringan Rak Terbuka 2
100
90
80
70
% Inhibisi

60
50
40 y = 21,9895+0,34375x
30 r = 0,9990
20
10
0
30 50 70 90 110
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.3 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Rosella


(Hibiscus sabdariffa) Rak Terbuka 2

Berdasarkan kurva hasil pemeriksaan aktivitas daya antioksidan


sampel pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa)rak terbuka, dari
pengujian duplo didapatkan nilai IC50 untuk pengujian pertama yaitu
77,7340 ppm sedangkan untuk pengujian yang kedua 81,485 ppm.

c. Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Kelopak


Rosela (Hibiscus sabdariffa) Rak Tertutup
Berikut ini disajikan kurva aktivitas daya antioksidan
sampel pengeringan kelopak rosella rak terbuka pada gambar
4.5 dan gambar 4.6.untuk hasil data absorbansi dan nilai
hambat beserta perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 7.
29

Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel


Pengeringan Rak Tertutup 1
100
90
80
70
% Inhibisi

60
50
40
30 y = 37,2915+0,24835x
20 r = 0,9995
10
0
30 50 70 90 110
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.4 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Kelopak


Rosella (Hibiscus sabdariffa) Rak Tertutup 1

Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel


Pengeringan Rak Tertutup 2
100
90
80
70
% Inhibisi

60
50
40
30 y = 35,505+0,2469x
20 r = 0,9955
10
0
30 50 70 90 110
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.5 Kurva Aktivitas Daya Antioksidan Sampel Pengeringan Kelopak


Rosella (Hibiscus sabdariffa) Rak Tertutup 2
30

Berdasarkan kurva hasil pemeriksaan aktivitas daya antioksidan


sampel pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa) rak terbuka, dari
pengujian duplo didapatkan nilai IC50 untuk pengujian pertama yaitu 51,17
ppm sedangkan untuk pengujian yang kedua 60,56 ppm.

5. Hasil Uji Hedonik


Pada uji hedonik, panelis yang digunakan adalah Mahasiswa
Jurusan Farmasi Poltekkes Bandung sebanyak 25 orang.Berikut tabel
4.6 merupakan hasil pengujian warna,aroma, dan rasa untuk masing-
masing sampel.Untuk data observasi dan format pengujian terdapat
pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

Tabel 4.6 Hasil Uji Hedonik


Warna Aroma Rasa
Sampel 1 4,42 4,042 4
Sampel 2 2,92 2,958 2,67

Dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa untuk sampel 1 merupakan


sampel pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa)rak terbuka
sedangkan untuk sampel 2 merupakan sampel pengeringan kelopak rosella
(Hibiscus sabdariffa) rak tertutup. Hasil yang didapat untuk pengujian
warna, rata-rata nilai kesukaaan panelis 4,42 untuk sampel 1 yang masuk
kategori suka sedangkan untuk sampel 2 nilainya 2,84 masuk kategori
tidak suka. Untuk penilaian aroma, rata-rata nilai kesukaan panelis 4,059
untuk sampel 1 yang masuk kategori suka sedangkan untuk sampel 2
nilainya 2,824 masuk kategori tidak suka. Dan untuk penilaian rasa,
sampel 1 mendapat nilai 4,1 yang masuk kategori suka sedangkan untuk
sampel 2 nilainya 2,67 masuk kategori tidak suka. Maka, dari hasil
pengujian hedonik sampel pengeringan kelopak rosella (Hibiscus
sabdariffa), sampel 1 ternyata lebih disukai dari segala aspek mulai dari
warna, aroma, dan rasa dibanding sampel 2.
31

4.2 PEMBAHASAN
Masyarakat Indonesia sudah banyak mengenal teh rosella (Hibiscus
sabdariffa) yang berkhasiat untuk kesehatan.Masyarakat mengkonsumsi rosella
yang sudah kering, kemudian diseduh dengan air panas.Proses pengeringan dalam
pembuatan simplisia bertujuan untuk mengurangi kadar air yang dapat
menyebabkan pertumbuhan mikroba. Terdapat macam-macam pengeringan
simplisia yang dapat dilakukan, tetapi masyarakat selama ini lebih memilih
menggunakan pengeringan konvensional menggunakan sinar matahari karena
cepat dan ekonomis, tetapi mempunyai efektivitas yang rendah.
Pada penelitian, dilakukan proses pengeringan simplisia menggunakan
pengeringan didalam ruangan yang terlindung dari cahaya matahari langsung.
Pada pembuatan simplisia, proses pengeringan dilakukan selama 7 hari dengan
kondisi yang berbeda untuk setiap perlakuan sehingga membutuhkan waktu yang
lama untuk pengeringannya.
Hasil pengeringan untuk masing-masing perlakuan dilakukan identifikasi
secara makroskopik. Secara makroskopik, untuk warna tidak terlihat perbedaan,
bahkan kedua sampel memiliki warna yang hampir sama yaitu berwarna merah
keunguan. Pada penelitian sebelumnya, pengeringan yang menggunakan sinar
matahari menghasilkan simplisia rosella (Hibiscus sabdariffa) yang berwarna
kecoklatan.Hal ini disebabkan karena antosianin, seperti halnya pigmen alami
lainnya, memiliki stabilitas yang rendah.Antosianin dapat mengalami degradasi
selama ekstraksi, pemurnian, pengolahan, dan penyimpanan.Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Laleh et al (2006) menunjukkan bahwa peningkatan pH, suhu, dan
paparan cahaya dapat merusak molekul antosianin.Paparan cahaya juga dapat
memperbesar degradasi pada molekul antosianin.Penyebab utama kehilangan
pigmen warna berhubungan dengan hidrolisis antosianin.Sampel rosella (Hibiscus
sabdariffa) memiliki aroma yang khas.Aroma berhubungan dengan komponen
volatile dari suatu bahan. Semakin banyak komponen volatile yang terdapat pada
suatu bahan maka aroma yang terbentuk akan lebih tajam. Pada penelitian
sebelumnya, pengeringan menggunakan sinar matahari menghasilkan aroma yang
kurang wangi karena senyawa volatile yang menguap.
32

Rosella(Hibiscus sabdariffa) memiliki rasa yang asam.Rasa banyak


melibatkan panca indera lidah, penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi 4
cecapan utama yaitu asin, pedas, manis, dan asam. Rasa biasanya ditentukan oleh
salah satu zat yang dominan bersifat sangat mempengaruhi dalam susunan zat-zat
yang memberikan rasa.Rasa sangat penting dalam mempengaruhi derajat
penerimaan makanan dan minuman. Paparan cahaya atau udara akan
menyebabkan kandungan asam malat dan asam sitrat menjadi rusak. Pada
penelitian sebelumnya, pengeringan menggunakan sinar matahari dapat merusak
senyawa asam yang merupakan senyawa khas dari rosella (Hibiscus sabdariffa).
Pengeringan bahan dapat menyebabkan air dalam bahan menguap
sehingga kandungan airnya berkurang.Hal ini dapat menghambat pertumbuhan
mikroba yang terdapat dalam bahan. Simplisia yang baik disimpan dalam jangka
panjang adalah simplisia yang memiliki kadar air kurang dari 10%
(Winarno,1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung
dalam simplisia pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa) rak terbuka
memiliki nilai 7,72% sedangkan untuk simplisia pengeringan kelopak rosella
(Hibiscus sabdariffa)rak tertutup memiliki nilai 14,25%. Dari kedua simplisia
tersebut, pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa) rak tertutup memiliki
kadar air yang tinggi dan tidak memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan karena
pengaruh cara pengeringan yang tertutup oleh kain batis, sehingga menyebabkan
air terikat dan air bebas yang terkandung dalam bahan tidak terlalu banyak
menguap sehingga menyebabkan kadar airnya tinggi. Dengan demikian, simplisia
pengeringan kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa) rak tertutup memiliki waktu
simpan yang relatif singkat dan mudah rusak dibandingkan simplisia pengeringan
rak terbuka. Untuk mengurangi kadar airnya, dapat dilakukan dengan cara
menyimpan serbuk simplisia dalam wadah dan tempat yang kering dan tidak
lembab.
Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
kandungan mineral dan unsur anorganik yang ada dalam bahan setelah pemanasan
pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya akan terdekstruksi dan
menguap. Kadar abu total merupakan sisa pemijaran sempurna dari senyawa
33

organik. Sebagian besar dari senyawa organik. Kadar abu total yang dihasilkan
simplisia pengeringan kelopak rosella(Hibiscus sabdariffa) rak terbuka adalah
6,467% sedangkan kadar abu total untuk simplisia pengeringan kelopak rosella
(Hibiscus sabdariffa)rak tertutup yaitu 7,594%. Hasil kedua simplisia tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu tidak lebih dari 7,9% (Depkes,2011).
Pada proses pembuatan teh rosella(Hibiscus sabdariffa) dilakukan dengan
cara penyeduhan menggunakan air bersuhu 950C dengan lama penyeduhan 9-10
menit. Pengujian aktivitas antioksidan simplisia pengeringan kelopak rosella
(Hibiscus sabdariffa) rak terbuka dan simplisia pengeringan kelopak rosella
(Hibiscus sabdariffa) rak tertutup dilakukan sebanyak 2 kali.
Penangkap radikal bebas (radical scavenger) merupakan mekanisme
utama antioksidan bereaksi dalam makanan.Beberapa metode telah dikembangkan
salah satunya dalah penangkapan radikal DPPH yang merupakan radikal sintetis
dalam pelarut organik polar seperti methanol dan etanol pada suhu kamar
(Pokorny, 2001).Pada uji DPPH, kemampuan antioksidan untuk menangkap
DPPH dilakukan dengan mengamati penurunan absorbansi pada 515-517
nm.Pada penelitian ini didapat panjang gelombang maksimun DPPH adalah 515
nm.Untuk hasil panjang gelombang maksimum yang didapat, terdapat pada
Lampiran 2.
Prinsip dari metode uji aktivitasantioksidan ini adalah pengukuran
aktivitasantioksidan secara kuantitatif yaitu denganmelakukan pengukuran
penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas
antioksidan dengan menggunakanspektrofotometri UV-Visible sehingga
dengandemikian akan diketahui nilai aktivitasperedaman radikal bebas yang
dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). Nilai IC50 didefinisikan
sebagai besarnyakonsentrasi senyawa uji yang dapat meredamradikal bebas
sebanyak 50%.Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikalbebas
semakin tinggi.
Hasil pengujian didapat nilai IC50 untuk masing-masing sampel. Untuk
sampel simplisia pengeringan rosella rak terbuka didapat nilai IC50 77,7340 ppm
dan 81,485 ppm. Untuk sampel simplisia pengeringan rosella rak tertutup didapat
34

nilai IC50 51,17 ppm dan 60,56 ppm.


Untuk menentukan nilai IC50, diperlukan persamaan kurva standar dari

%inhibisi sebagai sumbu y dan konsentrasi fraksi antioksidan sebagai sumbu x.


Nilai IC50 dihitung dengan cara memasukkan nilai 50% ke dalam persamaan kurva

standar sebagai sumbu y kemudian dihitung nilai x sebagai konsentrasi nilai IC50.

Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidannya

(Molyneux, 2004).
Dari hasil data yang didapat, terdapat perbedaan nilai IC50 untuk kedua
sampel uji. Berdasarkan nilai IC50 , aktivitas daya antioksidan yang paling kuat
adalah sampel pengeringan kelopak rosella(Hibiscus sabdariffa) rak tertutup,
dimana saat pengeringan, kelopak rosella(Hibiscus sabdariffa) ditutup
menggunakan kain batis sehingga terlindung dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan antosianin sebagai antioksidan pada rosela. Kestabilan
antosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, suhu, sinar, dan
oksigen. Pada faktor suhu, pemanasan bersifat irreversible dalam mempengaruhi
stabilitas pigmen dimana khalkon yang tidak berwarna tidak dapat kembali
menjadi kation flavilium yang berwarna merah dan bila terus dipanaskan akan
menjadi pucat dan coklat.
Untuk faktor sinar, Harbonne (1996) menyatakan bahwa antosianin tidak
stabil dalam larutan netral atau basa dan bahkan dalam larutan asam warnanya
dapat memudar perlahan-lahan akibat terkena cahaya, sehingga simplisia
sebaiknya disimpan dalam suhu ruang dan tempat sejuk.Secara umum diketahui
bahwa cahaya mempercepat degradasi antosianin. Antosianin juga tidak stabil
ketika terkena sinar tampak dan ultraviolet dan inti lain dari radiasi ion.
Dekomposisi sebagian besar tampak menjadi fotooksidasi karena asam p-
hidroksibenzoat diidentifikasi sebagai hasil degradasi minor (Arisandi, 2001).
Sedangkan untuk faktor oksigen, oksidatif mengakibatkan oksigen molekuler
pada antosianin rosella.oksigen dan suhu dapat bekerjasama mempercepat
kerusakan antosianin.
35

Pada sampel pengeringan kelopak rosella(Hibiscus sabdariffa) rak terbuka


memiliki nilai IC50 yang lebih tinggi dari pada pengeringan kelopak
rosella(Hibiscus sabdariffa) rak tertutup, dimana artinya aktivitas daya
antioksidannya lebih rendah dibandingkan pengeringan kelopak rosella(Hibiscus
sabdariffa) rak tertutup. Penyebabnya adalah dari pengaruh
pengeringannya,dimana pengeringan rak terbuka, kelopak rosella(Hibiscus
sabdariffa) dibiarkan diatas nyiru tanpa ditutup dengan kain batis sehingga proses
oksidasinya pun lebih besar dibanding pengeringan kelopak rosella(Hibiscus
sabdariffa) rak tertutup dan juga pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi
kestabilan antosianin.
Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuersetin.Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol dan
terdapat terutama pada tanaman teh, tomat, apel, kakao, anggur, dan bawang yang
memiliki sifat antioksidan yang sangat potensial. Penggunaan kontrol positif pada
pengujian aktivitas daya antioksidan ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat
potensi antioksidan yang ada pada seduhan rosella(Hibiscus sabdariffa)
berdasarkan cara pengeringannya masing-masing jika dibandingkan dengan
kuersetin. Apabila nilai IC50 sampel sama atau mendekati nilai IC50 kontrol positif
maka dapat dikatakan bahwa sampel berpotensi sebagai salah satu alternatif
antioksidan yang kuat. Dari hasil kurva kalibrasi pada gambar 4.2 didapat nilai
IC50 adalah 3,687 ppm, sedangkan nilai IC50 simplisia pengeringan kelopak
rosella(Hibiscus sabdariffa) rak terbuka didapat nilai IC50 77,7340 ppm dan
81,485 ppm. Untuk sampel simplisia pengeringan kelopak rosella(Hibiscus
sabdariffa) rak tertutup didapat nilai IC50 51,17 ppm dan 60,56 ppm, sehingga
seduhan rosella (Hibiscus sabdariffa)berdasarkan cara pengeringannya memiliki
aktivitas daya antioksidan yang lebih rendah dibandingkan dengan kuersetin.
Pada penelitian ini dilakukan uji hedonik (uji kesukaan) dimana uji
hedonik merupakan uji dimana panelis diminta untuk memberi tanggapan pribadi
mengenai kesukaan atau ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat
kesukaannya.Pada penelitian kali ini, terdapat 5 skala hedonik mulai dari sangat
tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka. Pada pengujian hedonik
36

seduhan rosella(Hibiscus sabdariffa), terdapat 2 sampel uji, sampel pertama


merupakan seduhan rosella(Hibiscus sabdariffa) pengeringan rak terbuka, dan
sampel kedua merupakan seduhan rosella(Hibiscus sabdariffa) pengeringan rak
tertutup. Panelisnya adalah mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Bandung
sebanyak 25 panelis.
Pada pengujian warna rosella, hasil uji menunjukkan rata-rata nilai tingkat
kesukaan panelis terhadap warna seduhan rosella yaitu 4,42 untuk sampel 1
masuk kategori suka, dan 2,92 untuk sampel 2 masuk kategori tidak suka.
Untuk sampel 1, warna seduhan menghasilkan warna merah cerah sedangkan
untuk sampel 2 warna seduhan menghasilkan warna merah pekat, sehingga
menyebabkan para panelis lebih suka dengan warna seduhan untuk sampel 1.
Pada pengujian aroma rosella, hasil uji menunjukkan rata-rata nilai tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma seduhan rosella yaitu 4,042 untuk sampel 1
masuk kategori suka, dan 2,958 untuk sampel 2 masuk kategori tidak suka.
Sampel 1 ternyata lebih disukai panelis.
Pada pengujian rasa seduhan rosella, sampel 1 mendapat nilai 4 yang
masuk kategori suka sedangkan untuk sampel 2 nilainya 2,67 masuk kategori
tidak suka.
Berdasarkan uji statistik non parametrikMann-Whitney terdapat perbedaan
yang signifikan warna seduhan rosella antara sampel seduhan pengeringan
kelopak rosella rak terbuka dengan sampel seduhan pengeringan rosella rak
tertutup dari nilai p-value nya <0,05. Untuk aroma seduhan rosella terdapat
perbedaan aroma seduhan rosella yang signifikan antara sampel seduhan
pengeringan kelopak rosella rak terbuka dan sampel seduhan pengeringan kelopak
rosella rak tertutup dilihat dari nilai p-value nya <0,05. Dan untuk rasa seduhan
terdapat perbedaan rasa seduhan rosella yang signifikan antara sampel seduhan
pengeringan kelopak rosella rak terbuka dan sampel seduhan pengeringan kelopak
rosella rak tertutup dilihat dari nilai p-value nya <0,05. Hasil uji statistik dapat
dilihat pada Lampiran 10.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Dari pengujian hedonik mulai dari pengujian warna, aroma, dan rasa, dari
kedua sampel uji, rata-rata tingkat kesukaan panelis lebih menyukai
sampel 1 yaitu sampel seduhan rosella pengeringan rak terbuka.
Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney, terdapat perbedaan yang
signifikan antara sampel seduhan pengeringan kelopak rosella rak terbuka
dengan sampel seduhan pengeringan kelopak rosella rak tertutup dengan
nilai p-value <0,05.
2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari nilai IC50 , untuk
sampel pengeringan rosella rak terbuka nilai IC50 77,7340 untuk sampel 1
dan 81,485 untuk sampel 2. Sedangkan Untuk sampel simplisia
pengeringan rosella rak tertutup didapat nilai IC50 51,17 ppm untuk sampel
1 dan 60,56 ppm untuk sampel 2. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin
kuat aktivitas daya antioksidannya.

5.2 SARAN
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian menggunakan metode
pemeriksaan daya antioksidan yang berbeda-beda seperti metode ABTS,
metode karotenioddengan sampel pengujian yang banyak untuk lebih
memastikan dan menguatkan hasil data yang diperoleh.

37
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB.


AOAC.(1995). Official Methods of Analysis of The Association of Analytical
Chemists, Washington D.C.
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom.(1994). Buku Ajar Vogel
Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik.Jakarta : EGC.
BPOM. (2010). Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat (Rosel). Jakarta :
Direktorat OAI.
BPOM. (2009). ROSELA. Dalam Jurnal Natura Ros. (No. 10, Vol. IV).
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. (1987). Ilmu
Pangan. Penerjemah: H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid IV.Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes, RI. (2000). Parameter Standar Umum Pembuatan Ekstrak Tumbuhan
Obat.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes, RI. 2011.Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia.ed. 1.Jakarta
:Kementrian Kesehatan RI.
Ewing, J. (1975). Prinsiples of Electronic Intrumentation.Dalam W.B Saunders
Philadelphia.
Halliwel B, Gutteridge M.C. (1991). Free Radicals and Toxicology.Dalam
jurnal Free radicals in biology and medicine.2nd edisi. New York.
Khopkar, SM. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kim JH et al. (2005). Effect of crude saponin of Korean Red Ginseng on high fat
diet- induced obesity in the rat. Dalam jurnal J Pharmacol Sci 97:124-
131.
Kochhar, S.P dan Rossel, S.B. (1990).Detection, Estimation, and Evaluation of
Antioxidant in Food System.Food Antioxidant.Dalam jurnal Elsevier Sci
Publ Ltd. London, New York.
Laleh GH, Frydoonfar H, Heidary R, Jameei R, Zare S. 2006. The effect of light,
temperature, pH, and species on stability of anthocyanin pigment in four

38
39

beries Species.Dalam jurnalPakistan J Nutrition.5 (1): 90-92


Mahadevan N, Shivali, Kamboj P.(2009).Hibiscus sabdariffa Linn.An
overview.Dalam Jurnal Natural Product Radiance.(Vol 8(1): 77-83).
Mardiah.(2009). Budidaya dan Pengolahan Rosella Si Merah Segudang Manfaat.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Maryani, H dan Kristina, (2008).Khasiat dan Manfaat Rosella. Jakarta : PT. Agro
Media Pustaka.
Muchtadi, D. (1992). Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah buahan.Bogor
:IPB.
Muchtadi, T.R. (1997). Teknologi Proses Pengolahan Pangan.Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi.Institut Pertanian Bogor.
Mulja, M dan Suharman.(1995). Analisis Intrumental.Surabaya:Airlangga
University Press.
Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radikal diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity.Dalam Journal Science of
Technology.(26(2):211-219).
Munin, Abdul dkk.(April,2008). Pembuatan Teh Herbal Campuran Kelopak
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) dan Herba Seledri (Apium
graveolens). Dalam Majalah Ilmu Kefarmasian. (No.1, Vol.V). Depok.
Pokorny, J. 2001. Antioxidant in Food: Practical Application. CRC Press, Boca
Raton.
Putri, RR Hertisa. (2012). Lembar Uji Kesukaan.Dalam Skripsi Uji
Organoleptik Formulasi Cookies Kaya Gizi sebagai Makanan Tambahan
Dalam Upaya Penanggulangan Anemia pada Ibu Hamil di Rangkapan
Jaya Depok.Depok.
Raharjo, M dkk.(2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar
Suradaya.
Ridho, Ery. (2013). Pengukuran Absorbansi Peredaman Radikal Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Dalam Naskah Uji Aktivitas Antioksidan
Ektrak Metanol Buah Lakum dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-
40

pikrilhidrazil). Pontianak.
Robinson, T., (1983).The Organic Constituents of Higher Plants Their Chemistry
and Interrelationships.(5th Ed., 200)Cordus Press., North Amherst.
Sipahelut, S.G. (2012). Proporsi Persenyawaan Teroksigenasi Minyak Atsiri dari
Daging Buah Pala.Dalam Jurnal Ekologi dan Sains.(No.1 Vol.1).
Universitas Pattimura.
Soekarto, ST. (1985). Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian.Jakarta:Penerbit Bhratara karya Aksara.
Takaya, dkk.(2003). Antioxidant Constituent of Radish Sprout (Kaiware-
daikon).Dalam Jurnal Food Chem. (No.51).
Widyastuti, N. (2010). Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode
CUPRAC, DPPH, dan FRAP serta Korelasinya dengan Fenol dan
Flavonoid pada Enam Tanaman. skripsi. Bogor : Fakultas Matematika
dan IPA. Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G., 1997. Pangan, Enzim dan Konsumen. Gramedia PustakaUtama,
Jakarta.
41

Lampiran 1

Foto Simplisia Rosela

(1) (2)

Keterangan :
(1) Pengeringan rosela rak terbuka
(2) Pengeringan rosela rak tertutup
42

Lampiran 2

Foto Panjang Gelombang Maksimum DPPH


43

Lampiran 3

Perhitungan Kadar Air Simplisia

Perhitungan kadar air simplisia dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


Kadar air (%) =
1. Perhitungan kadar air simplisia rosella pengeringan rak terbuka
a. Kadar air I =
b. Kadar air II =
c. Kadar air III =
Rata-rata kadar air simplisia rosella pengeringan rak terbuka = 7,72
%

2. Perhitungan kadar air simplisia rosella pengeringan rak tertutup


a. Kadar air I =
b. Kadar air II =
c. Kadar air III =
Rata-rata kadar air simplisia rosella pengeringan rak terbuka =
14,25 %
44

Lampiran 4

Perhitungan Kadar Abu Simplisia

Perhitungan kadar abu total simplisia dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:

Kadar abu (%) =

1. Perhitungan kadar abu simplisia pengeringan rosella rak terbuka

a. Kadar abu I =

b. Kadar abu II =

c. Kadar abu III =

Rata-rata kadar abu simplisia pengeringan rosella rak terbuka =


6,467 %
2. Perhitungan kadar abu simplisia pengeringan rosella rak tertutup

a. Kadar abu I =

b. Kadar abu II =

c. Kadar abu III =

Rata-rata kadar abu simplisia pengeringan rosella rak tertutup =


7,594 %
45

Lampiran 5

Perhitungan Nilai IC50 Larutan Standar Kuerseti

Konsentrasi Absorbansi kuersetin


Rata-Rata % inhibisi
(ppm) 1 2 3
10 0,633 0,632 0,633 0,633 26,22%
20 0,576 0,577 0,577 0,577 32,75%
30 0,484 0,485 0,485 0,485 43,47%
40 0,414 0,414 0,413 0,413 51,75%
50 0,333 0,334 0,334 0,334 61,07%
60 0,296 0,297 0,296 0,296 65,50%

Contoh perhitungan :
1. Aktivitas daya antioksidan (%) =
Perhitungan aktivitas daya antioksidan simplisia pengeringan rosella rak
terbuka pada konsentrasi 10 ppm :
Aktivitas daya antioksidan =
2. Perhitungan nilai IC50
Perhitungan nilai IC50 dari simplisia pengeringan rosella rak terbuka :
Persamaan umum : y = a+bx
X=
Diketahui : y = 17,83 + 8,275x (y = 50)
x=
46

Lampiran 6

Perhitungan Nilai IC50 Sampel Pengeringan Rosela Rak Terbuka

Percobaan 1

NO Konsentrasi Absorbansi Absorbansi % Nilai IC50


(ppm) Blanko sampel Inhibisi
1. 30 1,040 0,769 26,05 %
2. 50 1,040 0,707 32,02 %
77,7340
3. 70 1,040 0,568 45,38 %
ppm
4. 90 1,040 0,424 59,23 %
5. 110 1,040 0,349 66,44%

Percobaan 2

NO Konsentrasi Absorbansi Absorbansi % Nilai


(ppm) Blanko sampel Inhibisi IC50
1. 30 0,816 0,549 32,72%
2. 50 0,816 0,501 38,60%
81.485
3. 70 0,816 0,438 46,32%
ppm
4. 90 0,816 0,388 52,45%
5. 110 0,816 0,325 60,17%

Contoh perhitungan :
1. Aktivitas daya antioksidan (%) =
Perhitungan aktivitas daya antioksidan simplisia pengeringan rosella rak
terbuka pada konsentrasi 30 ppm :
Aktivitas daya antioksidan =
1. Perhitungan nilai IC50
Perhitungan nilai IC50 dari simplisia pengeringan rosella rak terbuka :
Persamaan umum : y = a+bx
X=
Diketahui : y = 8,0275 + 0,53995x (y = 50)
x=
47

Lampiran 7

Perhitungan Nilai IC50 Sampel Pengeringan Rosela Rak Tertutup

Percobaan 1
NO Konsentrasi Absorbansi Absorbansi % Inhibisi Nilai IC50
(ppm) Blanko Sampel
1. 30 0,816 0,466 42,89%
2. 50 0,816 0,428 47,54%
3. 70 0,816 0,386 52,69% 60,56 PPM
4. 90 0,816 0,335 58,94%
5. 110 0,816 0,311 61,88%

Percobaan 2

NO Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi % Inhibisi Nilai IC50


Blanko Sampel
1. 30 1,040 0,564 45,77 %
2. 50 1,040 0,511 50,86 %
3. 70 1,040 0,467 55,09 % 51,17 PPM
4. 90 1,040 0,414 60,19 %
5. 110 1,040 0,369 64,45 %

Contoh perhitungan :
1. Aktivitas daya antioksidan (%) =
Perhitungan aktivitas daya antioksidan simplisia pengeringan rosella rak
terbuka pada konsentrasi 30 ppm :
Aktivitas daya antioksidan =
1. Perhitungan nilai IC50
Perhitungan nilai IC50 dari simplisia pengeringan rosella rak terbuka :
Persamaan umum : y = a+bx
X=
Diketahui : y = 37,2915 + 0,24835x (y = 50)
x=
48

Lampiran 8

LEMBAR UJI HEDONIK

KODE :
TANGGAL :
PETUNJUK :
1. Dihadapan Anda terdapat 2 gelas teh rosella dengan nomor 1 dan 2.
Anda diminta untuk mencicipi dan merasakan masing-masing dari teh
rosella tersebut.
2. Sebelum merasakan teh rosella, Anda diminta untuk meminum air
putih yang telah disediakan. Tunggu sekitar 1-2 menit setelah
meminum air putih dan sebelum melanjutkan mencicipi dan
merasakan teh rosella berikutnya.
3. Sekarang Anda diminta untuk mencicipi dan merasakan teh rosella
berikutnya.
4. Berikan penilaian untuk masing-masing karakteristik dari teh rosella di
hadapan Anda. Lingkari angka dibawah ini sesuai dengan penilaian
Anda.
Karakteristik Sampel 1 Sampel 2
Warna teh rosella 12345 12345
Aroma teh rosella 12345 12345
Rasa teh rosella 12345 12345
Keterangan :
Kriteria penilaian :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Netral
4. Agak suka
5. Sangat suka
Terima kasih atas bantuan dan waktu yang telah Anda sediakan
49

Lampiran 9

Data Hasil Uji Hedonik

1. Uji Warna Seduhan Teh Rosela

Panelis Sampel 1 Sampel 2


1 5 3
2 4 2
3 5 2
4 4 2
5 4 2
6 4 2
7 4 3
8 5 2
9 4 3
10 5 2
11 4 3
12 3 3
13 4 3
14 5 5
15 5 4
16 4 2
17 4 3
18 5 4
19 5 4
20 5 3
21 5 3
22 4 2
23 5 3
24 4 5
25 5 3
Rata-Rata 4,42 2,92
50

(Lanjutan)

2. Uji Aroma Seduhan Teh Rosela

Panelis Sampel 1 Sampel 2


1 5 3
2 3 4
3 4 2
4 4 2
5 4 2
6 4 2
7 4 2
8 2 4
9 5 2
10 5 2
11 5 2
12 3 5
13 5 2
14 5 2
15 2 4
16 4 5
17 5 2
18 3 4
19 2 4
20 5 3
21 5 2
22 5 4
23 5 3
24 3 5
25 5 2
Rata-Rata 4,042 2,958
51

(Lanjutan)

3. Uji Rasa Seduhan Teh Rosela

Panelis Sampel 1 Sampel 2


1 4 2
2 4 2
3 5 2
4 4 2
5 4 2
6 2 4
7 4 4
8 5 4
9 4 2
10 5 2
11 4 2
12 5 3
13 4 2
14 5 2
15 4 2
16 4 2
17 4 2
18 4 2
19 4 2
20 3 4
21 2 4
22 4 4
23 4 2
24 4 5
25 5 2
Rata-Rata 4 2,67
52

Lampiran 10

Hasil Uji Statistik Mann-Whitney untuk Uji Hedonik

1. Uji statistik warna seduhan rosella

Test Statisticsa
hasil uji
hedonik
Mann-Whitney
58.000
U
Wilcoxon W 383.000
Z -5.112
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Grouping Variable: sampel
uji

2. Uji statistik aroma seduhan rosella

Test Statisticsa
hasil uji
hedonik
Mann-Whitney
151.500
U
Wilcoxon W 476.500
Z -3.250
Asymp. Sig. (2-
.001
tailed)
a. Grouping Variable: sampel
uji
53

(lanjutan)
3. Uji statistik rasa seduhan rosella

Test Statisticsa
hasil uji
hedonik
Mann-Whitney
100.000
U
Wilcoxon W 425.000
Z -4.452
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Grouping Variable: sampel
uji

You might also like