You are on page 1of 111

PANDUAN PELAYANAN KOMITE

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


( PP1 )
RUMAH SAKIT KHUSUS MATA REGINA EYE CENTER

TAHUN 2015 / 2016

1
DAFTAR ISI

Surat Keputusan Direktur Tentang PPI 4


BAB 1 PENDAHULUAN ... 6
A. Latar Belakang .. 6
B. Tujuan.. 7
C. Ruang Lingkup . 8
D. Batasan Operasional .. 11
E. Jenis Penyakit Menular . 12
1. AIDS . 12
2. SARS 14
3. TBC .. 15
4. MRSA .. 17
F. Kegiatan PPIRS . 19
1. Surveilens 22
2. Kebersihan Tangan ... 35
3. APD 39
4. CSSD . 46
5. Dekontaminasi . 52
6. Kwaspadaan standart dan berdasarkan transmisi. 55
7. Management RISK PPI .. 56
8. Kohorting .. 57
9. Pengelolaan Kebersihan lingk .. 58
10. Pengelolaan linen . 63
11. Antibiogram . 67
12. Upaya kesehatan karyawan . 68
13. Pemeriksaan swab dan kultur .. 70

2
BAB II STANDART KETENAGAAN 90
A. Kualifikasi Ketenagaan ......... 90
B. Uraian Tugas . 91
C. Distribusi Ketenagaan 85
BAB III STANDART FASILITAS . 90
A. Fasilitas bagi Petugas .. 90
B. Fasilitas bagi Pelayanan .............. 91

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 92


BAB V LOGISTIK .. 99
BAB VI KESELAMATAN KERJA 100
BAB VII KESELAMATAN PASIEN . 103
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 105
BAB IX PENUTUP 111

3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS
MATA REGINA EYE CENTER

NOMOR: . /RSKM/ADM/SK/IV/2016
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKITKHUSUS MATA REGINA EYE CENTER PADANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS MATA REGINA EYE CENTER

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Khusus Mata Regina diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang
bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di Rumah Sakit
Khusus Mata Regina Eye Center yang harus mendukung
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
yang bermutu tinggi.
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur
tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit khusus Mata Regina Eye Center Padang
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Keputusan Direktur PT.Regina Cahaya Insani Nomor :
001/PT.RCI/IV/2016 tentang Penetapan Struktur Rumah Sakit
Khusus Mata Regina Eye Center.
3. SK Direktur PT.Regina Cahaya Insani Nomor : 002/PT.RCI/IV/VIII
/2010 tentang Pengangkatan dr .Ellya Thaher.SpM.MKM sebagai
Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang .

4
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS MATA REGINA
EYE CENTER Tentang PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI. RS KHUSUS MATA REGINA EYE
CENTER
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang.
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
Pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang .
Keempat : Komite pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di
Padang , 05 Agustus 2016
Direktur,

dr.Ellya Thaher,SpM.MKM

5
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu


dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan
biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah
sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan
penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial
semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang
besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan
antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung
yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan
penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan
ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan
pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan
upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya
Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan
program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi
nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk
menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada

6
seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para
penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah
sakit khusus mata regina eye center .
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye
Center Padang .
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang
tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya
pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme
pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber
infeksi.
3. Drug : pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang
dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain
berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi,
khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan
bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang
penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan
lain-lain.
B. Tujuan .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Khusus Mata Regina
Eye Center melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi
kualitas : pelayanan,management resiko,clinical governace,serta
kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus

7
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan
tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara
bermakna.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS
Khusus Mata Regina Eye Center .
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Higiene sebagai bariier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama
dengan IPSRS.
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman RS Khusus Mata Regina
Penggunaan bahan single use yang di re-use
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
I. Konsep dasar penyakit :
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari( Community
acquaired infection)atau berasal dari( Hospital Acquired infektion). Karena
seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi
nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare
assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit
juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien
namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan
medis atau perawatan . Batasan

8
a. Kolonisasi :
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana
organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang biak,namun tanpa disertai
adanya respon imun atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam
keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan
dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman
tersebut ke orang lain (sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak
disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala
klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari
satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang
ditandai adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan
laboratorium yang merupakan respon tubuh (imflamasi) yang
bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan
berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai
usia,(3) takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau leukopenia
atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang ) lebih
dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi
seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS
yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
Rantai penularan .
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu rantai
dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.

9
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur,
dan parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat
hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada orang
lain,reservoir yang paling umum adalah
manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan
organik.pada manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir
saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir yang
umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir ,pintu keluar meliputi saluran napas,pencernaan,saluran
kemih dan kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah
serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1)
kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4)
Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang
pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh
pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran
pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak
memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi ,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status
gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier
(kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi
kesehatan nutrisi yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan
pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga
matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan
desinfeksi .

10
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan
kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk
jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

II. Penyakit Menular.


I. AIDS

Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat


karena terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan
tipe 2 (HIV-2)

KLASIFIKASI INFEKSI AIDS

1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu


setelah kontak.

c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas


terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap
virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.

2. INFEKSI KRONIK ASIMTOMATIK


a. Lamanya dapat bertahun tahun .

b. Tanpa gejala ,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi

3. PGL( PERSISTREN GENERALIZED LYMPHADENOPATHY)


a. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi
pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini

11
berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60
bulan.

a. CARA PENULARAN HIV.

1. Penularan melalui hubungan seksual

2. Penularan melalui darah.

3. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;

Cairan vagina.
ASI.
Air mata.
Air liur.
Air seni.
Air ketuban.
Dan cairan cerebrospinal..
b. Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi
HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4
secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala
gejala spt :

Diare yang berkelanjutan .


Penurunan berat badan secara drastic.
Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.
Batuk terus menerus.
2. Flu burung.

Dibagi menjadi 4 sbb :

a) Seseorang dalam penyelidikan


b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi
1. Seseorang dalam penyelidikan

12
Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan
epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun
kontak erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah
flu burung ,adapun gejala yang ditimbulkan :

Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat
kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1
meter.

2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).

3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
membersihkan kotoran ,bahan atau produk lain.

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak
dengan sempurna.

5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang
dicurigai mengandung H5N1.

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau
binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)

7. Ditemukan leukopeni.

13
8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI
menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa
subtipe.

9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk


pada serial foto.

Infeksi selaput mata


Diare atau gangguan pencernaan.
Fatigue
Kasus probabel flu burung.

Dengan kriteria. :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan


pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik
H5dalam spesimen serum tunggal )menggunakan uji
netralisasi(dikirim kelab rujukan
Kasus Flu burung terkonfirmasi.

Dengan kriteria :

1. Isolasi virus H5N1 positif


2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan 4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari
setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi
konvalesen harus pula 1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke stelah awitan disertai hasil
positif uji serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda 1/160
atau western blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :

1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung


terinfeksi.

14
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama
1 menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
Setelah memgang unggas.
Setelah memegang daging unggas.
Setelah memasak.
Sebelum memasak
Pengobatan.

Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga


mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat :

1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

3. TUBERKULOSIS (TBC)

Penyebab

TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni


micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena
sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa
hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis
micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada
manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang
bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien


TB setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi

15
Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus
baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.

Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.

Cara penularan.

Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.

Masa Inkubasi

Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau


reaksi tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10
minggu .Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif
infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan
kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan
imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.

Masa penularan

Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya


mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani
pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang
tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB
positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.

Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang


dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu
batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi
dan bronkoskopi

Gejala klinis :

Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


Batuk berdahak
sesak napas
nyeri dada
Sering demam

16
nafsu makan menurun.
penurunan berat badan .
BTA (+)
Pengobatan :

Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis


(OAT) dengan metoda DOTS (directly observed treatment
shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan
pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan
berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan
rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan.

Penemuan dan pengobatan TB


Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum
terinfeksi.
Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial
ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)

Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada


kulit dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian
MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS

Saat ini ada 2 tipe :

1. Health care asosiated (HA MRSA)


Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah
sakit..

2. Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempat tempat
umum,fitness,loker-loker,sekolah dan perabotan rumah
tangga.

17
Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan
tubuhnya lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan
menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien menyebar dan
berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan
menyentuh barang yang terkontaminasi . Stapylococcus
menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses atau
gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan
nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan
menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan paru
yang bias mengancam jiwa.

Penyebaran MRSA.

1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan
rumah tangga yang MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala :

1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :

Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke


laborat dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi
(tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena
antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh
dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut MRSA.
Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk menentukan apakah
seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier)
tetapi sample kulit atau selaput lender hanya diswab tidak
dibiopsi

Pengobatan MRSA :

18
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi
serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang
dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak
akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.

Tindakan pencegahan :

1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah


menyentuh hidung anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi
dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin
terutama jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda
melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk
penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang
pribadi yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien
dengansabun dan clorin 0,5%.

II. Kegiatan pelayanan PPIIRS

I. PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH :

Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan
penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda tanda tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda
infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari

19
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi
lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.

1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada
pada waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis)
dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang


tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non
infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis
kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling
sederhana seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang
dapat menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :

1. Petugas rumah sakit.


2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
Lingkungan.

20
1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.
2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).

1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien
dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak
menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah
baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).

2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda
tanda infeksi saluran napas.

Kriteri pneumonia :

1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.


2. Produksi sputum banyak dan purulen.
3. Hasil X ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38 C dan batuk.
5. Pemeriksaan cedan sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)
Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.


Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
Biakan kuman dan biakan darah ()
Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2.Hasil X Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara progrsif
ditambah salah satu ini:

- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.

- Isolasi kuman dan biakan darah (+).

21
- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).

- Titer IgM atau IGG spesifik meningkat

- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

Pada umur kurang dari 12 tahun.:

- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi basah,,batuk ditambah


satu diantaranya sbb:

1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.


2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

Faktor penyebab :

1. Lingkungan .

- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.

- Makanan ;Muntahan.

2. Peralatan .

- NGT

- ET

- Suktion kateter.

Peralatan bronchospi

- Peralatan pernapasan.

3. Manusia.

- Haemofilus influenza.

22
- Stapilococus Aereus

- Stapilococcus pnemonia.

- MDR stains.

Faktor-faktor resiko :

1. Kondisi pasien sendiri.

- Usia > 70 tahun.

- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)

- penyakit kronis.

- Penyakit jantung kongestif.

- Penyakit paru obstruksi kronis.

- Perokok.

- koma.

- CVD.

2. Faktor pengobatan .

- Sedasi.

-Anestesi umum.

- intubasi tracea.

- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.

- Penggunaan antibiotika .

- penggunaan imunosupresif dan citostatika.

Prinsip dasar pencegahan :

Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.


Tinggikan posisi kepala 30- 45 .

23
Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter.
Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan
lendir .
Mobilisasi dini setelah operasi..
2. Peralatan ventilator.

Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral.


Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.
Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.
Termovent hepafilter diganti setiap hari.
Populasi beresiko HAP .

1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.


2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=.....%

Denominator

kasus HAP perbulan x 1000=.......%

Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :

1. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.


2. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

24
Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea sedikit sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 &<38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36

Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -

Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan


ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= .....%

Denominator

kasus VAP perbulan x 1000 =........%

Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

3. ILI (Infeksi Luka Infus)

1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :


a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan
bukti hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan
penyebab lainnya :
Demam (>38 C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni

25
mikriba.
Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa
ditemukan penyebab lain :
Demam (>38C rektal),hipotermia (<37 C),apneu,bradikardia,letargia,atau
nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni
mikroba
Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka
dilaporkan sebagai ILI bukan sebagai IADP.
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan
infeksi lain dari bagian tubuh.
Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali,
sedangkan IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan
sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.

26
Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab
atau kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika
tidak diperlukan lagi.

4. ISK (Infeksi Saluran kemih)


Pengertian

Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah
sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah
dirawat.

Kebijakan

. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.


. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.

Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :

27
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

* dan salah satu tanda :


- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000
kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml
dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik


Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik

Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.

* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil
biakan >100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak
ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

28
2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.
( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga
perinefrik ) dengan salah satu criteria dibawah ini :
Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis.
Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.4. Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang kadang diare atau
kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan

29
ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering
kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila
jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah
atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )


3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau
jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer dapat
ditetapkan secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :

3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.

CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.

- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan

30
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan
infeksi ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular (
kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%

Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %

Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

5. ILO (Infeksi Luka Operasi)

31
Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan
lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi
pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau
operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain
tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
Drainase bahan purulen dari insisi superficial
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara
aseptic dari tempat insisi superficial.
Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir,
kemerahan, atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau
tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien
tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden

32
terpenuhi.
Kategori resiko :
1. Jenis luka
Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
ASA 1-2,skor :0
ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif
dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi
terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1
jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang
terlalu rendah sebelum operasi.
Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam
sebelum operasi.

33
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan
tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air
mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai
saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif
terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang
direkomendasikan.
Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan
bedah.
Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi .
Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi
kotor.
Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera
seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat
operasi berjalan .
Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.

34
Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor
dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal /
epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan
jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi
tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk
dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan
penggantian verban.

Lakukan mobilisasi sedini mungkin.


Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan
bergizi.

II. Kebersihan tangan.

Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang


kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan
untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15
tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan
kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).

35
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang
kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan
mengapa kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it

Kepatuhan menkebersihan tangan di UGD (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%,
sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan
tersebut

Individu Patuh % Tidak Patuh %

Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang


tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan
penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor
yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini
disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang
jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar
rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan
digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi
nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar
petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi
seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara,
ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau
permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan

36
atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai
sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial (JHPIEGO, 2004).

Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan


debris secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan
mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan
menggunakan bahan tertentu.
Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan
pasien ,petugas lain,atau permukaan lingkungan
(meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal
dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora
residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam
folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan
pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air
mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen
kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular
melalui udara seperti flu burung .Tangan atau kuku petugas
kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh
organisme yang menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang
gram negatif.
Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,debris
dan mikroorganisme yang meempel sementara di
tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepaskan
mikroorganisme secara mekanik,sementara sabun anti septik
disamping membersihkan juga dapat membunuh kuman
Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme baik yang transien atau residen.
Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol
yang ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan
kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit.
Air mengalir

37
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk
kebersihan tangan merupakan air bersih bebas
mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah (jernih ,tidak
berbau )
Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela jari
sebanyak 4x.
3. Jari jari sisi dalam dari keduatangan petugas salingmengunci
sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman
tangankanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari jari di telapak
tangan kiri dansebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari jari di telapak
tangan kiri dansebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.

38
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus
diobati dan dibalut dengan balutan yang
kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan
dipakai
5.
III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan
bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat
pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS
dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi
sangat penting untuk melindungi staf .

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap,
masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif,
bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau
cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini,
bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun
yang enteng (dengan hitungan benang 140/in) adalah bahan yang sering dipakai untuk
pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak
memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang
membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat
untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk
dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan
kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

39
5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang
terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh


atau bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga

Digunakan di linen, gizi, IPAL

Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan


perlakuan khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

40
1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat
akan menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan
kulit yang tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada


pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani benda
benda yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien


lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan
belum tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .

Jenis alat :

- Masker.

- Kaca mata.

- Face sheild.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli
bedah, VK

41
Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka

Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja


,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau
cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang
mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.

Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk
penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.

c. Masker biasa.

Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau


(saat pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)

Digunakan saat menderita batuk pilek..

Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

4. Gogless (kacamata)

Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh


lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik
yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.

Digunakan untuk prosedur bedah mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)

Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko


terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.

42
Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen ,
dapur, IPAL, Laboratorium.

Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien


(instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

6. Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau


cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran


/kontaminasi pada pakaian petugas seperti ;

Seperti membersihkan luka bakar.

Tindakan drainage.

Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan


WC atau Toilet.

Menangani pasien perdarahan masif.

Tindakan bedah.

Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

43
6. Pelindung kaki

Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau
kejatuhannalkes.

- Digunakan dalam operasi

Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak


kaki digunakan untuk melindungi kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

b. Bahan atau peralatan yang tajam

7. Topi (penutup kepala)

Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau
bahan berbahaya.

Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala


petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi
kepala petugas dari bahan bahan berbahaya dari pasien.

Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang


luas (operasi)

8. Helm

Terbuat dari plastik

Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang


berhubungan dengan bangunan.

9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan


alat pelindung dilakukan ?

44
No Kegiatan Cuci Sarung tangan Jubah/ Masker
. tangan Steril biasa Celemek /
Google
Perawatan umum

1. Tanpa luka
Memandikan / bedding
Reposisi
2. Luka terbuka
Memandikan / bedding
Reposisi
3. Perawatan perianal
4. Perawatan mulut
5. Pemeriksaan fisik
6. Penggantian balutan
Luka operasi
Luka decubitus
Central line
Arteri line
Cateter intravena
Tindakan Khusus.
7. Pasang cateter urine
8. Ganti bag urine / ostomil
9. Pembilasan lambung
10. Pasang NGT
11. Mengukur suhu axilia
12. Mengukur suhu rectal
13. Kismia
14. Tubbing ventilator
15. Suction
16. Mengganti plaster ETT
17. Perawatan TT
18. PF dengan stethoscope
22. Pemasangan infuse Lebih K/P K/P
baik

45
23. Pengambilan darah vena Lebih K/P K/P
baik
24. Punksi arteri Lebih K/P K/P
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC
26. Penggantian botol infuse
27. Pelesapan dan penggantian
selang infuse
28. Percikan darah / cairan
tubuh
29. Membuang sampah medis
30. Penanganan alat tenun. K/P

IV. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial


Adalah Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry
heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini
yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan
efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan
Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk
mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai
fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-
instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.
Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121C; tekanan harus
berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat
terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132C, tekanan harus berada
pada 30 lbs/in; 15 menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in) dapat agak berbeda bergantung
pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.

46
Panas kering:

* 170C selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di


oven, pemanasan hingga 170C, selama 1 jam dan kemudian proses
pendinginan 2-2,5 jam), atau
*160C selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:

*Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target


*Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini
lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan
untuk alat-alat individual.
Kegiatan di unit CSSD :
1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
Pagi pukul 08.00-09.00 WIB
Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area
ini adalah:

a. area penerimaan/pembersihan hal-hal kotor,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan


dikeringkan.
Area penerimaan/pembersihan hal-hal kotor harus memiliki:

sebuah konter penerimaan;1

dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu


untuk membilas) dengan suplai air bersih; dan

sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

47
b. area kerja bersih

Di area kerja bersih, peralatan bersih:


diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;

dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan

dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau


diangin-anginkan untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam
wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:

meja besar;

rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah


dipak; dan

sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer,


atau boiler.

48
c. area kerja bersih
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan
untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:
meja besar;
rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
d. area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD
melalui area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan
ruangan tersendiri.

e. area penyimpanan steril atau DTT.


Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau
DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di
kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup
lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu
dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses
terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain
tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan
15-20 cm dari dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus
melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan
bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang
penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan
49
Sistem Shelf Life:
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan
terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan
4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril
atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di


kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup
lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu
dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses
terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas
kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus
disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-
langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus
melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan
bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang
penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga
dibuka.
Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan
Sistem Shelf Life:
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan
bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan
integritas dan efektivtas pak tersebut.
Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak
mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi
kelembaban, dan kontaminasi udara.
Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah
basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan,
kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan
sebelum digunakan.

50
Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
kerusakan dan kontaminasi.
Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan
penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah
peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan dari
sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika
memilihnya dibuka untuk digunakan.
Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau
membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak
adalah:

Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak
tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya


Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTTdari
peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan
atau menyimpan peralatan ini bersama-sama.
Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke
prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan
penutup untuk mencegah kontaminasi.
Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum
membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area
kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi
tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area ini.)
Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area
penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup dan
antibocor.

51
Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan
dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
(Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan
pengelolaan peralatan yang akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

4. Indikator mikrobiologi

Sumber : Perkins 1983

V. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan
yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah
mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh
tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta
dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990;
ASHCSP 1986).

Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat


kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan
oleh Nystrm (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75%
dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat
yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat
dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .

52
Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak
dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering dengan
cairan guna respiratori :

53
desinfektan melindungi dari -LM laringeal
tingkat tinggikontaminasi mask.
lingkungan -Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans
vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast
pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunakan ditempat yang equipment:
detergent dan kering * Bedpan dan
air .jika urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
*
Termometer.
* Tourniket
* Tensi
meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly
didesinfeksi dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfeksi tingkat menengah

54
VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi
Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi
hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan universal precaution
dab body substance isolasi (BSI) menjadi kewaspadaan isolasi dengan
komponen sbb :
* Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien dan
pasien
yang mengunjungi fasilitas layanan kesehatan, meliputi :
- Kebersihan tangan.
- Penggunaan APD (alat pelindung diri )
- Peralatan perawatan pasien.
- Pengendalian lingkungan.
- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.
- Penempatan pasien.
- Higiene respirasi/etika batuk.
- Praktek menyuntik yang aman.
- Praktek untuk lumbal punksi.

I. KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat dalam Tabel


2-1. Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau kimiawi di antara
mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien
rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif
untuk mencegah penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai
penyebaran penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan
bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan kesehatan serta
menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku yang baru:

55
Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat
berpotensi menularkan infeksi.
Kebersihan tanganprosedur yang paling penting dalam
pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda
terkontaminasi ke orang).
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh
kulit yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh
tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

V. Management Resiko PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan ,memerlukan


perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan dan pegendalian
infeksi yang merupakan acuan mutu rumah sakit,sehingga memerlukan
tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

1. Resiko adalah :

Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak


pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004)
Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk


mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang
tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan resiko (ISO
3100:2009)
II. Identifikasi Resiko

Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan resiko . Hal


pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah mengidentifikasi
,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan Reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang dikakukan

56
proaktif mencari resiko yang menghalangi rumah sakit mencapai tujuan.Jika
faktor resikonya belum muncul dan bermanifestasi metoda yang dapat
dilakukan dengan cara,audit,brainstorming,pendapat ahli,FMEA,analisa swot.

b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko


muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan .Metoda yang
digunakan adalah pelaporan insiden.tentu saja kita akan melaksanakan prinsip
identifiksi proaktif karena belum menimbulkan kerugian.

III. Analisa Resiko .

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat


resiko,analisa dilakukan dengan cara menilai :

1. seberapa sering peluang resiko muncul,


2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

Descripsi 1 2 3 4

Jarang Intermediate Sering Selalu


terjadi

Frekuensi

Probability

Dampak

occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya


mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas
penangannnya .

Tabel.

Peringkat Resiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

57
2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Resiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Resiko.

Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria


resiko untuk menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat diterima atau
ditolelir.Sedangkan kriteria resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari
pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko ini setiap resiko dilelola
oleh orang yang bertanggung jawab sesuai denga resiko,dengan demikian tidak
ada resiko yang terlewat.

V. Penanganan Resiko

Adalah proses memodifikasi Resiko :

1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak


memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan
resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan
peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

VI. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit , yang


meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud
pengelolaan rumah tangga adalah :
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari
pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar,

58
mengurangi risiko kecelakaan, dan
mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan
untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan
kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan
dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC,
pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan
disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan
pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air
dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan
ruang perawatan intensif.

VII.Peralatan yang single use yang di Re-use

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka peralatan


yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi
keselamatan pasien.Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan
kembali , oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-use sbb;

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

Berupa benda tajam

Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

59
Kategori Alat-alat medis :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad harus dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan untuk tindakan
steril,rongga,aliran alat harus invasif.
darah kering. -endoskopidan
-kemasan tidak assesoris yang
robek dipakai dlm
-Bungkusan tindakan
harus dibuat invasif:
dengan - alat ERCP
menghambat -Laparoskopi
bioefektif - Broncoskopi
selama - instrument
penyimpanan. bedah/operasi
.simpan alat
steril pada
area steril
guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering dengan
cairan guna respiratori :

60
desinfektan melindungi -LM laringeal
chlorine 0,5 dari mask.
% kontaminasi -Vaginal
lingkungan speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoideskope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon invasif
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih equipment:
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air .jika * Manset
menggunakan tekanan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah

61
Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol


penggunaan melihat
ulang&proses
Laringeal 40x 1. Catat jumlah re-use pada kartu
mask steam pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat langsung dibuang.
3. Bila alat rusak sebelum waktunya
segera dibuang
Nasal spray 5x 4. Catat jumlah re-use pada kartu
steam pemeliharaan .
5. Setelah 40x alat langsung dibuang.
6. Bila alat rusak sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-use pada kartu
tube non steam pemeliharaan .
kinkin 8. Setelah 40x alat langsung dibuang.
9. Bila alat rusak sebelum waktunya
segera dibuang
Respiratory 30x 10.Catat jumlah re-use pada kartu
valve steam pemeliharaan .
11.Setelah 30x alat langsung dibuang.
12.Bila alat rusak sebelum waktunya
segera dibuang
Beast
pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :


a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak
berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia
biologis.

62
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua
jenis kotoran biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan
peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi
kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus
peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah
ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji
untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian
prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-
use atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh
PPI(ICN) RSPB untuk memungkinkan pengembangan protokol langkah
demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan
prosedur untuk menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini
akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi

VII. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk


mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor dan
membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau membungkus), kemudian
menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara aman dari
berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip dan langkah-
langkah utamanya tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan,
membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhati-hati. Mereka harus
memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah tanggauntuk mengurangi
risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam, termasuk pecahan gelas . Staf
yang bertanggung jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai
sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan apron plastik atau karet.

VIII. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk


dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial
psikologi ) di RS dengan cara :

63
Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga
infeksi nosokomial dapat di cegah dengan mempertimbangkan cost
efektif
Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja Ruang lingkup pengelolaan
lingkungan :
1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY
Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi
tertentuyang meliputi design interior,eksterior, civil dan medical.
Definisi dari kegiatan konstruksi :
Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuk namun tidak terbatas pada :penghapusan ubin langit-langit untuk
inspeksi visual (terbatas pada 1genteng per5m2) ,lukisan (tetapi tidak
pengamplasan );mencakup instalasi dinding;kerja trimlistrik;pipa kecil;setiap
kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan pemotongan
dinding atau
akseske langit-langit selain untuk inspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu sedikit.
Termasuk,tetap itidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan
komputer, akseskeruang chase, memotong dinding atau langit-langit di
manamigrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.termasuk
,tetapi tidak terbatas pada, pembongkaran atau penghapusan komponen
bangunan

64
built-in atau rakitan, pengamplasan dinding untuk lukisan atau mencakup
dinding, meliputi penghapusan lantai /wallpaper, ubin dan casework langi-
langit,konstruksi dinding baru,ductwork kecil atau pekerjaan listrik diatas
langit-
langit, kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi termasuk,tetapi tidak
terbataspada, penghancuran berat, penghapusan sistem plafon yang lengkap,
dan konstruksi baru.
2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan
dan renovasi bangunan.
3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Area Perawatan UGD
kantor pasien dan tidak Area klinis
Tanpa tercakup dalam Radiology Kamar Operasi
pasien/are Grup Kamar prosedur
a resiko 3 atau 4 invasif pasien rawat
rendah Laundry RecoveryRo jalan
yang tidak Kantin oms AreaAnastessi&pom
terdaftar Manajemen pajantung
dimanapu Material Laboratoriu Semua Intensive
n Penerimaan/Pe m Care Unit (kecuali
mulangan yang tertulis di
Laboratorium Grup 4 )
tidak spesifik Farmasi
seperti Grup 3
Koridor Umum
(yang
dilewatipasien,
suplai,dan linen)

65
b. Pedoman kontrol infeksi.
Kelas I - Jalankan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan
peningkatan debu dari operasi konstruksi
- Mengganti genteng langit-langit untuk inspeksi visual
secepatnya
Kelas II - Penyediaan aktif berart iuntuk mencegah debu udara
menyebaran keatmosfir
- Segel pintu yang tidak digunakan dengan lakban.
- Konstruksi yang mengandung
- Limbah sebelum ditransportasi harus dalam wadah tertutup
rapat.
- Pelbasah/atau vakum dengan vakum HEPA ber-filiter.
- Tempat kan lap kaki dipintu masuk dan keluar dari area
kerjadan mengganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi proses
kerja.
- Isolasi sistem HVAC didaerah mana pekerjaan yang sedang
dilakukan/kohort dengan tekanan negatif
- Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek selesai.
Kelas III Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah
dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari sistem
saluran.
Lengkapi semua barrier spembangunan sebelum konstruksi
dimulai.
Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode
lain untuk mempertahan kantekanan negatif. Keselamatan
umum akan memonitor tekanan udara
Jangan menghilangkan barriers dari area kerja sampai
proyek lengkap dibersihkan.
Pelbasahatau vakum dua kali per 8 jam periode kegiatan
konstruksi atau sesuai yang diperlukan dalam rangka untuk
meminimalkan jejak.
Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing yang
terkait dengan konstruksi. Bahan barrier harus diusap

66
basa,Vakum dengan menggunakan HEPA atau berikan
kabutairagar lembab sebelumd isingkirkan.
Tempat kan limbah konstruksi dalam wadah tertutup rapat
sebelum ditransportasi.
Tempatkan keset kaki dipintu masuk dan keluar dari area
kerja dan diganti atau dibersih kan saat tidak adalagi
aktifitas kerja
Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek telah
selesai.
Kelas IV - Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah
dilakukan untuk mencegah kontaminasi system saluran.
- Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi
dimulai.
- Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan
unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan tekanan negatif.Keselamatan umum akan
memonitor tekanan udara
- Beri segel pada lubang,pipa,saluran dan tusukan untuk
mencegah migrasi debu.
- Bangun anteroom dan mengharuskan semua personi lmelewati
ruangan.Pel basah atau vakum HEPAanteroom tiap hari.
- Selama pembongkaran,kerja yang menghasilkan debu atau
bekerja dilangit-langit,sepatu sekali pakai dan baju harus
dipakai dan dibuang di anteroom ketika meninggalkan area
kerja.
- Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga selesai
proyek dibersihkan
- Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan puing-puing yang terkait dengan
konstruksi.

IX. Antibiogram
Dengan pemeriksaankultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap
antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit

X. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa

67
Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan
yang telah kadaluwarsa

XI. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga dapat


menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.

Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa


riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang
dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan haemophilus influenza,campak,
tetanus,difteri,rubella,mantoux test.Alur pasca pajanan harus dibuat dan
dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan


dari rumah sakit.meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas
akut dari manusia ke manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko
bila terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.

B. Tujuan:

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.


2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.

68
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi


hepatitis B, iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca
imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum

48 jam

C. Evaluasi

1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehatan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
SPO PPI
Kewaspdaan isolasi
Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
Informasi resiko ekspos.
Alur mangemen dan tindak lanjut.
Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1

Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

69
Resiko terpajan 0,2 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam
pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai
pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat
sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya.

3. Virus Hepatitis B.

Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan


dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau
HbeAg.

D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewaspadaa Masa Tindakan


inkuba selama/ n yang perlu petugas
si virus dijalankan diliburkan
shedding / tindakan
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
mengeluarka
n cairan
tubuh
Acinetoba Luka bakar Flora N kulit Standar dan
cter yang di manusia, mukus kontak
baumanii hydroterapi menbran dan
tanah. Bertahan
di tempat
lembab dan
kering sampai
berbulan,
menular melalui
peralatan rawat
respirasi,
tangan petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,

70
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka
terbuka
Adenovir 6-9 hari Sekret Droplet, Konserfatif
us type 1- saluran nafas kontak
7
Aspergilo Infeksi jar Inhalasi Kontak dan
sis luas dengan stadium airbone
cairan airbone, conidia
berlebihan
candidiasi Standar,
s kontak
Chlamidia Standar,
C kontak,
trachoma termasuk
tis seksual
Congenita Sampai umur Kontak dengan Standar, Restriksi 7
l rubella 1 tahun bahan kontak hari
nasofaring dan
urin
Conjungti 5- 12 14 hari stl Kontak dengan Kontak Sampai Pengobatan
vitis hari onset tangan, alat standar mata tidak
*adenovir terkontaminasi kluar
us type 8 kotoran
Campak 5-21 3-4 hr stl Droplet yang Transmisi Restriksi 7 Pengobatan
hari bercak besar (kontak udara hari setelah simtomatik
timbul mel dekat) & udara bercak
nasofaring merah
timbul (yg
imun) 5hr
stl ekspos-
21 hr stl
ekspos
Campilob Standar
acter

71
Closrtidiu kontak
m difficile
Cytomega Tidak Tahan di Kontak dg Standar hand Tidak perlu
lo virus diketah lingkungan sekresi &eksresi hygiene
ui dlm wkt : saliva dan urin
pendek
Difteria Sekresi dr Droplet, Sampai Pengobatan
mulut kontak terapi simtomatik dan
mengandung c antibiotika virus.
difteriae telah Minum
lengkap eritromicin 3x 1
dan sampai tb sampai 7 hari
2 kultur
berjarak 24
jam
dinyatakan
negatif,
perlu
imunisasi
tiap 10
tahun
Gastroent Kontak px, Standar atau Tidak
eritis konsumsi kontak mengolah
*salmonel makanan/ air makanan
la terkontaminasi sp 2x jarak
*shingella 24jam
*yenteroc kultur feses
olitica negatif
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral Standar Libur di Vaksinasi


A hari kadang2 sp 6 melalui feses area hepatitis a
bulan perawatan/
(prematur) pengolahan
makanan,i

72
minggu
setelah
sakit
kuning
imunisasi
paksa
ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mgg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi HbsAg atau
D: 3-7 HbsAg positif tdk utuh kontak smp HbeAg HbeAg,tidak
mgg dgn darah, negatif. perlu divaksin
semen, cairan bila petugas
vagina, cairan telah
tubuh yg lain mengandung
Anti HBs 10
mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit yg sampai
tdk utuh kontak kondisi
gdn darah, membaik
semen, cairan / sampai
vagina, cairan HceAg
tubuh yg lain negatif
Herpes 2-14 hr Asiptomatik Kontak dgn Standar, Retriksi
simplex dpt ludah karier kontak tidak perlu,
mengeluarka mengandung tangan tp dibatasi
n virus virus langsung/ kontak dgn
lwt sekresi luka px
aberasi/ cairan
vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari 4
mukosa, kulit yg jam paska
tdk utuh kontak pajanan
dgn darah,
semen, cairan -diberikan
vagina, cairan arv,azt dan 3 tc.

73
yubuh yg lain -dilakukan
pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah
3 bln,9bln,11 bln
Helicobac Standar
ter pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL,
Srep
pneumoni
a
Influensa 1-5hr Infeksius pd Airbone, kontak kontak Vaksinasi
3hr pertama langsung/ pd petugas
sakit.Virus droplet dgn yg rentan.
dpt sekresi saluran Amantadin
dikeluarkan napas untuk
sblm gejala kontak dgn
timbul smp influensa A
7hr stlh
dimulai sakit,
lebih panjang
pd anak dan
orang
Hemophil Standar
us droplet
Influenza
e
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet sekret Kontak


Human produktif, respirasi Droplet

74
Metapneu kongesti
mo virus nasal
(HMPV) whezing,
bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak
+ 11,5 tahun
Novirus 12-48 Diare, KLB Makanan, air Kontak,
jam terkontamibasi makanan, air
feses
N 2-10 hr Kontak dgn Trasmisi mel Libur spm -perlu
meningiti sekret saluran droplet 24jam stlh profilaksis dgn
s napas terapi Rif2x600 mg
paska selama 2 hari
ekspos. ,dan dosis
Rifampin2x tunggal
600mg, cipro1x1,atau
2hr; ceftriaxone 250
ciprofloxaci mg IM
n1x500mg
atau
ceftriaxon2
50mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak dengan Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12- acquired, droplet atau droplet efektif,
25hr) virus berada langsung dgn MMR
dlm saliva 6- sekret sal Restriksi sp
7hr sbl napas, yi saliva, 9hr stlh
parotitis sp hidung dan onset
9hr stl onset mulut parotitis.
Px Petugas
immunokom renyan :
promls 12hr paska
ekspos
pertama sp
25 hr stlh

75
ekspos
terakhir
Parvoviru 6-10hr Menular Kontak dgn Transmisi Tidak perlu
s/B19 sblm bercak droplet besar, drolpet restriksi
merah sp 7hr muntahan
stlh onset
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn Transmisi Vaksin
sangat sekresi sal droplet sp 5 direkomen
menular napas, droplet hr menerima umur 11-
besar kontak antibiotik 64 th
dekat petugas
dgn
pertusis:
restriksi
fase
catarrhal sp
mg 3 stl
onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyel Nonpar Sal napas Kontak cairan Transmisi Imunisasi
itis alitik: 3- 1mgg stlh sal napas, benda kontak direkomen
6hr; gejala terkontaminasi dasikan
paraliti muncul, dlm fese
k 7- feses bbrp
12hr mgg-bulan
stlh gejala
muncul
Rubella 12- Sangat Kontak dgn Transmisi 5hr stlh
23hr, menular saat droplet droplet dan bintik
bintik bintik merah nasofaring px kontak dgn keluar :
merah keluar, virus cairan sal petugas
timbul lepas 1mgg napas rentan 7hr

76
14-16hr sblm smp 5- stl ekspos
stlh 7hr stl onset, pertama sp
ekspos congenital 21hr stl
rubella bisa ekspos
melepas terakhir
virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmisi Batasi
(infeksi (terseri dapat terkontaminasi kontak erat kontak dgn
virus ng mengeluarka saat merawat dhn droplrt pasien
respirator 4-6hr) n virus pasien atau atau aerosol rawat dan
ik) selama 3- menyentuh partikel kecillingkungan
8hr. Tp pd benda mati, bila ada
bisa anak 3- transmisi RSV KLB RSV
4mgg bila menyentuh Restriksi
mata atau sampai
hidung gejala akut
hilang
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
petugas, kontak, dapat pasien dan
mungkn airbone pengolahan
karier nares makanan
anterior, bila
tangan, petugas
axilla, dengan lesi
perineum, kulit basah
nasofaring, tidak perlu
orofaring retriksi bila
kolonisasi
Streptoco Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
cA terinfeksi & rektum, vagina berdasar perawatan
mensekresi transmisi pasien &
pengolahan
makanan

77
sp 24 jam
stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonell Orang- orang
a, lewat fekal oral
Shingella air/ makanan
terkontaminasi
Sypilis Kontak Kontak
langsung dg lesi
primer atau
sekunder sypilis
Tuberkol Sp 1 bl Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
osis minum OAT nuklei kontak terbukti terexpose perlu
(mengeluark non tes mantoux bila
an c tubuh infeksius indurasinya> 10
infeksius) mm perlu
profilaksis INH
sesuai
rekomendasi
lokal
Varicella Sp lesi kering Airbone, 8 hari Vaksinasi
& berkusta kontak, pasca varicella
standar kontak sp
21 hari
paska
kontak,
beri imuno
globulin IV
paska
kontak,
imunisasi

78
petugas
paska
pajanan
dalam 4
hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi


*lokal jangan sampai lesi
kontak dg mengering
pasien rawat dan
mengelupa
s
* Jangan Retriksi
menyelur kontak dg sampai
uh atau pasien semua lesi
orang kering dan
immuno mengelupa
komprom s
ais
* paska Jangan Dari hr ke
pajanan kontak dg 10 paska
(person pasien rawat pajanan
yang pertama sp
rentan) hari ke 21
atau hr 28
bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupa
s

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

79
1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum
bekas

Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin resiko tinggi,dapat
HB diperlakukan sebagai
sumber HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya pengobatan
serokonversinya cukup tidak perlu
perlu terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri
boosster HB dalam
waktu 7 hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai
HB(dalam waktu 7 sumber HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
seperti non serokonversi.
serokonversi. 2.jika titer tidak cukup
2.jika titer tidak booster vaksin HB.
cukup HBIG 1x + 3.jika tter cukup tidak
booster vaksin HB perlu diobati.
dan ulangi

80
pemeriksaan
setelah 4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV
nasehat. (+),jika resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari
pasien HIV (+) staf
harus dirujuk
kefasilitas post
exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan
pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3

81
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan
zidovudine selama
4 minggu (250 mg
3x/hari) atau 150
mg 2x/hari(untuk
tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

HIV (+) Tidak perlu


diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak perlu Tidak perlu diobati konsul
untuk melakukan diobati dokter internist jika perlu.
pemeriksaan
0,3,6,12 bln
pemeriksaan HVC
dengan PCR dan
diperiksa LVT
untuk mengetahui

82
status infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

E. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan
serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Rejimen


Resiko
tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu -
PPP PPP
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan Berikan AZT 300mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 jam x 28
obat obat hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
- Tusukan Berikan rejimen Berikan Berikan AZT 300mg/12
benda tajam 2 obat. rejimen 2 rejimen 3 jam x 28
solid obat. obat hari,3TC 150
mg/12 jam 28

83
Berikan rejimen hari,Lop/r
- Tusukan 2 obat Berikan Berikan 400/100mg/12
benda tajam rejimen 3 rejimen 3 jam x28 hari.
berongga obat obat
XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman
pada

a. lantai,dinding dan ,AC

b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun


1996 tentang tenaga kesehatan
No Jenis tenaga Pendidikan sertipikat Jumlah
formal
1 Dokter Anestesi PPI lanjut 1
spesialis
2 IPCN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management 1
linen
5 Sanitasi gizi D-3 Management 1
Gizi
6 farmasi D-3 1
7 Laboratorium D-3 / D 1 1

Kualifikasi ketenagaan PPI

84
1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.
2. Minimal pendidikan D3 /D1
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu

B. Uraian Tugas :

B.1. Direktur.

Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upya PPI
Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
Menentukan kebijakan PPI
Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO ;

- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sbb;

Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi
antibiotika.
Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens
infeksi dan deteksi dini KLB.

85
Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat
pasien.

B.2 IPCN

B.2.1Kriteria IPCN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan


PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

B.2.2 Uraian tugas :

Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi


yang terjadi diruang perawatan.
Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspaan isolasi.
Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia
PPIRS.
Melaksanakan pelatihan PPIRS.
Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI
memperbaiki kesalahan.
Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi PPI
audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan
menggunakan daftar tilik.
Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibitica yang
rasional.
Membuat laboran surveilens.

86
Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip
PPI dan aman penggunaannya.
Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM PPIRS.
Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
Membuat SPO PPI
Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang


perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien
pulang.
Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan
terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.

87
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah
KLB (HAIs).
Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi


yang berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada
petugas laboratorium.
Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi
nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:

Memisahkan linen infeksius dan non infeksius


Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gizi:

Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.


Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab
petugas gisi.
Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :

Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.


Memantau penggunaan bahan desinfektan.
Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang
tertentu.
Memantau proses pembakaran incenerator.
Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

88
C. Distribusi Tenaga.

Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara


komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
QMR,UGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap,
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
House keeping (CS).

BAB III

STANDART FASILITAS

A. Fasilitas bagi petugas.

1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite
lain Rumah sakit
Digedung IKO lantai 3 .

2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1

89
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .

1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan


,petugas laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan
bahwa fasilitas tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika
diperlukan misalnya:
Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan
bantuan psikologi
Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat
tersebut (rumah sakit /kamar jenazah)

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada


dan dipatuhi (cmplience kebersihan tangan )

6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi


berpenyakit menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai
tempat pemeriksaan awal ,identifikasi sebagai pengobatan darirat,pasien
yang perlu dirujuk untuk penatalaksaanselanjutnya.

90
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di


masing masing unit kerja sbb :

1. Tata laksana pelayanan unit surveilens


a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laboratarorium
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan
suveilens
- IPCN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- IPCN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan
divalidasi oleh dokter penaggungjawab pasien.
- IPCN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- IPCN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.

91
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur
tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- IPCN
- Petugas Laboratorium.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter
penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan
pemeriksaan kepada petugas laborat.
- IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan
dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau
kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- IPCN, IPCLN
- Petugas kebersihan (CS )
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- IPCN dan IPCLN melakukan pertemuan rutin, membahas dan
evaluasi kinerja staf CS
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah
lingkungan

92
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau
cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan
ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau
cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- IPCN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku
expedisi diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen
sesuai ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan
bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk
mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator
kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil
baik lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan
dengan buku expedisi ruangan dan CSSD

93
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap
hasil sterilisasi
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas
ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan
clorin 0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laboratorium
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter
penaggung jawab

94
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur
pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses
selanjutnya sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil
kepada ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung
jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing masing
kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada
direktur dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.

a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan
setiap hari ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan
Unit Gizi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai
ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
karyawan kepada direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja

95
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa
akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
kebisingan,debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan
pemberitahuan renovasi,alat penghalang disekeliling area
renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar
dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan
untuk mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan
tes swab lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik setelah
periode 1 bulan ruangan boleh digunakan

Selesai renovasi

Diamkan selama
1 bln dan uji swab

Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap
Desinfeksi dinding
digunakan
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %

96
Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan siap


digunakan

8. Pelayanan pembuatan ruang kohort


a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada
direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %

97
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala
ruang,dokter,baru staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

BAB V

LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika
batuk,pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab
bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk
dimintakan persetujuan.
3. Penditribusian

98
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan
kesehatan meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
Perawat, OK, laboratorium, sanitasi gizi, linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum
bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman

99
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan
pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam

100
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan
kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa
atau Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit
pelayanan.
Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik
atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai
jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan

101
Meliputi :

a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI


b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik
diminta atau tidak.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas
di Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang .
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping
terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui
telepon kepada dokter yang merawat.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan
tinggi pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.

102
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .

6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko


dan tindak lanjut kepada pasien yang dirawat .
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi
di masing-masing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

103
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Penerapan system pencatatan dan pelaporan di RSK.Mata Regina


mempunyai tujuan:
1. Mendapatkan data untuk memetakan masalah masalah yang
berkaitan dengan keselamatan pasien
2. Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah langkah agar
KTD yang serupa tidak terulang kembali
3. Sebagai dasa ranalisis untuk mendesain ulang suatu sistem asuhan
pelayanan pasien menjadi lebih aman
4. Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTDdanKNC)
5. Meningkatkanmutu pelayanan dan keselamatanpasien
b. RSK.Mata Regina mewajibkan agarsetiap insiden keselamatan pasien
dilaporkan kepada komite keselamatan pasien rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien di RSK.Mata Regina bersifat:
- Non punitive (tidakmenghukum)
- Rahasia
- Independen
- Tepatwaktu
- Berorientasi pada sistem
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan lembar Laporan

104
Insiden Keselamatan Pasien yang berlaku di RSK.Mata Regina dan
diserahkan kepada Komite Keselamatan Pasien RSK.Mata Regina
Bagian/unit mencata tkejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-
masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan
kepada komite keselamatan pasien dalamwaktu :
- 1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinelevents
(berdampak kematian atau kehilangan fungsi mayor secara
permanen).Apabila pelaporan secara tertulis belum siap ,pelaporan
KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.
- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak
klinis/konsekuensi/keparahan tidak signifikan, minor, dan moderat.

f. Tindak lanjut dari pelaporan:


- Tingkat risiko rendah dan moderat :investigasi sederhana oleh
bagian/uni tyang terkaitinsiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risiko tinggi dan ekstrim: Root Cause Analysis (RCA)yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
a.Bilainsidenkeselamatanpasienyangterjadimempunyaitingkatrisikomerah(
ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan
kejadian tersebut kepada direksi RSK.Mata Regina
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko
kuning (tinggi) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan
kejadian tersebut kepada Direksi RSK.Mata Regina.
c. Komite keselamatan pasien RSK.Mata Regina melakukan rekapitulasi
laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan
kepada direksi RSK. Mata Regina.
B. PENERAPAN INDICATOR KESELAMATAN PASIEN.
a. Komite Keselamatan Pasien RSK. Mata menetapkan indicator
keselamatan berdasarkan atas pertimbangan high risk, high impact,
high volume,prone problem.
b.Komite Keselamatan Pasien RSK Mata menjelaskan definisioperasiona
l,frekuensi pengumpulan data ,periode analisis,
caraperhitungan,sumberdata,target dan penanggungjawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RSK.Mata Regina bertanggung jawab

105
terhadap pelaksanaan dan kesinambungan penerapan indicator
keselamatan pasien
d. Komite Keselamatan Pasien RSK.Mata Regina bertanggung jawab dalam
proses pengumpulan data, analisis dan memberikan masukan kepada
Direksi berdasarkan pengkajiantersebut.
e. Indikator dikumpulkan dan di analisis setiap bulan.Setiap tiga bulan
indicator di analisis dan difeed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu di tinjau ulang setiap
3 tahun sekali.

C. ANALISIS AKAR MASALAH

a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RSK.Mata


Regina menerapkan metode root cause analysis( RCA ) atau analisa
karmasalah,yaitu suatu kegiatan investigasiterstruktur yang bertujuan
untuk melakukan identifikasi penyebab masalah dasar dan untuk
menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang
sering terjadi di Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang .
c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinelevents.

d. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan


ekstrim diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45hari dan
dibutuhkan tindakan segera yang melibatkan Direksi.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada
sesuatu yang benar,maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan
:dokter yang mempunyai kemampua dalam melakukan RCA,unsur
keperawatan,dan SDM lainyang terkait denganjenisinsiden keselamatan
pasien yangterjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah-langkah yang di ambi ladalah membentuk
tim RCA, observasi lapangan, pendokumen tasian,wawancara, studi
pustaka, melakukan asesmen dan diskusi untuk menentukan faktor
kontribusi dan akar masalah.

106
g. Hasil temuan dari RCA ditindak lanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar
kejadianyang sama tidak terulang kembali

STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK

1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan


yang terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik
pasien maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat
timbul karena proses pelayanan.

2. Indikator Mutu Klinik:


1). Indikator Non Bedah :
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi
dan aman bagi lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai, AC yang memenuhi
standart (SPM)
h). Hasil kultur : Pus,darah .

2) Unit CSSD :
a). indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi
dilaksanakan dan hasilnya baik
b). maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi
kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap
ruangan ,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .

107
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui
sistem informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan
pada perawat senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang
dibakar menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan :
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan
perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop,
Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai


berikut

a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah


1) Angka infeksi karena Jarum Infus

x 100 %

2) Angka infeksi luka operasi x 100 %


Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%


Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

108
4) Angka i saluran kemih x 100%
Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %


Total pasien tirah baring dalam satu bulan

BAB IX

PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan


pencegahan dan pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di
unit PPI RS saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di
Rumah Sakit Khusus Mata Regina .
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan
pengunjung Rumah sakit.,sehingga dapat merubah perilaku yang sehat,
penyiapan sehat, sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan danpengendalian
infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan
dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center , lebih baik mencegah dari pada
mengobati.

109
Padang, 05 Agustus 2016
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye
Center Padang
Direktur ,

dr.Ellya Thaher, SpM.MKM

XVI. Landasan Hukum

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit .
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang
standart minimal pelayanan Rumah Sakit.
3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor
HK.03.01/II/3744/ 08 tentang Pembentukan komite dan Tim
Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.
4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standart pelayanan Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang
Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.

110
111

You might also like