You are on page 1of 7

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DIABETES MELITUS
Dosen Pembimbing: Ns. Shinta Wahyusari, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh Kelompok 01:

1. Firman Syah W.A (14201.06.14013)


2. Fathur Rozak (A) (14201.06.14010)
3. Nurul Jazilah (14201.06.14039)
4. Siti Maisaroh (14201.06.14037)
5. Nur Kholidiyah (14201.06.14074)

PROGRAM STUDI SI-KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN - PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
Asuhan Keperawatan DM
1. Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Anamnesa : mengenali identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan,pekerjaan, alamat,status perkawinan, suku bangsa, nomer register, tanggal
masuk,dan diagnosis medis.
b. Keluhan Utama : adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka,
sering merasa haus, merasa lemah, pandngan kabur, sering merasa lapar, sering buang
kecil malam hari
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : berisi kapan terjadinya luka, penyebab, uapaya yang
dilakukan untuk mengatasi lukanya
d. Riwayat Penyakit Dahulu : adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin, misalnya penyakit pancreas, adanya
riwayat jantung, obesitas, aterosklerosis.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : dari genogram keluarga biasanya ada yang menderita
DM atau penyakit keturunan yang menyebabkan difisiensi insulin missal hipertensi,
jantung.
f. Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
g. Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi kesehatan: pada klien ganggren kaki diabetic terjadi perubahan
presepsi dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak ganggren kaki diabetic sehingga menimbulkan persepsi yang negative
terhadap dirinya serta kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengbatan
dan perawatan yang lama. Oleh Karen itu, perlu adanya penjelasan yang benar dan
mudah di mengerti klien.
adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien dan keluarga mengenai
pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : akibat reproduksi insulin yang tidak adekuat atau
adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat mempertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering makan dan banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut akan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi kesehatan penderita
pola makan dan minum seharihari, jumlah makanan dan minuman yang
dikonsumsi, jenis makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan
menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.
c) Pola eliminasi : Adanya hiperglikemi menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan klien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urin (glukosuria) ,pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit , mencatat
konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi, beser.
d) Pola aktivitas dan latihan : adanya luka ganggren dan kelemahan otot-otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami perubahan.
reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin, kelelahat/ keletihan),
perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara
mandiri.
e) Pola tidur dan istirahat : adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka, dan situasi
rumah sakit yang raami akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahatn penderita
sehinga pola tidur dan waktu istirahat penderita mengalami gangguan.
berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan selama tidur (sering terbangun),
nyenyak, nyaman.
f) Pola sensori dan kognitif: klien dengan ganggren cenderung mengalami neuropati/
mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
g) Pola persepsi dan konsep diri : adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang
sukar sembuh, lamanya perawatan, serta banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan klien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
h) Pola reproduksi dan seksual : angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah
di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potesi seks, gangguan
kualitas atau ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi dan orgasme.
i) Pola mekanisme dan koping :
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, serta prasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, ansietas dan mudah tersinggung, menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruksif/ adapif.
emosi, ketakutan terhadap penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan
yang jelas.
j) Pola hubungan dan peran: luka ganggren yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
hubungan antar keluarga harmonis, interaksi , komunikasi, cara berkomunikasi
k) Pola tata nilai dan spiritual : adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi memengaruhi pola ibada penderita.
agama pasien, gangguan beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdoa dan
beribadah.
h. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum : meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan, dan tanda tanda vital.
2. Kepala dan leher : kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran leher, telinga
kadang-kadang berdenging, gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
penglihatan kabur/ganda, diplopia, serta lensa mata keruh.
3. System integument: turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembapan dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangrene.
Inspeksi :Kulit dan mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot.
Palapsi : kulit teraba kering
4. System pernafasan: sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
5. System kardiovaskuler : perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradkardi, hipertensi/hipotensi,aritmia, kardiomegalis.
6. System gastrointestinal : polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkaran abdomen, obesitas.
7. System urinary : poliuri, retensio urine, inkontinesia urine, srta rasa panas atau sakit
berkemih
8. System musculoskeletal : penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangrene di ektremitas.
Jika sudah mencapai stadium 3- 4 bisa menyerang otot dan mengakibatkan
penurunan aktifitas terutama pada kaki (luka ganggrean)
9. System neurologi : terjadi penurunan sensori, parasthesia, latergi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
Pusing, kesemutan, kebas/ kram, kelemahan pada otot.
10. Ketidaknyamanan
Abdomen tegang, nyeri sedang/berat

2) Analisa data, data yang sudah terkumpul selanjutnya di kelompokkan dan dilakukan
analisis serta sintesis data. Dalam menelompokkan data dibedakan atas data subjektif dan
dataobjektif serta berpedoman pada teori Abrahan Maslowyang terdiri atas:
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis,
2. Kebutuhan rasa aman,
3. Kebutuhan cinta dan kasih saying,
4. Kebutuhan harga diri,
5. Kebutuhan aktualisasi.
Data subjektif dan objektif yang muncul pada klien dengan DM antara lain sebagai
berikut:
1. Data subjektif
a) Poliurin (sering kencing)
b) Poli dipsi (sering minum)
c) Polifagi (sering makan)
d) Berat badan menurun, lemas,lekas lelah, tenaga kurang
e) Mata kabur
2. Data objektif
a) Kulit kering
b) Glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
c) Kadar glukosa darah puasa 140 mg/dl
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
4. Kekurangan cairan elektrolit tubuh
3. Intervensi
1.Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam di harapkan nutrisi pasien terpenuhi
Dengan kriteria hasil:
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator
Asupan kalori
Asupan protein
Asupan lemak
Asupan
karbohidrat

1. Monitoring turgor kulit dan mobilitas


2. Identikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas akhir-akhir ini
3. Monitor adanya mual dan muntah
4. Monitor tipe dan banyak nya latihan yang biasa di lakuikan
5. Identifikasi adanya abnormalitas kulit (misalnya: memar berlebihan, memar berlebihan,
penyembuhan luka buruk, dan perdarahan)

2.Kadar Gula Darah, Resiko Ketidakstabilan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam diharapkan kadar glukosa darah
dapat terkontrol.
Dengan kriteria hasil :
Skala Outcome Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
keseluruhan berat dari cukup berat sedang dari ringan dari Deviasi
kisaran dari kisaran kisaran kisaran dari
normal normal normal normal kisaran
1 2 3 4 normal
5
Indikator
Glukosa Darah
Hemoglobin
Glikosilat
Urin Glukosa
Urin Keton

Intervensi :
1.Management hiperglikemi
1. Monitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuri, polidsia, polifagia, kelemahan, letargi,
malaise, pandangan kabur.
3. Monitor ketourin, sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai resep
5. Monitor status cairan
6. Dorong asupan cairan oral
7. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa lebih dari 250mg/dl khususnya jika ketourin terjadi.
2.Management Hipoglikemia
1. Identifkasi pasien yang berisiko mengalami hipoglikemia
2. Kenali tanda gejala hipoglikemia
3. Monitor kadar sesuai indikasi
4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia : gemetar, semmpoyongan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, kecemasan, takikardi, palpitasi, menggigil, pucat.
5. Berikan sumber karbohidrat sederhana, sesuai indikasi
6. Berikan sumber karbohidrat kompleks sesuai indikasi
7. Berikan glucagon sesuai indikasi

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer
efektif.
Dengan kriteria hasil :
Outcame Deviasi berat Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
keseluruhan dari kisaran cukup berat sedang dari ringan dari Deviasi
normal dari kisaran kisaran kisaran dari
normal normal normal kisaran
normal
1 2 3 4 5
Pengisian
kapiler jari

Pengisian
kapiler jari
kaki

Suhu kulit
ujung kaki
dan tangan

Kekuatan
denyut nadi
karotis
(kanan)

Intervensi :
1. manajemen sensasi perifer
a) Monitor sensasi tumpul atau tajam panas dan dinding (yang dirasakan pasien)
b) Monitor adanya parasthesia dengan tepat (misalnya, mati rasa
c) Instruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa adanya kerusakan kulit setiap harinya
2.pengecekan kulit
a) Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstrim,
edema atau drainase
b) Amati warna, kehangatan, bengkak , pulsar, tektur, edema dan ulserasi pada ekstermitas
c) Monitor warna dan suhu kulit monitor kulit adanya ruam dan lecet
Daftar Pustaka
Mubarak, W.I, dkk, 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Moorthead, S. et al. 2016. NOC (Nursing Outcomes Classification). Edisi ke 5.
Bulecheck, G.M, et al. 2016. NIC (Nursing Interventions Classification). Edisi ke 5.

You might also like