Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
Perkembangan kota dan industrinya memang menumbuhkan ekonomi kota, hal ini
terlihat dengan lajunya pembangunan fisik gedung-gedung perkantoran, pusat-pusat
pertokoan, dan pabrik-pabrik, tetapi sejalan dengan ini masalah lowongan pekerjaan,
PHK, dan pengangguran makin menekan. Sekarang makin banyak kasus-kasus kita baca
mengenai pemogokan buruh industri karena upah buruh di bawah standar dan perlakuan
majikan yang tidak adil terhadap buruhnya, masalah PHK karena rasionalisasi dan
8
otomatisasi perusahaan menjadi peristiwa yang makin sering terjadi di pabrik-pabrik
dalam kota (Warisa, 2012).
Pengangguran makin meningkat yang akan berdampak luas terhadap kenaikan angka
kejahatan atau kriminalitas. Kasus-kasus demonstrasi dan pemogokan buruh sudah
menjadi agenda rutin di Tangerang dan bahkan di Medan belum lama ini telah menjurus
kepada SARA yang mendatangkan korban jiwa. Jurang kaya miskin di kota antara
mereka yang memperoleh kesempatan dan yang tidak makin menganga, dan kesenjangan
sosial antara konglomerat dan yang melarat makin mustahil dijembatani. Di kota-kota
besar kita melihat makin banyak villa-villa eksklusif dengan taman dan kolamnya yang
lebar, tetapi kawasan kumuh tanpa air minum juga makin meluas. Makin banyak
penduduk kota naik mobil mewah bahkan di kawasan elit satu rumah sering mempunyai
mobil lebih dari dua, sedangkan masyarakat umum makin berhimpit-himpitan di bis-bis
kota.
2.4 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan penyampaian informasi, sikap, pikiran
atau perasaan melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh atau ungkapan
emosi (BKKBN, 2012). Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
s
2.4.2 Komunikasi Tidak Efektif
Friedman (2003) mendefinisikan komunikasi disfungsional adalah pengiriman dan
penerimaan perintah atau isi pesan yang tidak langsung ataupun tidak jelas.
Friedman (2003) mengatakan bahwa ciri komunikasi efektif adalah dimana
seseorang hanya pendapatnya saja yang dianggap benar dan biasanya tidak mau
mendengar pendapat orang lain yang membuat komunikasi menjadi tidak efektif.
Komunikasi tidak efektif pada keluarga adalah sering memperlihatkan area
komunikasi yang lebih tertutup. Terdapat aturan yang melarang untuk membahas
suatu topik yang tidak disetujui dalam keluarga, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis.
2.5 Teori Inovasi Intervensi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua
Komunikasi efektif bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan
remaja, membentuk suasana keterbukaan antara remaja dengan orang tua, membuat
orangtua mau mendengar remaja saat mereka berbicara, membuat remaja mau bicara
pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau menghormati orangtua
atau orang dewasa saat mereka berbicara, dan dapat membantu remaja menyelesaikan
masalahnya (Gunarsa, 2004).
Gunarsa (2004) mengatakan bahwa prosedur dari pelaksaan komunikasi efektif, yaitu:
2.5.1 Mengenal diri
Hal pertama sebelum melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan
remaja adalah orang tua harus mengenal akan dirinya sendiri dan mengenal anak
remajanya dengan cara:
2.5.1.1 Menghargai diri sendiri, menerima dengan positif apa yang sudah kits
miliki tanpa harus membandingkannya dengan orang lain.
2.5.1.2 Menghargai upaya yang sudah dilakukan, baik hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan maupun tidak, kita harus bisa menghargai upaya yang sudah
dilakukan.
2.5.1.3 Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain, selalu memandang diri
sendiri dan orang lain, anak remaja, dari sisi positif.
2.5.1.4 Mengembangkan minat dan kemampuan diri, selalu berusaha menjadi apa
yang kita inginkan sampai tujuan kita tercapai.
12
2.5.1.5 Mengendalikan perasaan, berusaha untuk tidak terbawa keadaan yang
sedang dihadapi.
13
Contoh dari pesan saya adalah Ibu merasa cemas ketika kamu tidak pulang pada
waktunya, karena ibu pikir ada sesuatu yang terjadi sama kamu. Ibu suka kamu
pulang menjelang pukul lima sore.
14
BAB 3
GAMBARAN KASUS
3.1 Pengkajian
Keluarga bapak S bertempat tinggal di RT 02 RW 02 kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok. Bapak S bekerja sebagai staff tata usaha di salah satu
SMA di Depok. Ibu I adalah seorang ibu rumah tangga. Keluarga bapak S merupakan
tipe keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan tiga orang anak. Keluarga terdiri dari
bapak S (42 tahun), ibu I (40 tahun), anak S (20 tahun), anak E (13 tahun), dan anak D (5
tahun). Keluarga bapak S merupakan suku Betawi dan beragama Islam. Tingkat
perekonomian keluarga bapak S berada pada menengah ke atas. Keluarga bapak S
merupakan tahap perkembagan keluarga dengan usia anak remaja, dengan anak yang
paling besar berusia 20 tahun.
Anak E masuk sekolah pada pukul 07.00 dan sekolah berakhir pada pukul 15.00.
Sebelum anak E duduk di bangku SMP, anak E selalu pulang tepat waktu, namun sejak
duduk di bangku SMP, anak E jarang langsung pulang ke rumah. Ibu I mengatakan
bahwa anak E sering telat pulang ke rumah, pulangnya cukup sore bahkan pernah sampai
malam hari. Pada saat ibu I menanyakan alasan kepada anak E tentang pulang yang
15
selalu telat, anak E selalu menjawab habis belajar kelompok mengerjakan tugas bersama
teman-temannya dengan nada sedikit kesal. Ibu mengatakan bahwa pada saat bertanya,
ibu I bertanya dengan nada marah. Ibu I mengatakan merasa kesal dengan kelakuan anak
E yang sekarang ini. Bapak S dan Ibu I pernah mencurigai anak E sudah merokok karena
mereka mencium aroma rokok dari mulut dan badan anak E. Bapak S dan ibu I pernah
bertanya kepada anak E tentang merokok. Mereka bertanya dengan nada marah dan
membentak kepada anak E dan anak E membalas dengan nada marah. Ibu I juga
mengatakan bahwa anak E sudah berani melawan orang tua dan sudah berani
membentak-bentak orang tua. Ibu I juga mengatakan bahwa ibu I dan bapak S selalu
menuduh anak E tanpa bertanya kepada anak E tentang kebenarannya. Ibu I juga
mengatakan bahwa anaknya jarang sekali makan di rumah. Dalam sehari, anak E hanya
makan sekali. Makanan yang paling sering di makan adalah mie instan.
Pengkajian juga dilakukan kepada anak E. Anak E mengatakan bahwa dia suka bergaul
dengan siapa saja. Klien mengatakan mempunyai tiga teman dekat di sekolah.
Pertemanan yang dijalin oleh anak E tidak hanya dengan orang-orang seumurannya saja,
orang-orang yang lebih tua juga. Anak E mempunyai hobi bermain game online di
warnet. Klien sering bermain game online pada saat pulang sekolah. Teman bermain
game online sebagian besar adalah orang-orang yang lebih tua dari klien. Klien
mengatakan di warnet dia tidak hanya bermain game online saja, namun kline juga
mengakses media sosial seperti twitter dan facebook. Waktu bermain di warnet untuk
bermain game online dapat dilakukan paling sebentar tiga jam. Klien mengatakan bahwa
dia pernah bermain di warnet sampai malam hari dan sampai rumah pukul 22.00 WIB.
Warnet yang dikunjungi oleh anak E ini tidak hanya warnet yang dekat dari rumahnya
saja. Teman-teman klien yang lebih tua darinya sering mengajak klien untuk bermain di
warnet yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
Ajakan-ajakan negatif yang dilakukan oleh teman-teman klien tidak hanya itu saja. Klien
mengatakan bahwa klien pernah diajak untuk merokok. Pada awalnya klien menolak,
namun pada saat klien menolak, teman-temannya menyindir klien. Sindiran yang
dilakukan oleh teman-temannya seperti kalau lo ga merokok, lo ga gaul, anak mami
banget lo kalo ga merokok, dan bapak lo aja merokok, masa lo ga boleh?!. Rasa malu,
rasa kesal dibilang seperti oleh teman-temannya dan rasa penasaran terhadap rokok
16
membuat klien akhirnya mau mencoba sebatang rokok. Klien mengatakan bahwa itu
merupakan pertama dan terakhir kalinya merokok.
Usia remaja terjadi perkembangan kelamin sekunder, salah satunya adalah dimana
seorang remaja sudah mulai menyukai lawan jenis. Pada saat mahasiswa menanyakan
soal lawan jenis yang disukai, klien tertunduk malu dan mengatakan sudah punya pacar.
Klien sudah mempunyai pacar sejak sebulan yang lalu, namun klien tidak mau
menceritakan hal seperti ini kepada orang tuanya. Klien mengatakan bahwa kalau sedang
ada masalah, anak E lebih senang bercerita kepada teman-temannya dibandingkan
kepada orang tuanya. Orang tua yang sering menuduh dan marah-marah kepada klien
tanpa mendengar cerita dari anak E terlebih dahulu. Hal ini membuat klien tidak ingin
bercerita kepada orang tuanya. Klien juga mengatakan malas untuk berkumpul di ruang
keluarga, lebih nyaman di dalam kamar saja.
3.3 Perencanaan
Tujuan umum dari rencana keperawatan keluarga adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping keluarga selama 3x
pertemuan, koping pada keluarga bapak S menjadi efektif dengan dilakukannya
komunikasi efektif antara orang tua dengan anak remajanya, yaitu anak E.
Tujuan khusus yang pertama setelah dilakukan sebanyak 2 x 20 menit adalah diharapkan
keluarga mampu mengenal masalah keluarga dengan cara: (1) Menyebutkan pengertian
komunikasi efektif yaitu saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap
antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan; (2) Menyebutkan
tujuan komunikasi efektif, yaitu membangun hubungan yang harmonis dengan remaja,
17
membentuk suasana keterbukaan antara remaja dengan orang tua, membuat orangtua
mau mendengar remaja saat mereka berbicara, membuat remaja mau bicara pada saat
mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau menghormati orangtua atau orang
dewasa saat mereka berbicara, dan dapat membantu remaja menyelesaikan masalahnya;
(3) Menyebutkan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi efektif, yaitu
keterbukaan, mendengar aktif, empati, dan memahami pesan kamu dan pesan saya;
(4) Menyebutkan pengertian Pengertian Pesan Kamu dan Pesan Saya. Pesan
Kamu adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa menggunakan bahasa
Kamu. Pesan Saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai
akibat perilaku remaja sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat
terhadap orang lain.
Tujuan khusus yang kedua adalah mengambil keputusan dengan cara menyebutkan
permasalahan akibat komunikasi tidak efektif, yaitu akan timbul konflik dengan orang
tua; hubungan antara remaja dan orang tua tidak harmonis, remaja akan berani melawan
perkataan orang tua, dan orang tua akan selalu menyalahkan remaja jika ada kesalahan.
Selanjutnya adalah mengambil keputusan secara tepat pada saat orang tua dengan remaja
mengalami komunikasi tidak efektif. Tujuan khusus yang ketiga adalah melakukan
perawatan sederhana dengan cara menyebutkan manfaaat komunikasi efektif antara
orang tua dengan remaja, yaitu pembentukan karakter, sikap, dan perilaku remaja akan
lebih baik. Keluarga mampu menyebutkan kembali cara berkomunikasi efektif dan
keluarga mampu mendemonstrasikan cara komunikasi efektif antara orang tua dengan
remaja.
Tujuan khusus yang keempat adalah modifikasi lingkungan dengan cara menyebutkan
memodifikasi lingkungan yang kondusif dan memanfaatkan kondisi lingkungan yang
kondusif tersebut untuk melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja.
Tujuan khusus kelima adalah Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
menyebutkan 4 dari 6 tempat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal,
menyebutkan 1 dari 2 manfaat berkungjung ke fasilitas pelayanan kesehatan,
menyebutkan kapan keluarga harus membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.
18
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi pertama, perawat memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga
bapak S tentang mengenal komunikasi efektif antara orang tua dengan anak. Perawat
menjelaskan kepada keluarga bapak S tentang pengertian komunikasi efektif remaja,
menyebutkan tujuan komunikasi efektif, menyebutkan dan menjelaskan langkah-langkah
dalam dalam melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja. Perawat
membantu keluarga bapak S dalam mengambil keputusan dengan cara menyebutkan
permasalahan akibat komunikasi tidak efektif dan mendiskusikannya bersama keluarga.
Setelah perawat membantu keluarga dalam mengenal masalah dan mengambil
keputusan, selanjutnya perawat melakukan demontrasi.
Langkah selanjutnya adalah orang tua harus dapat membuka diri. Kesibukan yang
dilakukan oleh orang tua membuat remaja akan merasa sungkan untuk mengajak orang
tuanya berbicara. Sesibuk apa pun orang tua, orang tua harus bisa meluangkan waktu
walaupun hanya sebentar saja. Hal ini membuat remaja merasa dihargai. Selanjutnya
adalah orang tua harus mendengar aktif. Rasa dihargai akan membuat remaja lebih
terbuka pada saat bercerita. Orang tua dilarang berbicara pada saat anak remajanya
bercerita. Biarkan remaja menceritakan apa yang ingin mereka ceritakan dan orang tua
harus menatap matanya dan fokus. Orang tua harus berempati akan apa yang diceritakan
anak remajanya. Orang tua harus berusaha untuk berada di posisi anak agar orang tua
dapat memamhami apa yang sedang dirasakan anak remajanya. Setelah orang tua tahu
alasan dari perbuatan yang dilakukan anak remajanya, orang tua dapat memeberikan
pesan saya. Pesan saya berfokus pada perasaan yang dirasakan orang tua dan rasa
peduli orang tua sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh anak remajanya
sehingga remaja menyadari bahwa orang tua sangat peduli akan mereka dan membuat
remaja semakin terbuka kepada orang tua.
Ibu I mengatakan bahwa selama ini dirinya salah dengan memarahi dan menghakimi
anak E jika anak E melakukan kesalahan. Ibu I mengatakan agak sulit mengontrol emosi
karena perasaan lelah karena bekerja dan jengkel akan tingkah laku anak E sehingga
sangat sering menggunakan pesan kamu kepada anak E. Ibu I mengatakan setelah
dilakukan pertemuan ini, ibu I akan berusaha melakukan komunikasi efektif kepada anak
remajanya. Selama 4 minggu, peraawat melakukan sebanyak 6 kali intervensi inovasi
kepada keluarga bapak S. Perawat melihat semakin hari ibu I dapat menerapkan
21
komunikasi efektif dengan anak remajanya. Perbedaan yang terjadi pada saat awal
pengkajian dan sesudah dilakukan intervensi sangat terlihat lebih membaik. Anak E yang
sebelumnya perawat melihat anak E selalu marah pada saat ibu I bertanya, sekarang anak
E dapat menjawab dengan sopan pada saat ibu I bertanya tentang apapun.
22
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Berdasarkan laporan rekapitulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar pada bulan April
2013 tercatat penduduk RW 02 berjumlah 1773 jiwa, yang terdiri dari 347 kepala
keluarga. Jumlah laki-laki di RW 02 sebanyak 808 jiwa dan perempuan sebanyak 965
jiwa, mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), beragama
Islam, dan suku Betawi. Warga mayoritas bekerja sebagai wiraswasta (berdagang) dan
buruh (karyawan swasta); masyarakat dewasa perempuan sebagian besar tidak bekerja
yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 2.042.000,00.
Pada kelurahan Cisalak Pasar tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
puskesmas. Puskesmas yang bisa dijangkau oleh masyarakat adalah puskesmas
kecamatan Cimanggis, yang berjarak lebih kurang 2-3 km dan dapat diakses melalui
kendaraan bermotor. Pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah kelurahan Cisalak
Pasar adalah klinik swasta, praktik dokter dan bidan swasta, posyandu dan
posbindu.Menurut kader RW 02, di RW tersebut tidak terdapat posbindu bagi usia lansia
bertempat di RT 02, dan adanya posyandu setiap tanggal 15 ditiap bulannya.
Kegiatan khusus remaja di RW 02 tidak ada. Pada saat dilakukan wawancara kepada
kader dan ketua RW, RW 02 dulu mempunyai karang taruna. Karang taruna itu pun
berhenti sejak tahun 2008 dan sampai saat ini karang taruna tidak ada lagi. RW 02
memiliki banyak pos kamling di setiap RT-nya. Pos kamling yang tersedia sering
dijadikan tempat untuk anak muda berkumpul, baik anak remaja, dewasa awal, sampai
dewasa tengah. Menurut keterangan dari warga bahwa pos kamling sering dijadikan
tempat melakukan kegiatan negatif. Banyak anak muda yang merokok sampai minum-
minuman beralkohol. Hasil pengkajian 6 mahasiswa profesi terhadap delapan belas klien
yang dibina, didapat 10 klien dengan koping keluarga tidak efektif yang berhubungan
dengan komunikasi yang tidak efektif.
Penemuan kasus seperti di atas yang terjadi pada tingkat individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan salah satu dari tugas seorang perawat
komunitas. Perawat komunitas akan melakukan asuhan keperawatan komuniti,
melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Perawat komunitas akan
mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti.
Perawat komunitas akan mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
dengan instansi terkait dan terakhir memberikan keteladanan yang dapat dijadikan
panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan
keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa
atau yang sering disebut sebagai masa transisi (Wong, 2008). Masa remaja akan
mengalami banyak perubahan yang terjadi dalam tumbuh kembangnya, seperti
fisik, mental, dan perilaku sosial (Hurlock, 2002; Wong, 2008). Perubahan-
perubahan yang dialami ini dapat membuat seorang remaja sangat rentan dalam
mengalami masalah-masalah psikologis maupun fisiologi. Permasalahan yang
26
dialami oleh anak remaja tidak bisa diatasi secara optimal dengan mengandalkan
diri mereka sendiri (Hurlock, 2002). Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan
oleh diri mereka sendiri dan ditambah dengan keadaan emosi mereka yang masih
labil menyebabkan permasalahan kecil akan menjadi besar bahkan menjadi konflik
yang berkepanjangan (Wong, 2008).
Permasalahan yang dialami oleh anak remaja tidak bisa diatasi secara optimal
dengan mengandalkan diri mereka sendiri (Hurlock, 2002). Permasalahan yang
tidak dapat diselesaikan oleh diri mereka sendiri dan ditambah dengan keadaan
emosi mereka yang masih labil menyebabkan permasalahan kecil akan menjadi
besar bahkan menjadi konflik yang berkepanjangan (Wong, 2008). Remaja juga
menjadi sulit bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga
cenderung memberontak dan terjadi konflik. Rasa keterikatan dengan
kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung mengikuti apa
yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk tampak sama dan
dianggap dalam kelompok pergaulan.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja di atas sesuai dengan yang terjadi pada
anak remaja keluarga bapak S, anak E. Ibu I mengatakan bahwa anak E mudah
marah dan tersinggung jika orang tuanya ingin mengetahui tentang kehidupan anak
E, baik di sekolah maupun pergaulannya di luar rumah. Anak E mengatakan bahwa
dirinya senang berteman dan anak E mengatakan memiliki teman kelompok yang
sering bersama. Anak E juga mengatakan bahwa teman kelompoknya mengajaknya
untuk merokok dan anak E pun menurutinya. Hal ini disebabkan karena klien tidak
ingin ditinggalkan oleh teman kelompoknya dan tidak ingin dicemooh dengan
kata-kata anak mami dan sok suci.
4.2.3 Analisis Intervensi Inovasi Terkait dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Perubahan alamiah dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan remaja
yang cukup serius. Hal ini merupakan tugas yang sangat berat bagi keluarga dalam
membimbing anak remajanya agar dapat tumbuh dengan baik, baik segi pendidikan
maupun dalam pergaulannya. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak
berusaha mencari identitas dirinya yang membuat seorang anak sering melawan
27
perkataan oran tua karena mereka sering memiliki pendapat yang berbeda dengan
orang tuanya. Hal ini membuat seorang remaja jarang sekali ingin bercerita dengan
orang tuanya. Anak remaja lebih memilih teman sebayanya sebagai tempat
bercerita karena anak remaja akan berpikir bahwa mereka memiliki kesamaan.
Perasaan memiliki banyak kesamaan ini membuat anak remaja sering membentuk
kelompok pertemanan atau yang sering didengar dengan kata geng.
Banyaknya perubahan yang terjadi pada usia remaja ini sering mengakibatkan
remaja mengalami keadaan tertekan. Hal ini disebabkan oleh koping seorang
remaja yang kurang efektif. Koping remaja akan jauh lebih efektif jika adanya
dukungan dari keluarga. Setiadi (2008) menyatakan bahwa semakin besar
dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi masalah, semakin rendah
kemungkinan seorang remaja mengalami stres, sehingga terhindar dari gangguan
dalam perilakunya. Anak E mengatakan bahwa anak E malas bercerita dengan
orang tuanya karena pasti akan dimarahi jika orang tuanya tahu anak E melakukan
hal negatif. Anak E lebih memilih teman-temannya sebagai tempat untuk bercerita.
Ibu I juga mengatakan bahwa anak E sudah mulai jarang bercerita kepadanya
semenjak anak E duduk di bangku SMP.
28
29
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan telah dilakukan dengan 5 tahap, yang pertama dilakukan pengkajian.
Hasil pengkajian awal pada keluarga bapak S menggambarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah
komunikasi yaitu pola komunikasi antar remaja dengan orang tua yang tidak efektif.
Data-data yang didapat dari hasil pengkajian, didapatkan tiga masalah keperawatan
keluarga pada keluarga bapak S, yaitu (1) ketidakefektifan koping keluarga bapak S; (2)
ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga bapak S khususnya anak E; (3)
ketidaknefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak E tentang gastritis. Ketiga masalah
keperawatan dilakukan skoring dan didapat masalah utama keperawatan yaitu
ketidakefektifan koping keluarga bapak S.
Kegiatan komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini dilakukan melalui strategi
pendekatan berupa pendidikan kesehatan, partnership, dan empowerment. Pada akhir
praktik melalui eveluasi sumatif, terevaluasi terjadi peningkatan pengetahuan keluarga
tentang komunikasi efektif, keterampilan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan
anak remajanya, serta perilaku An. S yang sudah mau untuk menceritakan hal pribadi
kepada orang tuanya. Pada evaluasi program keperawatan keluarga sangat efektif dalam
mengubah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja karena orang tua lebih mau
mendengar supaya remaja banyak bicara serta menerima terlebih dahulu perasaan remaja
agar remaja lebih terbuka dan dihargai, sehingga ketidakefektifan koping keluarga
30
5.2 Saran
5.2.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi bahan acuan dalam mengatasi masalah
keluarga dengan koping keluarga tidak efektif.
31
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Genogram
Data
DS: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang makan 3x/hari tentang gastritis pada klien anak E
Klien jarang sarapan dan jarang makan
malam
Klien lebih sering mengkonsumsi mie
instant dibandingkan makan nasi.
Klien menyukai makanan pedas
Klien suka minum minuman bersoda
sebelum makan
Klien mengatakan kalo sering merasa
perih di bagian ulu hati
Klien mengatakan sering mengalami
mual, bahkan sampai muntah jika belum
makan
Klien mengatakan kalau dirinya tidak ada
penyakit maag
DO:
Pada saat kunjungan ke rumah, klien
tampak mengkonsumsi mie instan dengan
menggunakan cabai yang banyak.
Pada saat kunjungan pukul 15, klien
tampak sibuk bermain game namun belum
makan siang
DS: Ketidakefektifan koping keluarga
Klien mengatakan orang tuanya sering
menuduh klien tanpa diberi kesempatan
menjelaskan.
Klien mengatakan orang tuanya sering
marah-marah kepada klien jika melakukan
kesalahan.
Ibu I mengatakan dirinya memang jarang
meminta penjelasan kepada anak E jika
melakukan kesalahan.
DO
Ibu I tampak sering menggunakan pesan
kamu kepada anaknya.
Anak E tampak melawan orang tuanya
pada saat Ibu I melakukan pesan kamu.
DS: Ketidakefektifan performa peran remaja
Ibu I mengatakan anak E cukup sering
pulang malam.
Anak E mengaku pernah merokok
Anak E mengatakan suka bermain game
online di warnet sampai malam hari
Klien mengatakan pernah cabut dari
sekolah karena ajakan teman untuk
bermain di warnet.
DO:
Klien melewati perawat dan orang tuanya
begitu saja tanpa permisi
Ya Tidak
1. kenakalan remaja
2. menimbulkan perubahan sikap pada
diri remaja.
3. anggota keluarga saling tertutup satu
sama lain
4. seringnya terjadi perceraian orang tua
5. anak remaja merasa kesepian
6. Keluarga mampu menyebutkan jenis-jenis
komunikasi, yaitu:
1. komunikasi verbal
2. komunikasi non-verbal
7. Keluarga mampu menyebutkan 7 dari 12
hambatan dalam komunikasi, yaitu:
1. memerintah
2. menyalahkan
3. meremehkan
4. membandingkan
5. memberi cap
6. mengancam
7. menasihati
8. membohongi
9. menghibur
10. mengkritik
11. menyindir
12. menganalisa
8. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara
komunikasi yang efektif antara orang tua dan
remaja.
1. kondusif
2. tenang
3. privacy remaja terjaga
4. dilakukan di rumah sebaiknya
dilakukan di ruangan tertutup untuk
menjaga privacy
12. Keluarga mampu menyebutkan pelayanan
kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga
untuk berkonsultasi:
1. Puskesmas (PKPR)
2. rumah sakit
3. klinik dokter
4. psikolog
5. Guru wali kelas
6. Guru BP
13. Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan
untuk berkonsultasi mengenai masalah
komunikasi antara orang tua dengan remaja