Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting.Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi
dalam pendistribusian dan eliminasi air mata.Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air
mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang
didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi,
infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya,
kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.
Hampir setiap orang mengenal timbilen atau timbil yang dalam bahasa medis disebut
Hordeolum.Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang tua. Disebutkan
bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak dibanding anak-anak. Tidak ada perbedaan angka
kejadian antara wanita dengan pria.Adakalanya seseorang mudah sekali mengalami timbilen (berulang).
Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi timbil di tempat yang lain. Hordeolum biasanya
menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang
dengan taraf kesehatan yang kurang.Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan
konjungtivitis menahun.
Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material purulen yang menyebabkan nyeri
tajam yang tumpul.( Indriana Istiqomah, 2004: 91). Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan,
nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata.Tanda-tanda hordeolum ini sangat mudah dikenali,
yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan.
Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak
mata
Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Keluhan
yang kerap dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri
takan dan makin nyeri saat menunduk.Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.Hordeolum dapat
membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kelompok tertarik membahas tentang pembahasan makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Hordeolum .
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami baik konsep teori hordeolum maupun konsep
asuhan keperawatan pada klien hordeolum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Penulis
Diiharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang Hordeolum sehingga dapat mencegah serta
mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
BAB 2
KONSEP TEORI
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel atau kantong
kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab
utamanya adalah infeksi akibat bakteri.(Sidarta Ilyas,2010:92)
Merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi
staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya
kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.
Hordeolum adalah infeksi supuratif akut kelenjar kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh
stafilokokkus(Indriana Istiqomah,2004)
1. Hordeolum internum adalah abses akut pada kelopak mata yang disebabkan oleh infeksi
stafilokokkus pada kelenjar meibomian, dengan penonjolan mengarah ke konjungtiva.
2. Hordeolum eksternum disebabkan oleh infeksi stafilokokkus yang memberikan gambaran abses akut
yang terlihat pada folikel bulu mata dan kelenjar Zeis atau Moll, hordeolum aksternum sering ditemukan
pada anak-anak.
3. Hordeolum bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum biasanya
timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.
2.3 EtiologiHordeolum
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit
(biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokkus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit.
Hordeolum kadang timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara
berulang.(Sidarta Ilyas,2004)
2.4 Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus aureus yang akan menyebabkan
proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan
kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan abses
(kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan konjungtiva biasanya disebut hordeolum internum.
Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.
Apabila bakteri stafilokokkus menyerang kelenjar Zeis atau moll maka akan membentuk abses kearah
kulit palbebra yang biasanya disebut hordeolum eksternum. Setelah itu terjadi pembentukan chalazion
yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena
infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi. ( Indriana Istiqomah, 2004 )
2.5 Pathway
Bakteri Stafikolokokus
Infeksi Akut
konjungtifa mata
diangkat
penglihatan menurun
Menurut Sidarta Ilyas, 2004, tanda dan gejala hordeolum antara lain:
1. Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan.
a. Medis
1) Diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin.
Bila terdapat infeksi stafilokokus dibagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama.
3) Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam. Antibiotic sistemik diindikasikan
jika terjadi selulitis.
4) Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B,
Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai
anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
5) Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral
digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan
selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter
berdasarkan hasil pemeriksaan.
6) Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-
masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
7) Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri,
misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
8) Dilakukan insisi hordeolum untuk mengeluarkan nanah pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar,
jika keadan tidak membaik selama 48 jam. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anesthesia
topical dengan patokain tetes mata. Dilakukan anesthesia filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi bila:
a) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra
9) Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotic. (Sidarta Ilyas, 2004 )
b. Keperawatan
1) Kompres hangat 3 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah keluar.
2) Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda gejala penyakit, pengobatan dan
penatalaksanaannya pada pasien. (Sidarta Ilyas, 2004 )
2.8 Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra,yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra
didepan septum orbita dan abses palpebra
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
b. Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengalami penglihatan sedikit terganggu dengan benjolan
pada kelopak mata
c. Keluhan Penyakit Dahulu : pasien pernah masuk Rumah Sakit karena penyakit ini
d. Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga psien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu Hordeolum
3. Pemeriksaan Fisik:
a. Tanda-tanda vital:
Tekanandarah :-
Prernafasan :-
Nadi :-
IramaNadi :-
Suhu :-
b. Head to toe
Kepala :-
Hidung :-
Telinga :-
Leher :-
Dada :-
Paru-paru :-
Abdomen :-
Genetalia :-
Ekstremitas : -
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, sehingga anggota keluarga selalu menjaga
kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit
3. Pola eliminasi
BAK danBAB :tidak mengalami gangguan
Pola istirahat tidur biasanya terganggu dan tidak nyaman saat memejamkan mata
Klien cenderung menyembunyikan penyakitnya karena malu akan perubahan pada matanya
4. Pemeriksaan Penunjang
Eversi (pembalikan) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah palpebra superior dapat dilakukan
bersama slitlamp atau tanpa bantuan alat ini. Pemeriksaan ini harus selalu dilakukan bila diduga ada
benda asing. Setelah diberi anestesi lokal, pasien duduk didepan slitlamp dan diminta melihat kebawah.
Pemeriksaan dengan hati-hati memegang bulu mata atas dengan jari telunjuk dan jempol sementara
tangan yang lain meletakkan tangkai aplikator tepat diatas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik dengan
sedikit menekan aplikator kebawah, serentak dengan pengangkatan tepian bulu mata. Pasien tetap
melihat kebawah, dan bulu mata ditahan dengan menekannya pada kulit diatas tepian orbita superior
saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva tarsal kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk
mengembalikannya, tepian palpebra dengan lembut diiusap kebawah sementara pasien melihat keatas. (
Paul Riordan & John Witcher, 2009 )
3.2 Contoh Analisa Data:
No
Data
Etiologi
masalah
Ttd
S:skala nyeri 3
T:timbul hilang
Do:
Mata klien tampak membengkak ,kulit mata kemerahan ,terlihat menahan kesakitan
Inflamasi
Gangguan rasa nyaman Nyeri
Penglihatan penurunan
3.
No
Tujuan& KH
Intervensi
rasional
Ttd
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, diharapkan klien rasa nyeri teratasi atau
berkurang
KH:
P: Klien dapat melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dengan mandiri
P : nyeri berkurang/hilang
4. Berikan HE pada klien untuk dapat menangani nyeri secara sederhana dan gunakan komunikasi
terapeutik dengan klien
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan obat peredam nyeri
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan penglihatan kembali normal.
KH:
5.Untuk mengurangi infeksi dan mencegah infeksi sekunder, dan membersihkan mata
Setelah melakukan tindakan keperawatan 1x30 menit diharapkan gangguan citra tubuh teratasi
KH:
1.Mengetahui penyebab dan gejala dari hordeolum untuk melanjutkan tindakan selanjutnya
2.Untuk mengurangi beban dari gangguan citra tubuh, rasa cemas, malu pada orang lain tentang
penyakitnya
3.Menambah rasa percaya diri klien bahwa hordeolum bukan penyakit yang parah
BAB 4
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Di dalam menentukan asuhan keperawatan terlebih mengenai Hordeolum kita harus lebih banyak
berdiskusi dengan klien secara langsung.
Dalam perawatan klien, sebaiknya banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat
sampai teman dekat klien