Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah satu
penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf pusat
adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi
dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%. Bakteri
penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit yang
meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang
disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada
Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 100 per 100.000 populasi pada
anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh
kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%,
1
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, 2006)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (NANDA, 2012)
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri terdiri
atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut
nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus.
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum tulang
belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur), tetapi juga
dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi lainnya.
(WHO, 2014)
B. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi
otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
1. Meningitis Bakteri
2
bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan
adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri,
fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal.
Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini
2. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan
oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez
simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri
tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung
C. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang dewasa. Meningitis
tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru
paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran
3
otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga
meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata
yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai
berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang
kadang menderita retardasi mental.Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan.
Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa
lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti
halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda rangsangan selaput otak
seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemipareses dan kerusakan saraf otak
yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.
D. Manifestasi Klinis
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
Sakit kepala
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak
Nausea
Vomiting
4
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
A. Pengkajian
2. Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap kurang,
muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menagis lemah
3. Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti
dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus,
tanda kernig dan Brudzinsky positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
4. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
B. Riwayat Perkembangan
Ditanyakankemampuanperkembanganmeliputi :
bersosialisasi, danberinteraksidenganlingkungannya.Gerakanmotorikhalus
melibatkanbagian-bagiantubuhtertentusajadandilakukanotot-
5
:berhubungandenganpergerakandansikaptubuh.Bahasa
:kemampuanmemberikanresponterhadapsuara, mengikutiperintahdanberbicaraspontan.
C. PemeriksaanPenunjang
1. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein, cairan
LED/ESRD: meningkat
Kultur Darah
Tujuan :
Kriteria hasil
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
6
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
3. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati
6. Kolaborasi
Tujuan
Kriteria hasil:
INTERVENSI KEPERAWATAN
7
1. Mandiri
2. Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala nyeri
5. Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata
6. Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-
hati
7. Kolaborasi
3. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Independent
2. monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya
5. Kolaborasi
Tujuan:
8
Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.
Kriteria hasil:
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan:
Kriteria hasil:
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal.
a. Pia meter, merupakan lapisan yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan
sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan
b. Arachnoid, merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
c. Dura meter, merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
Komponen intrakaranial terdiri dari: parenkim otak, sistem pembuluh darah, dan CSF.
Meningitis merupakan salah satu jenis infeksi yang menyerang susunan saraf pusat, dimana
angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pada banyak penyakit yang mempunyai mobiditas
dan mortalitas yang tinggi, prognosis penyakit sangat ditentukan pada permulaan pengobatan.
Beberapa bakteri penyebab meningitis ini tidak mudah menular seperti penyakit flu, pasien
meningitis tidak menularkan penyakit melalui saluran pernapasan. Resiko terjadinya penularan
sangat tinggi pada anggota keluarga serumah, penitipan anak, kontak langsung cairan ludah
seperti berciuman. Perlu diketahui juga bahwa bayi dengan ibu yang menderita TBC sangat
Diagnose keperawatan yang muncul tergantung dengan kondisi saat pengkajian, tapi yang
utama adalah Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi; resiko terjadi peningkatan tekanan
10
intrakranial berhubungan dengan Infeksi pada selaput otak; resiko cedera berhubungan dengan
kejang, reflek meningkat; perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang
3.2 Saran
Pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami gejala meningitis sangat penting
untuk dapat menegakkan diagnosis sedini mungkin karena diagnosis dan pengobatan dini dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang bersifat fatal serta mengetahui penyebab meningitis
sangat penting untuk menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Sekedar menambah
informasi, vaksin untuk mencegah terjadinya meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat
dianjurkan untuk diberikan jika berada atau akan berkunjung ke daerah epidemik.
11