You are on page 1of 49

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA MASYARAKAT RT/RW: 04/02 DESA MARGOREJO KECAMATAN


PARENGAN KABUPATEN TUBAN

Dosen Pengampu:
Ns. Errix Kristian Julianto, S.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1 SEMESTER VI-A
1. Acmad Sholikul Amali (01314001)
2. Diah Liana Sari (01314017)
3. Widya Saraswati Nurida (01314062)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2016
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum w. w.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan studi kasus ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS PADA MASYARAKAT RT/RW: 04/02 DESA MARGOREJO
KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN. Dalam rangka pemenuhan tugas
kelompok mata kuliah keperawatan komunitas III.
Selesainya penyusunan studi kasus ini tentunya tidak luput dari dukungan beberapa
pihak. Sehingga perkenankan kami untuk mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Orang tua kami yang telah memberi kesempatan bagi kami untuk menempuh pendidikan
di bidang kesehatan khususnya keperawatan.
2. Ns. Errix Kristian Julianto, S. Kep yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
3. Teman-teman semester 6 yang telah saling memberi semangat untuk menyelesaikan
tugas-tugas perkuliahan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kami
dan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan studi
kasus ini.
Tentunya karena keterbatasan yang dimiliki penyusun sebagai manusia, studi kasus ini belum
sempurna. Sehingga penyampaian atau pemberian kritik dan saran mengenai penyusunan studi
kasus ini sangat diharapkan oleh penyusun.
Wassalammuaalaikum w.w.

Bojonegoro, 15 Juli 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas..............................3
2.1.1 Definisi Keperawatan Kesehatan Komunitas..............................3
2.1.2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas................................3
2.1.3 Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas...............................4
2.1.4 Strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas...............................5
2.1.5 Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas..............................5
2.2 Proses Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas.............................6
2.2.1 Definisi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas...................6
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan
Kesehatan Komunitas..................................................................7
2.2.3 Langkah-langkah Proses Keperawatan
Kesehatan Komunitas..................................................................8
2.3 Teori Keperawatan Kesehatan Komunitas..........................................12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS..........................................18
3.1 Tahap Persiapan..................................................................................18
3.2 Tahap Pelaksanaan..............................................................................18
3.2.1 Pengkajian..................................................................................18
3.2.2 Analisis Data..............................................................................41
3.2.3 Penapisan Masalah.....................................................................42
3.2.4 Prioritas Masalah.......................................................................43
3.2.5 Perencanaan...............................................................................44
3.2.6 Pelaksanaan................................................................................46
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................48
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................49
5.1 Kesimpulan..........................................................................................49
5.2 Saran....................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................51
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas.
(Koentjaraningrat, 1990; Wahit Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin, 2013)
Sedangkan ANA (1973) mendefinisikan keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis
dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan
serta memelihara kesehatan penduduk. (Wahit Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin, 2013)
Dari dua definisi diatas menjelaskan bahwa dalam suatu masyarakat ataupun komunitas perlu
adanya peningkatan kesadaran dari komunitas tentang kesehatan sehingga adanya keperawatan
komunitas membantu proses tersebut dan dapat mencegah pengendalian wabah penyakit
terutama penyakit menular.
Dalam pelaksanaannya, keperawatan kesehatan masyarakat diupayakan dekat dengan
masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan yang utama merupakan pendekatan yang juga
menjadi acuan pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Artinya, upaya pelayanan atau asuhan
yang diberikan tersebut merupakan upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
dan secara universal upaya tersebut mudah dijangkau. Dengan demikian, di dalam keperawatan
komunitas penggunaan teknologi tepat guna sangat ditekankan. Wujud aplikasi kegiatan
nyatanya adalah seorang perawat komunitas mampu melakukan rangsangan atau memotivasi
masyarakat di wilayah binaannya dengan memilih alat edukatif sederhana yang tersedia di
wilayah tersebut.
Sehingga hal ini dapat memberikan perawat sisi lain dari proses keperawatan yang ada pada
rumah sakit. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai proses asuhan
keperawatan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana proses pemberian asuhan keperawatan komunitas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, penyusunan studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui proses pemberian asuhan
keperawatan secara teori dan menngaplikasikan kedalam praktik di masyarakat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan studi kasus ini, yakni:
1. Mengetahui konsep dasar keperawatan kesehatan komunitas
2. Mengetahui proses asuhan keperawatan kesehatan komunitas secara teori
3. Mengetahui teori keperawatan yang sesuai digunakan dalam keperawatan komunitas.
4. Mengetahui dan memahami penerapan asuhan keperawatan komunitas

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari studi kasus ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang konsep keperawatan komunitas.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penerapan asuhan keperawatan komunitas.
3. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diberikan untuk komunitas.
4. Masyarakat dapat menambah wawasan mereka tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan
individu di masyarakat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Kesehatan Komunitas
WHO (1974) mendefinisikan komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-
batas wilayah, nilai-nilasi keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dana
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan Koentjaraningrat (1990) menjelaskan komunitas sebagai suatu kesatuan
hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas. (Wahit Iqbal Mubarak & Nurul
Chayatin, 2013)
Keperawatan komunitas sendiri didefinisikan oleh Ruth B. Freeman (1981) sebagai
kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan
maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau masyarakat dan pelayanan
tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
American Nursing Association (1973) mendefinisikan keperawatan komunitas
merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. (Wahit Iqbal Mubarak &
Nurul Chayatin, 2013)

2.1.2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upaya-upaya berikut ini:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan kelompok
dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dan
mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan masyarakat dapat memengaruhi
keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan dan memprioritaskan masalah kesehatan
3. Merumuskan serta memecahkkan masalah
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2.1.3 Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan
kelompok, baik yang sehat maupun yang sakit, khususnya mereka yang berisiko tinggi dalam
masyarakat.
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual. Peran perawat komunitas disini adalah membantu individu agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik dna mental yang dialami, keterbatasan
pengetahuannya, dan kurangnya kemauan menuju kemandirian.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah
dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga yang satu dengan yang lainnya saling
bergantung dan berinteraksi. Dan fokus pelayanan kesehatan yang strategis adalah keluarga.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus merupakan sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
usia, permasalahan (problem), serta kegiatan terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan. Berikut ini kelompok khusus yang ada di masyarakat dna institusi yang
diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhan (growth development) seperti: kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi,
anak balita, anak usia sekolah dan kelompok usia lanjut.
b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta
asuhan keperawatan, seperti: penderita penyakit menular, penderita penyakit tidak menular, dan
kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi.

2.1.4 Strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas


Berikut ini adalah strategi keperawatan kesehatan komunitas:
1. Proses kelompok (Group process)
2. Pendidikan kesehatan (Health promotion)
3. Kerja sama (Partnership)
2.1.5 Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan
secara umum, yaitu manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan
kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini
disusunlah paradigma keperawatan komunitas yang terdiri atas empat komponen dasar yaitu
manusia, kesehatan (konsep sehat-sakit), lingkungan, dan keperawatan.

2.2 Proses Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Definisi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-lagkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010)
Keperawatan kesehatan komunitas berorientasi pada proses pemecahan masalah yang
dikenal dengan proses keperawatan (nursing proses), yaitu suatu metode ilmiah dalam
keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
Langkah-langkah dalam proses keperawatan kesehatan komunitas adalah pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam penerapan proses keperawatan, terjadi proses
alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan
untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Depkes RI,
2006; dikutip dari Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
1. Tujuan proses keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga
dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan
mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi
keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2. Fungsi keperawatan komunitas
Adapun proses keperawatan komunias berfungsi sebagai:
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang
kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang
efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
2.2.3 Langkah-langkah Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam
proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas
sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas. Orang-orang yang berada di komunitas merupakan mitra dan berperan didalam
proses keperawatan kesehatan komunitas. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas
adalah mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan
dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi
untuk promosi kesehatan. Pengkajian suatu komunitas dimulai dengan mengidentifikasi sistem
yang ada didalamnya perlu diingat, bahwa sistem adalah keseluruhan unit yang berfungsi karena
saling tergantungnya bagian tersebut. Komunitas juga merupakan keseluruhan kesatuan fungsi
karena saling ketergantungan antar bagian subsistem.
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program
keperawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama
dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini meliputi tokoh masyarakat baik formal
maupun nonformal, kader masyarakat, serta perwakilan dari setiap elemen dimasyarakat (PKK,
Karangtaruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan dilakukannya survei mawas
diri (SND) yang diikuti dengan kegiatan musyawarah masyarakat desa (MMD).
Metode dan pendekatan pengkajian komunitas
Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di komunitas adalah
sebagai berikut:
Windshield survey
Digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai dimensi dari komunitas,
lingkungan, serta gaya hidup masyarakat.
Data sekunder
Pada metode ini perawat menggunakan data yang telah tercatat sebelumnya, yang termasuk
dalam data sekunder meliputi data-data seperti data statistik, dokumen yang telah diterbitkan,
catatan dalam pertemuan, hasil survey kesehatan, dan catatan kesehatan (C. O. Helvie, 1998)
Selain data sekunder diatas, metode pengkajian komunitas bisa didapatkan dari data
survey, wawancara dengan informan, observasi komunitas, serta forum komunikasi. (Ferry
Efendi dan Makhfudli, 2009)
b. Diagnosa
Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari komunitas dan
mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan sistem penggabungan penarikan
kesimpulan. Pada sistem ini mereka menggunakan logika berpikir atau penarikan kesimpulan
untuk menggambarkan masalah, menjelaskan faktor etiologi, serta identifikasi tanda dan gejala
yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari diagnosis keperawatan kesehatan
komunitas adalah pernyataan kesimpulan yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah.
Sedangkan, Carl O. Helvie (1998) berfokus pada konsep energi atau memasukkan teori energi
dalam diagnosis keperawatan kesehatan komunitas. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
c. Perencanaan/Intervensi
Langkah-langkah dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Menentukan prioritas
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon komunitas yang aktual atau
potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu
sistem untuk menentukan diagnosis yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem
yang bisa digunakan adalah hierarki Kebutuhan Komunitas.
Menentukan kriteria hasil
Penentuan kriteria hasil (outcomes) harus ditunjukkan untuk komunitas. Kriteria hasil harus
menunjukkan apa yang akan dilakukan komunitas serta kapan dan sejauh mana tindakan akan
dilaksanakan. Kriteria hasil harus spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional, dan ada batas
waktu.
Menentukan rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu komunitas dalam mencapai
kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis
keperawatan. Oleh sebab itu, rencana mendefinisikan suatu aktivitas yang dilakukan untuk
membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Dokumentasi
Rencana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk yang bervariasi untuk
mempromosikan perawatan yang meliputi: perawatan individu, keluarga, dan komunitas;
perawatan yang kontinu (berkesinambungan); komunikasi; dan evaluasi.
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien (komunitas) seyogyanya menyertakan 3
prinsip, yaitu pemberdayaan (empowerment), negosiasi (negotiation) dan kerjasama lintas sektor
(networking). (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
d. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditunjukkan pada rencana strategi untuk membantu komunitas mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik direncanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan komunitas. Tujuan dari implementasi adalah
membantu komunitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan
tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika selama tahap pelaksanaan,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan komunitas. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan implementasinya sudah berhasil
dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisis perencanaan, dan implementasi tindakan (Ignatavicius dan Bayne, 1994).
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses
evaluasi terdiri atas dua tahap yang mengukur pencapaian tujuan klien baik kognitif, afektif,
psikomotor, dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya, dan membandingkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
2.3 Teori Keperawatan Kesehatan Komunitas
2.2.1 Model Health Care System Betty Neuman
Model yang dikemukakan oelh betty neuman ini adalah sebuah model yang menggambarkan
aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat fleksibel, normal, serta resisten dengan sasaran
pelayanannaya adalah komunitas. Garis pertahan komunitas tersebut meliputi garis pertahan
fleksibel (buffer zone), yaitu tingkat kesehatan yang dinamis, merupakan hasil respons sementara
terhadap stresor (respons komunitas terhadap lingkungan seperti banjir, stresor sosial,
ketersediaan dana dalam pelayanan kesehatan, pekerjaan, iklim, dan lain-lain. Garis pertahan
normal. Berupa pola koping, kemampuan dalam pemecehan masalah dalam jangka yang di
perlihatkan sebagai kesehatan komunitas. Garis pertahanan ini berupa koping dan kemampuan
pemecahan masalah yang meliputi ketersedian pelayanan adanya perlindungan terhadap status
nutrisi secara general, tingkat pendapatan (cost level), sikap perilaku masyarakat terhadap
kesehatan, serta kondisi rumah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Garis pertahanan
resisten adalah mekanisme internal untuk menghadapi stresor (penyebab ketidakseimbangan
sistem) yang meliputi tingkat pendidikan masyarakat, adanya ketersediaan pelayanan kesehatan,
transportasi, tempat rekreasi, dan cakupan imunisasi. Intervensi diarahkan terhadap ketiga garis
pertahanan dengan tiga level prevensi, yaitu dengan pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dinamis.
Keyakinan Dan Tata Nilai
Model ini menganalisis interaksi empat variabel yanng menunjang dalam keperwatan
komunitas, aspek fisi atau fisiologi, psikollogis, sosial, kultural, dan spiritual. Adapun tujuan
keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan dinamis. Asumsi yang
dikemukakan oleh betty Neuman tentang empat konsep utama terkait dengan keperawatan
komunitas sebagai berikut:
1. Manusia: Manusia merupakan suatu sistem terbuaka yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yang terdiri atas variabel
fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spritual.
2. Lingkungan: Lingkungan meliputi faktor internal dan ekseternal atau pengaruh-pengaruh dari
sekitar klien.
3. Sehat: Sehat merupakan suatu kondisi terbebasnya tubuh dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbnagan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari
atau mengatasi stresor. Status kesehatan seseorang.
Sehat menurut model neuman adalah suatu biopsikososio kultural dan spiritual
dan spiritual pada tiga garis pertahanan fleksibel, normal, dan resiten.
a. Normal well: yaitu sehat secara medis, psikologis, dan sosial.
b. Pessimistic: yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan (khawatir sakit, ragu
akan kesehatanya).
c. Sosially ill: yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara sosial, baik
ekonomi maupun, interaksi sosial dengan masyarakat.
d. Hypocondriacal: yaitu penyakit bersedih, kesedihan tanpa alasan.
e. Martyr: yaitu orang yang rela menderita atau mmeninggal daripada menyerah karena
memperrtahankan agama/kepercayaan (pengertian harfiah).
f. Optinistic yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit, tetapi mempunyai harapan baik.
Keadaan ini sring kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya.
g. Seriously ill: yaitu benar-benar saikit, baik secar psikososgis, dan sosial.
Keperawatn ditunjukan untuk memepertahankan keseimbangan tersebut
dengan berfokus pada empat intervensi berikut ini:
a. Intervensi yang bersifat promosi.
b. Intervesnsi yang bersifat prevensi.
c. Intrevensi yang bersifat kuratif.
d. Intervensi yang bersifat rehabilitatatif.
4. Keperawatan: Keperawatan sebagai ilmmu dan kiat meempelajari terpenuhnya kebutuhan dasar
klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubungan dennag
ketidakseimbangan yang terjadi pada tiga garis pertahan fleksibel, normal, dan resisten, serta
berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat. Intervensi keperawatn
bertujuan untuk menurunkan stresor, serta mendukung koping pada pasien secara konstruktif.
Pencegahan sekundr meliputi berbabagai tindakan keperawatan denga mengurangi atau
menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainya karena adanya sttresor. Pencegahan
tersier dapat berupa pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya
kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu penyakit.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penerapan model konseptual keperwatan
komunitas dari betty neuman ini memberi penekan pada penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri bersifat fleksibel, normal, dan resisten. Intervensi ini diarahkan
terhadap tiga garis pertahanan tersebut ynag berkait tigal level prevensi untuk lebih jelas.
Aplikasi penerapan model konseptual keperawatan komunitas dari betty neuman. Sesuai
dengan teori neuman, komunitas sebagi klien yang di pengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
komunitas yang merupakan klien dan pengguanaan keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri
atas lima tahapan, yaitu: pengkajian, diagnosa,perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
1. Pengkajian
Berikut adalah data yang perlu dikaji pada komunitas dan kelompok.
a. Core atau inti, dikaji mengenai data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia
yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakiannan, serta
riwayat timbulnnya kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas diantarnya adalah
Perumahan. Bagaimana perumahan yang dihuni penduduk, peneranganya, sirkulasi udara,
kepadatanya.
Pendidikan komunitas. Apakah ada sarana pendidikan yang dapt digunakan untuk mengetahui
pengetahuan penduduk.
Keamanan dan keselamatan. Bagaiman keselamatan dan keamanan lingkungna tempat tinggal
apakah masyarkat merasa nyaman atau tidak, dan apakah sering mengalami stress akibat
keamanan dan keselamtan yang tidak terjamin.
Politik dan kebijakn keselamtan. Apakah politik dan kebijakn pemerintah cukup menunjang,
sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan berbagai bidang, termasuk
kesehatan.
Pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang tersedia seperti tempat gangguan atau merawat
atau meamantau gangguan yang terjadi.
Sistem komunitas. Sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat simanfaatkan
dimasyarakat untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya
media televisi, radio, koran, atau lesflet, yang diberikan kepada masyarkat.
Sistem ekonomi. Bagimana tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruan, apakah
pendapatan yang diterima sesuai dengan kebijakan upah minimal regional (UMR) atau masalah
sebaliknya dibawah upah minimum.
Rekreasi. Apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terejangkau
masyarakat. Rekreasi hendaknya digunakan masyarakat untuk membantu mengurai stresor.
2. Diagnosa keperawatan komunitas dan kelompok
Diagnosa ditegakan berdasarakan tingkat reaksi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga kelompok komponen: P (problem atau masalah), E (etiologi
atau penyebab), S (symptom atau manisfestasi/sata penunjang).
3. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul
diatas diantaranya adalah sebagai berikut.
Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler.
Lakukan demontrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi.
Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler melalui pemeriksaan
tekanan darah.
Lalukan kerjasama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi yang beresiko.
Lakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan fungsi jantung.
Lakukan kerjasama dengan tim aparat pemerintah setempat untuk memeperbaiki lingkungan atau
komunitas apabila menjadi penyebab stresor.
Lakukan rujukan kerumah sakit bila diperlukan.
4. Pelaksanaan
Perawat bertugas untuk melaksanakan tindakan yang telah direncakan yang sifatnya:
Bantuan untuk mengatasi masalah pada gangguan penyakit kardiovaskuler di komunitas.
Mempertahankan kondisi yang seimbang, dalam hal ini berprilaku hidup sehat dan melaksanakan
upaya peningkatan kesehatan.
Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit kardiovaskuler.
Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi sepenuhnya kebutuhan komunitas.
Melaksanakan olahraga sesuai kemampuan fungsi jantungnya.
5. Evaluasi dan penilaian
Hal-hal yang perlu dievalusi adalah sebagai berikut:
Menilai respons verbal dan non verbal komunitas setelah dilakukan intervensi.
Menilai kemajuan yang dicapai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Tahap Persiapan


Tahap persiapan diawali dengan pertemuan pertama dengan ketua Rt: 04 Rw: 2 Desa Margorejo
Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. Melalui pertemuan ini diperoleh profil demografi Rt 04
Rw 02 Desa Margorejo Parengan. Berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang ada, terdapat
perkumpulan jamaah tahlil dan posyandu yang berjalan dengan baik dan rutin. Dalam rangka
mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan warga Rt: 04 Rw: 2
Desa Margorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban, kelompok melakukan pendekatan
terhadap tokoh masyarakat yakni bidan desa dan kader posyandu daerah setempat karena fokus
askep mengarah pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan posyandu.

3.2 Tahap Pelaksanaan


3.2.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket (kuesioner) yang akan diisi oleh
masyarakat. Penyusunan angket dilakukan melalui supervisi dan koordinasi dengan pembimbing
Keperawatan Komunitas. Melalui angket tersebut diharapkan akan diperoleh informasi tentang
masalah masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Setelah angket direvisi kemudian dilakukan
penyebaran 10 buah angket secara langsung kepada masyarakat yang menjadi sampel untuk
mewakili keseluruhan masyarakat Rt:04 Rw:02 Desa Margorejo Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban. Penyebaran angket berlangsung selama satu hari pada tanggal 13 Juli 2016.
Pengisian angket dilakukan dengan metode wawancara. Setelah angket terkumpul dilakukan
tabulasi data melalui proses komputerisasi kemudian data disajikan dalam bentuk diagram untuk
selanjutnya dianalisa.

1. Data Demografi
Rt: 04 merupakan rukun tetangga yang berada di lingkup Rw: 02 dari Desa Margorejo. Desa
Margorejo sendiri merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban. Kondisi wilayah yang berjarak 1 kilometer dari jalan raya yang membuat desa ini mudah
dijangkau. Selain itu, kondisi wilayah yang dekat dengan sungai menjadikan desa ini sering
terkena banjir saat musim penghujan serta berpotensi adanya perilaku Open Defecation Free
(ODF) serta buang sampah di sungai. Rt 04 ini berbatasan langsung dengan sungai. Di wilayah
Rt: 04 memiliki satu mushola yang setiap hari digunakan masyarakat menunaikan ibadah sholat
lima waktu dan kegiatan keagamaan lainnya. Wilayah rukun tetangga ini juga dekat dengan
bidan desa sehingga masyarakat sering menggunakan pelayanan kesehatan di tempat praktek
bidan tersebut. Jumlah KK dari Rt: 04 Rw: 02 ini adalah 38 KK.
2. Data Lingkungan Fisik
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada 10 keluarga di lingkup Rt. 04 Rw. 02 Desa
Margorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban diperoleh data sebagai berikut:
a. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin f %
1 Laki-laki 15 39,4737
2 Perempuan 17 44,7368
Jumlah 38 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 53% laki-laki dan
47% perempuan. Dari 10 keluarga yang ada semua kepala keluarga masih bekerja.
b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia F %

1 0-5 3 7,895
2 6-12 4 10,53
3 13-18 2 5,263
4 19-35 13 34,21
5 36-54 9 23,68
6 > 55 7 18,42
Total 38 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 34% penduduk
yang berusia 19-35 tahun. Dan terendah usia 6-12 tahun yang hanya 5%.
c. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikn F %
1 Belum Sekolah 2 5,263
2 Tidak Sekolah 1 2,632
3 TK 0 0
4 SD 21 55,26
5 SMP 4 10,53
6 SMA 4 10,53
7 PT 0 0
Jumlah 38 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 66% memiliki
tingkat pendidikan SD. Dan tidak ada yang tidak sekolah sehingga tidak ada yang buta huruf.
d. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan F %
1 Belum Bekerja 9 23,7
2 PNS 0 0
3 IRT 1 2,63
4 Wiraswasta 10 26,3
5 Pelajar 6 15,8
6 TNI/Polri 0 0
Jumlah 38 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 38% bekerja
sebagai wiraswasta. 35% belum bekerja dan 23% pelajar.
e. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama F %
1 Islam 38 100
2 Kristen 0 0
3 Hindu 0 0
4 Budha 0 0
5 Konghuchu 0 0
Jumlah 38 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 10% beragama
islam sehingga dapat dikatakan jenis penduduk yang homogen berdasarkan porsentase agama
yang dianut.
f. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Rumah

No Kepemilikan Rumah F %

1 Sendiri 10 100
2 Sewa 0 0
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% menempati
rumah mereka sendiri. Sehingga tidak ada ancaman tidak memiliki tempat tinggal.
g. Distribusi Penduduk Berdasarkan Perumahan

No Bentuk Bangunan F %
1 Permanen 10 100
2 Semi Permanen 0 0
3 Tidak Permanen 0 0
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% rumah
penduduknya bertipe permanen sehingga jangka waktu rusaknya lebih lama.
h. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tipe Lantai Rumah

No Lantai F %
1 Tanah 4 40
2 Papan 0 0
3 Keramik 6 60
4 Semen/Plester 0
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 60% memiliki tipe
lantai keramik. Sehingga rumah keluarga terhindar dari debu dan lebih mudah membersihkanya.
i. Distribusi Penduduk Berdasarkan Ventilasi

No Ventilasi F %
1 Tidak 1 10
2 Ya 9 90
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 10% keluarga
yang tidak memiliki ventilasi yang baik. Artinya dari 10 keluarga hanya ada 1 keluarga yang
tidak memiliki ventilasi rumah yang baik.
j. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekarangan Rumah

No Pemanfaatan pekarangan F %

1 Ada 0 0
2 Tidak ada 10 100
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% tidak
memiliki pekarangan rumah.
k. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Air di Bak Mandi
No Kondisi air F %
1 Bersih 10 100
2 Berwarna, kotor, bau 0 0
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
yang sudah memiliki sumber air bersih dengan menggunakan sumur pompa.
l. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Bak Mandi

No Keadaan bak mandi F %

1 Bersih 9 90
2 Berlumut 1 10
3 Berjentik 0 0
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 10% keluarga
yang bak mandinya berlumut.
m. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembersihan Kamar Mandi

No Waktu pembersihan F %

1 1 minggu 4 40
2 2 minggu 5 50
3 > 2 minggu 1 10
4 Tidak pernah 0 0
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 40% keluarga
melakukan pembersihan bak mandi sebanyak 1x/minggu.
n. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

No Kondisi Penampungan F %

1 Tertutup 0 0
2 Terbuka 10 100
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
memiliki tempat pembuangan sampah terbuka. Mayoritas keluarga melakukan pembuangan
sampah dengan ditumpuk dipekarangan setelah itu dibakar.
o. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan WC

No Kepemilikan WC F %

1 Punya 8 80
2 Tidak punya 2 20
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 20% tidak
memiliki WC sehingga BABnya masih di sungai.
p. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Air Limbah

No Tempat pembuangan air kotor F %

1 Sembarangan 3 30
2 Resapan 1 10
3 GOT 6 60
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 60% keluarga
mengalirkan pembuangan air limbah rumah tangga ke GOT.
q. Distribusi Penduduk Berdasarkan Hewan Peliharaan

No Hewan Peliaraan F %
1 Burung 0 0
2 Ayam 4 40
3 Sapi 4 40
4 Kambing 2 20
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
memiliki hewan peliharaan dengan mayoritas memelihara sapi dan ayam. Dan untuk kandangnya
bersatu dengan rumah.
3. Kondisi Kesehatan Umum
a. Distribusi Penduduk Berdasarkan Keluhan

No Keluhan F %
1 Tidak ada keluhan 2 5,263
2 Nyeri sendi 8 21,05
3 Nyeri kepala 7 18,42
4 Sesak 0 0
5 Gatal gatal 1 2,632
6 Nyeri dada 0 0
7 Demam 0 0
8 Diare 1 2,632
9 DBD 0 0
10 Gastritis 1 2,632
Jumlah 38 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 40% nyeri sendi
dan 35% nyeri kepala. Dan kebanyakan dari mereka tidak tahu cara penanganannya.

b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Sebelum Berobat


No Tindakan F %
1 Pelayanan kesehatan 5 11,3636
2 Obat bebas 3 6,81818
3 Dibiarkan 1 2,27273
4 Lain-lain 1 2,27273
Jumlah 44 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 50% keluarga
memiliki kebiasaan berobat ke pelayanan kesehatan.
c. Distribusi Penduduk Berdasarkan Akseptor KB

No Akseptor F %
1 Tidak 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% merupakan
akseptor KB
d. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
No Jenis Kontrasepsi F %
1 Suntik 9 90
2 Pil 0 0
3 Implan 0 0
4 Steril 1 10
5 IUD 0 0
6 Kondom 0 0
7 Lain-lain 0 0
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 90%
menggunakan KB suntik dan 10% menggunakan KB steril.
e. Distribusi Penduduk Berdasarkan Balita

No Balita F %
1 Tidak ada 9 90
2 Ada 1 10
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat hanya ada 1
keluarga yang memiliki balita dengan prosentase 1%.
f. Distribusi Penduduk Berdasarkan Posyandu

No Kebiasaan F %
1 Tidak 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
baik yang masih memiliki balita atau tidak mengaku rutin melakukan posyandu untuk balitanya.
g. Distribusi Penduduk Berdasarkan Imunisasi
No Imunisasi F %
1 Tidak Lengkap 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
mengaku telah melakukan imunisasi lengkap.
h. Distribusi Penduduk Berdasarkan KMS

No KMS F %
1 Tidak 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% persen
masih memiliki KMS dan pernah memilki KMS.
i. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penimbangan

No Penimbangan F %
1 Tidak 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
ketika mengikuti posyandu selalu melakukan penimbangan.
j. Distribusi Penduduk Berdasarkan Gosok Gigi
No Frekuensi (Kali/Hari) F %
1 1-2 x/hari 3 30
2 > 2 x/hari 7 70
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 70% melakukan
gosok gigi lebih dari 2x/hari. Dan tidak ada keluhan sakit gigi.
k. Distribusi Penduduk Berdasarkan Keramas

No Frekuensi(Kali/Minggu) F %
1 1x 0 0
2 2x 6 60
3 > 3x 4 40
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 60% keluarga
yang melakukan keramas 2x/minggu.
l. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemakaian Handuk

No Penggunaan Handuk F %
1 Sendiri 7 70
2 Bersama 3 30
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 30% keluarga
yang memakai handuk secara bersamaan sehingga memicu penyebaran penyakit kulit.
m. Distribusi Penduduk Berdasarkan Cuci Tangan
No Cuci Tangan F %
1 Tidak 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
tahu momen cuci tangan. Tetapi tidak tahu cara cuci tangan 6 langkah.
n. Distribusi Penduduk Berdasarkan Sabun

No Penggunaan Sabun F %
1 Tidak 0 0
2 Ya 10 100
Jumlah 10 100
Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 100% keluarga
menggunakan sabun ketika cuci tangan.
o. Distribusi Penduduk Berdasarkan Rokok

No Keluarga yang Merokok F %


1 Tidak 4 40
2 Ada 6 60
Jumlah 10 100

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa dari 10 keluarga terdapat 60% keluarga
yang masih terpapar asap rokok. Sehingga dapat memicu pertumbuhan penyakit pernapasan.
3.2.2 Analisa Data
No. Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan
1. Klien: Tidak punya WC, kalau
Tidak ada WC di rumah Defisit perawatan diri:
BAB disungai. Sudah biasa.
Rumah dekat dengan sungai. eliminasi

Ada beberapa orang yang terlihat mandi di
sungai dan BAB di sungai.
2. Klien: Biasanya linu mbak. Tapi P: Asam urat Nyeri akut
tidak saya periksakan. Q: pyar-pyar.
R: Lutut kiri
S: 4
T: kalau berjalan jauh
3. Klien: Sampahnya saya bakar 7 keluarga, ada sampah yang berserakan di Perilaku kesehatan
karena tidak punya tempat sampah. samping rumah. cenderung beresiko

3.2.3 Penapisan Masalah


Diagnosa Kriteria
No Jumlah
Keperawatan A B C D E F G H I J K L
1 Defisit 5 5 4 5 4 5 4 3 2 1 1 3 42
perawatan
diri: eliminasi
b/d pola
eliminasi
disungai
2. Nyer akut b/d 4 5 4 5 4 3 3 4 5 5 5 5 52
penyempitan
pembuluh
darah.
3. Perilaku 5 4 3 3 3 4 5 5 1 2 2 3 40
Kesehatan
Cenderung
beresiko b/d
pengelolaan
sampah yang
kurang tepat.
Keterangan kriteria :
A. Sesuai dengan peran perawat komunitas
B. Resiko terjadi
C. Resiko parah
D. Potensi untuk pendidikan kesehatan
E. Interest untuk komunitas
F. Kemungkinan diatasi
G. Relevan dengan program
H. Tersedianya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedianya sumber daya
Keterangan pembobotan :

1. sangat rendah
2. rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

3.2.4 Prioritas Masalah


No
Diagnosa Keperawatan Jumlah
Prioritas
1 Perilaku Kesehatan Cenderung beresiko b/d pengelolaan
sampah yang kurang tepat. 40

2 Defisit perawatan diri: eliminasi b/d pola eliminasi disungai


42

3 Nyer akut b/d penyempitan pembuluh darah. 52


3.2.5 Perencanaan

Diagnosa Tujuan Sasaran Strategi Rencana Hari, Tempat Evaluasi


Keperawatan Kegiatan Tgl Kriteria Stan
Komunitas
Perilaku Setelah 10 Memberikan 1. Beri edukasi Rabu, Rt: 04 1. Klien dapat Kriteri
dilakukan keluarga penyuluhan tentang dampak 13 Rw: 02 mengetahui dan
Kesehatan
tindakan selama yang dengan pengelolaan Juli Desa dampak terpen
Cenderung 1x24 jam menjadi metode sampah yang 2016 Margorejo pengelolaan
keluarga akan sampel ceramah. Dan tidak tepat. Parengan- sampah yang
beresiko b/d
memiliki rasa memberikan 2. Beri edukasi Tuban tidak tepat.
pengelolaan untuk membuat contoh tentang 2. Klien dapat
tempat sampah. pengelolaan pengelolaan menyebutkan
sampah yang
sampah di sampah yang cara
kurang tepat. salah satu tepat. pengelolaan
rumah warga. 3. Lakukan sampah yang
pengelolaan tepat.
sampah di salah 3. Klien
satu rumah menunjukkan
warga. keinginan
membuat
tempat
sampah.

Defisit Setelah 10 Memberikan 1. Berikan Rabu, Rt: 04 1. Klien sadar Kriteri


dilakukan keluarga penyuluhan edukasi tentang 13 Rw: 02 dampak BAB dan
perawatan
tindakan yang dengan dampak BAB Juli Desa di sungai terpen
diri: eliminasi selama 1x24 menjadi metode di sungai. 2016 Margorejo 2. Klien
jam keluarga sampel ceramah. 2. Berikan Parengan- memahami
b/d pola
akan edukasi tentang Tuban indikator
eliminasi memahami perilaku hidup PHBS rumah
dampak bersih dan tangga.
disungai
melakukan sehat.
BAB di sungai.

Nyer akut b/d Setelah 10 Memberikan 1. Berikan Rabu, Rt: 04 1. Klien Kriteri
dilakukan keluarga penyuluhan edukasi tentang 13 Rw: 02 memahami dan
penyempitan
tindakan selama yang dengan proses Juli Desa tentang proses dapat
pembuluh 1x24 jam menjadi metode terjadinya 2016 Margorejo terjadi nyeri terpen
keluarga dapat sampel ceramah dan nyeri. Parengan- dan penyakit-
darah.
mempraktekkan praktik. 2. Berikan Tuban penyakit yang
cara edukasi tentang berhubungan
penanganan diet makanan. dengan nyeri.
nyeri dirumah. 3. Berikan 2. Klien
demonstrasi mengetahui
penanganan diet makanan
nyeri di rumah. yang bisa
dilakukan.
3. Klien dapat
mempraktekk
an
penanganan
nyeri.

3.2.6 Pelaksanaan dan Evaluasi

No. Diagnosa Tgl Implementasi


1 Perilaku Kesehatan 13 Juli 2016 1. Memberikan edukasi tentang dampak pengelolaan samp
tidak tepat.
Cenderung beresiko b/d
2. Memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah yang te
pengelolaan sampah yang 3. Melakukan pengelolaan sampah di salah satu rumah warg
kurang tepat.
2 Defisit perawatan diri: 13 Juli 2016 1. Memberikan edukasi tentang dampak BAB di sungai.
2. Memberikan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan se
eliminasi b/d pola
eliminasi disungai
3 Nyer akut b/d 13 Juli 2016 1. Memberikan edukasi tentang proses terjadinya nyeri.
2. Memberikan edukasi tentang diet makanan.
penyempitan pembuluh
darah.
BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan komunitas berfokus pada peningkatan dan pengembangan


kesehatan komunitas dengan melihat berbagai sektor yakni biopsikososiospiritual dan
kultural. Konsep ini berkesinambungan dengan konsep model keperawatan Betty Neuman
yang bertujuan untuk stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Model
health care system yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini adalah sebuah model yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress
dengan cara memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat fleksibel, normal, serta resisten
dengan sasaran pelayanannaya adalah komunitas.
Secara keseluruhan proses keperawatan yang kami terapkan fokus pada health
education karena mayoritas keluarga memiliki status kesehatan yang baik hanya perlu sedikit
peningkatan untuk pola hidup bersih dan sehatnya. Tindakan penyuluhan yang dilakukan
dalam satu pertemuan kusus akan tetapi langsung face to face (satu persatu) yang dilakukan
setelah memberikan kuisioner. Sebenarnya hal ini kurang efektif karena proses keperawatan
komunitas membutuhkan kontinu sehingga dapat melihat perkembangan status kesehatan
klien.
Oleh karena itu, dilakukan penanggulangan dengan cara memberikan leaflet dan
melakukan contoh tindakan pengelolaan sampah yang baik dan benar yang dilakukan pada
salah satu keluarga sehingga setelah warga yang lain mengetahuinya diharapkan tumbuh
keinginan untuk melakukannya.
Sedangkan posyandunya mayoritas anak setelah usia 3 tahun sudah jarang ikut
posyandu, lalu diberikan penyuluhan tentang posyandu dan pentingnya mengikutkan balita
posyandu sampai usia 5 tahun. Di desa ini posyandunya ada 4 2 madya dan 2 pratama,
kegiatannya rutin dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan kegiatan 5 meja. Tidak memiliki
meja inovasi.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-lagkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Dan teori keperawatan dari Betty Neuman tepat digunakan untuk pemberian asuhan
keperawatan komunitas. Model health care system yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini
adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada
penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat
fleksibel, normal, serta resisten dengan sasaran pelayanannaya adalah komunitas.

5.2 Saran
Dalam melakukan proses keperawatan akan berhasil jika dilakukan secara kontinu dan terus
menerus sampai keluarga mampu melakukan tindakan yang sudah diajarkan secara mandiri.

You might also like