You are on page 1of 6

FISIOLOGI

1. Tekanan Intrakranial (TIK)


TIK yang tinggi dapat menimbulkan konsekuensi yang mengganggu
fungsi otak dan tentunya mempengaruhi pula kesembuhan penderita. Jadi, TIK
tidak hanya merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak tetapi justru
sering merupakan masalah utamanya. TIK normal pada saat istirahat kira-kira
10 mmHg (136 mmH20), TIK lebih tinggi dari 20 mmHg dianggap tidak
normal dan TIK lebih dari 40 mmHg termasuk dalam kenaikan TIK berat.
Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.5,9

2. Doktrin Monro-Kellie
Doktrin Monro-Kellie adalah suatu konsep sederhana yang dapat
menerangkan pengertian dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa
volume intrakranial selalu konstan, karena rongga cranium pada dasarnya
merupakan rongga yang tidak mungkin mekar. TIK yang normal tidak berarti
tidak adanya lesi massa intrakranial, karena TIK umumnya tetap dalam batas
normal sampai kondisi penderita mencapai titik dekompensasi dan memasuki
fase ekspansional kurva tekanan-volume. Bila terdapat penambahan massa
seperti adanya hematoma akan menyebabkan tergesernya CSF dan darah vena
keluar dari ruang intracranial dengan volume yang sama, TIK akan tetap
normal. Namun bila mekanisme kompensasi ini terlampaui maka kenaikan
jumlah massa yang sedikit saja akan menyebabkan kenaikan TIK yang tajam.5,9

Gambar 10. Doktrin Monro-Kellie5


3. Tekanan Perfusi Otak (TPO)
Tekanan Perfusi Otak (TPO) mempertahankan tekanan darah yang
adekuat pada penderita cedera kepala adalah sangat penting, dan ternyata
dalam observasi selanjutnya Tekanan Perfusi Otak (TPO) adalah indikator
yang sama pentingnya dengan TIK.5,9
TPO mempunyai formula sebagai berikut:
TPO = TAR TIK
(TAR = Tekanan Arteri Rata-rata; Mean arterial pressure)

TPO kurang dari 70 mmHg umumnya berkaitan dengan kesudahan yang


buruk pada penderita cedera kepala. Pada keadaan TIK yang tinggi ternyata
sangat penting untuk tetap mempertahankan tekanan darah yang normal.
Beberapa penderita tertentu bahkan membutuhkan tekanan darah yang di atas
normal untuk mempertahankan TPO yang adekuat. Mempertahankan TPO
adalah prioritas yang sangat penting dalam penatalaksanaan penderita cedera
kepala berat.5,9

4. Aliran Darah Otak (ADO)


ADO normal ke dalam otak kira-kira 50 mL/100 gr jaringan otak per
menit. Bila ADO menurun sampai 20-25mL/100gr/menit maka aktivitas EEG
akan hilang dan pada ADO 5 ml/100gr/menit sel-sel otak mengalami kematian
dan terjadi kerusakan menetap. Pada penderita non-trauma, fenomena
autoregulasi mempertahankan ADO pada tingkat yang konstan apabila tekanan
arteri rata-rata 50-160 mmHg. Bila tekanan arteri rata-rata di bawah 50 mmHg,
ADO menurun curam dan bila tekanan arteri rata- rata di atas 160 mmHg
terjadi dilatasi pasif pembuluh darah otak dan ADO meningkat. Mekanisme
autoregulasi sering mengalami gangguan pada penderita cedera kepala.
Akibatnya, penderita-penderita tersebut sangat rentan terhadap cedera otak
sekunder karena iskemia sebagai akibat hipotensi yang tiba-tiba.5,9
2.2 Fungsi Luhur

Fungsi luhur merupakan sifat khas manusia. Fungsi luhur dalam


keadaan normal merupakan fungsi integritas tertinggi otak berupa
kemampuan berpikir dan memberikan rasional. Yang termasuk di dalam
fungsi luhur adalah fungsi bahasa, persepsi, memori dan emosi. Gangguan
kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien
untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak.

Gambar 11. Korteks otak

Lobus Frontal

Lobus frontal hemisfer serebri, terutama area prefrontal,


merupakan area yang penting untuk fungsi eksekutif normal, sementara
lobus ventromedial frontal memiliki peran yang penting dalam kognisi
social, kepribadian, dan perilaku. Lobus frontal berfungsi sebagai bagian
eksekutif dari korteks. Lobus tersebut berperan serta dalam fungsi luhur
korteks yang meliputi penalaran dan abstraksi; perencanaan dan inisiasi
gerakan; pengawasan dan pembentukan perilaku untuk memastikan
perilaku adaptif; menghambat perilaku maladaptif; memprioritaskan dan
mengurutkan gerakan; pemecahan masalah; mengkoordinasikan fungsi
motorik dan sensorik ke dalam urutan perilaku yang koheren dan memiliki
tujuan.
Kerusakan pada lobus frontal (seperti dapat terjadi pada tumor otak
atau trauma kepala) dapat menghasilkan perubahan perilaku yang besar.
Beberapa gejala yang umum: Karena kerusakan pada bagian dorsolateral
lobus frontal, pasien cenderung acuh tak acuh, abulia, atau apatis (mutisme
dan diam pada beberapa kasus). Karena kerusakan pada area orbitofrontal
pada korteks, ada gejala disinhibisi, di mana pasien terlihat labil dan cepat
marah. Pasien ini kurang memperhatikan dan mudah teralihkan, dengan
gangguan penilaian dan kehilangan inhibisi dan gerakan halus pada
umumnya. Kerusakan pada bagian medial dari lobus frontal dapat
menimbulkan gejala akinesia (kekurangan gerakan spontan) dan apatis.
Cedera pada bagian basal dari lobus frontal juga dapat menimbulkan
gangguan memori. Sindrom lobus frontal ini sering terlihat pada pasien
dengan lesi bilateral.

Bahasa dan Kemampuan Bicara

Bahasa adalah komprehensi dan komunikasi dari pemikiran


abstrak. Fungsi kortikal ini terpisah dari mekanisme saraf yang
berhubungan dengan fungsi visual, auditorik, dan motorik primer.
Kemampuan untuk berpikir kata-kata yang tepat, merencanakan
dan mengkoordinasikan urutan kontraksi otot yang diperlukan untuk
menghasilkan suara yang dapat dimengerti, dan merangkai kata-kata
menjadi kalimat yang bermakna tergantung pada area Broca (area 44 dan
45) dalam girus frontal inferior, yang terletak di anterior korteks motorik
yang mengontrol bibir dan lidah.
Kemampuan untuk mengkomprehensikan bahasa, termasuk
kemampuan bicara, tergantung dari area Wernicke. Area ini terletak di
bagian posterior dari girus temporal superior dalam korteks asosiasi
auditorik (area 22).

Fasikulus arcuata memberikan jalur penghubung yang penting


dalam substansia alba hemisfer, yang menghubungkan area Wernicke dan
area Broca (Gbr 21-1). Karena fasikulus arcuata menghubungkan area
komprehensi kemampuan bicara (area Wernicke) dengan area yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan kemampuan bicara (area Broca),
kerusakan pada jalur substansia alba ini membuat penurunan pengulangan.

Memori dan Belajar

Tiga tipe memori yaitu ingatan segera, memori jangka pendek, dan
memori jangka panjang (jauh).
Ingatan segera adalah fenomena yang membiarkan orang
mengingat dan mengulang sedikit informasi secara singkat setelah
membaca atau mendengarnya. Pada pemeriksaan, kebanyakan orang dapat
mengulang, seperti mem-beo, rangkaian kata atau nomor yang pendek
sampai 10 menit. Substrat anatomi diperkirakan pada korteks asosiasi
auditorik.
Memori jangka pendek dapat berlangsung sampai satu jam.
Pemeriksaan biasanya melibatkan daftar pendek nomor yang lebih rumit
(contoh, nomor telepon) atau kalimat selama jangka waktu satu jam atau
kurang. Tipe memori ini dihubungkan dengan keutuhan dari lobus
temporal dalam. Jika lobus temporal pasien terstimulasi selama
pembedahan atau teriritasi oleh lesi, dia bisa mengalami deja vu, dengan
ciri-ciri kilasan tiba-tiba dari peristiwa masa lalu atau perasaan bahwa
sensasi baru tersebut lama dan dikenal. (Kadang-kadang, perasaan deja vu
terjadi secara spontan pada orang normal, sehat).
Memori jangka panjang membiarkan orang untuk mengingat kata-
kata, nomor, orang lain, peristiwa, dan seterusnya selama bertahun-tahun.
Susunan memori muncul untuk terlibat dalam peningkatan sinapsis
tertentu. Long-term potentiation (LTP), proses yang dicetuskan oleh
akumulasi kalsium pada neuron postsinaps diikuti aktivitas frekuensi
tinggi, muncul untuk berperan serta dalam proses yang mendasari memori.
Observasi eksperimental dan klinik menyatakan bahwa pengkodean
memori jangka panjang melibatkan hipoccampus dan korteks yang
berdekatan pada lobus temporal medial. Thalamus medial dan area
targetnya dalam lobus frontal juga terlibat, bersama-sama dengan nukleus
otak depan basal Meynert

Gambar 12. Area otak yang berkaitan dengan pengkodean memori jangka panjang.

You might also like