Professional Documents
Culture Documents
MASA NIFAS
Disusun Oleh:
dr. Ifanemagasaro Mendrofa
0
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Topik:
Masa Nifas
Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping
1
A. LATAR BELAKANG
Setelah ibu melahirkan, maka ibu memasuki masa nifas atau yang
biasa disebut puerperium. Masa nifas (puerpurium) adalah masa dari
kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini berlangsung kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan .
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi,
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Kemungkinan
timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Diperkirakan bahwa 60%
diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa
nifas sangat perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas tidak hanya terjadi secara fisik saja,
melainkan juga psikologis atau kejiwaan. Wanita dalam masa nifas dapat
sangat rentan terhadap stres fisiologis yang dapat menjadi patologis. Peran
bidan adalah mengamati dan memantau perubahan dini serta mampu
membedakan antara perubahan normal dan abnormal.
Di Indonesia, komplikasi dari masa nifas abnormal masih banyak
ditemukan, bahkan karena penanganan yang belum memadai pada akhirnya
menyebabkan kematian ibu. Di Puskesmas Cebongan sendiri, kunjungan ibu
dalam masa nifas semakin meningkat. Jumlah kasus komplikasi masa nifas
mecapai 70 kasus hingga Agustus 2017.
Oleh karena itu, pelayanan/asuhan yang baik dan benar merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal
dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan
tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi yang
sehat.
2
B. PERMASALAHAN
Penyebab dari kejadian timbul masalah dan penyulit selama masa
nifas adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan
reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Pengenalan adanya masalah dan penyulit selama masa nifas deteksi dini
adanya faktor resiko secara proaktif pada semua ibu, sedini mungkin pada
oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat,
misalnya kelompok saying ibu (KSI) yang dilatih di Puskesmas Cebongan
Kasus masalah dan penyulit selama masa nifas ditemukan di
masyarakat, namun karena keterbatasaanya tenaga kesehatan menyebabkan
belum bisa menemukannya satu persatu. Oleh karena itu peran serta kader
sangat dibutuhkan dalam mendeteksi lebih dini. Salah satu tindakan yaitu
melalui promosi kesehatan dan pemberian konseling tentang masa nifas
kepada para kader KSI.
Pendekatan risiko pada ibu dalam masa nifas merupakan strategi
operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau
kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan
pelayanan yang lebih intensif kepada risiko ibu dalam masa nifas dengan
cepat serta tepat. Untuk itu diperlukan skrining sebagai komponen penting
dalam perawatan yang benar dalam masa nifas.
3
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan masa nifas ini
adalah sasaran sekunder, yaitu para kader KSI (Kelompok Sayang Ibu)
yang nantinya akan berhubungan langsung dengan ibu di wilayahnya
masing-masing. Diharapkan kader KSI dapat menggerakan masyarakat
lebih aktif terlibat serta dapat memberikan laporan secara rutin ke
Puskesmas.
3. Menentukan Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang masa nifas,
masalah yang bisa timbul dan pencegahannya.
b. Tujuan Khusus
1) Memberi tambahan informasi kepada masyarakat tentang
definisi masa nifas.
2) Memberi informasi kepada masyarakat tentang proses
fisiologis yang terjadi saat masa nifas
3) Memberi informasi kepada masyarakat tentang bahaya yang
bias timbul masa nifas
4. Menetapkan Metode Dan Saluran Komunikasi KIE
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada
kelompok kader Kelompok Sayang Ibu (KSI). Media atau saluran
komunikasi yang digunakan adalah slide power point melalui LCD.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari petugas Puskesmas
Cebongan dan dokter internsip.
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Kegiatan : Penyuluhan tentang masa nifas
2. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan anggota kader kelurahan Noborejo
tentang masa nifas
3. Peserta : Anggota kader KSI kelurahan Noborejo berjumlah 20 orang
4. Waktu : 24 Agustus 2017, pukul 12.00- 13.30 WIB
4
5. Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms. Power
Point yang berisi materi masa nifas antara lain : definisi dari masa nifas, tanda
tanda fisiologis (normal) masa nifas, masalah yang dapat ditimbulkan dalam masa
nifas, pencegahan, serta penanganannya. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
6. Penanggung Jawab: Petugas Puskesmas Cebongan dan dokter internsip.
5
Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan.
Para peserta berusaha untuk memahami materi, memanfaatkan sesi diskusi
dengan baik dan banyak dari peserta yang bertanya. Penyuluhan dimulai
pukul 12.00 dan diakhiri pukul 13.30 dengan doa bersama.
Target pemberian pengetahuan kepada masyarakat sudah tercapai dan
semoga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
untuk menghadapi masalah yang timbul saat masa nifas diambil sikap
proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan
waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kelompok Sayang Ibu
Kelompok sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan
kualitas perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian
ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
KSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu
suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal
karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian
terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan
masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan
yang aman bagi setiap wanita.
KSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam
kegiatan seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta
ambulan desa. Untuk mendukung KSI, dikembangkan juga program suami
SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan,
6
siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap
menjaga dan menunggui saat istri melahirkan. 3 (tiga) unsur pokok :
Pertama :Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat bersama dengan pemerintah.
Kedua :Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan
perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga :Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.
7
Sasaran Kelompok Sayang Ibu
Langsung
Caten (calon penganten), pasangan usia subur (pus), ibu hamil, bersalin dan
nifas, ibu meneteki masa perawatan bayi, pria/suami dan seluruh anggota
keluarga.
Tidak langsung
Sektor terkait, institusi kesehatan, institusi masyarakat, tokoh masyarakat
dan agama, kaum bapak/pria, media massa.
Strategi Kelompok Sayang Ibu
Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1. Desentralisasi
2. Kemandirian
3. Keluarga
4. Kemitraan
Perencanaan Kelompok Sayang Ibu
Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Penentuan masalah
3. Penentuan tujuan
4. Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5. Penentuan rencana operasional
Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)
a. Tenaga pelaksan
b. Dukungan dana dan saran
c. Monitoring dan Pelaporan
d. Evaluasi kegiatan
8
1.Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta
mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.
2.Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI
wilayah tersebut.
3.Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang
mempunyai bayi di masyarakat.
4.Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang
dilakukan.
5.Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau
dan di informasikan ke bidan puskesmas.
6.Membantu merujuk.
9
d. Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil
bekerja keras
d. Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :
1. Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi
2. Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan
kelahirannya
3. Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan
MASA NIFAS
1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 8 minggu.
Masa nifas (puerperium) adalah setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu.
10
Masa nifas merupakan masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil, periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester ke 4 kehamilan
11
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskuler
dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur. Tempat placenta merupakan tempat dengan
permukaan besar, tidak rata dan kira- kira sebesar telapak tangan. Pada
permulaan nifas placenta mengandung pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan
menjadi parut. Tetapi luka bekas placenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena luka dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru ditambah permukaan luka.
Perubahan normal yang terjadi pada uterus:
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu bertambah kecil 50 gram
8 minggu sebesar normal 30 gram
12
Robekan kulit dan jaringan superfisial dibawahnya (tidak termasuk otot).
Tapi cenderung menyebabkan jaringan parut
Derajat dua
Robekan menyebabkan kerusakan otot perineum
Derajat tiga
Otot sfingter anus terkena
Derajat empat
Robekan sangat luas, sfingter anus dapat terputus (mukosa rektum)
Di dalam heacting ada dua prinsip yaitu:
a. Homeostasis
memastikan bahwa setiap titik perdarahan aktif diikat untuk mengurangi
perdarahan (mencegah hematom).
b. Alignment
menyatukan jaringan sehingga proses penyembuhan optimal dan luka
mendekati keadaan sebelum robekan.
Lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang terdiri
dari darah yang terkumpul di dalam saluran reproduksi dan produk autolitik
desidua yang nekrotik dari tempat perlekatan plasenta. Bersifat basa dan
13
mencegah infeksi asenden. Dalam keadaan normal, lokia berkurang/memudar
secara progresif baik dalam volume maupun warna.
Macam-macam lochea:
Lochea Rubra
Berwarna merah, berisi darah segar, sisa - sisa selaput ketuban, sel - sel
desidua, sisa - sisa amnion, lanugo, vernix casiosa, dan mekonium. Lochea
rubra biasanya terjadi pada hari 1-2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir. Lochea Sanguinolenta
biasanya terjadi pada 3-7 hari pasca peralinan.
Lochea Serosa
Berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak berdarah lagi. Lochea Serosa
biasanya terjadi pada 7-14 hari pasca peralinan mengandung laukosit, mukus,
sel epittel vagina, desidua nekrotik, dan bakteri nonpatologis.
Lochea Alba
Berwarna putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Lochea Alba biasanya terjadi setelah 2 minggu pasca
peralinan.
Lochea Purulenta
Keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk, dan telah terjadi infeksi.
Locheostasis
Lochia keluar secara tak lancar
14
robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Pada serviks
terbentuk sel-sel otot baru hipersalifasi ini dan karena terakhir retraksi dari servik
robekan serviks menjadi sembuh.Vagina yang sangat regang waktu persalinan
lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke-3 pada
masa nifas rugae mulai tampak kembali. Sisa himen tetap ada (karunkula
mirtiformis)
15
Efeknya: dukungan otot sangat berkurang pada kehamilan berikutnya, nyeri
punggung, dan kesulitan masuknya bagian terendah janin ke panggul pada
persalinan berikutnya.
Bebat abdomen tidak diperlukan karena tidak mampu mengembalikan
postur tubuh ibu
Bila abdomen luar biasa kendur atau menggantung, penggunaan korset
sering kali membantu
Olah raga untuk mengembalikan tonus dinding abdomen boleh dimulai
kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri pada
perut berkurang pada SC
Sistem Muskulosceletal
Terjadi penurunan tonus otot secara bertahap
Kelahiran bayi sering menimbulkan trauma musculo pubococygeal dan
sfingter mayor pubis.
Pada 24 jam PP terjadi nyeri, lemah pada kaki ketegangan otot dan
penggunaan tenaga.
Sistem Kardiovaskuler
Penurunan volume darah sangat berkaitan dengan kehilangan darah
yang dialami selama melahirkan. Volume plasma awalnya menurun
sebesar 1000 ml karena kehilangan darah dan diuresis. Setelah post
partum hari pertama, volume meningkat 900 ml sampai 1200 ml
sebagai akibat perpindahan cairan ekstraselular ke dalam ruang
intravascular. Ini mengakibatkan hemodelusi yang menurunkan
hematokrit, hemoglobin dan protein plasma
Secara bertahap akan kembali normal cardiac output 2-9 hari akan
kembali seperti sebelum hamil.
Setelah satu minggu post partum volume darah akan kembali stabil.
16
Sistem Pernafasan
Sensitifitas tubuh terhadap karbondioksida menurun (progesteron )
sehingga tekanan parsial CO2 kembali seperti keadaan prahamil.
Peningkatan jarak gerakan diafragma ventilasi lobu-lobus dapat
berlangsung penuh
Volume alun napas, kecepatan pernapasan dapat kembali normal pada
1-3 minggu
Sistem Perkemihan
Perpindahan cairan ekstravaskular ke ruang intravascular dalam beberapa
hari pertama setelah melahirkan mengakibatkan menetapnya peningkatan aliran
darah ginjal selama periode tersebut. Peningkatan aliran darah ke ginjal ini
dikaitkan dengan dieresis dan natriuresis yang mengeluarkan cairan dan natrium
yang tertahan selama trimester ketiga. Penurunan tiba-tiba oksitosin menyebabkan
dieresis karena oksitosin meningkatkan responsi, resorbsi bebas air
Trauma persalinan (partus lama, persalinan tindakan, analgesia/anastetik,
tekanan presentasi janin) Edema, hyperemia kandung kemih Tonus otot
melemah Peregangan berlebihan dan pengosongan inkomplet kand. Kemih
Meningkatkan risiko infeksi dan inkontinensia uri.
Parameter sistem ginjal (aliran plasma ginjal, laju filtrasi glomerulus,
kreatinin plasma) kembali normal pada minggu ke-6. Ekskresi vitamin dan
mineral melalui urine normal pada minggu pertama setelah persalinan. Kadar
hormon renin angiotensin menyesuaikan dengan hilangnya hormon pada janin.
Keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal dalam 3 minggu. Volume
urine meningkat pada wanita masa nifas. Pengaruh kehamilan mungkin menetap
beberapa bulan.
17
Penurunan aktifitas usus terutama setelah pembatasan asupan diet selama 24 jam
sampai 36 jam sebelumnya dapat menghambat defekasi selama 1 atau 2 hari
pertama post partum. Defekasi biasa pada hari 2-3 post partum. Hemorhoid biasa
pulih setelah persalinan. Pada hari ke-10 fungsi usus harus sudah kembali seperti
normal.
Kulit
Strie gravidarum menjadi lebih pucat dalam beberapa bulan, tetapi hanya
memudar dan tidak menghilang
Perubahan pada kulit yang ditimbulkan oleh kehamilan secara spontan
berkurang atau memudar
Tanda-Tanda Vital
a. Suhu Badan
18
Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, suhu tubuh mungkin
meningkat sedikit (38oC) sebagai respon terhadap stres persalinan dan
dehidrasi
Peningkatan ini biasanya transien, peningkatan yang tetap mungkin
menandakan infeksi
b. Nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Pada nifas umumnya denyut
nadi lebih labil dibanding suhu badan.
c. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan
akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan.
d. Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum (16-24 kali permenit). Nafas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti
kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru.
Payudara
19
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, human chorionic
gonadotropin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
Lobus kelenjar mammae sekitar 15-25 buah dan akan terus bercabang
sehingga terdapat acinus, sebagai tempat produksi ASI.
Setelah placenta lahir maka terdapat dua komponen dominan yang
dapat mengeluarkan ASI, yaitu isapan langsung bayi pada puting susu
dan hormone hipofisis posterior (prolaktin dan oksitosin).
Tidur
Gangguan pola tidur, terutama segera setelah melahirkan
Tiga hari pertama dapat mrpkn hari yang paling sulit bagi ibu akibat
penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat krn
nyeri perineum.
Nyeri perineum pasca partus berkorelasi erat dg durasi kala 2 persalinan.
Euforia, rasa tdk nyaman di payudara, kandung kemih, perineum dan
gangguan bayi, semuanya dpt menyebabkan kesulitan tidur
Pola tidur kembali mendekati normal dalam 2 atau 3 minggu stlh persalinan,
tetapi ibu yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar
20
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya
sendiri.
l. Merasa sangat letih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI (2010). Ibu selamat, bayi sehat, suami siaga.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu-selamat-
bayi-sehat-suami-siaga.html
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
21
3. Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
4. Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad, 1983. Obstetri Fisiologi.
Bandung: Eleman
5. Fraser, Diane, et al. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC
6. Herlina, Netti.2011. Fisiologi Nifas.Handout Mata Kuliah Askeb Nifas
Fisiologis
7. Izzati, Dwi. 2011. Fisiologi Masa Nifas. Handout Mata Kuliah Askeb
Nifas Fisiologis
8. Budi, Rize.2011. Perubahan Adaptasi Nifas 2. Handout Mata Kuliah
Askeb Nifas Fisiologis
9. Setia, woro.2011. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Handout
Mata Kuliah Askeb Nifas Fisiologis
10. Varney, Helen, et al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 2.
Jakarta: EGC
11. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
13. Bahiyatun. 2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta:EGC
14. Ibrahim, Cristina, 1996, Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas) Jilid II,
Jakarta : Bharata.
15. Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC.
16. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jakarta : EGC.
DOKUMENTASI
22
23