You are on page 1of 24

LAPORAN KEGIATAN

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

MASA NIFAS

Disusun Oleh:
dr. Ifanemagasaro Mendrofa

Puskesmas Kota Salatiga


Periode Agustus 2016 November 2017
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2016-November 2017

0
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik:
Masa Nifas

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Oktober 2017

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Ifanemagasaro M dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

1
A. LATAR BELAKANG
Setelah ibu melahirkan, maka ibu memasuki masa nifas atau yang
biasa disebut puerperium. Masa nifas (puerpurium) adalah masa dari
kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini berlangsung kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan .
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi,
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Kemungkinan
timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Diperkirakan bahwa 60%
diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa
nifas sangat perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas tidak hanya terjadi secara fisik saja,
melainkan juga psikologis atau kejiwaan. Wanita dalam masa nifas dapat
sangat rentan terhadap stres fisiologis yang dapat menjadi patologis. Peran
bidan adalah mengamati dan memantau perubahan dini serta mampu
membedakan antara perubahan normal dan abnormal.
Di Indonesia, komplikasi dari masa nifas abnormal masih banyak
ditemukan, bahkan karena penanganan yang belum memadai pada akhirnya
menyebabkan kematian ibu. Di Puskesmas Cebongan sendiri, kunjungan ibu
dalam masa nifas semakin meningkat. Jumlah kasus komplikasi masa nifas
mecapai 70 kasus hingga Agustus 2017.
Oleh karena itu, pelayanan/asuhan yang baik dan benar merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal
dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan
tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi yang
sehat.

2
B. PERMASALAHAN
Penyebab dari kejadian timbul masalah dan penyulit selama masa
nifas adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan
reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Pengenalan adanya masalah dan penyulit selama masa nifas deteksi dini
adanya faktor resiko secara proaktif pada semua ibu, sedini mungkin pada
oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat,
misalnya kelompok saying ibu (KSI) yang dilatih di Puskesmas Cebongan
Kasus masalah dan penyulit selama masa nifas ditemukan di
masyarakat, namun karena keterbatasaanya tenaga kesehatan menyebabkan
belum bisa menemukannya satu persatu. Oleh karena itu peran serta kader
sangat dibutuhkan dalam mendeteksi lebih dini. Salah satu tindakan yaitu
melalui promosi kesehatan dan pemberian konseling tentang masa nifas
kepada para kader KSI.
Pendekatan risiko pada ibu dalam masa nifas merupakan strategi
operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau
kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan
pelayanan yang lebih intensif kepada risiko ibu dalam masa nifas dengan
cepat serta tepat. Untuk itu diperlukan skrining sebagai komponen penting
dalam perawatan yang benar dalam masa nifas.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan
(empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan
kemampuan kepada kader (sasaran) melalui penyuluhan. Pesan-pesan
pokok materi penyuluhan masa nifas antara lain : definisi dari masa nifas,
tanda tanda fisiologis (normal) masa nifas, masalah yang dapat
ditimbulkan dalam masa nifas, pencegahan, serta penanganannya.
2. Menentukan Sasaran

3
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan masa nifas ini
adalah sasaran sekunder, yaitu para kader KSI (Kelompok Sayang Ibu)
yang nantinya akan berhubungan langsung dengan ibu di wilayahnya
masing-masing. Diharapkan kader KSI dapat menggerakan masyarakat
lebih aktif terlibat serta dapat memberikan laporan secara rutin ke
Puskesmas.
3. Menentukan Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang masa nifas,
masalah yang bisa timbul dan pencegahannya.
b. Tujuan Khusus
1) Memberi tambahan informasi kepada masyarakat tentang
definisi masa nifas.
2) Memberi informasi kepada masyarakat tentang proses
fisiologis yang terjadi saat masa nifas
3) Memberi informasi kepada masyarakat tentang bahaya yang
bias timbul masa nifas
4. Menetapkan Metode Dan Saluran Komunikasi KIE
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada
kelompok kader Kelompok Sayang Ibu (KSI). Media atau saluran
komunikasi yang digunakan adalah slide power point melalui LCD.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari petugas Puskesmas
Cebongan dan dokter internsip.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Kegiatan : Penyuluhan tentang masa nifas
2. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan anggota kader kelurahan Noborejo
tentang masa nifas
3. Peserta : Anggota kader KSI kelurahan Noborejo berjumlah 20 orang
4. Waktu : 24 Agustus 2017, pukul 12.00- 13.30 WIB

4
5. Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms. Power
Point yang berisi materi masa nifas antara lain : definisi dari masa nifas, tanda
tanda fisiologis (normal) masa nifas, masalah yang dapat ditimbulkan dalam masa
nifas, pencegahan, serta penanganannya. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
6. Penanggung Jawab: Petugas Puskesmas Cebongan dan dokter internsip.

E. MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan agenda
pertemuan rutin bulanan KSI Noborejo. Salah satu acara dalam pertemuan
tersebut adalah penyuluhan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Dalam
kesempatan kali ini kami menyampaikan tentang Masa Nifas kepada para
kader Kelurahan Noborejo. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan
tambahan informasi kepada anggota kader tentang Masa Nifas.
Saat pemberian penyuluhan, peserta menyimak dengan tenang dan
terlihat antusias. Selama sesi diskusi, banyak dari peserta yang bertanya.
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta:
1. Kapan masa nifas dikatakan tidak normal?
2. Bagaimana penanganan ibu yang menyusui putingnya lecet?
3. Kapan perdarahan setelah melahirkan dikatakan tidak normal?
4. Bagaimana menu pada ibu yang sedang dalam masa nifas?
5. Berapa lama waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual
setelah melahirkan?
6. Apakah yang harus kader KSI lakukan saat ada ibu dengan tanda
atau gejala tidak normal pada masa nifas?
7. Bagaimana mencegah infeksi saluran kencing pada ibu dalam masa
nifas?
8. Kapan waktu paling tepat bagi iibu untuk memasang KB setelah
melahirkan?
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman
peserta penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
materi yang telah disampaikan. Pertanyaan dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang dilakukan
mampu diterima dan dipahami oleh peserta. Dengan adanya pemahaman
tersebut diharapkan para kader mampu untuk memberikan informasi kepada
semua ibu hamil di wilayahnya.

5
Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan.
Para peserta berusaha untuk memahami materi, memanfaatkan sesi diskusi
dengan baik dan banyak dari peserta yang bertanya. Penyuluhan dimulai
pukul 12.00 dan diakhiri pukul 13.30 dengan doa bersama.
Target pemberian pengetahuan kepada masyarakat sudah tercapai dan
semoga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
untuk menghadapi masalah yang timbul saat masa nifas diambil sikap
proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan
waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat.

F. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kelompok Sayang Ibu
Kelompok sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan
kualitas perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian
ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
KSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu
suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal
karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian
terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan
masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan
yang aman bagi setiap wanita.
KSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam
kegiatan seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta
ambulan desa. Untuk mendukung KSI, dikembangkan juga program suami
SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan,

6
siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap
menjaga dan menunggui saat istri melahirkan. 3 (tiga) unsur pokok :
Pertama :Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat bersama dengan pemerintah.
Kedua :Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan
perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga :Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

Tujuan Kelompok Sayang Ibu


1. Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta
menurunkan angka kematian bayi.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit
menular Seksual (PMS).
3. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai
perawatan kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI
Ekslusif dan perawatan bayi.
4. Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.
5. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-
upaya penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
mengembangkan dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan
kondisi daerah.
7. Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta
(LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pengumpulan data ibu
hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.
8. Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan
nyaman bagi ibui dan bayi.
9. Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat
yang merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang
dilahirkan.
10. Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin,
nifas serta perawatan bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi
camat.

7
Sasaran Kelompok Sayang Ibu
Langsung
Caten (calon penganten), pasangan usia subur (pus), ibu hamil, bersalin dan
nifas, ibu meneteki masa perawatan bayi, pria/suami dan seluruh anggota
keluarga.
Tidak langsung
Sektor terkait, institusi kesehatan, institusi masyarakat, tokoh masyarakat
dan agama, kaum bapak/pria, media massa.
Strategi Kelompok Sayang Ibu
Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1. Desentralisasi
2. Kemandirian
3. Keluarga
4. Kemitraan
Perencanaan Kelompok Sayang Ibu
Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Penentuan masalah
3. Penentuan tujuan
4. Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5. Penentuan rencana operasional
Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)
a. Tenaga pelaksan
b. Dukungan dana dan saran
c. Monitoring dan Pelaporan
d. Evaluasi kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Sayang Ibu


1. Unsur Opersional
Kegiatan advokasi dan KIE
Pengembangan pesan advokasi dan KIE KSI
Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan
Memadukan kegiatan KSI, pondok bersalin dan posyandu
2. Unsur Pendukung
Orientasi dan penelitian
Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi
Pengembangan tata cara rujukan
Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Peningkatan peran bidan
Tugas Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :

8
1.Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta
mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.
2.Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI
wilayah tersebut.
3.Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang
mempunyai bayi di masyarakat.
4.Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang
dilakukan.
5.Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau
dan di informasikan ke bidan puskesmas.
6.Membantu merujuk.

Indikator Keberhasilan Sebelum Dan Sesudah KSI


a. Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :
1.Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE KSI
2.Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai : Jumlah
ibu hamil, umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana
persalinan, mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya
3. Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas KSI setempat
b. Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat
c. Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai
KSI, seperti :
1. Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke
fasilitas kesehatan.
2. Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3. Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4
kali
4. Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan
dan persalinan (mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)
5. Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
6. Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan
Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :
a. Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun
b. Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan
mempertimbangkan kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk
meningkatkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan
c. Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan

9
d. Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil
bekerja keras
d. Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :
1. Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi
2. Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan
kelahirannya
3. Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

Hambatan Program Kelompok Sayang Ibu


Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan KSI ataupun Safe
Motherhood telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk
mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang
bermutu.
Akan tetapi KSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara
lain :
1. Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga
orientasi yang terbentuk semata-mata dilaksanakan karena ia adalah
program wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK (Surat
Keputusan).
2. Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan
dan persalinan hanyalah persoalan.

MASA NIFAS

1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 8 minggu.

Masa nifas (puerperium) adalah setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu.

10
Masa nifas merupakan masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil, periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester ke 4 kehamilan

2. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis pada Masa Nifas


Involusi Alat-Alat Kandungan
Transisi uterus, serviks dan vagina dari status hamil ke tidak hamil
disebut involusi Segera setelah lahir uterus 900-1000 gram, TFU 11-12
cm diatas symphisis . Involusi berlangsung cepat, 50% dari massa total
jaringan lenyap dlm 1 minggu (kecepatan involusi 1 cm/hari). Terjadi
perubahan yang cepat dan mencolok dlm kandungan kolagen dan elastin
sementara air dan protein lenyap. Involusi terjadi akibat hilangnya hormon
plasenta yang dibebaskan dari sel miometrium, sel endotel pembuluh darah,
dan makrofag. Organel sitoplasma mengalami autodigesti, sedangkan
sitoplasma intrasel dan kolagen ekstrasel berkurang. Wanita masa nifas
berada dlm status keseimbangan nitrogen yang negatif karena penguraian
protein dari sel miometrium menyebabkan pembebasan asam amino
kedalam sirkulasi kemudian ke urine.
Sebab-sebab involusi uterus adalah sebagai berikut:
Autolysis
Hancurnya sel-sel yang bertambah akibat hiperplasi saat hamil
Kontraksi otot
Disebabkan oleh hormone pituitrin yang lebih aktif. Kontraksi ini
membuat otot polos berkontraksi dan karena uterus terdiri dari otot
polos, maka uterus ikut berkontraksi
Regenerasi epitel
Epitel tumbuh pada bekas tempat perlekatan plasenta dari samping,
sekitar lapisan uterus serta keatas dari bawah tempat perlekatan
plasenta. Pertumbuhan endometrium ini membuat pembuluh darah yang
mengalami pembekuan rapuh sehingga meluruh dan membentuk
lokhea. Proses ini memakan waktu 6 minggu.

11
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskuler
dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur. Tempat placenta merupakan tempat dengan
permukaan besar, tidak rata dan kira- kira sebesar telapak tangan. Pada
permulaan nifas placenta mengandung pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan
menjadi parut. Tetapi luka bekas placenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena luka dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru ditambah permukaan luka.
Perubahan normal yang terjadi pada uterus:
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu bertambah kecil 50 gram
8 minggu sebesar normal 30 gram

After pain adalah Nyeri ikutan/susulan/ mules-mules sesudah partus akibat


kontraksi uterus. Kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari post partum
After pain berkaitan dengan laktasi, terutama pada wanita multipara yang sering
mengeluh peningkatan pengeluaran cairan pervagina ketika menyusui. Perasaan
sakit itu pun timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta,
atau gumpalan darah dalam kavum uteri.

Kerusakan dan Perbaikan Jaringan Lunak


Tingkatan lacerasi berdasarkan luasnya robekan adalah sebagai berikut:
Superfisial
Lecet kulit epidermis terpisah akibat tekanan peregangan
Derajat satu

12
Robekan kulit dan jaringan superfisial dibawahnya (tidak termasuk otot).
Tapi cenderung menyebabkan jaringan parut
Derajat dua
Robekan menyebabkan kerusakan otot perineum
Derajat tiga
Otot sfingter anus terkena
Derajat empat
Robekan sangat luas, sfingter anus dapat terputus (mukosa rektum)
Di dalam heacting ada dua prinsip yaitu:
a. Homeostasis
memastikan bahwa setiap titik perdarahan aktif diikat untuk mengurangi
perdarahan (mencegah hematom).
b. Alignment
menyatukan jaringan sehingga proses penyembuhan optimal dan luka
mendekati keadaan sebelum robekan.

Proses penyembuhan luka yaitu:


1. Respon Peradangan
mengisolasi jaringan yang rusak, mengurangi penyebaran. Sel darah putih
menelan semua bakteri yang masuk dan menguraikan semua jaringan nekrotik.
2. Fase Migratorik
infiltrasi luka oleh sel mesenkim fibroblas krusta diatas luka
pembuluh darah tumbuh pertumbuhan jaringan baru (granulasi)
3. Fase Proliferatif
sel eptel tumbuh dibawah krusta. Fase ini berakhir dengan pematangan sel baru
dan terlepasnya krusta

Lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang terdiri
dari darah yang terkumpul di dalam saluran reproduksi dan produk autolitik
desidua yang nekrotik dari tempat perlekatan plasenta. Bersifat basa dan

13
mencegah infeksi asenden. Dalam keadaan normal, lokia berkurang/memudar
secara progresif baik dalam volume maupun warna.

Macam-macam lochea:
Lochea Rubra
Berwarna merah, berisi darah segar, sisa - sisa selaput ketuban, sel - sel
desidua, sisa - sisa amnion, lanugo, vernix casiosa, dan mekonium. Lochea
rubra biasanya terjadi pada hari 1-2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir. Lochea Sanguinolenta
biasanya terjadi pada 3-7 hari pasca peralinan.
Lochea Serosa
Berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak berdarah lagi. Lochea Serosa
biasanya terjadi pada 7-14 hari pasca peralinan mengandung laukosit, mukus,
sel epittel vagina, desidua nekrotik, dan bakteri nonpatologis.
Lochea Alba
Berwarna putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Lochea Alba biasanya terjadi setelah 2 minggu pasca
peralinan.
Lochea Purulenta
Keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk, dan telah terjadi infeksi.
Locheostasis
Lochia keluar secara tak lancar

Perubahan Pada Serviks dan Vagina


Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan menutup secara
bertahap. 2 jari mungkin masih bisa dimasukkan ke dalam muara serviks pada
hari ke 4-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat
dimasukkan pada akhir minggu ke 2. Walaupun begitu setelah involusi selesai
ostium eksternum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil. Pada
umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-

14
robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Pada serviks
terbentuk sel-sel otot baru hipersalifasi ini dan karena terakhir retraksi dari servik
robekan serviks menjadi sembuh.Vagina yang sangat regang waktu persalinan
lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke-3 pada
masa nifas rugae mulai tampak kembali. Sisa himen tetap ada (karunkula
mirtiformis)

Dinding Perut dan Peritonium


Dinding abdomen mungkin tetap lunak dan kendor selama beberapa
minggu.
Peregangan yang berlebihan, misalnya pada kehamilan multipel,
polihidramnion, dapat menyebabkan kelemahan otot yang menetap
Sendi dan ligamentum panggul yang melunak secara perlahan kembali ke
normal selama beberapa bulan

Otot Dasar Panggul


Kekuatan otot dasar panggul dan pengendalian neuromuskulus terganggu
dan mengalami trauma mekanis yang lebih besar pada wanita yang
melahirkan per-vaginam (dalam minggu I)
Tonus dan kekuatan otot kembali normal dlm 2 bulan
Melemahnya otot sirkumvagina berkaitan dengan keadaan perineum,
episiotomi, lama kala 2 persalinan, berat bayi dan teknik pendorongan
Ligamentum latum & rotundum lbh kendor, pemulihannya lama
Dasar panggul yang inefektif spt prolaps uterus, inkontinensia urine, dan
prolaps rektum meningkat seiring dg jumlah paritas
Latihan dasar panggul membantu memulihkan tonus otot dan fungsi dasar
panggul
Diastasis muskulus rektus
Jika tidak pulih, dinding abdomen disekitar garis tengah hanya dibentuk
oleh peritoneum, fasia tipis, lemak subkutan dan kulit.

15
Efeknya: dukungan otot sangat berkurang pada kehamilan berikutnya, nyeri
punggung, dan kesulitan masuknya bagian terendah janin ke panggul pada
persalinan berikutnya.
Bebat abdomen tidak diperlukan karena tidak mampu mengembalikan
postur tubuh ibu
Bila abdomen luar biasa kendur atau menggantung, penggunaan korset
sering kali membantu
Olah raga untuk mengembalikan tonus dinding abdomen boleh dimulai
kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri pada
perut berkurang pada SC

Sistem Muskulosceletal
Terjadi penurunan tonus otot secara bertahap
Kelahiran bayi sering menimbulkan trauma musculo pubococygeal dan
sfingter mayor pubis.
Pada 24 jam PP terjadi nyeri, lemah pada kaki ketegangan otot dan
penggunaan tenaga.

Sistem Kardiovaskuler
Penurunan volume darah sangat berkaitan dengan kehilangan darah
yang dialami selama melahirkan. Volume plasma awalnya menurun
sebesar 1000 ml karena kehilangan darah dan diuresis. Setelah post
partum hari pertama, volume meningkat 900 ml sampai 1200 ml
sebagai akibat perpindahan cairan ekstraselular ke dalam ruang
intravascular. Ini mengakibatkan hemodelusi yang menurunkan
hematokrit, hemoglobin dan protein plasma
Secara bertahap akan kembali normal cardiac output 2-9 hari akan
kembali seperti sebelum hamil.
Setelah satu minggu post partum volume darah akan kembali stabil.

16
Sistem Pernafasan
Sensitifitas tubuh terhadap karbondioksida menurun (progesteron )
sehingga tekanan parsial CO2 kembali seperti keadaan prahamil.
Peningkatan jarak gerakan diafragma ventilasi lobu-lobus dapat
berlangsung penuh
Volume alun napas, kecepatan pernapasan dapat kembali normal pada
1-3 minggu

Sistem Perkemihan
Perpindahan cairan ekstravaskular ke ruang intravascular dalam beberapa
hari pertama setelah melahirkan mengakibatkan menetapnya peningkatan aliran
darah ginjal selama periode tersebut. Peningkatan aliran darah ke ginjal ini
dikaitkan dengan dieresis dan natriuresis yang mengeluarkan cairan dan natrium
yang tertahan selama trimester ketiga. Penurunan tiba-tiba oksitosin menyebabkan
dieresis karena oksitosin meningkatkan responsi, resorbsi bebas air
Trauma persalinan (partus lama, persalinan tindakan, analgesia/anastetik,
tekanan presentasi janin) Edema, hyperemia kandung kemih Tonus otot
melemah Peregangan berlebihan dan pengosongan inkomplet kand. Kemih
Meningkatkan risiko infeksi dan inkontinensia uri.
Parameter sistem ginjal (aliran plasma ginjal, laju filtrasi glomerulus,
kreatinin plasma) kembali normal pada minggu ke-6. Ekskresi vitamin dan
mineral melalui urine normal pada minggu pertama setelah persalinan. Kadar
hormon renin angiotensin menyesuaikan dengan hilangnya hormon pada janin.
Keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal dalam 3 minggu. Volume
urine meningkat pada wanita masa nifas. Pengaruh kehamilan mungkin menetap
beberapa bulan.

Sistem Pencernaan dan Defekasi


penurunan tonus sfingter esofagus bawah, peningkatan keasaman
lambung, penurunan motilitas lambung (nyeri, takut, narkose) menyebabkan
relaksasi abdomen, peningkatan distensi gas, konstipasi sesaat setelah melahirkan.

17
Penurunan aktifitas usus terutama setelah pembatasan asupan diet selama 24 jam
sampai 36 jam sebelumnya dapat menghambat defekasi selama 1 atau 2 hari
pertama post partum. Defekasi biasa pada hari 2-3 post partum. Hemorhoid biasa
pulih setelah persalinan. Pada hari ke-10 fungsi usus harus sudah kembali seperti
normal.

Perubahan Berat Badan


Penurunan berat badan ibu dipengaruhi oleh:
Pengeluaran produk konsepsi (janin, plasenta, cairan amnion, kehilangan
darah yang normal) rata-rata 5-6 kg
Berat biasanya menurun sejak hari ke 4 setelah persalinan karena diuresis
meningkat. Penurunannya mencapai 2-3 kg pada minggu pertama
Berhubungan dengan peningkatan berat badan selama hamil
Jika saat hamil perubahannya banyak maka penurunan berat badan pada saat
nifas juga besar
Dalam beberapa bulan terus menurun, dipengaruhi gaya hidup selama dan
setelah kehamilan dari pada kehamilan itu sendiri
Penurunan berat badan cenderung lebih besar pada paritas rendah, berat
badan pra hamil yang lebih rendah, merokok, bekerja
Kembali ke berat badan sebelum hamil pada 6 bulan post partum

Kulit
Strie gravidarum menjadi lebih pucat dalam beberapa bulan, tetapi hanya
memudar dan tidak menghilang
Perubahan pada kulit yang ditimbulkan oleh kehamilan secara spontan
berkurang atau memudar

Tanda-Tanda Vital
a. Suhu Badan

18
Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, suhu tubuh mungkin
meningkat sedikit (38oC) sebagai respon terhadap stres persalinan dan
dehidrasi
Peningkatan ini biasanya transien, peningkatan yang tetap mungkin
menandakan infeksi
b. Nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Pada nifas umumnya denyut
nadi lebih labil dibanding suhu badan.
c. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan
akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan.
d. Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum (16-24 kali permenit). Nafas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti
kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru.

Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas:


Parameter Normal Abnormal
Tekanan darah < 140/90 mmHg, mungkin bisa > 140/90 mmHg.
naik dari tingkat tersebut disaat 1-3
hari postpartum.
Suhu tubuh < 380C. > 380C.
Denyut Nadi 60-100 x/menit. > 100 x/menit.

Payudara

19
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, human chorionic
gonadotropin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
Lobus kelenjar mammae sekitar 15-25 buah dan akan terus bercabang
sehingga terdapat acinus, sebagai tempat produksi ASI.
Setelah placenta lahir maka terdapat dua komponen dominan yang
dapat mengeluarkan ASI, yaitu isapan langsung bayi pada puting susu
dan hormone hipofisis posterior (prolaktin dan oksitosin).
Tidur
Gangguan pola tidur, terutama segera setelah melahirkan
Tiga hari pertama dapat mrpkn hari yang paling sulit bagi ibu akibat
penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat krn
nyeri perineum.
Nyeri perineum pasca partus berkorelasi erat dg durasi kala 2 persalinan.
Euforia, rasa tdk nyaman di payudara, kandung kemih, perineum dan
gangguan bayi, semuanya dpt menyebabkan kesulitan tidur
Pola tidur kembali mendekati normal dalam 2 atau 3 minggu stlh persalinan,
tetapi ibu yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar

Tanda Bahaya Nifas


Tanda bahaya pada ibu nifas adalah:
a. Perdarahan vagina yang keluar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak.
b. Pengleuaran vagina yang baunya menusuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah
pengelihatan.
e. Pembengkakan di wajah atau di tangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil.
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki.

20
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya
sendiri.
l. Merasa sangat letih.

Tanda bahaya pada bayi baru lahir, yaitu:


a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum.
b. Bayi kejang.
c. Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang
d. Sesak napas (60 x/menit atau lebih) atau nafas 30 kali per menit atau
kurang
e. Bayi merintih
f. Pusar kemerahan sampai dinding perut.
g. Demam (suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 C) atau tubuh teraba dingin
(suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 C)
h. Mata bernanah banyak
i. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan
kembali lambat.
j. Kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi berbahaya jika muncul pada:
o Hari pertama (kurang dari 24 jam) setelah lahir
o Ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
o Kuning sampai ke telapak tangan atau kaki

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI (2010). Ibu selamat, bayi sehat, suami siaga.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu-selamat-
bayi-sehat-suami-siaga.html
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.

21
3. Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
4. Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad, 1983. Obstetri Fisiologi.
Bandung: Eleman
5. Fraser, Diane, et al. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC
6. Herlina, Netti.2011. Fisiologi Nifas.Handout Mata Kuliah Askeb Nifas
Fisiologis
7. Izzati, Dwi. 2011. Fisiologi Masa Nifas. Handout Mata Kuliah Askeb
Nifas Fisiologis
8. Budi, Rize.2011. Perubahan Adaptasi Nifas 2. Handout Mata Kuliah
Askeb Nifas Fisiologis
9. Setia, woro.2011. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Handout
Mata Kuliah Askeb Nifas Fisiologis
10. Varney, Helen, et al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 2.
Jakarta: EGC
11. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
13. Bahiyatun. 2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta:EGC
14. Ibrahim, Cristina, 1996, Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas) Jilid II,
Jakarta : Bharata.
15. Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC.
16. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jakarta : EGC.

DOKUMENTASI

22
23

You might also like