Professional Documents
Culture Documents
php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
Abstrak
Vermikomposting adalah proses penguraian sampah atau limbah organik yang dilakukan dengan
bantuan cacing sebagai dekomposer, sehingga dihasilkan kotoran cacing (pupuk) atau disebut kascing.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja cacing dalam menghasilkan kascing seperti pH
media, nutrisi dalam pakan, kelembaban media, suhu media dan aerasi dalam media. Penelitian ini
memiliki tujuan menganalisis kandungan hara C, N, P. K. Kemudian dari hasil analisis tersebut
dibandingkan dengan kriteria kompos organik sesuai SNI 19-7030-2004 dan menentukan komposisi
terbaik dari variasi C/N rasio 30, 25, dan 20. Pada penelitian ini menggunakan skala demplot dengan
reaktor sebanyak 14 buah yang terdiri dari 4 buah reaktor C/N rasio 30, 4 buah reaktor C/N rasio 25, 4
buah reaktor C/N rasio 20 dan 2 buah reaktor kontrol yaitu (pure) limbah sayuran dan kulit pisang.
Setelah 12 hari vermikomposting selesai, menunjukan komposisi terbaik pada reaktor B dengan C/N
rasio sebesar 30 dengan variasi kotoran sapi 85%, kulit pisang 10% dan limbah sayuran 5%. Variasi ini
mampu menghasilkan kandungan hara C sebesar 9,10 %, N sebesar 0,73%, C/N sebesar 12,47, P sebesar
0,0731% dan K sebesar 0,0795%. Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan C/N rasio 30
merupakan C/N rasio yang ideal dan optimum untuk sistem pengomposan vermikomposting, sehingga
kascing yang dihasilkan memiliki kandungan hara yang baik sebagai kompos organik. Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa penggunaan limbah kaya nutrisi dan penggunaan komposisi kotoran sapi
lebih banyak dapat meningkatkan hasil kascing. Dalam sistem vermikomposting pakan cacing yang
mengandung nutrisi yang baik akan membuat kotoran Cacing (kascing) mengandung hara yang baik.
Kata kunci: Vermikomposting, pupuk organik, Unsur Hara Makro, Komposisi, Kascing, Eisenia Fetida,
C/N rasio, SNI 19-7030-2004
Abstract
[Best Composition Analysis of Variation C / N Ratio Using Banana peel, Vegetables and Cow
Manure with C-Organic Parameters, N-Total, Phospor, Potassium and C / N Ratios Using
Vermicomposting Methods]. Vermicomposting is a decomposition proccess of waste or organic waste
which is conducted with the help of worm as decomposer to produce dirt worms (fertilizers) known as
kascing. There are some factors that influence the worms performance in producing kascing such as
media pH, nutrition in feed, media humidity, media temperature, and aeration in media. This study aims
to analyze the nutrients of C, N, P, K to be compared with the standard of organic compost in SNI 19-
7030-2004 as well as determine the best composition of C/N ratio variation of 30, 25, and 20. This study
uses demplot scale with 14 amounts of reactors consist of 4 C/N ratio 30 reactors, 4 C/N ratio 25
reactors, 4 C/N ratio 20 reactors, and 2 control reactors which is purely vegetable waste and banana
peel. After 12 days vermicomposting is done conducted, the best composition is shown in B reactor with
C/N ratio of 30 and variation of cow dung 85%, banana peel 10%, and vegetable waste 5%. This variaton
is able to produce C nutrient of 9,10%, N of 0,73%, C/N of 12,47%, P of 0,0731%, and K of 0,0795%.
This study proves that usage of C/N ratio 30 is the ideal and optimum C/N ratio for vermicomposting
composting system, so that the resulted kascing possesses proper nutrients as organic compost. The result
of this study indicates that usage of waste containing nutrients and more usage of cow dung composition
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
can result in more kascing produced. In vermicomposting system worms feed which contains proper
nutrients will result in dirt worms (kascing) containing proper nutrients as well.
Keywords: Vermicomposting, organic fertilizer, macro nutrients, composition, kascing, Eisenia fetida,
C/N ratio, SNI 19-7030-2004
2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
proses metabolisme. (Curry, 2007 dalam kompos yang berbeda juga untuk
Anjangsari, 2010) mendapatkan nilai kandungan hara yang
Pengomposan bahan organik baik, dengan pengujian kandungan nilai C-
menggunakan cacing telah dilakukan secara Organik, N-total. Pospat dan Kalium dari
besar-besaran di Kanada, Italia, Jepang, proses pengomposan vermikomposting.
Filipina, dan Amerika Serikat (Theunissen, Dalam penelitian dilakukan variasi C/N
2010). Menurut Gaddie dan Douglas (1975), rasio pada komposisi limbah sayuran, kulit
metode ini tidak hanya berperan sebagai pisang dan kotoran sapi.
pengolah limbah otomatis dan menolong
mengurangi permasalahan lingkungan dari 2. METODOLOGI PENELITIAN
proses pembakaran ataupun bentuk Penelitian ini merupakan penelitian
pengolahan lainnya, akan tetapi juga eksperimental-laboratoris dengan skala
menghasilkan produk pupuk yaitu berupa Demplot. Standard untuk mengontrol
kascing. Menurut Cooke (1986), kesuburan kandungan hara produk vermikompos dalam
tanah tempat tersedianya unsur hara tidak penelitian ini adalah menggunakan SNI-19-
dilihat dari kandungan unsur hara saja tapi 7030-2004 sedangkan untuk kontrol
juga dilihat dari fisik dan biologi tanah. kelembaban, suhu, Ph dengan melihat
Meningkatkan kesuburan tanah dengan penelitian dan literatur yang relevan.
menggunakan pupuk organik yang Variabel bebas yang digunakan adalah C/N
mengandung unsur hara makro (N, P, K) rasio 30, 25, 20. Variabel terikat yang
dan mikro (Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn dan digunakan adalah C, N, P, K dan C/N rasio.
Co) dapat memperbaiki struktur dan Tahap penelitian diawali dengan tahap
porositas tanah. persiapan alat dan bahan untuk merakit
Petani Indonesia pada saat ini lebih reactor, vermikomposting dan membuat
suka menggunakan pupuk anorganik lubang fermentasi. Alat yang dibutuhkan
dibandingkan dengan pupuk organik. Hal adalah triplek, palu, paku, kayu, plastik
tersebut dikarenakan pupuk organik yang trashbag, timbangan, sprayer, cangkul,
bersifat voluminous (bervolume besar) dan ternit, garpu Tala, sekop kecil, sarung
mengandung hara yang rendah, sehingga tangan. Bahan yang dipersiapkan meliputi
memerlukan biaya tambahan untuk trasnport sampah sayuran sebanyak 18 kg yang di
dan aplikasi kalau mendatangkan dari dapatkan di lahan pasca panen sayur dan
tempat lain. Proses pengomposan sebaiknya pasar , 18 kg kulit buah pisang di dapatkan
lebih baik dilakukan dengan konsep in situ di home industri/ UMKM keripik pisang,
yaitu bahan organik sebagai bahan dasar sale pisang dan roti pisang, kemudian 34 kg
pupuk organik tersedia di tempat kegiatan kotoran sapi sebagai sumber bakteri starter
pertanian dengan diolah terlebih dahulu di dapatkan dari warga yang memiliki ternak
menjadi kompos, selain itu penggunaan efek sapi di dusun dalangan kelurahan
dari pupuk organik lambat tidak seperti Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten
anorganik yang responnya cepat.(Sentana, Semarang. Sebelum dimasukkan ke reaktor,
2010 limbah dipotong kecil-kecil agar membantu
Berdasarkan ulasan dan masalah di atas, proses makan cacing. Cacing yang dipakai
maka dilakukan pendekatan penelitian pada penelitian ini adalah cacing tiger
dengan melakukan pengomposan dengan (eisenia Fetida) yang di dapatkan di rumah
teknologi berbeda, Jenis limbah yang pak karmin dusun dalangan kecamatan
berbeda dan variasi komposisi bahan dasar getasan kabupaten semarang. Kemudian
3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
juga 2 reaktor kontrol dengan 100% limbah dilanjutkan pemberian pakan keseluruhan
pisang dan 100% limbah sayuran. (limbah Sayuran, Kulit pisang dan kotoran
Berikutnya adalah tahap pelaksanaan sapi) pada cacing tiger dengan variasi yang
penelitian inti. Bahan yang sudah ditentukan telah ditentukan. Selama vermikomposting
jumlahnya kemudian di fermentasi selama 3 dilakukan pengukuran suhu, kelembaban, pH
hari karena pada hari ketiga pakan sudah setiap hari. Vermikomposting dilakukan
mulai di dekomposisi. Tahapan fermentasi ini sampai limbah habis dan pengambilan sampel
dimulai dari membuat lubang fermentasi pada dilakukan pada awal dan akhir proses
tanah sedalam 0,75 m, dan berdiameter 1 m. vermikomposting. Kemudian dilakukan
Berikutnya mempersiapkan bahan pengambilan kotoran cacing (kascing) pada
yang akan difermentasikan yaitu dilakukan reaktor tersebut untuk pengujian kascing
pencacahan terlebih dahulu, limbah sayuran secara kuantitas dan dilakukan uji
dan limbah kulit pisang di cacah sampai laboratorium terhadap kandungan unsur hara
ukuran kurang lebih 3 cm 5 cm. Limbah Makro (C, N, P, K) dan dilanjutkan analisis
yang sudah tercacah dimasukan ke dalam dan C/N rasio kascing yang dihasilkan.
di urug dengan tanah agar terjadi proses Analisis kualitas unsur hara dan kuantitas
fermentasi anaerobik. Setelah di fermentasi dilakukan melalui analisis laboratorium
limbah dikeluarkan dan di angin-anginkan. kemudian hasilnya di tampilkan dengan grafik
Fermentasi dengan cara di dalam tanah ini yang memperlihatkan setiap parameter yang
akan mengakibatkan proses fermentasi lebih diteliti untuk mengetahui hasil produksi
cepat karena dibantu juga oleh kompos terbaik. yang di bandingkan dengan
mikroorganisme tanah. SNI 19-7030-2004 dengan menggunakan
Setelah semua bahan siap dilanjutkan metode analisisnya sebagai berikut C-organik
penelitian vermikomposting yaitu dimulai dari dengan menggunakan metode
Cacing tiger (Eisenia fetida) dimasukkan spektrofotometrik, nitrogen total
kedalam tiap reaktor (bersamaan dengan menggunakan metode analisis
sedikit media tumbuh cacing tiger), cacing spektrofotometrik, Phospat menggunakan
tiger yang dimasukan ke dalam reaktor metode analisis spektrofotometrik, unsur
sebanyak 0,5 kg, cacing dibiarkan agar kalium (K) dengan metode analisis AAS dan
beradaptasi dengan lingkungan baru berupa berat kascing dengan timbangan.
reaktor. Kemudian lakukan percobaan pakan
dengan cara memberikan limbah yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
terfermentasi. Pemberian dilakukan dari hari 3.1 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban
fermentasi ke-1 sampai hari ke-n. Jika pada dan pH Media Vermikomposting
fermentasi hari ke-n pakan termakan oleh Pengukuran dan pemantauan Suhu
cacing maka proses dilanjutkan dengan selama proses vermicomposting dilakukan
pemberhentian proses fermentasi dan satu kali setiap harinya yaitu pada saat siang
dilanjutkan pemberian semua jumlah pakan. hari tepatnya pukul 09.00-13.00.
Setelah percobaan pakan selesai maka
5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
Pada grafik juga menunjukan bahwa tahap penghangatan (tahap mesofilik) yang
pada proses fermentasi semua pakan terjadi mempunyai suhu berkisar 10oC-35oC.
kenaikan temperatur seperti pada reaktor B Mikroorganisme mesofilik bekerja merubah
dari 25oC menjadi 28oC dan pada reaktor C ukuran bahan organik menjadi kecil
dari 25oC menjadi 26oC ini menjelaskan sehingga bahan akan menjadi lunak dan
bahwa terjadi proses penghangatan pakan mudah di cerna oleh cacing.
dan mulainya proses dekomposisi oleh Dilanjutkan dengan kontrol suhu
bakteri mesofilik. Menurut Sumekto (2006), ketika vermikomposting hasilnya sebagai
pada proses pengomposan anaerob terdapat berikut
6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
Pada grafik saat proses penelitian ini stabil, suhu selama penelitian
vermikomposting berlangsung suhu di tiap berkisar 23-26C. Sesuai dengan pernyataan
reaktor berkisar 23C sampai 26C dari hari kaplan, Menurut Kaplan et al (1980), proses
ke-1 sampai hari ke-12. Suhu yang vermicomposting akan optimal jika suhu di
berkisaran antara 23C sampai 26C antara 20-29 C.
dikarenakan tempat penelitian yang berada Variabel kontrol selanjutnya adalah
pada ketinggian 960 MDPL, yang memiliki pengukuran kelembaban. Pemantauan dan
suhu atmosfir 22-28C sehingga suhu tanah pengukuran kelembaban reaktor di lakukan
juga akan berkisar suhu atmosfir. Dari grafik bersamaan dengan pengukuran pH dan suhu
tersebut juga bisa disimpulkan secara reaktor. Alat yang digunakan untuk
keseluruhan suhu pada penelitian ini telah mengukur kelembaban adalah pH-
sesuai dengan yang di persyaratkan karena Hygrometer. Berikut adalah hasilnya.
suhu dalam proses vermikomposting dalam
7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
banyak lendir yang dihasilkan maka jumlah kualitas kompos dari SNI-19-7030-2004.
bakteri yang terkandung di dalam substrat Hasil Perbandingan kualitas N-Total dapat
akan semakin banyak sehingga kandungan dilihat pada tabel sebagai berikut:
nitrogen dalam bahan akan semakin
Tabel 3. Tabel Perbandingan N-Total
meningkat. Menurut Suthar (2013), hal ini
dengan SNI
dikarenakan adanya penggabungan dari
lendir, material ekskresi, hormon N-Total SNI-19-7030-2004
Reaktor
(%) (%)
pertumbuhan, dan enzim yang mengandung
A 0,78
nitrogen yang berasal dari cacing. Demikian B 0,73
juga menurut koslovkaya dan zannikova C 0,83
(1961), dalam doni tiyas (2015), kascing D 0,86
E 1,14 Min 0,40
mengandung bakteri seperti Bacillus, F 0,93
Azotobacter, Clostridium butirycum, Kontrol kulit Pisang
0,42
Actmomyycetes dan bakteri pengurai kontrol Sayuran 0,67
selulosa menjadi nitrat. Pertambahan unsur
hara N-total juga di akibatkan oleh ekskresi Hasil kandungan N-Total pada proses
cacing tanah yang merupakan protein yang vermicomposting ini telah memenuhi
banyak mengandung nitrogen, hal ini persyaratan dari SNI-19-7030-2004. Pada
penelitian ini nilai N-Total kascing yang
menyebabkan nitrogen lebih tinggi ketika
tertinggi terdapat pada reaktor E dengan
menjadi kascing. (Gaddi e dan Douglas,
nilai 1,14 % sedangkan yang terendah
1977 dalam Doni Tiyas 2015). Dari ulasan terdapat di reaktor B dengan nilai 0,73 %.
di atas dapat di lihat bahwa jika terjadi
penurunan maka nitrogen pada bahan 3.4 Hasil Analisis Uji Phospor Proses
sebagian besar di gunakan untuk Vermikomposting
pertumbuhan tubuh mikroorganisme itu Nilai phospor vermikomposting pada
sendiri, jika terjadi peningkatan N-Total penelitian ini dihitung dan dianalisis dalam
maka nitrogen dihasilkan lebih besar bentuk P2O5 dengan menggunakan metode
daripada nitrogen yang digunakan oleh spektrofotometri. Dari hasil pengujian
mikroorganisme. tersebut di dapat nilai Phospor sebagai
Nilai N-total kascing dianalisis berikut.
dengan membandingkan dengan standar
11 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
Tabel 4. Tabel Perbandingan Phospor 0,0497 %. Pada tabel dapat dilihat nilai
dengan SNI kadar phospor dalam kascing tidak
memenuhi secara kualitas hal ini di
Phospor SNI-19-7030-2004
Reaktor
(%) (%)
sebabkan karena kecilnya kandungan dasar
phospor di dalam bahan limbah sehinga
A 0,0554 menghasilkan phospor yang kecil juga pada
B 0,0731 hasil kascing.
C 0,0622
D 0,0707
Min 0,40
E 0,0497 3.5 Hasil Analisis Uji Kalium Proses
F 0,0594 Vermikomposting
Kontrol kulit Pisang 0,0528
kontrol Sayuran 0,0595
Nilai kalium vermikomposting pada
penelitian ini dihitung dan dianalisis dalam
Nilai phospor yang diperbolehkan bentuk K2O dengan menggunakan metode
menurut SNI 19-7030-2004 yaitu minimum AAS (atomic absorption
0,10 %. Nilai phospor tertinggi yaitu berada spectrophotometer). Dari hasil pengujian
di kotak D dengan nilai 0,0707 % sedangkan tersebut di dapat nilai kalium sebagai
terendah terdapat pada kotak E dengan nilai berikut.
Menurut Diyan (2010), C/N Rasio dalam dan terdapat juga yang belum memenuhi
pengomposan mengalami penurunan karena persyaratan kualitas kompos pada SNI-19-
dalam proses dekomposisi bahan-bahan 7030-2004. Nilai C/N yang diperbolehkan
organik yang terdiri dari unsur CHON akan menurut SNI 19-7030-2004 yaitu minimum
berubah menjadi CO2 dan H2O dan unsur N 10 % dan batas maksimumnya adalah 20%.
akan berubah menjadi nitrit dan nitrat. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
Kemudian CO2 dan H2O akan menguap ke reaktor A, B, F sudah memenuhi dari
udara akibat perubahan suhu, sedangkan standar yang telah ditentukan sedangkan
nitrat akan tetap berada dalam tubuh bakteri untuk reaktor C, D, E tidak memenuhi
sampai bakteri tersebut mati. Dari 2 hal di standar yang ditentukan karena di bawah
atas maka dapat di simpulkan bahwa nilai minimal yang ditentukan.
kandungan C-organik menurun dan N akan
konstan atau terjadi peningkatan sehingga 3.7 Hasil Analisis Produksi Kascing
menyebabkan rasio C/N setelah Dalam penelitian ini digunakan beberapa
pengomposan menurun, karena menururt variasi dengan jumlah total limbah yang
Tobing (2009), Prinsip pengomposan adalah sama yaitu 5 kg setiap reaktornya.
menurunkan C/N rasio bahan organik Kemudian ditambahkan media cacing
hingga sama dengan C/N rasio tanah(<20). dengan sedikit media ikutan sebanyak 0,5 kg
Maka semakin tinggi C/N maka dan berat cacing 0,5 kg. Lebih jelasnya
pengomposan akan berlangsung lebih lama dapat dilihat pada tabel berikut.
di bandingkan bahan dengan C/N rasio Tabel 7. Hasil Pengukuran Produksi
rendah. Kascing
Berat Kascing
Nilai C/N rasio vermikomposting yang Berat awal Berat akhir
Degrada
berupa kascing dianalisis dengan Reaktor pengomposa pengomposa
si limbah
n (g) n (g)
membandingkan dengan standar persyaratan
A 5000 2875 43%
kualitas kompos yang terdapat pada SNI-19- B 5000 2625 48%
7030-2004. Hasil Perbandingan kualitas C/N C 5000 2600 48%
D 5000 2250 55%
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. E 5000 1625 68%
F 5000 2350 53%
Tabel 6. Tabel Perbandingan C/N Rasio Kontrol Kulit
5000 3950 21%
dengan SNI pisang
Kontrol Sayuran 5000 3725 26%
C/N SNI-19-7030-2004
Reaktor
(%)
Berdasarkan tabel 7 di atas bahwa
A 12,80 besaran kascing pada reaktor A, B, C, D, E,
B 12,47 F secara berturut-turut sebesar 2875 gr, 2625
C 9,06 gr, 2600 gr, 2250 gr, 1625 gr, 2350 gr. Pada
D 8,95 reaktor A Sebanyak 5 kg limbah (limbah
10-20
E 8,91
kotoran sapi ; limbah kulit pisang ; limbah
F 10,43
Kontrol kulit Pisang 21,61 sayuran) dapat menghasilkan 1625 gram
kontrol Sayuran 13,60 kascing. Hal ini menunjukkan bahwa
sebanyak 68% limbah telah terdekomposisi
Pada tabel 6 hasil nilai C/N pada oleh cacing tanah dan mikroorganisme.
penelitian vermikomposting ini dari proses Menurut Rukmana (1999), hasil panenan
vermicomposting terdapat ada yang sudah proses pengomposan dengan cacing tanah
15 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
17 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
sebesar 0,73%, C/N sebesar 12,47, P Dalam Environment and Ecology, 432
sebesar 0,0731 %, K sebesar 0,0795 %. 434.
Hartatik, W., & Widowati, L. R. 2006.
DAFTAR PUSTAKA Pupuk Kandang. Bogor: Litbang
(SNI), Standar Nasional Indonesia. 2004. Kementrian Pertanian.
Spesifikasi kompos dari sampah organik Ilyas, M. 2009. Vermikompos sampah daun
domestik. SNI 19-7030-2004: Badan sonokeling (Dalbergia latifolia)
Standardisasi Nasional. menggunakan tiga spesies cacing tanah
Aira M, Monroy F, Dominguez J. 2002. (Pheretima sp., Eisenia fetida. Bogor:
How earthworm density affects Institut Pertanian Bogor.
microbial biomass and activity in pig K. Huang et. al. 2014. Effects of
manure Eur J Soil Biol 38:7-10. earthworms on physicochemical
Anik Waryanti, Sudarno, Endro Sutrisno. properties and microbial profiles during
2013. Studi Pengaruh Penmbahan Sabut vermicomposting of fresh fruit and
Kelapa Pada Pembuatan Pupuk Cair dari profiles during vermicomposting of fresh
Air Limbah Cucian Ikan Terhadap fruit andprofiles during vermicomposting
Kualitas Unsur Hara Makro (CNPK) of fresh fruit and vegetable wastes.
Anjangsari, Eki. 2010. Komposisi Nutrien Bioresour. Technol vol. 170 45-52.
(NPK) Hasil Vermicomposting. Fakultas Kaplan, D.L., Hartenstein, R., Neuhauser,.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 1980. Physicochemical requirements in
Damayanti, Verika. 2016. Pengaruh the environment of the earthworm. Soil.
Penambahan Limbah Sayuran Terhadap biol. Biochem.
Kandungan C-Organik Dan Nitrogen Kaviraj and S. Sharma. 2003. Municipal
Total Dalam Vermikomposting Limbah Solid Waste Management Through
Rumen Dari Sapi Rumah Potong Hewan Vermicomposting Employing Exotic and
(RPH). Local Species of Earthworms. Journal of
Dominguez J, Edwards C.A, Subler S. 1997. Bioresource Technology 90(2) : 169
A Comparison of Vermicomposting 173.
Journal of Bio Cycle 38: 57-59. Manaf L. A., M. L. Jusoh., M. K. Yusof., T.
Doni Tiyas Efendi, Endro Sutrisno, Winardi H. Ismail., R. Harun., H. Jauhir. 2009.
Dwi Nugraha. 2016. Studi Pemanfaatan Influences of Bedding Material in
Limbah Flashing ikan Menjadi Kompos Vermicomposting Process. International
Dengan Menggunakan Ulat Kandang. Journal of Biology 1(1) : 81 - 91.
Skripsi, Semarang: Universitas Marsono., Lingga dan. 2013. Petunjuk
Diponegoro, 41-51. penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar
Edwards, C. A. and Jr. Lofty. 1977. Biology swadaya.
of Earthworm. London: Champman and Mashur. 2001. Vermikompos Pupuk
hall,td. Organik Berkualitas dan Ramah
Gaddie, S.R. R.E., dan D.E. Douglas. 1975. Lingkungan. Mataram: Instalasi
Earthworm for Ecology and Profit. Penelitian Dan Pengkajian Teknologi
Volume I, II Scientific. California: Pertanian (Ipptp) Mataram Badan
Bookworm Publishing Company. Penelitian.
Gandhi M, Sangwan V, Kapoor KK and Mathur, S. P. and Levesque, M. P. 1980.
Dilbaghi N. 1997. Composting of Relationship between acid phosphatase
household wastes with and without. activities and decomposition rates of
18 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
20 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing