You are on page 1of 20

Topik : Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan di Komunitas

Sub Pokok Bahasan : 1. Standar pelayanan kebidanan


2. Kode etik bidan
3. Standar praktek kebidanan
4. Registrasi praktek bidan
5. Kewenangan bidan di komunitas
Waktu : 50 menit

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan standar pelayanan kebidanan
2. Menjelaskan kode etik bidan
3. Menjelaskan praktek kebidanan
4. Menjelaskan registrasi praktek bidan
5. Menjelaskan kewenangan bidan di komunitas

REFERENSI
REFERENSI
1. Depkes RI.1998.Modul 3 Praktek dan wewenang Bidan. Jakarta.Pusdiklat Depkes RI
2. IBI. 2006. 50 Tahun Ibi Bidan Menyongsong Masa Depan . Jakarta. IBI
3. _______.2003.Standar Pelayanan Kebidanan .Jakarta.Depkes RI
4. IBI.2000.Media Komunikasi Bidan Indonesia Edisi 45 .Jakarta.IBI

PENDAHULUAN
Masalah kematian dan kesakitan Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) adalah
salah satu indikator penting untuk mengukur status kesehatan masyarakat. Angka kematian
Ibu ( AKI ) di indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup ( SDKI tahun 2002/2003). Hal ini
merupakan salah satu masalah nasional yang belum dan sulit teratasi, angka tersebut cukup
tinggi dibandingkan target AKI yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu per 125 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada
kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. dari hasil
survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak
adalah perdarahan hipertensi dalam kehamilan (eklampsi), infeksi partus lama dan komplikasi
keguguran.
Angka kematian bayi di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, penyebab
utama dari kematian perinatal adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (10%) tetanus
(10%), infeksi (5%), gangguan hematologis (6%), masalah pemnerian makanan (10%) dan
lain-lain (13%).
Keberadaan bidan di indonesia sangat di perlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan Ibu dan janinnya. Pelayanan kebidanan berada dimana-mana dan kapan saja
selama ada proses reproduksi manusia. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman
pengelolaan pelayanan, standar pelayanan, prosedur tetap dan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan terjadinya praktek pelayanan
kebidanan akurat.keselamatan dan kesejahteraan Ibu secara menyeluruh merupakan
perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan prakteknya. Dalam melaksanakan praktek
, bidan sering dihadapkan dalam pertanyaan, apa yang dikerjakan bidan dan bagaimana Ia
berkarya ? untuk menjawab pertanyaan ini perlu ditegaskan kompetensi pendukung yang
harus dimiliki bidan.

1) STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan
Meliputi 24 standar yang di kelompokkan sebagai berikut :
A. Standar pelayanan umum ( 2 standar )
B. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
C. Standar pertolongan persalianan (4 standar )
D. Standar pelayan nifas (3 standar)
E. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar )
A. Standar Pelayanan Umum ( 2 Standar )
Terdapat dua standar pelayanan umum sebagai berikut :
1. Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga sehat
Pernyataan standar :
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, KB, kesiapan dalam mengahadapi kehamilan dan menjadi orang
tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
2. Standar 2 : Pernyataan standar :
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya yaitu registrasi semua
ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada setiap ibu hamil/
bersalin/ nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada
masyarakat. disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat
semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan bu dan bayi
baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanan.
A. Standar Pelayanan Antenatal (6 Standar)
Terdapat enam standar pelayanan antenatal sebagai berikut :
1. Standar 3 : Identifikasi ibu
Pernyataan standar :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pernyataan standar :
Bidan memberikan sedikit 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan harus mengenal kehamilan resti/ kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Mereka
harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka
harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.
3. Standar 5 : Palpasi Abdominal
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan: serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Pernyataan standar :
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Pernyataan standar :
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
menggali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.

6. Standar 8 : Persiapan persalinan


Pernyataan standar :
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman
serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba- tiba terjadi gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
B. Standar Pertolongan Persalinan (4 Standar )
Terdapat empat standar pertolongan persalian sebagai berikut :
1. Standar 9 : Asuhan Persaliann Kala I
Pernyataan standar :
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai kemudian memberikan asuhan
dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
2. Standar 10 : Persalinan Kala II yang aman
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat
3. Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Pernyataan standar :
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda- tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan
segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.

C. Standar Pelayan Nifas (3 Standar )


Terdapat tiga standar dalam pelayanan nifas sebagai berikut :
1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan,
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai denagn kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotermi.
2. Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal- hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
3. Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas dengan melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu kedua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
E. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (9 Standar )
Terdapat sembilan standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal :
1. Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester III
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

2. Standar 17 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Eklamsia


Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan
atau memberikan pertolongan pertama.
3. Standar 18 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Partus Lama/ macet
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/ macet serta melakukan
penaganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuknya.
4. Standar 19 : Persalinan Dengan Penggunaan Vacum Ekstraktor
Pernyataan standar :
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vacum, melakukan secara benar dalam
memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan
janin/ bayinya.
5. Standar 20 : Penanganan Retensio Palsenta
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali retensio plasenata, memberikan pertolongan pertama, termasuk
plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan ( perdarahan post partum primer ) dan segera melakukan pertolongan pertama
untuk mengendalikan perdarahan.
7. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum sekunder
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum
sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu, dan atau
merujuknya.
8. Standar 23 : Penanganan sepsis Puerpuralis
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis purpuralis, serta
melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
9. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan
resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan
perawatan lanjutan.

2) KODE ETIK BIDAN


Kode etik adalah suatu peraturan yang ditentukan sendiri oleh organisasi profesinya agar
anggotanya bertindak sesuai dengan jiwa dan moral profesinya.
Kode etik bidan terdiri dari :
a) Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1. setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya
2. setiap bidan dalammenjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan
3. setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran,tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.
4. setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepetingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat
5. setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6. setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisifasi masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optomal.

b) Kewajiban klien terhadap tugasnya


1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang di milikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2. setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dan
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan atau rujukan.
3. setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan kepentingan klien.
c) Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1. setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi
2. setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati hak
tehadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya
d) Kewajiban bidan terhadap profesinya
1. setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadiannya yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat
2. setiap idan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai denagn perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
3. setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
e) Kewajiban bidan terhadap dirinya sendiri
1. setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik
2. setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
f) Kewajiban bidan terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air
1. setiap bidan dapat menjalankan tugasnya, senatiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan
masyarakat.
2. setiap bidan melalui profesinya berpartifasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

3) STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN


STANDAR I : METODE ASUHAN
Asuhan kebidanan di laksanakan dengan manajemen kebidanan dengan langkah :
pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa, perencanaan dan pelaksanaan,
evaluasi dan dekumentasi.
Format manajemen kebidanan terdiri dari format pengumpulan data, rencana format
pengawasan, resume, dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi.
STANDAR II : PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien di lakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan di ananlisis. Pengumpulan data di
lakukan secara sistematis, terfokus yang meliputi data :
demografi identitas klien
riwayat penyakit terdahulu
riwayat kesehatan reproduksi
keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatn reproduksi
data dikumpulkan dari klien atau pasien, keluarga, tenaga kesehatan dan individu dalam
lingkungan terdekat, data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.
STANDAR III : DIAGNOSA KEBIDANAN
Dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan dibuat sesuai dengan
kesenjangan yang di hadapi oleh klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan
kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien. Perumusan dengan padat,
jelas, sistematis, mengarah pada asuhan kebidanan yang diperlukan klien.
STANDAR IV ; RENCANA ASUHAN
Dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan. Format rencana asuhan terdiri dari
diagnaosa, rencana tindakan, dan evaluasi
STANDAR V : TINDAKAN
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan
klien dilanjutkan dengan evaluasi. Tindakannya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap
dan wewenang bidan atau tugas kolaborasi dengan menerapkan kode etik dan etika
kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman.
STANDAR VI : PARTISIPASI KLIEN
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam
rangka peningkatan pemeliharaan dan pemuliha kesehatan. Klien dan keluarga mendapatkan
informasi tentang:
status kesehatan saat ini
rencana tindakan yang akan dilaksanakan
peranan klien atau keluarga dalam tindakan kebidanan
peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
STANDAR VII : PENGAWASAN
Monitor atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien
STANDAR VIII ; EVALUASI
Dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan kenidanan yang dilaksanakan
dan evaluasi dari rencana yang telah di rumuskan.
STANDAR IX : DOKUMENTASI
Asuahan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
dilaksanakan di setiap langkah manajemen kebidanan, secara jujur, sistematis, jelas, dan
bertanggung jawab dan merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.

4) REGISTRASI PRAKTEK BIDAN


1. Pengertian
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan
dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat- syarat
tertentu yang telah ditetapkan oleh badan tersebut.
2. Tujuan
Tujuan registrasi praktek bidan
a. Mempermudah bidan untuk memahami dan melaksanakan ketentuan- ketentuan
yang sudah ditetapkan serta memberikan kejelasan batas- batas
kewenangannnya dalam menjalankan praktik, sehingga akan meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikan.
b. serta meningkatkan citra yang baik bagi bidan.
Memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi bidan sebagai pemberi
pelayanan serta masyarakat penerima pelayanan.
Registrasi dan tata cara (Menurut Draft UU Kebidanan)
Pasal 19 : 1. bidan yang praktik di indonesia harus punya STRB
2. STRB dikeluarkan oleh konsil
3. syarat STRB :
a. salinan/ fotocofy ijasah
b. syarat pernyataan sumpah atau janji bidan
c. transkrif nilai
d. surat keterangan sehat
e. pas photo
f. pernyataan memenuhi dan melaksanakan kode etik profesi
4. STRB 5 tahun
5. komite registrasi waji memelihara data registrasi
Pasal 20 : - WNI lulusan luar negeri penilaian dan adaptasi
- penilaian
a.Ijasah
b.kemampuan adaptasi & sertifikat kompetensi
c. pernyataan sumpah
d. Surat sehat
e. pernyataan nmematuhi etika profesi dan kode etik bidan
pasal 21 : 1. WNI lulusan luar negeri wajib daftar pada konsil untuk adaptasi dan uji
kompetensi
2. adaptasi sarana pendidikan milik pemerintah
3. pengujian mencakup keabsahan negara asal, kompetensi dan lain-lain
4. WNA yang dipekerjakan instansi di Indonesia tanggung jawab instansi yang
bersangkutan
5. ayat 3 tersebut harus punya STRB sementara
6. STRB sementara berlaku sementara berlaku 1 tahun dapat di perpanjang
Pasal 22 : STRB tidak berlaku
1 dicabut
2 habis masa berlaku
3 permintaan sendiri
4 meninggal dunia
5 rekomendasi komite registrasi
pasal 23 : ketentuan teknis lebih lanjut tentang registrasi, registrasi ulang ditetapkan oleh
konsil.
Wewenang Bidan yang memiliki STRB
Pasal 24 : bidan yang telah punya STRB berwenang melakukan :
1. pelayanan kesehatan perempuan dan reproduksi
2. pelayanan KB
3. pelayanan kesehatan bayi dan anak balita
4. pelayanan kesehatan masyarakat
pasal 25 : 1. pelaksanaan praktik kewenangan dan kompetensi standar profesi
2. bidan sesuai kewenangannya harus :
a. rujuk kasus
b. simpan rahasia
c. persetujuan klien dan atau pasien dan atau pasien atas tindakan yang akan
dilakukan
d. catatan
Praktik Kebidanan
I. Surat Izin Praktik Bidan ( SIPB )
Pasal 34 : praktik bidan memiliki STRB
Pasal 35 : praktik kebidanan mandiri SIPB
Pasal 36 : SIPB 2 (dua ) tempat wilwyah yang sama
Pasal 37 : SIPB dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten / kota
Pasal 38 : 1. syarat memberi SIPB
b. STRB masih berlaku
c. Lokasi praktik sesuai dengan yang ada di SIPB
Pasal 39 : praktik kebidanan dapat dilakukan perorangan, berkelompok, RB, puskesmas, RS,
atau tatanan pelayanan kesehatan lainnya
Pasal 40 : tidak benar mempekerjakan bidan tanpa STRB
Pasal 41 : WNA harus punya STRB dan surat izin kerja
II. pemberian pelayanan
Pasal 42 : 1. praktik mandiri papan nama
2. praktik di sarana yankes, pimpinan wajib buat daftar semua bidan yang ada
Pasal 43 : 1. papan berisi : nama, alamat praktik, nomer SIPB dan waktu praktik
2. bidan yang berhalangan bidan pengganti dengan syarat yang sama
3. penutupan praktik > 3 hari berturut-turut pengumuman tertulis
Pasal 44 : 1. praktik harus sesuai standar
2. standar praktik disyahkan konsil
Pasal 45 : dilarang memberikan janji keberhasialn tindakan
Pasal 46 : sebelum tindakan informasikan kepada klien dan atau pasien/keluarga
Pasal 47 : isi Informasi
1. tindakan yang akan dilakukan
2. manfaat tindakan
3. kemungkinan resiko
4. alternatif tindakan lain
5. akibat jika tindakan tidak dilakukan
pasal 48 : hak klien dan pasien
1. mendapatkan penjelasan
2. mendapatkan pelayanan
3. memberikan persetujuan
4. menolak sebagian atau seluruh tindakan
5. memperoleh salinan asuhan kebidanan
pasal 49 : 1. persetujuan dari keluarga
2. ada saksi bila tidak keluarga
3. persetujuan secara tertulis
4. penolakan secara tertulis
Pasal 50 : pengungkapan rahasia
1. persetujuan klien dan keluarga
2. undang-undang
3. hakim
pasal 51 : kewajiban klien
1. informasi lengkap dan jujur
2. mematuhi nasehat da petunjuk bidan
3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
4. memberikan imbalan jasa
pasal 52 : bidan mempunyai hak :
1. memperoleh perlindungan hukum
2. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dan pasien
3. menolak permintaan klien dan atau pasien terhadap tindakan yang tidak sesuai
kewenangan
4. menerima imbalan jasa
Pasal 53 : kewajiban bidan
1. memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi SOP
2. menunjuk klien dan atau pasien ke fasilitas yang mempunyai keahlian
3. menjaga rahasia klien dan atau pasien
4. melakukan pertolongan darurat
5. menambah ilmu pengetahuan
pasal 54 : standar pendidikan
1. ditetapakan asosiasi penyelenggara pendidikan, kolegium dan asosiasi
pelayanan dan op
2. Ijasah dikeluarkan oleh institusi penyelenggara
3. jenjang pendidikan jalur profesional dan akademik
pasal 55 : pengawasan disiplin bidan
1. pengawasan oleh MDK bekerjasama dengan konsil
2. pelanggaran kode etik, etika profesi diusulkan kena sanksi
3. bentuk sanksi
a.teguran lisan
b.teguran tertulis
c. skorsing sementara
d.pelanggaran berat peradilan umum

pasal 56 : tata cara permintaan pemeriksaan dan pengaduan


1. diajukan pemohon kepada MDK
2. permintaan di lengkapi
a. identitas pemohon
b. Identitas yang diadukan
c. Lokasi, tanggal tahun kejadian
d. Kronologis peristiwa
e. Hal yang dimohon
f. bukti
3. disampaikan minimal 30 hari sejak kejadian
4. dapat ditolak apabila tidak memnuhi syarat
5. permohonan yang ditolak dapat di ajukan lagi setelah syarat terpenuhi
6. kadaluarsa bila dalam 90 hari setelah kejadian tidak dilengkapi
7. jika diterima, ketua MPEB dengan konsil tim Ad Hoc ditugasi
8. Tim Ad Hoc Minimal 3 orang maksimal 5 orang
9. Anggota tim Ad Hoc bidan, wakil OP terkait keahlian sesuia dengan kasus
10. anggota tim Ad Hoc dari anggota MDK dan Konsil
pasal 57 : putusan
1. putusan Ad Hoc ditetapkan dalam rapat
2. keberatan keputusan banding ke MDK & konsil
3. keberatan tak menutup penyelesaian pengadilan negeri
pasal 58 : pemerintah, konsil dan OP pembinaan / pengawasan
pasal 59 : 1. mempertahankan & meningkatkan mutu
2. melindungi masyarakat
3. kepastian hukum bagi masyarakat & bidan
Ketentuan Pidana
Pasal 60 : 1. bidan praktik tanpa STRB akan di hukum pidana selama 2 tahun atau denda Rp
25.000.000
2. WNA praktik tanpa STRB akan dihukum pidana selama 3 tahun penjara atau
denda Rp 100.000.000
Pasal 61 : Bidan praktik tanpa SIPB aka di penjara selama 3 tahun penjara atau denda Rp
50.000.000
Pasal 62 : pengguna identitas Bidan akan di pidana selama 5 tahun dan di penjara atau
didenda Rp 200.000.000
Pasal 63 : pengguna alat, metoda, cara lain pemberian pelayanan masyarakat akan
dipidana selama 5 tahun penjara atau denda Rp 200.000.000
Pasal 64 : Bidan dengan sengaja
a. tidak memasang papan nama
b. tidak membuat rekam asuhan
c. tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan akan diberi teguran administratif
pasal 65 : 1. mempekerjakan bidan tanpa STRB akan di pidana selama 5 tahun dan dipenjara
atau didenda Rp 300.000.000
2. tindak pidana oleh korporasi akan dipidana sama dengan di atas di tambah
1/3nya atau izin di cabut

HINGGA SAAT INI, DI INDONESIA MASIH MENGACU PADA

KEPMENKES 900, KARENA PERATURAN REGISTRASI YANG BARU

MASIH DALAM BENTUK DRAFT

5) KEWENANGAN BIDAN DI KOMUNITAS


Wewenang bidan.
1. Wewenang bidan di dalam praktek meliputi pelayanan kebidanan,KB dan pelayanan
kesehatan masyarakat.
2. Pelayanan kebidanan di tujukan kepada ibu dan anak
3. Pelayanan kepada ibu meliputi : penyuluhan, Pemeriksaan antenatal, tindakan
persalinan normal dan abnormal, nifas (normal dan abnormal ) dan pengobatan
4. Pelayanan kepada anak meliputi : pemeriksaan dan perawatan bayi, pemantauan
tumbuh kembang anak, pengobatan pada penyakit ringan dan penyuluhan
5. Bidan dalam melakukan pelayanan pada ibu anak berwenang melaksanakan tindakan
dan pengobatan kegawatdaruratan
6. Pelayanan kebidanan dalam KB bidan berwenang memberikan obat dan alat
kontrasepsi, penanganan efek samping, pencabutan AKDR, AKBK. Untuk melakukan
pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan
pelaksanaan protap pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui
pelayanan KB keliling.
7. Bidan dalam melakukan kesehatan masyarakat berwenang didalam pembinaan PSM,
tenaga kesehatan lainnya dan tumbuh kembang anak
8. Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa terhadap ibu dan anak
9. Bidan dalam menjalankan praktek sesuai dengan keterangan pendidikan dan
pengetahuan serta berdasarkan standar profesi, serta melakukan rujukan , penyimpan
rahasia, meminta persetujuan tindakan, memberikan informasi dan rekam medis
10. Dalam melakukan praktek bidan wajib melakukan pencatatan, pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diinginkan.

KESIMPULAN
Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yaitu Standar pelayanan
umum ( 2 standar ), Standar pelayanan antenatal (6 standar), Standar pertolongan
persalianan (4 standar ), Standar pelayan nifas (3 standar), Standar penanganan
kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar ).
Kode etik adalah suatu peraturan yang ditentukan sendiri oleh organisasi
profesinya agar anggotanya bertindak sesuai dengan jiwa dan moral profesinya.
Standar praktik kebidanan terdiri dari metode asuhan, pengkajian, diagnosa kebidanan,
rencana asuhan, tindakan, partisipasi klien, pengawasan, evaluasi, dan dokumentasi.
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan
hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat- syarat tertentu
yang telah ditetapkan oleh badan tersebut.
Wewenang bidan di dalam praktek meliputi pelayanan kebidanan,KB dan
pelayanan kesehatan masyarakat, Pelayanan kebidanan di tujukan kepada ibu dan anak,
praktek sesuai dengan keterangan pendidikan Dalam melakukan praktek bidan wajib
melakukan pencatatan, pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diinginkan.

You might also like