You are on page 1of 2

Awas, Anak Usia 7 18 Tahun Rentan Terhadap Gangguan Ketulian

Dipublikasikan Pada : Sabtu, 11 Maret 2017 00:00:00, Dibaca : 527 Kali

Jombang , 11 Maret 2017

Sabtu Pagi (11/3) Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Juwita Moloek, Sp.M (K) membuka
secara resmi Bakti Kesehatan Telinga, Pendengaran dan Mata bagi para santri dan
warga jombang di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Acara yang
berlangsung selama 3 hari (11 13 Maret 2017) bertujuan untuk deteksi dini terhadap
para santri dan anak usia sekolah lainnya, apabila terdapat gangguan pendengaran.
Sehingga dapat segera diobati agar tidak mengganggu proses belajar mereka.

Pada laporannya, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialisi THT Bedah Kepala Leher (Perhati
KL) Indonesia, Prof Soekirmam menyebutkan, sebanyak 200 dokter spesialis THT dan
mata terlibat pada acara Bakti Kesehatan. Mereka datang dari berbagai daerah.

'Dalam tiga hari ke depan, tim kami akan melakukan kegiatan bersih-bersih telinga (BBT)
bagi 5.000 santri,' terang Prof. Soekirman.

Ketika menyampaikan Sambutan, Menkes menyoroti mengenai masalah gangguan


ketulian pada masyarakat Indonesia. Prevalensi ketulian di Indonesia, ujar Menkes,
diperkirakan 4,5% (11,5 juta) dengan penyebab penyakit telinga 18,5%, gangguan
pendengaran 16,8%, dan tuli berat 0,4%. Angka ini tertinggi pada usia 7-18 tahun atau
pada anak SD, SMP, dan SMA.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, lanjut Menkes, menunjukkan 2,6% penduduk Indonesia
berusia 5 tahun mengalami gangguan pendengaran; 0,09% ketulian; 18,8% serumen
prop (gumpalan kotoran pada telinga yang mengeras), dan 2,4% sekret (cairan) di
liang telinga.

'Di Kabupaten Jombang, prevalensi serumen bilateral pada anak usia 6-12 tahun
tergolong masih cukup tinggi yaitu 14%.' Tandas Menkes

Selama ini, terang Menkes, banyak anak yang mengalami gangguan pendengaran
karena kotoran telinganya sudah mengeras dan perlu bantuan dokter THT. Selain
kotoran dan kebisingan, telinga anak-anak saat ini juga terancam gangguan akibat
pemakaian gawai (gadget).

Selain itu, Menkes mengajak masyarakat untuk memperhatikan kesehatan mata.


Kebutaan karena katarak di Jawa Timur mencapai 4,4%. Angka tersebut menjadikan
sebagai yang tertinggi di Indonesia. Oleh karenanya, harus segera diatasi.

Kepada organisasi Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Menkes meminta


bantuan untuk menyelesaikan permasalahan kebutaan di Jawa TImur. Tingginya angka
kebutaan akan merugikan. Dan menyebkan menjadi tidak produktif.

Dukungan Ponpes Tebu Ireng Terhadap Upaya Pengendalian Tembakau

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng, KH Sholahudin Wahid menyatakan


apresiasi terhadap terpilihnya Ponpes Tebu Ireng sebagai lokasi Bakti Kesehatan

KH Sholahudin Wahid, juga menyebut, Ponpes Tebu Ireng juga ikut berpartisipasi dalam
program pemerintah dalam hal kesehatan. Diantaranya kampanye keluarga
berencana dan larangan merokok.

Pesantren Tebuireng, ungkap KH Solahudin Wahid, juga telah lama memelopori


larangan merokok di lingkungan pesantren. Lalu larangan ini pada akhirnya juga diikuti
oleh Ponpes lainnya.

'Kami juga punya kegiatan bersama Komnas Anti Tembakau untuk melakukan
kampanye penolakan RUU Pertembakauan', tegasnya.

Pada kesempatan tersebut Menkes juga menyerahkan bantuan Pemberian Makanan


Tambahan sebanyak 2,5 ton kepada Ponpes Tebu Ireng. Selain itu juga Masyarakat
Jombang juga menerima bantuan berupa Alat Bantu Dengar dari Starkey
Foundation dan THT Promotif Kit untuk Puskesmas dan Tenaga Kesehatan dari BPJS
Kesehatan.

Tampak hadir dalam kunjungan Menkes, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari
Santoso; Wakil BupatiJombang Mundjidah Wahab dan mantan Kepala Dokter
Kepresidenan dr Umar Wahid. Selain itu juga jajaran direksi BPJS Kesehatan dan Direktur
RSUD Jombang Pudji Umbaran.

Seusai membuka acara di Ponpes Tebu Ireng, Menkes dan rombongan melanjutkan
kunjugan ke RSUD Kab. Jombang. Kunjungan dilakukan dalam rangka meninjau Hearing
Center di Poliklinik THT dan kegiatan bedah mikro telinga dan katarak di Instalasi Bedah
Saraf.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

You might also like