You are on page 1of 20

OBAT DIURETIK

Rafika Firda U.Hatibie.1, Nurhajar Karim2

1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI
2
Asisten Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, UMI

Email : fikahatibie@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan


pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Obat-obat lainnya
yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung
tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi
jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau
merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH. Mekanisme kerja obat
diuretik,Kebanyakan diuretika bekerrja dengan mengurangi reabsorbsi natrium,
sehingga pengeluaranya lewat kemih- dan demikian juga dari air-diperbanyak.
Walaupun kerja nya pada ginjal,diuretika bukan obat ginjal,artinya senyawa ini
tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,demikian juga pada
pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialysis,tidak dapat ditangguhkan dengan
penggunaan senyawa ini. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Diuretik dapat dibagi menjadi 5
golongan yaitu : Diuretik osmotik, Diuretik golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase, Diuretik golongan tiazid, diuretik hemat kalium, diuretik hemat kalium,
diuretik kuat
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui efek farmakodinamik dari obat-obat
diuretik yang digunakan dari obat golongan diuretik antagonis aldosteron yaitu
spironolakton terhadap tikus dengan mengukur volume urine.
Metode : Penelitian ini menggunakan 1 ekor tikus. Pemberian dilakukan secara
oral. Sebelum perlakuan semua hewan coba dalam hal ini tikus dipuasakan
selama 1x24 jam kemudian ditimbang dan dihitung volume pemberiannya
masing-masing.
Hasil : Hasil praktikum menunjukkan bahwa hewan coba tikus yang diberi
spironolakton mengalami efek pengeluaran urine pada menit ke 60 dan 90.
Kesimpulan : Obat spironolakton memberikan efek yang sesuai dengan efek
farmakodinamik dari obat-obat diuretik yaitu meningkatkan laju urine.
Kata Kunci : Obat Diuretik, Obat Golongan antagonis aldosteron, Efek
Farmakodinamik.

1
PENDAHULUAN
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlh
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air.Fungsi utama diuretic adalah
untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal imenjadi normal
(Soewolo, 1999).
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli
inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m
garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung
banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap
glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa
kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang
sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+.
Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi
tubuli.sisanya yang tak berguna seperti sampah perombakan metabolisme-
protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari
semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus coligens), di mana
terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung
kemih dan ditimbun sebagai urin (Sherwood, 2001).
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Selain mekanisme tersebut, beberapa
diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang interstisial dan di
dalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat impuls
kalsium. Hal ini terlihat jelas pada diuretik tertentu seperti golongan tiazid yang
mulai menunjukan efek hipotensi pada dosis kecil sebelum timbulnya diuresis
yang nyata. Pada pemberian kronik curah jantung akan kembali ke normal, namun

2
efek hipotensif masih tetap ada. Efek ini diduga akibat penurunan resistensi
perifer. Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi
kardiovaskuler diuretik belum terkalahkan oleh obat lain sehingga diuretik
dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan maupun sedang
(Marjono, 2004).
Walaupun kerja nya pada ginjal,diuretika bukan obat ginjal,artinya
senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit
ginjal,demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialysis,tidak
dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuertika pada
awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan
mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga memperburuk insufisiensi ginjal
(Mutschler, 1991)
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis)
melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi
diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam
definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin,
teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon
antidiuretik ADH (Mycek, 2001).
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan
mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah dimana
semuanya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah.
Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal
merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan
dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan
susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+, yang
untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antarsel, dan di plasma darah.
(Tjay, 2002)
Mekanisme kerja obat diuretik,Kebanyakan diuretika bekerrja dengan
mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga pengeluaranya lewat kemih- dan
demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli,
tetapi juga ditempat lain, yakni di (Wulangi, 2006):

3
a. Tubuli proksimal, ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang disini
direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion-Na+ dan air,
begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara
proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap
plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi
reabsorbsi air dan juga natrium.
b. Lengkungan henle. Dibagian menaik dari Henles loop ini k,l. 25% bsorbsi
pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika
lengkungan seperti furosemida, bumetamida dan etakrinat, bekerja terutama di
sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorbsi Na+. pengeluaran
K+ dan air juga diperbanyak.
c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi secara aktif pula
tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.sentawa thiazida
dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksreksi Na+ dan
Cl sebesar 5-10%. Dibagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion
K +
atau NH4+; proses ini dikendalikan oleh hormon anak-ginjal aldosteron
antagonis aldosteron (spirolacton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida,
triateren) bertitik kerja disini dengan mengekibatkan ekskresi Na+ (5%) dan
retensi- K+.
d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretika ADH (vasoprin) dari hipofisis
bertitik kerja disini dengan jalan memengaruhi permeabilitas bagi air dari
sel-sel saluran ini
Diuretik thiazide tepat untuk digunakan pada sebagian besar pasien dengan
hipertensi ringan atau sedang serta dengan fungsi jantung dan ginjal normal.
Diuretik yang lebih kuat (misalnya, diuretik yang bekerja pada loop of henle)
diperlukan untuk hipertensi parah, apabila digunakan pada kombinasi obat yang
menyebabkan retensi natrium. Pada insufisiensi ginjal, bila tingkat filtrasi
glumeruler kurang dari 30 atau 40 mL/menit. Pada gagal jantung atau sirosis,
ketika terdapat retensi natrium. Diuretik hemat-kalium (potassium-sparing)
berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan, khususnya

4
pada pasien yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek natriuretik
diuretik lainnya. (Katzung, 1986).
Diuretik bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit yang
berhubungan dengan retensi abnormal garam dan air dalam kompartamin
ekstraseluler tubuh, biasanya dirujuk sebagai edeme, pada umumnya, diuretic
merupakan zat yang meningkatkan laju ekstrasi urin oleh ginjal, terutama melalui
penurunan reabsorpsi subular. Ion natrium dan airnya dalam tubulus ginjal yang
setara secara osmetik. Penimbunan cairan berlebih dalam kompartemen
akstraseluler dapat disebabkan oleh kegagalan jantung, sirosis hati, gangguan
ginjal, toksemia kehamilan atau akibat sampingan obat (Sylvia, 2006).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan sedemikian rupa
sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Pengaruh diuretik
terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja
diuretik dan sekaligus untuk menormalkan akibat suatu diuretik. Secara umum
diuretic dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu (1) diuretic osmotic ;
(2)penghambat mekanisme transport elektrolit d dalam tubuli ginjal. Pengaruh
diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat
kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik
(Evelyn, 2009).
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT
(hydrochlorothiazide) dan Spironolakton. Efek samping dari penggunaan jangka
panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan
hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik
harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes)
atau pada penderita kolesterol. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu
(Wulangi, 2006) :
1. Diuretik Osmotik
Diuretik osmotik itu mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan
diuretik osmotik, yaitu:
a. Difiltrasi secara bebeas oleh glomerulus

5
b. Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
c. Bersifat inert (sukat bereaksi)
d. Tidak dimetabolismeContohnya adalah mannitol (paling umum), urea,
gliserin, dan isosorbid.
Cara kerja obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan tekanan
osmotik dalam lumen tubular (makanya namanya diuretik osmotik). Hal ini
menyebabkan ekskresi air dan elektrolit meningkat. Elektrolit tersebut yaitu
Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat. Pemberian manitol dan urea adalah secara
intravena, sedangkan gliserin dan isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin
paling banyak dimetabolisme yaitu sebesar 80% dan manitol 20%. Urea dan
isosorbid tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi melalui ginjal.
Indikasi pemberian: glaukoma dan edema otak (sering dipakai) , Sindroma
disekuilibrium ( waktu dialisis kan bisa terjadi penarikan air yang berlebihan
sehingga timbul hipovolemia, orangnya jadi hipotensi, sakit kepala, kejang dan
depresi), profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah,
trauma atau pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.
Efek samping: Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena
peningkatan volume plasma pada awal pemberianhiponatremia dan
hipovolemia, reaksi hipersensitivitas, Trombosis vena, hiperglikemia dan
glikosuria (pemberian gliserin)
Kontraindikasi (keadaan-keadaan dimana obat ini tidak boleh diberikan):
gagal ginjal dengan anuria edema paru dan dehidrasi, perdarahan intrakranial
karena obat ini menarik air dari cairan otak.
2. Inhibitor Karbonik Anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 +H2O
H2CO3.Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas,
mukosa lambung, mata,eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam
plasma.Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekananintraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi
humor aqueus, bukan sebagaidiuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini
bekerja pada tubulus proksimal (nefron) denganmencegah reabsorpsi

6
bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat
inimeningkatkan produksi urine.Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid. Inhibitor karbonik anhidrase
(untuk selanjutnya disingkat IKA) bekerja pada beberapa tempat. Di ginjal,
IKA menghambat reabsorpsi bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran
Na-H sehingga NaHCO3 dieksresi bersama air. Inilah efek diuretiknya.
Pada mata, menghambat pembentukan aqueus humor (cairan mata),
mengurangi tekanan intra okuler (terapi pada glaukoma). Pada CNS, IKA
memiliki efek antikonvulsan (anti kejang). Yang termasuk IKA adalah
asetazolamid, diklorfenamid dan metazolamid. Di dalam sel tubuli ginjal, IKA
menghambat perubahan CO2 + H2O menjadi H2CO3 sehingga pembentukan
H+ dan HCO3- di tubuli juga berkurang. Jumlah H+ untuk diekskresi dan
ditukar dengan Na akan berkurang sehingga ekskresi Na+ akan meningkat
(untuk mereabsorpsi Na, maka H+ harus dieksresi). Pada akhirnya, akan terjadi
peningkatan ekskresi air. HCO3- juga akan diekskresi sehingga darah
cenderung menjadi asam (asidosis) sementara urin menjadi alkalis. Ekskresi
kalium juga akhirnya meningkat.
Efek samping : Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3,
batu ginjal (batu fosfat dan kalsium), peningkatan sekresi NaHCO3
meningkatkan eksresi K. parestesia, disorientasi, Obat ini tidak boleh diberikan
pada penderita sirosis hati karena dapat menghambat konversi NH3 menjadi
NH4+, akibatnya NH3 menumpuk di darah (hiperammominemia). Inilah yang
menyebabkan disorientasi karena amonia merupakan toksik pada CNS.
IKA diindikasikan pada : pasien glaukoma, epilepsi, paralisis periodik
familia, alkalosis metabolik (inget aja kerja IKA adalah mengurangi reabsorpsi
HCO3 sehingga kadar HCO3 di darah akan menurun), acute mountain sickness
(gejala mual, muntah, pusing, dan insomnia yang biasanya dialami para
pendaki gunung saat berada di ketinggian lebih dari 3000 m), alkalinisasi urin
(dengan banyaknya HCO3 di urin, maka pembentukan batu sistin dan urat
dapat dicegah. Batu ini terbentuk pada suasana asam)

7
3. Loop Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan
bumetanid.Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral
maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-
kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masihtergolong derivat sulfonamid.
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan
kalium pada segmentebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi
pembawa klorida. Obat ini termasukasam etakrinat, furosemid dan bumetanid,
dan digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema,serta oliguria yang
disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kaliumdiperlukan
selama menggunakan obat ini. Sesuai dengan namanya, loop diuretik bekerja
pada ansa Henle yaitu pada segmen tebal pars asendens. Kerjanya dengan
menghambat reabsorpsi elektrolit Na, K dan Cl sehingga ion-ion ini akan
diekskresikan bersama dengan air. Kalsium dan magnesium pun ditingkatkan
eksresinya. Makanya namanya diuretik kuat karena meningkatkan ekskresi
sebagian besar elektrolit. Karena berinteraksi dengan aminoglikosida
(golongan antibiotik), maka penggunaan mereka secara bersama-sama akan
meningkatkan resiko nefrotoksisitas dan ototoksisitas (tuli, baik sementara
maupun permanen. Diduga karena obat ini mempengaruhi komposisi cairan
endolimf di telinga). NSAID juga mengurangi efek diuretik, sama dengan
probenesid yang juga memiliki efek yang sama dengan menghambat sekresi
loop diuretik dari tubulus ke lumen. Loop diuretik diindikasikan pada gagal
jantung kongestif, edema paru akut, edema akibat gagal ginjal, sindroma
nefrotik atau asites, hiperkalsemia, hipertensi dan dapat memicu diuresis
(berkemih) untuk mengeluarkan racun. Tentu saja racun yang eksresinya
melalui ginjal.
4. Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik
maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak
digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal
tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida,

8
yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang
dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi,gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Termasuk
kelompok obat ini adalah hidroklorotiazid (HCT), klorotiazid,
bendroflumetiazid, klotalidone, metolazone dan indapamide
Thiazide disekresi oleh tubulus proksimal namun baru bekerja di tubulus
kontortus distal. Ia bekerja dengan menghambat simporter Na dan Cl dari
lumen ke tubular. Pada keadaan normal, simporter ini berfungsi membawa Na
dan Cl dari lumen ke sel epitel tubulus. Akibatnya, ekskresi Na dan Cl akan
meningkat (tentunya disertai dengan ekskresi air juga). Beberapa juga memiliki
efek inhibitor karbonik anhidrase yang lemah. Selain meningkatkan ekskresi
Na dan Cl, thiazide juga meningkatkan ekskresi kalium. Ia juga menghambat
sekresi asam urat sehingga dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout.
Melalui mekanisme yang belum diketahui, obat ini juga dapat mengurangi
ekskresi kalsium melalui urin. Karena ekskresi kalsium kurang, maka kalsium
akan meningkat kadarnya di darah sehingga obat ini mampu menghambat
progresifitas osteoporosis. Ekskresi magnesium pun dibuat meningkat olehnya.
Di slide juga dicantumkan farmakokinetik berbagai jenis obat tiazid. Silakan
diliat.Tentunya tiazid tidak terlepas dari kodratnya sebagai obat, punya
kelebihan dan kekurangan.
Efek samping yang mungkin timbul adalah hipokalemia, menyebabkan
peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat anti aritmia)
Hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium), hiperurisemia,
hiperglikemia dan hiperkolesterolemia, sehingga tidak dianjurkan untuk
penderita DM dan dislipidemia, hiperkalsemia (jangka panjang). Bagus buat
orang tua karena mengurangi resiko osteoporosis, disfungsi seksual
Tiazide berinteraksi dengan digitalis dan menyebabkan resiko aritmia menjadi
meningkat. Obat ini juga mengurangi efikasi antikoagulan, anti diabetik dan
dan urikosurik. NSAID juga berinteraksi dengan obat ini. Thiazide
diindikasikan pada hipertensi, gagal jantung ringan hingga sedang, edema,
diabetes insipidus nefrogenik (nefrogenik artinya ADH nya normal, namun

9
reseptor ginjal gagal merespon ADH), mencegah kehilangan kalsium pada
penderita osteoporosis dan nefrolitiasis kalsium.
5. Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa
kehilangan kaliumdalam urine. Termasuk dalam kelompok obat ini adalah (1)
Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta (2) Antagonis aldosteron
(spironolactone, eplerenone). Pada mekanisme inhibitor kanal Na, obat ini
dapat menghambat reabsorpsi Na sekaligus mengurangi sekresi K. Pada
mekanisme antagonisme aldosteron, obat diuretik hemat kalium (DHK) mem-
blok reseptor aldosteron sehingga mengurangi reabsorpsi Na dan K pada hilir
tubuli distal dan duktus koligentes. Dengan demikian, ekskresi K juga
berkurang. Karena efeknya yang relatif lemah, DHK biasanya dikombinasikan
dengan diuretik lain. Selain itu, dengan dikombinasikan bersama obat lain
resiko hipokalemia dapat dihindari. Penggunaan jangka panjang DHK ternyata
memberikan efek kardioprotektif dengan mencegah hipertrofi dan fibrosis
miokard.
Efek samping obat ini termasuk hiperkalemia, efek anti androgenik, dan
anemi megaloblastik (jenis obat triamteren) karena obat ini adalah antagonis
folat (kalau di buku farmakologi dan terapi disebutkan bahwa obat ini
menghambat kerja enzim dihidrofolat reduktase). Folate sebagaimana yang kita
tahu berfungsi dalam pematangan inti sel darah merah.
DHK diindikasikan pada pasien hipertensi, namun biasanya pemakaiannya
dikombinasikan dengan antihipertensi lain untuk memperkuat efek dan
mencegah hipokalemia. Hati-hati pemberian triamteren pada kondisi
hiperkalemia atau kondisi yang rentan untuk terjadinya hiperkalemia (seperti
gagal ginjal atau sedang dalam pengobatan dengan ACE inhibitor, ARB,
NSAID dan suplemen kalium. ACE inhibitor dan ARB akan menurunkan
sekresi aldosteron sehingga bahaya hiperkalemia semakin besar).
6. Hormon Anti Diuretik
Dikenal juga sebagai vasopresin, merupakan suatu oktapeptida yang
diprodusi oleh sel saraf dalam nukleus supraoptikus dan paraventrikalis di

10
hipotalamus. Melalui serabut saraf, ADH ditranspor ke hipofisis posterior.
Di alam, dikenal dua macam ADH, yaitu 8-arginin vasopressin yang terdapat
pada mamalia dan 8-lisin vasopressin yang terdapat pada babi. In vivo, kedua
jenis ini mudah sekali mengalami degradasi sehingga dibuat sisntetiknya yang
lebih tahan lama yaitu desmopressin (1-deamino 8-D arginin vasopressin,
DDAVP). Desmopressin merupakan obat terpilih untuk pengobatan diabetes
insipidus yang sensitif terhadap ADH.Sekresi vasopressin diatur oleh beberapa
mekanisme yaitu :
1. Konsep osmoreseptor yang diduga terletak di daerah nukleus
hipotalamus;bila osmolalitas plasma bertambah akibat dehidrasi, maka
sekresi ADH bertambah dan sebaliknya pada keadaan hidrasi, sekresinya
akan turun.
2. Konsep reseptor volume yang terletak di atrium kiri dan vena pulmonalis.
Bila terjadi penurunan volume darah yang beredar misalmya akibat
perdarahan hebat maka sekesi ADH akan meningkat.
Efek seluler pada ginjal terjadi melalui interaksi antara ADH dengan
reseptor V1 dan V2. Reseptor V1 terdapat pada otot polos vaskuler dan
saluran cerna, hepatosit, dan beberapa sel di ginjal. Reseptor V1 berperan
dalam vasokonstriksi pembuluh darah arteriol eferen glomerulus, tetapi
efek yang paling menonjol yaitu di duktus koligentes yang diperantarai
oleh reseptor V2. Reseptor V2 yang terletak di dalam sel duktus koligentes
dan sel ansa Henle asendens epitel tebal mempunyai afinitas besar terhadap
ADH. Perangsangan reseptor V2 oleh ADH akan merangsang aktivitas
enzim adenilat siklase. Pada akhirnya akan terjadi pembukaan kanal
aquaporin di permukaan epitel tubulus, sehingga membran luminal menjad
permeabel terhadap air dan reabsorpsi air pun meningkat.
Spironolakton adalah diuretika hemat kalium yang paling sering digunakan
pada anak-anak, obat ini merupakan antagonis aldosteron dan meningkatkan
retensi kalium dan ekskresi natrium di tubulus distal. Spironolakton
dikombinasikan dengan diuretika lain untuk mengurangi hilangnya kalium
melalui urin. Obat ini juga digunakan dalam jangka waktu panjang untuk

11
penatalaksanaan sindrom Bartter dan dosis tinggi dapat mengendalikan asites pada
bayi dengan hepatitis neonatal menahun (kronis). Manfaat klinis spironolakton
dalam penatalaksanaan udem paru pada awal neonatal prematur dengan penyakit
paru kronis belum diketahui dengan pasti (Katzung, 1986).
Spironolakton mempotensiasi tiazid atau diuretika kuat dengan cara melawan
kerja aldosteron. Spironolakton bermanfaat dalam pengobatan udem sirosis pada
hati. Spironolakton dosis rendah bermanfaat pada gagal jantung berat.
Spironolakton juga digunakan untuk hiperaldo-steronisme (sindrom Conn).
Spironolakton diberikan sebelum pembedahan. Apabila pembedahan tidak
mungkin dilakukan, spironolakton diberikan dengan dosis efektif terendah untuk
penunjang (Tjay,2002).
Spirolakton dapat menyebabkan alergi kambuh. Obat ini tidak menyebabkan
tubuh kehilangan kalium. Oleh karena itu, tidak diperlukan tambahan/asupan
kalium dalam makanan, karena terlalu banyak kalium dalam tubuh juga akan
membahayakan. Hindari penggunaan suplemen, garam mengandung kalium,
makanan yang mengandung kalium, atau obat-obat lain yang mengandung kalium,
kecuali atas saran dokter. Obat ini dapat menyebabkan kulit lebih sensitive
terhadap cahaya matahari. Kontak dengan sinar matahari yang terlalu lama dapat
menyebabkan kulit menjadi kemerahan, gatal-gatal, perubahan warna pada kulit,
dan penyakit kulit lainnya.Untuk hipertensi jika menggunakan obat ini,
diharapkan untuk tidak mengkonsumsi obat lain, kecuali atas persetujuan dokter.
Obat-obat yang dianjurkan untuk tidak dikonsumsi adalah obat-obat untuk asma,
flu, batuk, demam, dan obat lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dokter, karena
obat-obat tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Untuk diabetes obat ini dapat meningkatkan kadar gula dalam darah (Katzung,
1986).
Interaksi obat, efek hipokalemia dan hipomagnesia akibat tiazid dan diuretik
kuat mempermudah terjadinya aritmia oleh digitalis. Pemberian kortikosteroid,
agonis -2 dan amfoterisin B memperkuat efek hipokalemia diuretik. Pengunaan
diuretik bersamaan dengan kuinidin dan obat lain yang dapat menyebabkan
aritmia ventrikel polimorfik akan meningkatkan risiko efek samping ini. Semua

12
diuretik mengurangi kliens litium sehingga meningkatkan risiko toksisitas
litium.AINS mengurangi efek antihipertensi diuretik karena menghambat sintesis
prostaglandin di ginjal. AINS, menghambat ACE dan blocker dapat
meningkatkan risiko hiperkalemia bila diberikan bersama diuretik hemat kalium
(Tjay,2002).
ADH diindikasikan pada : Diabetes insipidus neurogenik (central type, artinya
orangnya memang kekurangan ADH). Jadi, obat ini tidak bisa dipakai pada
diabetes insipidus nefrogenik (kalau nefrogenik, ADH-nya normal, namun ginjal
gagal merespon ADH), Diabetes insipidus akibat trauma kepala atau pembedahan
(kemungkinan hipofisisnya rusak sehingga sekresi ADH menurun), Perdarahan GI
akibat hipertensi portal (kerja ADH dengan mengurangi airan darah mesenterica
superior sehingga tekanan darahnya turun), Penyakit Von Willebrand (salah satu
kelainan genetik yang menyebabkan perdarahan akibat kekurangan faktor von
Willebrand). Desmopressin dapat mensekresi faktor von Willebrand di sel endotel
(Marjono, 2004).
Efek samping yang mungkin timbul adalah hipertensi, kolik abdominal akibat
peningkatan peristaltik, dan agina pektoris akibat vasokonstriksi arteri
koronern(karena ADH menyebabkan vasokonstriksi di hampir semua pembuluh
darah termasuk arteri koroner). Pada wanita ADH dapat menyebabkan spasme
uterus.Secara farmakokinetis, obat ini tidak diberikan per oral karena akan
langsung didegradasi enzim tripsin di dalam usus halus, sehingga harus diberikan
secara intravena, intramuskular, sub kutan atau intranasal. Waktu paruhnya
mencapai 17-35 menit, sementara desmopressin lebih lama lagi (masih efektif 48-
96 jam setelah pemberian intranasal). Sediaannya berupa piressin untuk injeksi,
vasopressin tanat untuk injeksi intramuskular, Lipresin (lisine-vasopressin) untuk
semprot hidung dan desmopressin asetat untuk penggunaan nasal (tetes hidung)
(Tjay,2002).

13
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Spoit injeksi 2 mL dan
Kanula, stopwatch, timbangan analitik, dan kandang tikus.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu obat Spironolakton.
Prosedur Kerja
Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji sebelum digunakan, ditimbang dan dihitung nilai vp pada
setiap tikus. Dalam pemilihan tikus harus putih, bersih dan memiliki berat badan
sesuai range yang ditentukan (100 gr 200 gr). Sebelum dilakukan perlakuan,
hewan coba (tikus) juga harus diberikan makan dan minum.
Perlakuan terhadap Hewan Uji
Hewan uji dipuasakan selama 1x24 jam dan diberi tanda kemudian
ditimbang berat badannya. Selanjutnya dihitung volume pemberiannya masing-
masing. hewan coba (tikus) diberikan diberikan air terlebih dahulu secara oral
sebanyak 2 mL lalu diberi obat yang telah ditentukan yaitu Spironolaktin
sebanyak 3 mL. Setelah perlakuan, diamati efek farmakodinamik dari tikus pada
menit ke 30, 60, dan 90. Dalam perlakuan secara cara oral, harus diketahui
memasukkan kanula ke dalam esophagus mencit agar kanula tidak mengarah ke
saluran pernafasan hewan coba atau mencit.
Analisis Data
Data praktikum yang diperoleh, dikumpulkan lalu di bandingkan dengan
teoritis. Hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa obat diuretik
yaitu Spironolakton yang diperlakukan pada hewan coba memiliki efek
farmakodinamik yang sesuai dengan teoritis.

14
HASIL PENELITIAN
Dibawah ini merupakan hasil pengamatan terhadap efek termodinamika terhadap
tikus setelah pemberian Spironolaktin secara oral.
Tabel 1. Pemeberian obat golongan Diuretik hemat kasium, Spironolaktin

Volume urine
Obat BB VP
30 60 90

Spironolaktin 240 gr 5 mL 0 mL 0,3 mL 1,2 mL

PEMBAHASAN
Sebelum perlakuan, semua mencit dipuasakan 1x24 jam hal ini
dikarenakan agar berat badan tikus yang telah ditimbang tidak berubah. Pengujian
efek terapi obat Spiromolaktin dengan parameter waktu diberikan secara oral.
Hewan coba tersebut kemudian diberikan secara oral dengan Spironolaktin yang
merupakan kelompok obat diuretik yang dapat meningkatkan laju
urine,menangani Edema yang berhubungan dengan Hipertensi, Gagal Jantung,
Hiperaldosteronism primer, Hipokalemia, sirosis Hati dan penanganan
Hipersutisme. Preparat ini biasanya dipakai bersama diuretik lain untuk
mengurangi ekskresi kalium disamping memperbesar efek diuresis.
Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine
(diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain
pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema
dan mengurangi free load. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk
antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi
atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru paru .
di samping ituh berkurang nya volume darah akan mengurangi kerja jantung.
Mekanisme kerja diuretik, Kebanyakan diuretika bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan

15
demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli,
tetapi juga ditempat lain, yakni:
Tubuli proksimal.Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini
direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula
glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka
susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis
bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
Lengkungan Henle, di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang
telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+
dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- begitupula reabsorpsi
Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak .
Tubuli distal., dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air
hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan
klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl-
sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau
NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis
aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi
Na+ dan retensi K+ .
Saluran Pengumpul, hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini
dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini. Proses
diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan
kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah
yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam
dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air
serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti
corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi
penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi
tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini
dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang
tak berguna seperti sampah perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk

16
sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli
ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus coligens), di mana terutama
berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih
dan ditimbun sebagai urin.
Diuretik hemat kalium bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes
daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium
dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung
(triamteren dan amilorida).Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis
aldosteron. triamterenc. amilorid.
Mekanisme kerja Spironolaktin yaitu Bersaing dengan aldosteron untuk
merebutkan tempat reseptor di tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi
natrium klorida dan air sambil menahan kalium dan hidrogen ion; dapat
menghalangi efekaldosteron pada arteriol otot polos. Spironolactone adalah
antagonis farmakologis aldosteron, bertindak terutama melalui pengikatan Secera
kompetitif reseptor pada tempat pertukaran natrium-kalium tergantung aldosteron
di tubulus distal ginjal. Spironolactone Menyebabkan peningkatan jumlah natrium
dan air untuk dibuang, sementara kalium dipertahankan. Spironolactone bertindak
baik sebagai diuretik dan sebagai antihipertensi dengan mekanisme ini. Obat ini
dapat diberikan sendiri atau dengan agen diuretik lain yang bertindak lebih di
tubulus proksimal ginjal. Aldosteron berinteraksi dengan reseptor
mineralokortikoid sitoplasma untuk meningkatkan ekspresi dari Na +, K + -
ATPasedan saluran Na + yang terlibat dalam transportasi Na + K + di tubulus
distal.Mengikat spironolactone untuk reseptor mineralcorticoid ini, menghalangi
tindakan aldosteron pada ekspresi gen. Aldosteron adalah hormon; fungsi
utamanya adalah untuk mempertahankan natrium dan mengeluarkan (eksresi)
kalium daridalam ginjal.
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan
udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan
maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.
Spironolakton merupakan antagonis aldosteron sehingga merupakan obat yang
terpilih pada hioperaldosteronisme primer (sindrom conn). Obat ini sangat

17
berguna pada pasien dengan hiperurisemia, hipokalemia dan dengan toleransi
2+
glukosa. Berbeda dengan tiazid, spironolakton tidak mempengaruhi kadar Ca
dan gula darah. Efek samping spironolakton antara lain ginekomasti, matodinia,
gangguan menstruasi dan penurunan libido pada pria. Beberapa menit setelah obat
diberikan pada tikus dilakukan pengamatan diketahui bahwa setelah diberikan
Spironolaktin memberikan efek pengelluaran urine, Efek-efek yang terjadi pada
hewan tikus setelah pemberian spironolakton mengindikasikan bahwa obat
tersebut memberi efek diuretik pada tikus. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa obat spironolaktin merupakan obat golongan diuretik yang
dapat meningkatkan laju urine sesuai dengan efek farmakodinamik yang diamati.
KESIMPULAN
Efek dari obat Spironolaktin yaitu terjadinya efek peningkatan volume
urine. Hal ini membuktikan bahwa obat tersebut merupakan obat diuretik, obat
golongan Antagonis aldosteron yang dapat meningkatkan laju urine.

DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

18
Katzung, Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika ;
Jakarta.

Mutschaler,Ernst.1991.Dinamika obat Farmakologi dan Tonsikologi.bandung ;


ITB

Marjono, Mahar. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :UI Press.

Mycek, Mary. J. dkk., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya


medika, Jakarta.

Soewolo, 1999. Fisiologi Manusia, Malang FMIPA UNM. EGC, Jakarta.

Sylvia Prince,2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa. EGC, Jakarta.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC, Jakarta.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, PT Elex Media
Kompoitindo Gramedia, Jakarta.

Wulangi. S., 2006, Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud, Jakarta.

LAMPIRAN

1. Diuretik

19
Hewan (Tikus)

Diberikan minum/air
sebanyak 3 mL

Spironolaktin

Dihitung volume urine pada


menit 30, 60 dan 90

20

You might also like