You are on page 1of 19

OBAT KARDIOVASKULAR

Rafika Firda U.Hatibie.1, Nurhajar Karim2

1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI
2
Asisten Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, UMI

Email : fikahatibie@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang


mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah ) secara langsung ataupun tidak langsung. Jantung dan pembuluh darah
merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan
makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung
sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah
ke jaringan.Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui
nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye.Pembuluh darah juga
dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Obat
kardiovaskuler dibedakan: obat Antiangina, obat Antiaritmia dan obat
Antihipertensi
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui efek farmakodinamik dari obat-obat
kardiovaskular yang digunakan yaitu obat hipertensi diantaranya Nifedipin,
captopril dan klonidin dan obat-obat diuretik yang digunakan yaitu spironolaktin
terhadap mencit (Mus Muscullus ) dengan melihat warna daun telinga.
Metode : Penelitian ini menggunakan 4 ekor mencit yang dibagi dalam 4
kelompok. Kelompok I diberi Klonidin, kelompok III diberi Nifedidpin,
kelompok IV diberi Spironolaktin, kelompok V diberi Captropil. Pemberian
dilakukan secara oral. Sebelum perlakuan semua hewan coba dalam hal ini
mencit dipuasakan selama 1x24 jam kemudian ditimbang dan dihitung volume
pemberiannya masing-masing.
Hasil : Hasil praktikum menunjukkan bahwa hewan coba mencit yang diberi
clonidine, captopril, nifedipin dan spironolaktin mengalami efek vasodilatasi pada
menit ke 15, 30 dan 60.
Kesimpulan : Obat clonidine, captopril, nifedipin dan spironolaktin memberikan
efek yang sesuai dengan efek farmakodinamik dari obat-obat antihipertensi
(menurunkan tekanan darah).
Kata Kunci : Obat kardiovaskular, Obat Golongan hipertensi, Efek
Farmakodinamik.

1
PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler banyak terdapat serabut-serabut saraf sistem saraf
otonom yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu sistem parasimpatis dan simpatis.
Keduanya mempunyai efek yang saling berlawanan dalam kerja jantung. Didalam
persyarafan jantung terdapat 2 buah sensor utama yaitu baroreseptor dan
kemoreseptor. Baroreseptor terletak di lengkung aorta dan sinus karotikus.
Fungsinya adalah untuk menghambat aktivitas jantung dan menurunnya tekanan
arteria memulai refleks kegiatan jantung. Sedangkan kemoreseptor terletak dalam
badan karotis dan badan aorta. Fungsinya untuk meningkatkan aktifitas jantung
dengan adanya rangsangan dari medulla oblongata (Evelyn, 2009).
Jantung terbagi menjadi 2 atrium (atrium dextra dan atrium sinistra) dan 2
ventrikel (ventrikel dextra dan ventrikel sinistra). Ruangan jantung bagian atas
(atrium) dan pembuluh darah besar (arteria pulmonalis dan aorta) membentuk
dasar jantung. Secara anatomi, atrium terpisah terpisah dari ruangan jantung
sebelah bawah (ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus (tempat terletaknya
keempat katup jantung dan tempat meletaknya keempat katup jantung dan tempat
melekatnya katup maupun otot. Jantung dibagi menjadi 2 pompa yang terpisah
yaitu bagian pompa sisi kanan dan sisi kiri. Bagian dextra memompa darah dari
seluruh tubuh menuju pulmo untuk dibersihkan. Namun bagian sinistra memompa
darah dari pulmo menuju seluruh tubuh (Sylvia ,2006).
Macam Peredaran Darah Peredaran darah manusia merupakan peredaran
darah tertutup karena darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga
disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari peredaran darah
panjang/besar/sistemik Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang
kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah
yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan ( atrium )
jantung. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung. Darah yang
kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri

2
pulmonalis , di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar dengan darah yang
kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi kiri jantung melalui
vena pulmonalis (Soewolo, 1999).
Darah yang mengandung banyak CO2 mengalir melalui vena cava superior
(dari ekstremitas atas, cavitas thorax, cavitas abdominalis) dan inferior (dari
ekstremitas bawah). Darah masuk ke atrium dexter untuk selanjutnya mengalir
menuju ventrikel dexter melewati katup trikuspidal. Kemudian darah keluar dari
ventrikel untuk menuju pulmo melewati arteri pulmonalis yang memiliki katup
semilunar pulmonalis untuk dibersihkan darahnya (disaring CO2 nya untuk diganti
dengan O2 melalui alveolus pulmo). Setelah dibersihkan darah keluar dari pulmo
menuju atrium sinister melalui vena pulmonalis. Setelah tiba di atrium dexter,
darah akan mengalir menuju ventrikel sinister melalui katup bikuspidal.
Kemudian darah akan dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta yang terdapat katup
semilunar aorta (Wulangi, 2006).
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah (Mycek,
2001).
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yangberfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme,
dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah (Marjono,2004).
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang

3
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen (Pediatri, 2005).
Jantung adalah sebuah pompa yang berfungsi mendorong darah kedalam dan
melalui arteri tatapi jantung kiri dan kanan berfungsi secara berpisah. Jantung
dipersarafi oleh serabut saraf simpatis, parasimpatis dan saraf autonom melalui
flekses kardius. Saraf simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian servikal,
terakai akan tetapi bagian atas saraf simpatis berasal dari nervus vagus. (Nindia,
2001).
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa
oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon
dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke
seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah
kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan
vena cava inferior (Olson, 2002).
Sistem peredaran darah yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung
dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini
menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel
dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.
Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida
dalam arah yang berlawanan (lihat respirasi). Kedua, yang diangkut dari nutrisi
yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan
dalam jaringan masing-masing untuk mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan
mereka, diproses atau disimpan. Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah
(seperti urea atau asam urat) yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-
organ ekskresi (ginjal dan usus besar). Juga mendistribusikan darah seperti
hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam
tubuh.Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung sebagai pemompa dan pembuluh
darah sebagai saluran. Darah dipompakan oleh jantung ke dalam pembuluh darah

4
dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian kembali lagi ke jantung
sebagai suatu sirkulasi (Olson, 2002).
Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan dinding pembuluh
darah. Semakin jauh darah mengalir dai jantung, tekanannya makin rendah. Sistol
normal berkisar antara 90-135 mmHg dan Diastol normal antara 60-85 mmHg
(Nindia, 2001) :
1. Pembuluh Darah (Arteri,Vena dan Kapiler)
a. Arteri
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa
darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh
balik yang membawa darah menuju jantung.
b. Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju
jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya
terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding
pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak
terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup
ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah.Dengan adanya katup
tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka,
darah tidak memancar tetapi merembes.Dari seluruh tubuh, pembuluh
darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang
disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi
kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke
jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena ini membawa darah
yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak
mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis.
c. Kapiler
Kapiler terdapat pada paru-paru jaringan tubuh.Kapiler berfungsi sebagai
pertukaran gas dengan O2 dan CO2.
Sistem sirkulasi berkontribusi terhadap homeostasis dalam tubuh. Sistem ini
berfungsi sebagai perangkat untuk pemindahan dan penyaluran berbagai bahan

5
dari suatu bagian tubuh ke bagian lain dengan cepat. Tanpa sistem sirkulasi ini,
zat-zat yang berguna bagi tubuh akan sampai dengan waktu yang relatif lebih
lama. Namun dengan sistem transportasi ini hanya perlu beberapa detik untuk
sampai ke tujuan melalui kerja pompa cepat jantung secara difusi sehingga organ-
organ didalam tubuh akan tetap bekerja secara normal (Sherwood, 2001).
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal (120/80 mmHg)
dalam beberapa kali pengukuran pada kondisi yang berbeda-beda. Hipertensi ini
disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos vaskuler perifer, yang menyebabkan
peningkatan resistensi arteriola dan menurunnya kapasitas sistem pembuluh vena
(Syaifuddin, 2011).
Obat obat kardiovaskular adalah obat obat yang secara langsung dapat
memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh yang terganggu ke keadaan
normal. Gangguan gangguan jantung yang paling lazim adalah angina pectoris,
dimana jantung tidak menerima cukup oksigen karena penciutan arteri arteri
jantung; infark jantung, dimana sebagian jantung mati karena penyaluran darah
tersumbat: dekompensasi, dimana jantung tidak sanggup lagi memelihara
peredaran darah selayaknya. Sedangkan salah satu penyakit adalah
atherosclerosis, dimana dinding-dinding pembuluh-pembuluh nadi besar, menebal
dan mengeras akibat endapan dari antara lain kolesterol dan lemak. Penyakit ini
dapat mengakibatkan hipertensi atau sebaliknya (Sylvia, 2006).
Secara umum obat-obat kerdiovaskuler meliputi obat gagal jantung,
antiaritmia, anti angina,hipolipidemik dan anti hipertensi.Tekanan darah normal
adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah sistol (angka atas) adalah titik puncak yang
tercapai ketika jantung berkontraksi dan menumpahkan darah keluar arteri.
Sedangkan tekanan darah diastole (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke
titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Jika lebih dari itu
maka disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Factor fisiologis yang dapat
mengatur tekanan darah tinggi ialah denyut jantung (Tjay,2002).
Hipertensi ringan sering diobati dengan obat tunggal. Yang lebih berat
memerlukan pengobatan beberapa obat yang dipilih untuk mengendalikan satu

6
dari empat macam obat yang tergantung pada pasien, diuretika, penyekat , ACE
inhibitor atau penyekat kanal kalsium. Jika tekanan darah tidak dapat dikontrol
maka ditambah obat kedua. Obat penyekat biasanya diberikan jika obat pertama
berbentuk diuretika atau diuretika ditambahkan jika obat pertama adalah penyekat
. Suatu vasodilator dapat ditambahkan sebagai langkah ketiga untuk pasien yang
tidak responsive.Penyebab Hipertensi antara lain adalah (Evelyn,2009) :
Penyebab hipertensi dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar :
A. Hipertensi primer
1. Genetik
2. Stress
3. Gangguan pengeluaran/ ekskresi garam natrium dll.
4. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
- Kegemukan (obesitas)
- Alkohol
- Merokok
- Kurang olah raga dll
B. Hipertensi sekunder
1. Penyakit ginjal
2. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid
(cortison), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara
terus menerus.
3. Pengaruh hormon (aldosteron, estrogen).
Krisis hipertensi masih dibagi dalam dua kelompok berdasarkan kecepatan
pengobatan yang diperlukan, yaitu (Soewolo, 1999):
1. Kegawatan hipertensi adalah krisis hipertensi yang disertai kerusakan organ
target yang terjadi mendadak atau sedang dalam proses. Karenanya tekanan
darah harus segera diturunkan dalam waktu beberapa menit.
2. Hipertensi mendesak adalah krisis hipertensi tanpa kerusakan organ target
sehingga penurunan tekanan darah bisa dilakukan lebih lambat, yaitu dalam
waktu beberapa jam.

7
Mekanisme pengaturan tekanan darah yaitu tekanan darah arteri diatur dalam
batas-batas tertentu untuk perfusi jaringan yang cukup tanpa menyebabkan
kerusakan pada sistem vaskular, terutama intima arterial. Tekanan darah arterial
langsung seimbang dengan hasil curah jantung dan resistensi vaskular perifer.
Pada orang normal dan hipertensi, curah jantung dan resistensi perifer diatur oleh
suatu mekanisme pengatur yang saling tumpang tindih, refleks disalurkan melalui
sistem saraf simpatik dan sistem renin angiotensin-aldosteron (Sherwood, 2001).
Obat-obat yang dewasa ini digunakan untuk terapi hipertensi dapat dibagi
dalam beberapa kelompok, yang berturut-turut akan dibicarakan lebih mendetail
dibawah ini (Wulangi, 2006) :
1. Diuretika
2. Alfa-reseptor bloker
3. Bera-reseptor bloker
4. Abat-obat SSP
5. Antagonis kalsium
6. ACE-inhibitor dan AT-II-receptor blokers
7. Vasodilator
Obat hipertensi adalah bermacam-macam dan cara kerjanya dapat dibagi dalam
beberapa jenis, yakni (Wulangi, 2006):
1. Meningkatkan pengeluaran air dari tubuh : diuretik
2. Memperlambat kerja jantung : beta-bloker
3. Memperlabar pembuluh : vasodilator langsung (di/hidralazin, minoxidil),
antagonis calcium, penghambat ACE, dan AT-II-blokers
4. Menstimulasi SSP : alfa-2 agonis sentral seperti klonidin dan moxonidin,
metildopa, guanfasin, dan reserpin
5. Mengurangi pengaruh SSO terhadap jangtung dan pembuluh, yakni :
- Alfa-1-bloker : derifat quinazolin (prazosin, doxasozin, terazosin,
alfizosin, tamsulozin), ketanserin (ketansin). Dan urapidil (ebrantil)
- Alfa 1-dan 2-blokers : fentolamin
- Beta-blokers : propanolol, atenolol, metoprolol, pindolo, bisoprolol,
timolol, dll

8
- Alfa/beta-blokers : labetolol dan carvedilol (Eu-cardic)
Klasifikasi hipertensi dibedakan berdasarkan tingginya TD, derajat kerusakan
organ dan etiologinya. Klasifikasi berdasarkan tingginya TD pada penderits usia
18 tahun dapat dilihat pada table dibawah ini (Wulangi, 2006) :
Klasifikasi Tekanan Darah (TD)
Tekanan Darah Diastolik Tekanan Darah
Kategori
(mmHg) Sistolik (mmHg)
Normal < 85 < 130
Normal Tinggi 85 89 130 139
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 90 99 140 159
Tingkat 2 (sedang) 100 109 160 179
Tingkat 3 (berat) 110 119 180 209
Tingkat 4 (sangat berat) 120 210
Tabel : Klasifikasi baru menurut The Joint National Committee On Detection,
Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure, AS, dalam laporannya yang
ke-5 pada tahun 1992 (JNC-V)
Amilorlid, triamteren dan spironolakton merupakan diuretik lemah.
Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah
hipokalemia. Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia bila
diberikan pada pasien dengan gagal ginjal, ARB, beta blocker, AINS atau dengan
suplemen kalium. Penggunaan harus dihindarkan bila kreatininserum lebih dari
2,5 mg/dL (Marjono, 2004).
Spironolakton merupakan antagonis aldosteron sehingga merupakan obat
yang terpilih pada hioperaldosteronisme primer (sindrom conn). Obat ini sangat
berguna pada pasien dengan hiperurisemia, hipokalemia dan dengan toleransi
2+
glukosa. Berbeda dengan tiazid, spironolakton tidak mempengaruhi kadar Ca
dan gula darah. Efek samping spironolakton antara lain ginekomasti, matodinia,
gangguan menstruasi dan penurunan libido pada pria (Sylvia, 2006)
Interaksi obat, efek hipokalemia dan hipomagnesia akibat tiazid dan
diuretik kuat mempermudah terjadinya aritmia oleh digitalis. Pemberian

9
kortikosteroid, agonis -2 dan amfoterisin B memperkuat efek hipokalemia
diuretik. Pengunaan diuretik bersamaan dengan kuinidin dan obat lain yang dapat
menyebabkan aritmia ventrikel polimorfik akan meningkatkan risiko efek
samping ini. Semua diuretik mengurangi kliens litium sehingga meningkatkan
risiko toksisitas litium.AINS mengurangi efek antihipertensi diuretik karena
menghambat sintesis prostaglandin di ginjal. AINS, menghambat ACE dan
blocker dapat meningkatkan risiko hiperkalemia bila diberikan bersama diuretik
hemat kalium (Nindia, 2011).
captopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama ditemukan dan banyak
digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Secara umum
ACE-inhibitor dibagi menjadi dua kelompok yaitu 1) yang bekerja langsung,
contohnya kaptopril dan lisinopril. 2) prodrug, contohnya enalapril, kuinapril,
peridopril, ramipril, silazapril, benazepril, fosinopril, dll. Obat-obat ini dalam
tubuh diubah menjadi bentuk aktif yaitu berturut-turut enalaprilat, kuinaprilat,
peridoprilat, ramipilat, silazaprilat, benazeprilat, fosinprilat, dll (Pediatri 2005).
ACE-inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu,
degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah
meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-inhibitor. Vasodilatasi
secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya
aldosteron akan menybabkan eksresi air dan natrium dan retensi kalium
(Syaifuddin, 2011).
ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang, maupun berat.
Kombinasi dengan diuretik memberikan efek sinergitik, sedangkan efek
hipokalemia diuretik dapat dicegah. Kombinasi dengan betabloker memberikan
efek adaptif. Kombinasi dengan vasodilator lain, termasuk prozosin dan antagonis
kalsium, memberi efek yang baik. Tetapi pemberian bersama penhambat
adrenergik lain yang menghambat respons adrenergik alfa dan beta sebaiknya
dihindari karena dapat menimbulkan hipotensi berat dan berkepanjangan
(Soewolo, 1999).

10
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot pplos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
menimbulkan relaksasi arteriol sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan
resistensi perifer ini sering diikuti oleh refleks takikardia dan vasokontriksi,
terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin).
Sedangkan diltiazem dan verapamil tidakm menimbulkan takikardia karena efek
kronotropik negatif langsung pada jantung. Bila refleks takikardia kurang baik,
seperti pada orang tua, maka pemberian antagonis kalium dapat menimbulkan
hipotensi yang berlebihan.Sebagai monoterapi antagonis kalsium memberikan
efektivitas yang sama dengan obat AH lain. Antagonis kalsium terbukti sangat
efektif pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut.
Kombinasi dengan ACE-inhibitor, metildopa atau beta bloker. Bila kombinasi
dengan betabloker sebaiknya dipilih antagonis yang bersifat vaskuloselektif
Nifedipin kerja singkat sering menyebabkan hipotensi dan menyebabkan iskemia
miokard atau serebral. Refleks takikardia dan palpitasi mempermudah terjadinya
serangan angina pada pasien dengan PJK. Hipotensi sering terjadi pada pasien
usia lanjut, keadaan deplesi cairan dan yang mendapat antihipertensi lain. (Olson,
2002).

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Spoit injeksi 1 mL dan
Kanula, stopwatch, timbangan analitik, dan kandang mencit.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu clonidine Captopril,
Nifedipin, Spironolaktin dan Epinefrin.
Prosedur Kerja
Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Sebanyak 4 ekor mencit yang disiapkan kemudian dibagi dalam 4
kelompok, dan tiap kelompok terdiri dari 1 hewan coba. Masing-masing
kelompok menginduksi dan mengoral lalu diamati warna daun telinga, adapun
pembagian kelompoknya sebagai berikut :

11
a. Kelompok I diberi Klonidin.
b. Kelompok III diberi Nifedipin.
c. Kelompok IV diberi Spironolaktin.
d. Kelompok V diberi Captopril.
Perlakuan terhadap Hewan Uji
Hewan uji dipuasakan selama 1x24 jam dan diberi tanda kemudian
ditimbang berat badannya. Selanjutnya dihitung volume pemberiannya masing-
masing.
Kelompok I, mencit dengan volume pemberian 0,833 mL, diinjeksi
dengan epinefrin. kemudian, setelah 30 menit pemberian, diberi klonidin secara
oral. Kelompok III, mencit dengan volume pemberian 0,866 mL, diinjeksi dengan
epinefrin. kemudian, setelah 30 menit pemberian, diberi Nifedipin secara oral.
Kelompok IV, mencit dengan volume pemberian 0,8 mL, diinjeksi dengan
epinefrin. kemudian, setelah 30 menit pemberian, diberi Spironolakton secara
oral dan kelompok V mencit dengan volume pemberian 0,833 mL, diinjeksi
dengan epinefrin. kemudian, setelah 30 menit pemberian, diberi Captropil secara
oral dan diamati warna daun telinga pada menit ke 15,30 dan 60.

HASIL PENELITIAN
Dibawah ini merupakan hasil pengamatan terhadap efek termodinamika terhadap
mencit setelah pemberian Klonidin secara oral.
Tabel 1. Pemeberian obat golongan hipertensi, klonidin

Setelah Perubahan tekanan


Tekanan
pemberi darah
Obat BB VP darah
an
awal 15 30 60
epinefrin

25 0,833 Vaso- Vaso- Vaso- Vaso- Vaso-


Clonidine
gr mL dilatasi kontriksi dilatasi dilatasi dilatasi

12
Dibawah ini merupakan hasil pengamatan terhadap efek termodinamika terhapat
mencit setelah pemberian Nifedipin secara oral.
Tabel 2. Pemeberian obat golongan hipertensi, Nifedipin

Tekana Setelah Perubahan tekanan


Obat BB VP n darah pemberian darah
awal epinefrin 15 30 60

26 0,866 Vaso- Vaso- Vaso- Vaso- Vaso-


Nifedipine
gr mL dilatasi kontriksi dilatasi dilatasi dilatasi

Dibawah ini merupakan hasil pengamatan terhadap efek termodinamikaterhadap


mencit setelah pemberian Spirinilakton secara oral.
Tabel 3. Pemeberian obat golongan Diuretik, Spironolakton

Tekana Setelah Perubahan tekanan


Obat BB VP n darah pemberian darah
awal epinefrin 15 30 60

24 0,8 Vaso- Vaso- Vaso- Vaso- Vaso-


Spironolakton
gr mL dilatasi kontriksi dilatasi dilatasi dilatasi

Dibawah ini merupakan hasil pengamatan terhadap efek termodinamikaterhadap


mencit setelah pemberian Captopril secara oral.
Tabel 4. Pemeberian obat golongan Hipertensi, Captopril

Setelah Perubahan tekanan


Tekana
pemberia darah
Obat BB VP n darah
n
awal 15 30 60
epinefrin

13
25 0,833 Vaso- Vaso- Vaso- Vaso- Vaso-
Captopril
gr mL dilatasi kontriksi dilatasi dilatasi dilatasi

PEMBAHASAN
Sebelum perlakuan, semua mencit dipuasakan 1x24 jam hal ini
dikarenakan agar berat badan mencit dan tikus yang telah ditimbang tidak
berubah. Pengujian efek terapi obat klonidin, nifedipin dan captopril dengan
parameter waktu diberikan secara oral. Hewan coba tersebut kemudian diberikan
secara oral dengan klonidin, nifedipin maupun captopril yang merupakan
kelompok obat hipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah yang meningkat,
dapat menurunkan frekuensi stroke, kejadian koroner, gagal jantung, dan gagal
ginjal.
Alfa bloker. -bloker mimiliki beberapa keunggulan antara lain efek
positif terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi insulin, sehingga cocok
untuk pasien hipertensi dengan dislipidemia atau DM. -bloker sangat baik untuk
pasien dengan hipertropi prostat, karena hambatan reseptor alfa 1 akan
merelaksasikan otot polos prostat dan spingter uretra sehingga mengurangi retensi
urin. Obat ini juga memperbaiki insufisiensi vaskular perifer, tidak mengganggu
fungsi jantungg, tidak mengganggu aliran darah ginjal dan tidak berinteraksi
dengan AINS.
Clonidine merupakan obat golongan Alfa bloker yang dapat
mengendalikan tekanan darah tinggi atau hipertensi yang dapat membebani
pembuluh nadi dan jantung. Selain itu, obat ini bisa digunakan untuk menangani
sensasi panas (hot flush) yang dirasakan saat menopause dan mencegah sakit
kepala vaskular serta migrain.. Beberapa menit setelah obat diberikan pada mencit
(Mus muscullus) dilakukan pengamatan diketahui bahwa setelah diberikan
clonidine, terjadi vasodilatasi atau menurunya tekanan darah, Efek-efek yang
terjadi pada hewan mencit setelah pemberian clonidine mengindikasikan bahwa
obat tersebut memberi efek antihipertensi pada mencit.

14
Hanya -bloker yang selektif menghambat reseptor alfa 1 yang digunakan
sebagai antihipertensi karena hambatan reseptor alfa 2 di ujung saraf andrenergik
akan meningkatkan aktivitas simpatis. Hambatan alfa 1 menyebabkan vasodilatasi
di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Di samping itu,
venodilatasi menyebabkan hipotensi ortostatik terutama pada pemberian dosis
awal (fenomena dosis pertama), menyebabkan refleks takikardia dan peningkatan
aktivitas renin plasma. Pada pemakaian jangka panjang refleks kompensasi ini
akan hilang, sedangkan efek antihipertensi tetap bertahan.
Antagonis kalsium adalah sekelompok obat yang bekerja dengan
menghambat secara selektif masuknya ion Ca+ melewati slow channel yang
terdapat pada membran sel (sarkolema) otot jantung dan pembuluh darah,
sehingga mendilatasi arteri utama jantung, dan meningkatkan pengiriman oksigen
ke otot jantung dengan menghambat spasme arteri koroner. bekerja dengan
menghambat kerja kalsium dalam otot halus pada dinding arteri.
Nifedipin merupakan kelompok obat antagonis kalsium yang dapat
mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi, fenomena Raynaud, dan
membantu mencegah angina Beberapa menit setelah obat diberikan pada mencit
dilakukan pengamatan diketahui bahwa setelah diberikan nifedipin memberikan
efek menurunkan tekanan darah, Efek-efek yang terjadi pada hewan mencit
setelah pemberian nifedipin mengindikasikan bahwa obat tersebut memberi efek
pada mencit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa obat nifedipin
dan obat-obat antagonis kalsium lainnya memberikan efek antihipertensi yang
sesuai dengan efek farmakodinamiknya.
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan
khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat
ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses
ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan
triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na

15
dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi
kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini
menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari
magnesium dihambat.
Spironolakton berada dalam kelas obat yang disebut antagonis reseptor
aldosteron atau diuretik hemat kalium digunakan untuk mengobati pasien tertentu
dengan hiperaldosteronisme (tubuh memproduksi terlalu banyak aldosteron,
hormon terjadi secara alami), kadar potasium yang rendah, dan pada pasien
dengan edema (retensi cairan) yang disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk
jantung, hati, atau penyakit ginjal. Spironolakton juga digunakan sendiri atau
dengan obat lainnya untuk mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa menit
setelah obat diberikan pada mencit dilakukan pengamatan diketahui bahwa setelah
diberikan spironolakto memberikan efek menurunkan tekanan darah, Efek-efek
yang terjadi pada hewan mencit setelah pemberian spironolakton
mengindikasikan bahwa obat tersebut memberi efek pada mencit. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa obat spironolakton memberikan efek
antihipertensi yang sesuai dengan efek farmakodinamiknya.
Obat-obatan penghambat ACE adalah segolongan obat yang menghambat
kinerja enzim angiotensin-converting enzyme, yakni enzim yang berperan dalam
sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler, dan
vasokonstriksi arteri. ACE-inhibitor menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi
aldosteron. Selain itu, degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar
bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-
inhibitor. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah,
sedangkan berkurangnya aldosteron akan menybabkan eksresi air dan natrium dan
retensi kalium.
Captopril merupakan golongan obat penghambat ACE yang digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), dapat digunakan sendiri atau
bersama dengan obat-obatan lain. Tekanan darah tinggi menambah beban kerja
jantung dan arteri. Beberapa menit setelah obat diberikan pada mencit dilakukan

16
pengamatan diketahui bahwa setelah diberikan captopril memberikan efek
menurunkan tekanan darah, Efek-efek yang terjadi pada hewan mencit setelah
pemberian spironolakton mengindikasikan bahwa obat tersebut memberi efek
pada mencit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa obat captopril
memberikan efek antihipertensi yang sesuai dengan efek farmakodinamiknya.
KESIMPULAN
Efek dari obat clonidine, Nifedipin, Captopril dan Spironolaktin yaitu
terjadinya efek vasodilatasi. Hal ini membuktikan bahwa obat tersebut merupakan
obat kardiovaskular, obat golongan Antihipertensi yaitu menurunkan tekanan
darah.

17
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

Marjono, Mahar. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :UI Press.

Mycek, Mary. J. dkk., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya


medika, Jakarta.

Nindia., 2001, Farmakologi Jilid 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Olson, James, M D. 2002. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta: ECG

Pediatri, S. 2005. Journal peran Alkohol 70%, Povidon-Iodine 10% dan Kasa
Kering Steril dalam Pencegahan Infeksi pada Perawatan Tali Pusat.
Yogyakarta.

Syaifuddin., 2011, Anatomi Fisiologi, EGC, Jakarta.

Soewolo, 1999. Fisiologi Manusia, Malang FMIPA UNM. EGC, Jakarta.

Sylvia Prince,2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa. EGC, Jakarta.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC, Jakarta.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, PT Elex Media
Kompoitindo Gramedia, Jakarta.

Wulangi. S., 2006, Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud, Jakarta.

18
LAMPIRAN

1. Hipertensi
Hewan (mencit)

I II III IV

diinjeksi dengan Epinefrin

30 menit kemudian, diberi obat secara oral

clonidin Nifedipin spironolakton captropil


e

Diamati warna daun telinga


pada menit 15, 30 dan 60

19

You might also like