You are on page 1of 19

REFERAT

Kandidiasis Oral

Oleh
Ayu Wulan Sari
1318011029

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara berkembang didunia dan negara dengan
beriklim tropis yang memiliki kelembaban tinggi sehingga memungkinkan untuk
tumbuhnya berbagai macam mikroorganisme dengan baik. Salah satu
mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia adalah jamur tetapi
tidak semua jamur bermanfaat bagi manusia. Terdapat beberapa jenis jamur yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Infeksi jamur superfisial yang
menyerang kulit dan selaput mukosa antara lain pityriasis versicolor (panu),
pityriasis capitis (ketombe), dermatophytosis, dan superficial candidosis
(kandidiasis).
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur kandida, yang
sebelumnya disebut monilia. Penyebab infeksi oportunistik yang disebut
kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Salah satu penyakit
yang muncul karena jamur kandida adalah kandidiasis oral. Kandidiasis oral
merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih
yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp (Nur, 2017).
Candida albicans merupakan flora normal rongga mulut, saluran
pencernaan dan vagina, jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika terjadi
perubahaan dalam diri pejamu. Perubahan yang terjadi pada pejamu tersebut dapat
bersifat lokal maupun sistemik. Lesi kandidiasis ini dapat berkembang di setiap
rongga mulut, tetapi lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal, lipatan
mukosa bukal, orofaring dan lidah. Kandidiasis kronis yang tidak segera dirawat
dapat berkembang menjadi kandidiasis leukoplakia yang bersifat pra ganas, dan
kemudian mengakibatkan karsinoma sel skuamosa. Selain itu, kandidiasis dapat
berkembang menjadi infeksi sistemik melalui aliran getah bening yang menyerang
organ vital seperti ginjal, paru-paru, otak dan dinding pembuluh darah yang
bersifat fatal (Lukman, 2015).
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai
dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, baik laki-
laki dan perempuan. Penyakit candidiasis ini sangat rentan terhadap orang-orang
yang memiliki sistem imun yang lemah termasuk pada penderita AIDS, steroid
berlebihan, kontrasepsi hormone, diabetes, kanker, depresi, orang tua dan orang-
orang dengan kondisi medis yang kronis paling beresiko. Mengkonsumsi obat
tertentu dalam jangka lama dapat mempercepat pertumbuhan jamur candidia ini.
Pada bayi dan anak-anak infeksi ini bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan
sebagainya. Oleh karena itu, Oral kandidiasis dapat menyerang siapa saja yang
memiliki oral hygent yang buruk , system imun yang buruk ataupun hal hal lain
yang dapat menyebabkan terjadinya oral kandidiasis (Mourent ,2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa
oral. Lesi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans adalah
salah satu komponen dari mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang sebagai karier
organisme ini. Candida albicans ini sebenarnya merupakan flora normal rongga
mulut. Namun berbagai faktor penyakit ini sangat sering ditemukan pada orang
yang memiliki imunitas yang rendah atau terjadi penurunan kekebalan tubuh
seperti orang dengan HIV dan orang yang menjalani pengobatan kanker dengan
kemoterapi. Sebenarnya penyakit ini dapat dicegah apabila kesehatan mulut dijaga
dengan baik dan mengonsumsi makanan yang baik. Selain itu, apabila
kandidiasis oral tidak cepat dilakukan perawatan akan berbahaya dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada mulut (Lukman, 2015).

2.2 Epidemiologi
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Kejadiannya juga dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti usia,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik oral, dan pengobatan
antirertoviral.Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2001 frekuensi kandidiasis oral antara 5,8% sampai 98,3%.
Terdapat sekitar 30-40% Candida albicans pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien
yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-
obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani
kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS (Repentigny,2004).
Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicansini dihubungkan
dengan kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi
dan kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita
kandidiasis (Mourent, 2010).

2.3 Etiologi
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans. Spesies lain seperti
Candida krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida
pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen (Siregar,
2005).
Kandida dapat dengan mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan
membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol dari permukaan
medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih kekuning-kuningan, dan
berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai
parasit atau saprofit, yaitu di dalam alat percernaan, alat pernapasan, vagina orang
sehat (Siregar, 2005).
Pada bayi bisa mendapatkan jamur candida dengan beberapa cara, antara
lain, vagina ibu ketika persalinan, alat-alat seperti dot,mulut bayi tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan
jamur tumbuh semakin cepat. Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah
yang paling sering terdapat pada kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi
yang menyebabkan infeksi opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan
yang dari Candida albicans adalah kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara,
reproduksi dengan tunas, membentuk tunas elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat
meningkatkan misela baru atau bentuk seperti jamur (Gelbier, 2000).

2.4 Faktor Resiko


Adapun faktor resiko yang mempengaruhi dari infeksi dari kandidiasis oral yaitu:
a. Faktor Patogen
Jamur kandida mampu melakukan metabolisme glukosa dalam kondisi
aerobik maupun anaerobik. Selain itu jamur kandida mempunyai faktor-
faktor yang mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel seperti
mannose, reseptor C3d, mannoprotein dan Saccharin. Sifat hidrofobik dari
jamur dan juga kemampuan adhesi dengan fibronektin host juga berperan
penting terhadap inisial dari infeksi ini.
1. Faktor Lokal
Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi predisposisi dari
kandidiasis oral. Sekresi saliva menyebabkan lemahnya dan
mengbersihkan berbagai organisme dari mukosa. Pada saliva terdapat
berbagai protein-protein antimikrobial seperti laktoferin,
sialoperoksidase, lisosim, dan antibodi antikandida yang spesifik.
Penggunaan obat-obatan seperti obat inhalasi steroid menunjukan
peningkatan resiko dari infeksi kandidiasis oral. Hal ini disebabkan
tersupresinya imunitas selular dan fagositosis. Penggunaan gigi palsu
merupakan faktor predisposisi infeksi kandidiasis oral. Penggunaan ini
menyebabkan terbentuknya lingkungan mikro yang memudahkan
berkembangnya jamur kandida dalam keadaan PH rendah, oksigen
rendah, dan lingkungan anaerobik. Penggunaan ini pula meningkatkan
kemampuan adhesi dari jamur ini.
2. Faktor sistemik
Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat
mempengaruhi flora lokal oral sehingga menciptakan lingkungan yang
sesuai untuk jamur kandida berproliferasi. Penghentian obat-obatan ini
akan mengurangi dari infeksi jamur kandida. Obat-obatan lain seperti
agen antineoplastik yang bersifat imunosupresi juga mempengaruhi
dari perkembangan jamur kandida. Beberapa faktor lain yang menjadi
predisposisi dari infeki kandidiasis oral adalah merokok, diabetes,
sindrom Cushings serta infeksi HIV (Lukman, 2015).

2.5 Patofisiologi dan Patogenesis


Kandidiasis oral sering disebabkan oleh candida albicans. Umumnya
memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi
perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal
dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Pada keadaan ini jamur akan
berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga
mulut yang paling sering ditemukan.
Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena faktor-faktor
predisposisi yang telah disebutkan, di antaranya, penggunaan kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun
serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency
Sindrome (AIDS). Bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme
dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang
tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan
lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan
reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem
imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral
atau moniliasis.
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi
yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan host. Faktor
penentu patogenitas kandida adalah (Mourent, 2010) :
1. Spesies: Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan
dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah
kandida yang paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat: Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting
untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein.
Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Dimorfisme: C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh
dalam` kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme
terlibat dalam patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk
memulai suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik
yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang
melakukan invasi.
4. Toksin: Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen
toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion
dalam kolonisasi jamur.Adhesion merupakan proses melekatnya sel
Kandida ke dinding sel epitel host. Kanditoksin sebagai protein
intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan
oleh C.albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan Host (Mourent, 2010) :
a. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi
kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor
predisposisi terjadinya kandidiasis.
b. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan
cairan dalammamalia mengandung substansi yang bekerja secara non
spesifik menghambat atau membunuh mikroba.
c. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag
jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan
sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh
granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah
difagosit.Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida.
Makrofag berperan dalammelawan kandida melalui pembunuhan
intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
d. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam
pertahanan melawaninfeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek
spesifik imunitas seluler padapenderita kandidiasi mukokutan kronik,
pengobatan imunosupresif, dan penderita dengan infeksi HIV.

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat


mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel host diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesindan reseptor. Manan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga
berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam
tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor
predisposisi pada tubuh host.

Peningkatan jumlah candida


spp.

Melekat/ adhesi pada


dinding sel epitel mukosa
rongga mulut

Dinding sel Candida spp


terdiri atas
polisakarida mannan, glucan
dan chitin.

Perlekatan kandida pada mukosa


dibantu oleh enzim
Als1p, Als5p, Int1p dan Hwp1p.

Glikoprotein berikatan dengan matriks


ekstra
selular dinding sel yaitu fibrinogen,
laminin dan kolagen.

Candida melakukan kolonisasi dan


invasi.

Penetrasi

Candida merusak epitel dan melekat


pada complement receptor 3 (CR3) di
permukaan endotel

Jika infeksi candida terus berlanjut


menjadi lebih parah maka melalui
sistem pembuluh darah

Sumber (Wahyu H, 2014)


2.6 Klasifikasi
Oral Kandidiasis dikelompokkan menjadi 3 yaitu (Morent, 2010) :

1. Oral kandidiasis akut


a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut (thrush), tampak sebagai
plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari
sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan
permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi,
lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan
rasa terbakar pada mulut. Sering terjadi pada pasien dengan sistem imun
rendah, seperti HIV/AIDS, pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan
menerima kemoterapi. Diagnosa dapat ditentukan dengan pemeriksaan
klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari
kerokan jaringan.

Kandidiasis Pseudomembranous Akut

b. Kandidiasis Atropik Akut


Kandidiasis jenis ini biasa disebut sebagai antibiotic sore tongue
atau kandidiasis eritematus biasa dijumpai pada mukosa bukal, palatum,
dan bagian dorsal lidah dengan daerah permukaan mukosa oral
mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata.
Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas,
terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan
Kandida albikan. Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan
mengeluhkan sakit seperti terbakar.

Kandidiasis Atropik Akut

2.Oral kandidiasis kronik


a. Kandidiasis atropik kronik
Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan
merupakan bentuk kandidiasis yang paling umum ditemukan pada 24-60%
pengguna gigi tiruan. Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup
basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai
bentuk dari infeksi Kandida. Gigi tiruan yang menutup mukosa dari saliva
menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur.

Kandidiasis Atropik Akut


Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi
di bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat
diklasifikasikan atas tiga yaitu :
Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir

Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi
tiruan

Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang biasanya


tampak pada bagian tengah palatum keras.

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-
bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan, dan
kadang disebut sebagai Kandida leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut
tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi.
Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.

Kandidiasis hiperplastik kronik

c. Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronisyang
terdapat bercak merah di anterior lidah ke papila sirkumvalata, tepatnya
terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah.

Median Rhomboid Glossitis


3. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut
mulut, dapat bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi
tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut.
Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin B12
dan anemia defisiensi besi.

Keilitis Angularis

2.7 Manifestasi Klinis


1. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
2. Ekimosis subkutan diatas tonjolan tonjolan tulang (saat berumur 3 4
bulan ).
3. Hematoma besar setelah infeksi.
4. Perdarahan dari mukosa oral.
5. Perdarahan jaringan lunak.
6. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
7. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu.
8. Mukosa mulut mengelupas.
9. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan
kemudian berdarah.
10. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
11. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 400C.
12. Tidak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan
ASI, dan gelisah terus.
13. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab
mukosa.
b. Pemeriksaan endoskopi : hanya di indikasikan jika tidak terdapat
perbaikan dengan pemberian flukonazol.
c. Diagnosa pasti dengan biopsi.

2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini
kedua. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu (Lukman, 2015):
A. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat
dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan
suspensi oral. Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang
signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.
B. Ampoterisin B
Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100
mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin
B menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel epitel. Efek samping
pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.
C. Klotrimazol
Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol.
Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa
sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim hati, mual dan
muntah.

Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu:


A. Ketokonazol
Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel fungal
dan diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis
yang dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sakali atau
dua kali dalam sehari selama dua minggu. Efek samping adalah mual,
muntah, kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.
B. Flukonazol
Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan pada
kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam
sehari dalam dua sampai tiga minggu. Efek samping utama pada
pengobatan dengan menggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan
nyeri kepala.
C. Itrakonazol
Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan
dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat
adalah 100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu.
Efek samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.

2.10 Komplikasi
Jika candida masuk ke esophagus (pada kasus yg berat) maka akan menjadi
candida esophagitisjika sudah terjadi pasien akan mengalami kesulitan menelan
dan Jika dibiarkan dan tidak di obati akan tertelan dan masuk keusus,maka akan
menimbulkan difteri dan lebih parahnya akan infeksi usus (Buku ilmu penyakit
kulit & kelamin, 2009) .
2.11 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya oral
kandidiasis menurut (Buku ilmu penyakit kulit & kelamin, 2009) :

a. Cuci tangan sebelum memberi makanan/ minuman kepada bayi


b. Memelihara kesehatan rongga mulut
c. Mengonsumsi makanan yang sehat
d. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah
minum susu.
BAB III
KESIMPULAN

1. Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik dari jamur Candida albicans


yang menyerang oral. Berbagai faktor yang mempengaruhi organisme ini
untuk berkembang yaitu dari pejamu dan juga dari lingkungan yang
mendukung terjadinya pertumbuhan dari jamur ini. Untuk memastikan
penderita terinfeksi kandidiasis maka dilakukan berbagai pemeriksaan terkait
gejala-gejala yang timbul pada pasien juga dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pengobatan pada kandidiasis ini bergantung atas penyebab serta faktor-faktor
yang mendukung terjadinya infeksi opurtunistik ini.
2. Oral kandidiasis dikelompokkan menjadi 3 yaitu oral kandidiasis akut, keilitis
angularis dan oral kandidiasis kronik.
3. Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini
kedua. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu: Nistatin, Ampoterin
dan Klotrimazol dan Lini kedua yaitu flukonazol, itrakonazol dan
ketokonazol.
DAFTAR PUSTAKA

Gelbier M, Lucas VS, Zervou NE, Robert GJ, Novelli V. A Preliminary


Investigation of Dental Disease in Children with HIV Infection.
International Journal of Pediatric Dentistry. 2000; 10: 13-18.

Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. 2009. .Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI :
Jakarta.

Luqmanul Hakim dan M. Ricky Ramadhian. Kandidiasis Oral. J Kedokteran


Unila. 2015:4(8):53-57.

Mourent Miftahul Laila. Kandidiasis Oral Pada Penderita Leukemia Akut Yang
Menjalani Kemoterapi Di Rsup H Adam Malik Medan (Laporan Kasus).
FKG Universitas Sumatera Utara. 2010.

Nur et al. 2017. Kandidiasis oral sebagai penanda infeksi HIV/AIDS: laporan
kasus Oral candidiasis as a warning sign of HIV/AIDS infection: case
report. Surabaya : FKG UNAIR

Repentigny L, Lewandowski D, Jolicouer P. Imunopathogenesis of oropharyngeal


candidiasis in human immunodeficiency virus Infection. Clin Microbiol
rev. 2004;17:729-59.

Siregar,R.S. 2005. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC

Wahyu H, et al. 2014. Oral candidiasis profile in oral medicine department of Dr


Hasan Sadikin Hospital (RSHS) during 2010- 2014. Bandrung: FK
UNPAD

You might also like