Professional Documents
Culture Documents
www.jik.ub.ac.id
1
ASPEK KEPERAWATAN PADA INKONTINENSIA URIN
ABSTRAK
Urinari Inkontenensia (UI) merupakan keluhan subjektif klien terhadap masalah perkemihan yang
dialaminya. Dalam beberapa literatur dan hasil riset prevalensi terjadinya sangat berfariasi pada semua
rentang usia, mulai dari anak usia 7 tahun sampai dengan dewasa, namun kejadian tertinggi adalah
pada usia dewasa lanjut atau lansia. UI merupakan kondisi yang sangat spesifik pada setiap individu
sdan membutuhkan penanganan yang paripurna. Kajian ini menggunakan pendekatan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Menejemen UI yang paripurna membutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam melakukan pengkajian terhadap keluhan klien.
Pengkajian UI terdiri dari Riwayat kesehatan umum dan yang terkait dengan UI, pengkajian fisik,
observasi kebocoran urin secara langsung, Voiding diary, tes laboratorium. Setelah melakukan
pengkajian dengan lengkap perawat menganalisis tingkat kebutuhan klien terhadap perawatan.
Intervensi perawatan yang dapat diberikan pada klien antara lain adalah perubahan perilaku,
modifikasi lingkungan dan fasilitas, kegiatan yang termasuk dalam reedukasi bladder dan latihan otot
bawah panggul. Dalam intervensi perawatan juga dibutuhkan alat bantu untuk meningkatkan kualitas
hidup klien antara lain adalah kateter intermittent, indwelling kateter, perawatan kulit, sistem
penampungan eksternal, absorben, modifikasi asupan air dan makanan klien. Bentuk intervensi lain
yang penting didapatkan klien untuk mengatasi UI adalah dengan konseling atau edukasi pada klien
dan caregiver. Manajemen UI secara menyeluruh membutuhkan peningkatan pendidikan dan
profesionalitas dengan mengikuti pendidikan sertifikasi perawat kontinensia (Certified Continence
Therapist Program).
Kata Kunci: Inkontinensia, Aspek Keperawatan
ABSTRACT
Urinary Incontinencia (UI) is a subjective complaint against the client was experiencing urinary problems.
In some literature and research results of a variation in the prevalence of all age ranges, from children
aged 7 years to adults, but the highest incidence is in the age of advanced or elderly adults. UI is a
condition that is very specific to each individual and requires handling the plenary. Management UI that
requires complete knowledge and skills of nurses in conducting an assessment of client complaints. UI
assessment consists of public health and the history associated with the UI, physical assessment, direct
observation of urine leakage, voiding diary, laboratory test. After conducting a full assessment by the
nurse analyze the client's needs to tretmen. Tretmen that can be given to clients include changes in
behavior, environment and facility modifications, re-education activities in the bladder and pelvic muscle
exercises. In tretmen also needed tools to improve the quality of life of clients antaralain is intermittent
catheters, indwelling catheters, skin care, external storage system, absorbing water and food intake
modification clients. Another important form of treatment available to address client UI is the counseling
or education on the client and caregiver. Mejemen overall UI requires improved education and
professionalism by following continence nurse education certification (Certified Continence Program
Therapist).
Keywords: Incontinence, Aspects of Nursing
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. I, No. 1, Mei 2013; Korespondensi: Dina Dewi Sartika Lestari Ismail,
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
Telp: 0341-569117 pswt 126 Email: umidina1@gmail.com
www.jik.ub.ac.id
3
PENDAHULUAN bagaimana peran perawat dalam membantu
Inkontinensia Urine (UI) merupakan keluhan klien meningkatkan kualitas hidupnya dan
subjektif individu terhadap masalah kebocoran mengatasi masalah inkontinensia urin yang
(leakage) urine. Pendapat lain mengatakan UI sebenarnya dapat ditangani dan dapat dikelola
sebagai ketidak mampuan menahan berkemih (Hocking, 1999).
yang memberikan dampak gangguan
kebersihan dan hubungan social individu (NIH,
PEMBAHASAN
1988). Kondisi ini menyebabkan masalah
ketidaknyamanan dan distress pada individu. Definisi
Pada umunya UI diketahui sebagai masalah
International Continence Society dalam Chan
berkemih pada lansia, namun sebenarnya
dan Wong (1999) mendefinisikan UI sebagai
masalah ini tidak hanya terbatas pada lansia
keluhan pasien tentang pengeluaran atau
saja. Masalah UI juga terdapat pada anak,
kebocoran urin atau feses secara tidak sengaja
remaja, dan orang dewasa tergantung pada
yang memberikan dampak pada masalah
etiologi yang menjadi penyebab. Bradway dan
kesehatan dan atau masalah sosial dan secara
Hernly (1988) mengatakan prevalensi enuresis
objektif dapat teramati. Secara khusus Chin
nocturnal pada anak usia 7 tahun sebesar 10%
(2001) mendefinisikan UI sebagai keluaran urin
dan 28% atlet wanita mengalami UI saat
secara tidak sengaja dan menjadi malasah bagi
melakukan aktivitas olahraganya. Data lain
klien. Sedang Urinary Incontinence Guidelines
menunjukkan bahawa UI paling sering dialami
Panel mendefinisikan UI sebagai Kebocoran
oleh usia pertengahan (middle aged) dan lansia,
urin yang tidak disengaja dan menyebabkan
peningkatan jumlah UI pada dewasa muda
masalah pada klien (Doughty, 2006). Secara
sebesar 10-20% sedang pada dewasa lanjut
umum UI dapat didefinisikan sebagai
sebesar 20-30%. Peningkatan prevalensi
pengeluaran urin secara tidak sengaja dan
terbesar adalah pada lansia yaitu antara 30-50%
mengakibatkan masalah kesehatan dan
(Chan dan Wong, 1999).
hubungan sosial pada klien.
UI merupakan masalah yang memberikan efek
secara langsung pada pasien keluarga. Tipe UI
Implikasi lain yang dapat dialami individu 1) Stress Incontinence adalah pengeluaran
adalah masalah kesehatan, hubungan sosial, urin secara tidak sadar yang disebabkam
dan masalah pembiayaan. Menurut Barry dan oleh peningkatan tekanan intra abdominal
Weiss (1998), diperkirakan biaya untuk oleh suatu aktivitas seperti batuk, bersin,
mengatasi masalah inkontinensia lebih dari 1,5 tertawa atau aktivitas lain yang dapat
juta dolar pertahun. Implikasi lain adalah meningkatkan tekanan intra abdominal
peningkatan risiko luka dekubitus yang (Thomas, 2001)
umumnya terjadi pada pasien lansia atau
2) Urge Incontinence adalah pengeluaran urin
pasien tirah baring. Masalah yang lebih
secara tidak sadar, disertai oleh keinginan
kompleks adalah adanya gangguan hubungan
berkemih yang kuat. Kondisi ini biasanya
sosial seperti harga diri rendah, aktivitas
disebabkan oleh kontraksi otot detrusor
seksual, isolasi sosial dan depresi (Barry and
yang prematur, utamanya pada kondisi
Weiss, 1998).
instabilitas detrusor. Instabilitas detrusor
Kompleksitas masalah pada inkontinensia pada umumnya disebabkan oleh
membutuhkan penanganan yang gangguan neurologi, meskipun demikian
komperhensif. Tulisan ini membahas tentang Urge Incontinence dapat terjadi pada
www.jik.ub.ac.id
5
harus di jawab klien adalah berapa kali digunakan adalah dengan meminta
klien BAK dalam satu hari, berapa lama klien mengkontraksikan dan
klien dapat melakuka aktivitas antara merilekskan bagaian otot dasar
waktu berkemih. panggul. Pengkajian ini juga dapat
c. Riwayat penyakit, operasi, gangguan dilakukan dengan komputer yaitu
obstetri dan ginekologi dengan elektomyography dan
d. Obat-obatan yang dikonsumsi pemeriksaan tekanan dengan
e. Kapan UI mulai terjadi, durasi atau lama menggunakan Probe yang sensitif
mengalami UI dengan memasukkan probe pada
f. Kondisi yang memicu UI seperti batuk, vagina atau rektal dan meminta klien
mengejan, keinginan berkemih yang untuk mengkontraksikan otot dasat
kuat panggul kekuatan normalnya adalah
g. Tanda gejala yang menunjukkan antara 35-42 cm H2O (Hay-Smith et al.
kemampuan penampungan bladder 2002).
seperti frequency, urgency, nocturia d. Pengkajian terhadap kulit sekitar
h. Tanda gejala pada setiap berkemih perineal untuk melihat adanya lesi atau
seperti intermittency, pancaran kencing ekskoriasi terkait dengan seringnya
lemah, tetesan urin pada akhir berkemih, kebocoran berkemih.
mengejan e. Pengkajian rektal, pada wanita
i. Riwayat psikologi dan Sosial, dalam kepentingan pengkajian rektal untuk
pengkjian ini fungsi seksual juga menjadi memvalidasi penyebabk terjadinya UI
unsur yang harus dikaji pada klien untuk yaitu mengkaji adanya massa atau
mengetahui kemungkinan kebocoran tumor. Sedangkan pada laki-laki digital
uring saat melakukan hubungan seksual rektal examibation (DRE) berfungsi
(Chin, 2001). untuk mengetahui adanya massa atau
pembesaran prostat (Chin, 2001).
2. Pengkajian Fisik
a. Pengkajian umum dan kemampuan 3. Observasi kebocoran urin secara langsung
fungsional, kemampuan fungsional Pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta
meliputi kemampuan klien untuk klien untuk batuk saat bladder dalam
melakukan mobilisasi, kesadaran dan keadaan penuh sehingga dapat diamati
ketangkasan. Metode yang dapat terjadinya UI. Kebocoran urin saat batuk
digunakan untuk menguji klien adalah dapat diamati pada saat klien dalam posisi
dengan meminta klien berjalan dari supine atau berdiri.
meja periksa ke tempat tidur, meminta
klien berkemih untuk pemeriksaan 4. Mengukur volume residu bladder
spesimen urin. Pengukuran dilakukan setelah klien
berkemih atau Post Voided Residual (PVR)
b. Lakukan pengkajian untuk melihat
adanya abnormalitas yang dengan mengeluarkan sisa urin dengan
berpengaruh langsung terhadap UI menggunakan kateter atau dengan
menggunakan scan bladder. Residu bladder
c. Pengkajian Kekuatan otot pelvis, tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk melihat normal adalah kurang dari 50 ml, residu
fungsi neuromuskular dan kemampuan yang lebih dari 100 ml menunjukkan adanya
pengosongan bladder ang tidak adekuat
otot dasar panggul yang sangat
(Hocking, 1999)
berperan saat berkemih. Metode yang
www.jik.ub.ac.id
7
8. Pengkajian lingkungan dan Fasilitas mengalami penurunan sensori untuk
Pengkajian fasilitas terkait dengan merasakan regangan pada bladder dan
kemudahan klien mencapai toilet, penurunan rangsangan berkemih. Pada
pencahayaan, kondisi lantai, alat bantu pasien yang mengalami kelemahan
klien untuk mencapai tempat tidur. Fasilitas bisikan dilakukan oleh caregiver. Bila
yang dapat dikaji adalah ketersediaan alat klien berhasil melakukan BAK maka
bantu UI seperti Absorbent, kateter, diberi reward berupa umpan balik positif
padding dan penggunaan urinal (Kennedy, (Hay-Smith et al, 20020.
1992).
2. Bladder training/ bladder re-education
9. Urodinamik Bladder training sangat direkomendasikan
Adalah pemeriksaan untuk melihat pada pasien yang mengalami Inkontinensia
transportasi, penyimpanan dan eliminasi Urge atau overactive Bladder (OAB) dan bisa
urin pada saluran kemih bagian tengan juga dilakukan untuk pasien dengan stress
atau bawah. inkontinensia. Latihan yang dilkukan dalam
bladder training adalah menunda berkemih
10. Endoskopi dan Pencitraan sampai dengan batas waktu yang telah
Endoskopi untuk melihat kemungkinan ditentukan untuk melatih fungsi bladder
adanya tumor epitel, divertikel yang dapat dalam menampung urin sesuai ukuran
menyebabkan sumbatan pada saluran normal. Dalam penelitian terdapat
kemih. perbaikan pada klien UI dengan bladder
Intervensi Perilaku training sebesar 10-15 % (Roe et al, 2002;
Chin, 2001; NIH, 1988). Terdapat persyaratan
1. Bantuan toileting (avoiding/toileting untuk klien yang akan menjalani bladder
asisstance) training, klien mampu secara fisik, kognitif
a. Jadwal berkemih, jadwal direkomen- dan memiliki motivasi untuk latihan. Bentuk
dasikan disusun untuk satu hari penuh. latihan yang dilakukan adalah klien harus
Dengan menggunakan jadwal berkemih mematuhi jadwal berkemih yang telah
klien diharapkan lebih patuh terhadap disepakati, selanjutnya klien diminta untuk
waktu berkemih yang telah disepakati. menahan keinginan berkemih dengan
Interval berkemih pada umumnya setiap melakukan relaksasi atau distraksi sampai
2 jam. dengan interval waktu yang disepakati
b. Latihan merubah kebiasaan selesai (2-3jam). Latihan ini membutuhkan
Merupakan latihan penyesuaian antara waktu beberapa bulan sehingga
kebiasaan klien berkemih dengan jadwal memperlihatkan perubahan pada klien.
yang telah tersusun. Hal-hal yang
disesuaikan antara lain adalah frekuensi, 3. Latihan otot dasar panggul
volume, pola kontinen dan inkontinence. Latihan otot dasar panggul sangat
Dengan jadwal dan latihan penyesuaian berpengaruh dalam memperbaikai stress
diharapkan klien dapat mempunyai pola inkontinensia. Tujuan latihan ini adalah
baru. untuk meningkatkan kekuatan otot
c. Prompted voiding (mengatakan dengan periuretra dan otot dasar pelvis. Pasien
bisikan pada diri sendiri untuk menahan yang dapat melakukan latihan ini sebaiknya
atau mengatur BAK). Bisikan untuk BAK memiliki beberapa kriteria sepert : 1) kondisi
dilakukan setiap interval 2 jam. Tindakan anatomi normal dan intact; 2) tidak terdapat
ini direkomendasikan untuk klien yang organ pelvis yang prolaps; 3) kekuatan dan
www.jik.ub.ac.id
9
predisposisi terjadinya UI karena adanya baru dan mengidentifikasi kebutuhan
penekanan pada bladder dalam jangka pendidikan pada klien (Doughty, 2006).
waktu lama.
1. Parameter evaluasi
6. Modifikasi Lingkungan Dalam perawatan klien UI indikator yang
Modifikasi lingkungan lingkungan agar klien dapat diukur untuk menilai keberhasilan
dengan mudah mencapai toilet sehingga menegemen pada UI . indikator ini dapat
tidak terjadi kebocoran. Berikan dilihat dari Insiden terjadinya UI selama
pencahayaan yang cukup, lantai yang tidak masa perawatan dilihat dari :
mudah licin. Sediakan peralatan bantu a. Proporsi Penerapan behavioural
seperti urinal didekat tempat tidur agar intervention pada klien UI yang dirawat
mudah dijangkau. di RS
b. Proporsi latihan otot dasar pelvis pada
Pendidikan klien UI
1. Pendidikan pasien dan caregiver c. Pendidikan berkelanjutan untuk
Tekankan pada klien bahwa UI adalah perawat spesifik di bidang inkontinensia
kondisi yang dapat diatasi dan dikelola. Jumlah perawat yang direncanakan
pendidikan yang diberikan pada klien dan mengikuti sertifikasi inkontinensia
caregiver sangat spesifik sesuai dengan Proporsi perawat yang telah
permaslahan masing-masing klein. mengikuti sertifikasi inkontinensia,
pendidikan harus melibatkan caregiver dan mampu dan berwenang untuk
orang terdekat sehingga klien mendapat mengevaluasi dan memeneg UI
dukungan dalam menjalankan terapi secara 2. Peran Manajer
disiplin. pendidikan yang dibrikan pada klien Pengelolan pelayanan kesehatan bersama
dapat mengurangi dan mencegah dengan tim penjamin kualitas bekerjasama
terjadinya gangguan fisik, psikologis, dan dan memastikan target yang telah
kognitif klien (Patricia et al, 1996; Rigby, ditetapkan dapat tercapai. Peningkatan
2001). penjaminan kualitas juga dapat dilakukan
benchmark dengan Rumah Sakit atau
2. Pendidikan keperawatan
klinik inkontinensia.
Untuk memeneg gangguan yang spesifik
pada klien sangat dibutuhkan perawat yang
KESIMPULAN
spesialistik dibidang tersebut, sehingga
Peran perawat dalam mengelola pasien
untuk dapat mengelola UI secara
dengan inkontinensia sangat penting.
konprehensif diperlukan pendidikan
Manajemen perawatan klien inkontinensia
berkelanjutan bagi perawat. Salah satu
secara komprehensif meliputi aspek fisik,
pendidikan berkelanjutan untuk area ini
psikologi, dan sosial perlu diperhatikan karena
adalah sertifikasi perawat kontinen
akan memberikan hasil yang signifikan
(Doughty, 2006).
terhadap kualitas hidup klien. Dukungan
Penjaminan Kualitas keluarga atau caregiver menjadi penting untuk
mencegah depresi dan masalah sosial.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan
perawatan, perawat harus dapat
mengidentifikasi implikasi tindakan yang
dilkukan, memberikan pelatihan pada perawat
Chin C M. 2001. Clinical handbook on the NIH. 1988. Urinary Incontinence in Adults. NIH
management of incontinence. 2nd edition. Consens Statement Online. Oct 3-5;7(5):1-
Society for Continence, Singapore. 32. Last accessed 12 Dec 2002.
http://consensus.nih.gov/cons/071/071_stat
Doughty, Dorothy B. 2006. Urinary & Fecal
ement.htm.
Incontinence: Current Management
rd
Concept. 3 edition. Mosby : St. Louis Patricia A C, Thelma J W, Carol A B, Mayer R.
1996. Psychological factors associated
Fantl J A, Newman D K, Colling J, et al. 1996.
with urinary incontinence. Clinical Nurse
Urinary Incontinence in Adults: Acute and
Specialist. 10(5): 229-233.
Department of Health and Human Services.
Rigby D. 2001. Integrated continence services.
Public Health Service, Agency for Health
Nursing Standard. 16(8): 1-18.
Care Policy and Research. AHCPR
Publication No. 96-0682. March 1996. Roe B, Williams K, Palmer M. 2002. Bladder
training for urinary incontinence in adults.
Hay-Smith E J C, Bo K, Berghmans L C M, et al.
[Systematic Review] Cochrane
2002. Pelvic floor muscle training for
Incontinence Group Cochrane Database of
urinary incontinence in women.
Systematic Reviews. Issue 4.
[Systematic Review] Cochrane
Incontinence Group Cochrane Database of Thomas S. 2001. Continence in older people: A
Systematic Reviews. Issue 4. priority for primary care. Nursing Standard.
15(25): 45-53.
www.jik.ub.ac.id
11