Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang
diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe memiliki
kandungan gizi yang cukup lengkap seperti lemak, protein, vitamin B12 dan
isoflavon yang telah terbukti secara ilmiah bermanfaat bagi kesehatan. Tempe
memiliki daya cerna lebih tinggi sebab telah melalui poses fermentasi. Saat ini,
tempe dimanfaatkan terbatas disebabkan umur simpan yang singkat sehingga
diversifikasi tempe diperlukan untuk memberikan nilai tambah tempe (Puspitarini,
2012).
Kandungan gizi tempe lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang
belum diolah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih
mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Proses fermentasi yang terjadi
pada tempe berfungsi untuk mengubah senyawa makromolekul komplek yang
terdapat pada kedelai (seperti protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi senyawa
yang lebih sederhana seperti peptida, asam amino, asam lemak dan monosakarida.
Spesies-spesies kapang yang terlibat dalam fermentasi tempe tidak memproduksi
racun, bahkan kapang itu mampu melindungi tempe terhadap kapang penghasil
aflatoksin, jamur yang dipakai untuk membuat tempe dapat menurunkan kadar
aflatoksin hingga 70%. Selain itu tempe juga mengandung senyawa anti bakteri
yang diproduksi kapang selama fermentasi berlangsung.
Hasil diversifikasi pangan berbasis tempe yang dikembangkan adalah sari
tempe yang diolah menjadi es krim sehingga memiliki umur simpan tinggi dan
berpotensi memberi nilai tambah. Es krim umumnya dibuat dari susu sapi segar
yang tinggi kolestrol. Oleh sebab itu untuk mendapat es krim berkualitas baik,
rendah kolestrol dan mempunyai kadar protein tinggi dapat ditambah bahan nabati
sari tempe (Puspitarini, 2012).
Potensi tingkat pertumbuhan pasar es krim sebanyak 20% setiap tahunnya.
Namun, off flavor sari tempe yang beraroma kurang disukai dan rasa pahit akibat
aktifitas enzim membuat penerimaannya rendah sehingga perlu dicari formulasi
yang tepat dengan penambahan sari jahe. Jahe memiliki keunggulan yaitu bau
khas dengan rendemen minyak atsiri 1.50-3.50% dan rendemen oleoresin yang
memberikan rasa pedas jahe berkisar antara 3.20-9.50% (Puspitarini, 2012).
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah
digunakan sejak dahulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna
sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis
makanan begitu juga karoten dan klorofil. Pada daftar FDA, pewarna alami dan
pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak
memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Klorofil memberikan warna hijau,
diperoleh dari daun dan banyak digunakan untuk makanan. Klorofil saat ini mulai
digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada
dedaunan, misalnya Daun pandan,
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui rasa yang di berikan oleh pewarna alami yakni sari
pandan dan mendeskripsikan hasil organoleptik dan daya terima masyarakat
terhadap es krim sari tempe dan sari jahe?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasa yang di berikan
oleh pewarna alami yakni pandan pada es krim sari tempe dan sari jahe serta
mendeskripsikan hasil uji organoleptik dan daya terima masyarakat terhadap es
krim sari tempe dan sari jahe.
1.4. Manfaat
Menjadikan informasi kepada masyarakat bagaimana pembuatan es krim
memakai pewarna alami. Dapat bermanfaat pula bagi masyarakat tentang
pembuatan es krim dari baku temped an jahe menggunakan pewarna alami
pandan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Es Krim
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan
udara. Sel-sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es
krim tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu
dingin dan terlalu berlemak. Sebaliknya, jika kandungan udara dalam es krim
terlalu banyak akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga tidak enak
dimakan. Sedangkan, bila kandungan lemak susu terlalu rendah, akan membuat es
lebih besar dan teksturnya lebih kasar serta terasa lebih dingin. Emulsifier dan
stabilisator dapat menutupi sifat-sifat buruk yang diakibatkan kurangnya lemak
susu dan memberi rasa lengket (Marshall dkk, 1996).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah lemak
susu, padatan susu tanpa lemak (skim), gula pasir, bahan penstabil, pengemulsi,
dan pencita rasa (Kalsum, 2012). Lemak susu berfungsi untuk membentuk
kehalusan tekstur es krim. Adapun bahan yang mengandung protein dapat
membantu proses emulsifikasi yaitu susu skim. Bahan pemanis berfungsi
memberi rasa manis dan tekstur yang lebih halus dan lembut. Dalam pembuatan
es krim bahan penstabil berfungsi untuk mencegah pembentukan kristal es yang
kasar (Crhistian 2011).
2.1.1 Komposisi Umum Es Krim
Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain:
lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil, dan
bahan pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik
untuk mendapatkan es krim berkualitas baik. Pada produk es krim tidak diberikan
bahan tambahan makanan karena penguat cita rasa adalah suatu zat bahan
tambahan yang ditambahkan kedalam makanan yang dapat memperkuat aroma
dan rasa (Harris, 2011).
Menurut Harris (2011), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan
komposisi umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel
2.1 berikut:
Tempe
Dipotong dadu
Jahe
Affandy. 2012. Analisis Isoflavon dan Antioksidan Kedelai dan Tempe. Skripsi.
Unika Atmajaya: Jakarta.
Benjelalai. 1984. Pengantar ilmu pangan; Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah- mada
University Press.Yogyakarta.
Harris, A. (2011). Pengaruh Substitusi Ubi Jalar (Ipomea batatas) dengan Susu
Skim Terhadap Pembuatan Es Krim. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Hartatie, E.S. 2011. Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan Pemantap) dan
Metode Pembuatan Terhadap Kualitas Es Krim. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
He, X.,W.B. Matthew,L. Lian dan L. Lin. 1998. High performance liquid
chromatography-electrospray mass spectrometric analysis of pungent
constituents of ginger. J. Chromatogra.
Marshall, R.T. dan Arbuckle, W.S. (1996). Ice Cream. Edisi Kelima. New York:
International Thompson Publishing. New York. Hal. 56-58.
Sudarmadji, S.B.H dan Suhaidi, 1984. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty: Yogyakarta