Professional Documents
Culture Documents
Seorang anak laki laki bernama asis berumur 9 tahun, berat badan 15 kg, dirawat di rsud 2 hari
dengan diagnosa demam berdarah. Dari pengkajian didapatkan data : demem tinggi mendadak,
dan terus menerus selama 3 hari, sudah diberi obat penurun panas tapi tidak turun panasnya.
Lalu dibawa kedokter, disuruh dirawat di RS. Karena anak tidak mau makan dan minum. Hasil
data saat ini: suhu:39,8 C, RR :24 x/menit, TD:110/70 mmHg, nadi 98 x/menit,Test RL.
Kondisi anak makan 2x sehari, minum 3 gelas /hari, berkemih 3x = 100cc, belum BAB, ngeluh
perut sakit, palpasi perut kanan atas nyeri tekan. Adapun hasil lab yang sudah didapatkan
anatara lain: trombocyt 56 mg/dl, hb:11 mg%, Ht: 33%. Cairan yang sudah masuk : infus RL
30 tts/mnt, faktor tetesan 1cc :20 tts, parasetamol 3X150mg oral, cefadroxil 2x200 mg, 1gram
dioplos 5 cc.
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An.. A
Umur : 9 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Nama : Ny. S
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
1. Keluhan Utama
demam tinggi mendadak, dan terus menerus selama 3 hari, sudah diberi obat
penurun panas tapi tidak turun panasnya.
1. Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting, jika pasien sakit pasien selalu
membeli obat dan periksa ke dokter.
2. Pola Nutrisi
Sebelum Di RS :
Selama di RS :
3. Pola Aktifitas
Sebelum Di RS:
Selama di RS :
4. Pola Eliminasi
Sebelum Di RS :
Selama di RS :
Sebelum Di RS :
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur
siang selama 2 jam.
Selama di RS :
Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun
tidur siang hanya 1-2 jam
6. Pola Peran
Sebelum Di RS :
Selama di RS :
Sebelum Di RS :
Pasien mandi sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari
kemudian selalu mengganti pakaian. Pasien selalu menjaga kebersihan
dan kerapian dari kepala (keramas setiap 1 kali/2 hari), gigi (menggosok
gigi 3xsehari) dan badan pasien.
Selama di RS :
Pasien mandi sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari, selalu
mengganti pakaian, selalu menjaga kebersihan dengan menggosok gigi
dan keramas dibantu orang tua.
Sebelum Di RS :
Selama di RS :
Sebelum Di RS :
Selama di RS :
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV:
Nadi : 98 kali/menit
Tensi : 110/ 70 mmHg,
RR : 24 kali/menit
4. Kepala :
5. Mata :
6. Hidung
7. Telinga
9. Leher
I : Tidak terdapat jejas pada leher, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
A:-
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
P:-
10. Payudara
I : Payudara simetris
A:-
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
P:-
11. Dada
Jantung
Abdomen
I : Abdomen simetris
A : Bising usus normal 10x/menit
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
P : Thympani
12. Punggung
14. Extremitas
15. Kulit
1. Laboratorium
Trombosit
2. Pemeriksaan EKG
Sinus Rytem (SR) dengan ST elevasi pada lead I, II, dan aVF
Analisa Data
DO : suhu 39,8C
RR :24X/menit
TD : 110/70 mmhg
N : 98Xmenit
2 DS :
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rencana Tindakan
NO DX NOC NIC
1. Risiko Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan Manajemen cairan
b/d kehilangan volume cairan asuhan 1. monitor tanda-
secara aktif keperawatan tanda vital pasien
selama 3x24 jam 2. Monitor
diharapakan asupan makanan / cairan
cairan balance yang
dengan KH : dikomsumsi dan
1. mukosa bibir hitung asupan
lembab kalori harian
2. turgor elastis 3. Berikan terapi IV
3. mempertahankan 4. Berikan cairan
cairan yang intake dengan tepat
dan output 5. Monitor status
gizi
Manajemen
hipovolemi
1. monitor adanya
sumber-sumber
kehilangan cairan
2. monitor asupan
dan pengeluaran
3. dukung asupan
cairan oral
2. Hipertemi b/d penyakit atau Setelah dilakukan NIC I Pengaturan
trauma tindakan suhu tubuh :
keperawatan pada 1. monitor suhu
pasien selama 3x paling tidak setiap 2
24 diharapakan jam. Sesuai
suhu tubuh pasien kebutuhan.
normal KH: 2. monitor dan
NOC I laporkan adanya
Pengaturan suhu: gejala dari
1. Suhu norma hipertermi
2. Ekstermitas 3. monitor TTV
akral hangat 4. sesuaikan suhu
lingkungan untuk
NOC II kebutuhan pasien.
Pengecekkan
Kulit NOC II
Pengecekan kulit :
1. Tidak ada
1. Amati warna
perubahan
, kehangatan,
warna kulit
tekstur,
2. Tidak sianosis
edema, pada
ekstremitas.
2. Monitor kulit
adanya ruang
dan adanya
lecet
3. Monitor
infeksi
terutama di
daerah udem
4. Lakukann
langkah-
langkah
untuk
mencegah
kerusakan
lebih lanjut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hari/
No Tang DKep Tujuan Keperawatan NOC Intervensi Keperawatan NIC
gal
NIC 1 : Manajemen nyeri
1. Pasien dapat
mempertahankan berat badan
2. Pasien dapat mengikuti diet
yang dianjurkan
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45
menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena
infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan
oleh penyakit arteri koroner / coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi
lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronaria
(arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat rupture sehingga
menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi cukup
besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai bagian otot
jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung. Jika
sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, otot jantung ang rusak itu akan mulai mati. Selain
disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa terjadi pada
orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner berperan
dalam beberapa kasus ini
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi obat-obatan
tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin yang ekstrim Spasme bisa
terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan oklusi
kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika terlambat dalam penangananya. Letak infark
ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung. Terdapat
dua arteri koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri
bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria
Desenden Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung. Bagian
ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian besar apeks, dan
ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner kiri kearah
dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi atrium kiri, seluruh
dinding posterior, dan sepertiga septum intraventrikel posterior.Selanjutnya arteri koroner
kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke
posterior jantung. Bagian jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus
SA, nodus AV, septum interventrikel posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan
diafragmatik ventrikel kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior
kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark
inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. Berdasarkan ketebalan dinding
otot jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi infark transmural dan
subendokardial. Kerusakan pada seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural,
sedangkan jika hanya mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial.
Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan
kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi (disekeliling daerah
infark).
Secara fungsional infark miokardium menyebabkan perubahan-perubahan sebagai berikut:
Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark akan
menonjol keluar saat yang lain melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding
ventrikel; Penurunan volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi. Gangguan fungsional yang
terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini: Ukuran infark jika mencapai 40% bisa
menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi Infark dinding anterior mengurangi fungsi mekanik
jantung lebih besar dibandingkan jika terjadi pada bagian inferior; Sirkulasi kolateral
berkembang sebagai respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi regional untuk
memperbaiki aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi
kolateral, maka gangguan yang terjadi minimal; Mekanisme kompensasi bertujuan untuk
mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai terasa ketika
mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.