Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari
dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60
bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia praseko.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh kita,
khususnya para orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible
(tidak dapat pulih).
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan
tambahan hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek
(SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang
berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung
mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, (Prof. Ali merupakan
dosen di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia 1 Harian Republika,
Kamis, 27 September 2001 1 IPB sejak tahun 1984 sampai sekarang) standar acuan
status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya
adalah normal,underw ei ght (kurus), dan gemuk.
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik
disebutstunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-
NCHS (National Center for Health Statistics).
Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak
(dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya
kurang, maka status gizinya kurang.
Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat
(KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva
KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila
masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka
status gizi buruk.
Bedanya dengan balita, status gizi orang dewasa menggunakan acuan Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body Mass Index (BMI). Nilai IMT diperoleh
dengan menghitung berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter
persegi). IMT normal bila angkanya antara 18,5 dan 25; kurus bila kurang dari 18,5; dan
gemuk bila lebih dari 25. Sebagai contoh orang bertinggi 1,6 meter, maka berat badan
ideal adalah 48-64 kg2.
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita adalah
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering digunakan sebagai
ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak. Sementara parameter
status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut umur.
Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gizi buruk pada balita?
2. Apa faktor penyebab gizi buruk pada balita?
3. Bagaimana gejala atau tanda gizi buruk pada balita?
4. Bagaimana pencegahan gizi buruk pada balita?
5. Bagaimana penanggulangan gizi buruk pada balita?
6. Bagaimana PIEP gizi buruk pada balita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gizi buruk pada balita.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab gizi buruk pada balita.
3. Untuk mengetahui gejala atau tanda gizi buruk pada balita.
4. Untuk pencegahan gizi buruk pada balita.
5. Untuk mengetahui penanggulangan gizi buruk pada balita.
6. Untuk mengetahui PIEP gizi buruk pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk.
1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk
ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan
( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ),
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya.
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan
lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan
penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai
berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu
sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak
sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang
tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka
penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat
menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga
waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya
dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya
dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar
dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak
menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh
orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan
gizi maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan
jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika
diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat
terserang penyakit tertentu.
Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu
campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein
dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-
lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan
makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.
BAB III
PEMBAHASAN
PIEP GIZI BURUK PADA BALITA
A. Pengertian Gizi Buruk Pada Balita
Gizi Buruk pada balita adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,
atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi
Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat
bawaan, dan menderita penyakit kanker.
2. Penyebab langsung
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi
buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh
karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh
tubuh.
Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
Pembesaran hati
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Cengeng, rewel
Kulit keriput
Perut cekung
3. Tipe, Marasmik-Kwashiorkor
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang berada dalam status gizi buruk, umumnya
sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru
menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
ISPA
Diare persisten
Cacingan
Tuberkulosis
Malaria
HIV / AIDS
D. Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat
mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola
dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah
sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula
suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil
yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang
Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras
dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka. Berikut perencanaan
Lupakan penggunaan gula dan garam pada menu bayi. Kalau pun ia sudah berusia di atas
1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah
maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena
makanan orang dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak garam
atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna buatan.
Porsi Makan
Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan
sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.
dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam
menu sehari.
Susu Pertumbuhan
13
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya
balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu Pertumbuhan dari Nutricia merupakan susu lengkap gizi
yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi pelengkap
> Makanan yang terlalu berminyak , junk food, dan makanan berpengawet sebaiknya dihindari.
Gunakan bahan makanan segar untuk menu makan keluarga terutama untuk balita.
> Penggunaan Garam. bila memang diperlukan sebaiknya digunakan dalam jumlah sedikit. Dan
pilih garam beryodium yang baik untuk kesehatan. Bila membeli makanan dalam kemasan,
> Aneka jajanan di pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Ibu bisa
membuat sendiri jajanan untuk balita Ibu hingga ia tidak tergiur untuk jajan.
> Telur dan kerang. Karena seringkali menimbulkan alergi bahkan keracunan bila Ibu tidak jeli
memilih yang segar dan salah mengolahnya. Biasakan mengolah telur sampai matang untuk
mengganggu pencernaan.
> Kacang-kacangan. Karena bisa jadi juga bisa jadi pencetus alergi. Jangan berikan kacang bila
kemiskinan.
Meningkatnya kasus gizi buruk menunjukkan rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga. Dampak krisis ekonomi juga menurnkan kemampuan daya beli masyarakat. Keadaan
gangguan gizi telah lama menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah telah mengupayakan
penanggulangan masalah gizi dengan mengembangkan usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK).
Kegiatan utama UPGK adalah penyuluhan gizi melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Strategi lain yang dapat dilakukan adalah melalui keluarga sadar gizi atau disebut juga dengan
KADARZI. Tujuan dari program KADARZI adalah meningkatkan pengetahuan dan perilaku
keluarga untuk mengatasi masalah gizi. Indikator keluarga sadar gizi antara lain adalah; status
gizi
anggota keluarga khusunya ibu dan anak baik, tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada
keluarga,
semua anggota keluarga menkonsumsi garam beryodium, semua ibu memberikan hanya ASI saja
pada bayinya sampai usia 6 bulan dan semua balita yang ditimbang naik berat badannya sesuai
usia
(Depkes, 2004).
2. Implementasi
Pencegahan masalah ini dapat dilakukan sedini mungkin pada tingkat rumah tangga.
Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan gizi balita melalui :
1. penyuluhan tentang gizi
2. pemeriksaan status gizi balita
3. pelatihan kader KADARZI
3. Evaluasi Program
Para masyarakat awam masih beranggapan bahwa makanan yang bergizi itu adalah ayam,
daging, dan ikan, sehingga sehari-hari mereka tidak dapat mengkonsumsi gizi seimbang karena
tidak mencari pengganti makanan sumber gizi di atas dengan yang lain seperti tempe, tahu,
kacang-kacangan dan lain-lain. Setelah mengikuti Kegiatan pengabdian masyarakat berupa
penyuluhan kesehatan tentang KADARZI meningkatkan pengetahuan dan peranserta ibu tentang
perilaku apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan gizi balitanya. Ibu akan dapat
meningkatkan gizi balita dan keluarganya dengan berperilaku sadar gizi, antara lain; memantau
berat badan balita secara teratur setiap bulan ke Posyandu, mengkonsumsi makanan yang
beraneka ragam, hanya mengkonsumsi garam beryodium, memberikan hanya Asi saja kepada
bayi sampai usiia 6 bulan, serta mendapatkan dan memberikan makanan tambahan bagi
balitanya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gizi Buruk pada balita adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar
rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Dimana gizi
buruk terdiri dari marasmus, kwashiorkor, dan Marasmik-Kwashiorkor.
Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita yaitu Penyebab tak langsung
(Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi,
cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker). Sedangkan Penyebab langsung
(Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan).
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan
Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan
dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan
kerjasama lintas sektor
B. Saran
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10%
dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
energi anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/16274647/Upaya-Penanggulangan-Gizi-Buruk-Pada-Balita-Melalui-
an-Dan-Pelacakan-Kasus-Di-Puskesmas-Wirobrajan-Yogyakarta, , diakses pada tanggal 12
Desember 2010.
Materi dan Tugas Kuliah. 2008. Makalah Gizi Balita. Bekasi. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-6987-1307100509-Bab1.pdf, , diakses pada tanggal 12 Desember 2010.