You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari
dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60
bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia praseko.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh kita,
khususnya para orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible
(tidak dapat pulih).
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan
tambahan hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek
(SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang
berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung
mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, (Prof. Ali merupakan
dosen di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia 1 Harian Republika,
Kamis, 27 September 2001 1 IPB sejak tahun 1984 sampai sekarang) standar acuan
status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya
adalah normal,underw ei ght (kurus), dan gemuk.
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik
disebutstunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-
NCHS (National Center for Health Statistics).
Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak
(dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya
kurang, maka status gizinya kurang.
Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat
(KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva
KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila
masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka
status gizi buruk.
Bedanya dengan balita, status gizi orang dewasa menggunakan acuan Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body Mass Index (BMI). Nilai IMT diperoleh
dengan menghitung berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter
persegi). IMT normal bila angkanya antara 18,5 dan 25; kurus bila kurang dari 18,5; dan
gemuk bila lebih dari 25. Sebagai contoh orang bertinggi 1,6 meter, maka berat badan
ideal adalah 48-64 kg2.
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita adalah
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering digunakan sebagai
ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak. Sementara parameter
status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut umur.
Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gizi buruk pada balita?
2. Apa faktor penyebab gizi buruk pada balita?
3. Bagaimana gejala atau tanda gizi buruk pada balita?
4. Bagaimana pencegahan gizi buruk pada balita?
5. Bagaimana penanggulangan gizi buruk pada balita?
6. Bagaimana PIEP gizi buruk pada balita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gizi buruk pada balita.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab gizi buruk pada balita.
3. Untuk mengetahui gejala atau tanda gizi buruk pada balita.
4. Untuk pencegahan gizi buruk pada balita.
5. Untuk mengetahui penanggulangan gizi buruk pada balita.
6. Untuk mengetahui PIEP gizi buruk pada balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemenuhan Gizi Pada Balita


1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima
tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena
faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas
satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair,
yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima
makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai
dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal
tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun
harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya,
balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai
tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun
yang dikenal dengan usia prasekolah. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih
besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah


Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai masa keras kepala .
Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar,
anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi
asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak.
Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat
penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan selera makan anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita


a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat
pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi
balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih
besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut
dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

5. Kebutuhan Gizi Balita


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya
harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat
dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).

a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun


Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih
besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang
dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur


Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi


Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini
menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai
sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan
keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu


Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau
hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan
makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga.
Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi,
vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan


Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita
jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,
ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi
secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan
seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.
( Dr. Harsono, 1999).

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu


Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat


Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun
itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi
berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti
keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang
malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak
kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang


a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus
terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi
dengan asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita


terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi
dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak
tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk.
1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk
ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan
( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ),
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya.

b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan
lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan
penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai
berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu
sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak
sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang
tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka
penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat
menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga
waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya
dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya
dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar
dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak
menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh
orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan
gizi maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak.

B. Menu Makanan Balita


Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain
dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas
ketiga golongan bahan makanan tersebut.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu
jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.

Makanan Selingan Balita


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga
dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan
gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua
sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini
harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam
keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di
sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan
pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan
karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun
tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi
daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan
selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan
malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan
jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika
diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat
terserang penyakit tertentu.

C. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit


Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan
terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat,
sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan
pengaturan makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini
disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya
faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan
diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga
banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air,
vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.

2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)


DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai
buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab
diare pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat
(umumnya laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang
menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang
sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah
normal.

Pengaturan makanannya secara umum adalah:


a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun
diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu
dingin.
d. Bentuk makanan lunak.

3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan


PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan
virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya dengan :
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan
hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain.
Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah


MUNTAH adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi
appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.

Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu
campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein
dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-
lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan
makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.

5. Untuk balita dengan gejala batuk


GEJALA batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang
disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.
Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang
cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap
supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari
biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk.
Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat,
permen, manisan dan minuman manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi
makanannya.
D. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir

BAB III
PEMBAHASAN
PIEP GIZI BURUK PADA BALITA
A. Pengertian Gizi Buruk Pada Balita

Gizi Buruk pada balita adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,
atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi
Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

B. Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita

1. Penyebab tak langsung

Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat
bawaan, dan menderita penyakit kanker.

2. Penyebab langsung

Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.

Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi
buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh
karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.

C. Gejala atau Tanda Gizi Buruk Pada Balita

Tipe Kwashiorkor, dengan tanda-tanda dan gejala adalah sebagai berikut:

Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh
tubuh.

Perubahan Status mental

Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok

Wajah membulat dan sembab


Pandangan mata sayu

Pembesaran hati

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

2. Tipe Marasmus, dengan tanda-tanda dan gejala sebagai berikut:

Tampak sangat kurus

Wajah seperti orang tua

Cengeng, rewel

Kulit keriput

Perut cekung

3. Tipe, Marasmik-Kwashiorkor

Merupakan gabungan beberapa gejala klinik Kwashiorkor Marasmus

Penyakit Penyerta / Penyulit pada Anak Gizi Buruk

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang berada dalam status gizi buruk, umumnya
sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru
menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:

ISPA

Diare persisten

Cacingan

Tuberkulosis

Malaria

HIV / AIDS
D. Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan

kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat

mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk

mencegah terjadinya gizi buruk pada anak

1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai

dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan

umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin

dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang

dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.

Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera

konsultasikan hal itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola

dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi

dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah

sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula

suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil

yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi

kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang

permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras

dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka. Berikut perencanaan

menu makan balita yang dapat diikuti :

Gula & Garam

Lupakan penggunaan gula dan garam pada menu bayi. Kalau pun ia sudah berusia di atas

1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah

maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena

makanan orang dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak garam

atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna buatan.

Porsi Makan

Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan

sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.

Kebutuhan Energi & Nutrisi


Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat,protein, lemak serta vitamin, mineral

dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam

menu sehari.

Susu Pertumbuhan
13

Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya

balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu Pertumbuhan dari Nutricia merupakan susu lengkap gizi

yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi pelengkap

menu buah hati ibu.

E. Makanan yang Harus Dihindari


Beberapa makanan perlu perhatian ekstra untuk dihindari, diantaranya:

> Makanan yang terlalu berminyak , junk food, dan makanan berpengawet sebaiknya dihindari.

Gunakan bahan makanan segar untuk menu makan keluarga terutama untuk balita.

> Penggunaan Garam. bila memang diperlukan sebaiknya digunakan dalam jumlah sedikit. Dan

pilih garam beryodium yang baik untuk kesehatan. Bila membeli makanan dalam kemasan,

perhatikan juga kandungan garamnya.

> Aneka jajanan di pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Ibu bisa

membuat sendiri jajanan untuk balita Ibu hingga ia tidak tergiur untuk jajan.
> Telur dan kerang. Karena seringkali menimbulkan alergi bahkan keracunan bila Ibu tidak jeli

memilih yang segar dan salah mengolahnya. Biasakan mengolah telur sampai matang untuk

menghindari bakteri yang dapat

mengganggu pencernaan.

> Kacang-kacangan. Karena bisa jadi juga bisa jadi pencetus alergi. Jangan berikan kacang bila

si balita belum terampil mengunyah karena bisa tersedak4.

E. Penanggulangan Gizi Buruk Pada Balita

Penanggulangan gizi buruk dapat dilakukan di tingkat individu ataupun


kelompok melalui penimbangan berat badan balita secara rutin
tiap bulan dan mencatat hasilnya pada kartu menuju sehat atau buku
kesehatan ibu dan anak. Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan
Dinas Kesehatan yaitu pelaksanaan tanggap
darurat atau program jangka pendek dengan kegiatan, penggerakan
masyarakat melalui penimbangan bulanan balita di Posyandu,
tata laksana gizi buruk di rumah tangga, puskesmas dan
rumah sakit, bantuan makanan pendamping air susu ibu bagi balita
dari keluarga miskin. Program jangka panjang dengan kegiatan revitalisasi
psyandu, pndidikan dan pomosi gzi untuk keluarga sadar gizi
(Kadarzi), penyuluhan dan pendidikan gizi tentang makanan sehat
bergizi dan integrasi kegiatan lintas sektor dalam program pengentasan

kemiskinan.

Upaya penanggulangan kekurangan gizi secara khusus mempunyai


tujuan untuk meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan
balita di Posyandu. Posyandu dapat melaksanakan fungsi
sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, serta menyampaikan
pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan. Posyandu merupakan
pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan masyarakat,
posyandu memiliki posisi strategis sebagai penyedia layanan kesehatan

paling dekat dengan masyarakat.

F. PIEP Gizi Buruk Pada Balita


1. Perencanaan

Meningkatnya kasus gizi buruk menunjukkan rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga. Dampak krisis ekonomi juga menurnkan kemampuan daya beli masyarakat. Keadaan
gangguan gizi telah lama menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah telah mengupayakan
penanggulangan masalah gizi dengan mengembangkan usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK).

Kegiatan utama UPGK adalah penyuluhan gizi melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Strategi lain yang dapat dilakukan adalah melalui keluarga sadar gizi atau disebut juga dengan
KADARZI. Tujuan dari program KADARZI adalah meningkatkan pengetahuan dan perilaku
keluarga untuk mengatasi masalah gizi. Indikator keluarga sadar gizi antara lain adalah; status
gizi
anggota keluarga khusunya ibu dan anak baik, tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada
keluarga,
semua anggota keluarga menkonsumsi garam beryodium, semua ibu memberikan hanya ASI saja
pada bayinya sampai usia 6 bulan dan semua balita yang ditimbang naik berat badannya sesuai
usia

(Depkes, 2004).

2. Implementasi
Pencegahan masalah ini dapat dilakukan sedini mungkin pada tingkat rumah tangga.
Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan gizi balita melalui :
1. penyuluhan tentang gizi
2. pemeriksaan status gizi balita
3. pelatihan kader KADARZI

3. Evaluasi Program
Para masyarakat awam masih beranggapan bahwa makanan yang bergizi itu adalah ayam,
daging, dan ikan, sehingga sehari-hari mereka tidak dapat mengkonsumsi gizi seimbang karena
tidak mencari pengganti makanan sumber gizi di atas dengan yang lain seperti tempe, tahu,
kacang-kacangan dan lain-lain. Setelah mengikuti Kegiatan pengabdian masyarakat berupa
penyuluhan kesehatan tentang KADARZI meningkatkan pengetahuan dan peranserta ibu tentang
perilaku apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan gizi balitanya. Ibu akan dapat
meningkatkan gizi balita dan keluarganya dengan berperilaku sadar gizi, antara lain; memantau
berat badan balita secara teratur setiap bulan ke Posyandu, mengkonsumsi makanan yang
beraneka ragam, hanya mengkonsumsi garam beryodium, memberikan hanya Asi saja kepada
bayi sampai usiia 6 bulan, serta mendapatkan dan memberikan makanan tambahan bagi
balitanya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi Buruk pada balita adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar
rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Dimana gizi
buruk terdiri dari marasmus, kwashiorkor, dan Marasmik-Kwashiorkor.
Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita yaitu Penyebab tak langsung
(Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi,
cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker). Sedangkan Penyebab langsung
(Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan).
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan
Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan
dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan
kerjasama lintas sektor
B. Saran

Untuk menghindari terjadinya gizi buruk maka sebaiknya :

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10%
dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program

Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak

sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada

petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori

yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa

diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan

energi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipt

Wikipedia.2010. Balita. http://id.wikipedia.org/wiki/Balita, diakses pada tanggal 12 Desember


2010.

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. 2010. Gizi Buruk. Maluku.


http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/66-gizi-buruk, diakses pada
tanggal 12 Desember 2010.

http://www.scribd.com/doc/16274647/Upaya-Penanggulangan-Gizi-Buruk-Pada-Balita-Melalui-
an-Dan-Pelacakan-Kasus-Di-Puskesmas-Wirobrajan-Yogyakarta, , diakses pada tanggal 12
Desember 2010.

Materi dan Tugas Kuliah. 2008. Makalah Gizi Balita. Bekasi. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-6987-1307100509-Bab1.pdf, , diakses pada tanggal 12 Desember 2010.

Gesman, dkk. 2008. Penanggulangan Gizi Buruk. UGM, Yogyakarta. http://www.lrc-


kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.5_GESMAN_01_08.pdf, diakses pada tanggal 12
Desember 2010

You might also like