Professional Documents
Culture Documents
C. Tinjauan Pustaka
Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam ketak bumi dan terdaapt
dalam batuan seperti feldspar dan mika. Kandingan yang mudah diperoleh adalah oksida
terhidrat seperti bauksit, Al2O3.nH2O dan kroylit, Na3AlF6.
Jika garam aluminium dilarutkan dalam air ion Al3+ segera membentuk [Al(H2O)9]3+
yang biasanya ditulis dengan Al3+(aq). Di daalm larutan air, air yang bebas berfungsi
sebagai basa [1].
1. Bereaksi dengan oksigen membentuk lapisan tipis oksida yang mellindungi dari
oksidasi lebih lanjut
2. Bereaksi dengan asam membebaskan gas hydrogen
3. Bila dipanaskan kuat di udara. Al terbakat membentuk oksida dan sedikit nitride
4. Aluminum larut dalam larutan NaOH encer
5. Dapat mereduksi Fe2O3 disertai pelepasan panas yang besar (dipakai untuk
mengelas baja).
6. Senyawa hidroksidanya bersifat amfoter
7. Logam Al berwarna putin mengkilap, mempunyai titik leleh tinggi 660 oC), moderat
lunak, dapat dibuat aliansi, dan tahan terhadap korosi udara
8. Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 g/ cm3, sedangkan besi 8,1 g/cm3)
9. Tahan korosi
10. Penhantar listrik dan panas yang baik
11. Mudah di fabrikasi/ di bentuk
12. Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bias ditingkatkan.
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidk begiru tinggi dengan pemanduan dan heat
treatment dapat ditingkatkan kekutan dan kekerannya. Aluminium komersil selalu
mengandung ketidak murnian 0,8% biasanya berupa besi, silicon, tembaga dan
magnesium. Sifat lain yang menguntungkan dari alumiunium adalah sangan mudah
difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan apapun dapat deforming
dengan cara: rolling, drwing. Forging, extrusi dll. Menjadi bentuk yang rumit sekalipun [2].
Aluminium adaalah logam terpenting berdasarkan massa, aluminium menempati
urutan ke 3 diantara unsur yang terbesar kelimpahannya dikerak bumi. Biji aluminium
yang terpenting adalah bauksit yang mengandung Al2O3. Sepanjang sejarah peradaban
manusia, senyawa aluminium sudah digunakan diberbagai bidang. Tanah liat pada
dasarnya hidrat aluminium silikat dan tembikar sudah sejak 8000 tahun yang lampau.
Aluminium adalah logam yang ringan, stabil di udara, mudah dibuat, kuat dan bahan tahan
terhadap korosi.
Aluminium hidroksida seperti halnya aluminum oksida adalah amfoter, melarut dalam
basa membentuk amuniat dan dalam asam membentuk garam aluminium. Sesuai dengan
harga potensial elektrodanya (-1,66 V) dapat diramal bahwa aluminium lebih reaktif dari
seng dan logan ini mudah bereaksi dengan oksigen, malatur dalam asam encer dan
membebaskan hidrogen. Meskipun tidak terlihat dengan jelas, sebenarnya aluminium
bereaksi dengan oksigen. Namun, setiap permukaan lauminium yang baru segera dilapisi
oleh aluminum oksida sangat tipis. Lapisan oksida yangganya setebal 104 m sangat keras,
stabil dan tidak berpori ini melindungi aluminium dari reaksi dengan oksigen sehingga
terhalang dari oksida selanjutnya [3].
Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
meliputi peralatan rumah tangga, konstruksi, komponen otomotif dan pesawat terbang
(aerospace). Pemakaian aluminium diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka
luas baik sebagai material utama maupun material pendukung dengan ketersediaan biji
aluminium di bumi yang melimpah. Aluminium disamping mempunyai massa jenis kecil,
tahan terhadap korosi, daya hantar listrik yang baik, jika dipadu dengan unsur dan
diproses dengan metode tertentu akan mempunyai sifat fisis dan mekanis yang unggul.
Aluminium ditemukan oleh Sir Humpery Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur,
dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted pada tahun 1825. Tahun
1886 Paul Heroult di Prancis dan C. M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah
memperoleh logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang
terfusi. Sampai sekarang proses Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi
aluminium.
Aluminium murni mempunyai sifat mekanis yang kurang baik, untuk menaikan sifat
mekaniknya, maka aluminium dipadu dengan unsur Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dan
sebagainya. Satu atau bersamaan unsur tersebut dalam paduan memberikan juga sifat-
sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, aus, dan menurunkan koefisien muai [4].
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan
hantaran listrik yang baik. Penggunaan aluminium di dunia permesinan dan industri untuk
menunjang proses fabrikasi telah banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan material.
Aluminium digunakan dalam bidang yang luas, bukan hanya untuk peralatan rumah
tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut dan
konstruksi-konstruksi yang lain. Untuk mendapatkan peningkatan kekuatan mekanik,
biasanya logam aluminium dipadukan dengan unsur Cu, Si, Mg, Ti, Mn, Cr, Ni, dan
sebagainya.
Alumunium foam hasil rekayasa material yang menjanjikan karena di samping ringan
(1/5 kali berat aluminium padat), memiliki kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness)
yang tinggi, karakteristik khusus dari material ini adalah mempunyai kemampuan
menyerap energi (dump energy) yang tinggi dari berbagai arah pembebanan. Secara
umum, karakteristik aluminium foam adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kombinasi antara nilai density yang rendah dengan kestabilan proses
yang tinggi. Densitas aluminium foam didefinisikan sebagai fraksi berat dari
aluminium foam terhadap aluminium pejal ketika mengisi volume yang sama.
Aluminium foam sekitar 1 /5 dari aluminium padat.
2. Kekakuan yang tinggi pada berat jenis yang rendah (high strength 10 MPa,
stiffness 1 GPa).
3. Penyerapan energi impak yang tinggi, tanpa menghiraukan arah datangnya impak.
4. Insulasi panas yang baik
5. Efisiensi yang tinggi dalam menyerap suara
6. Ketahanan terhadap panas dan tidak mudah terbakar
7. Dapat didaur ulang sepenuhnya [5].
D. Metode Penelitian
Pada percobaan ini dilakukan metode analisis kualitatif yaitu membandingkan reaksi yang
terjadi pada aluminium dan magnesium jika direaksikan dengan asam, basa dan oksigen serta
membandingkan sifat asam dan basa dari aluminium serta magnesium.
1. Alat dan Bahan
a. Alat
No Nama Alat Gambar Alat Fungsi Kategori
1. Tabung Reaksi Untuk mereaksikan Al, HCl, 1
Mg, NaOH, H2O, AlCl3,
Mg(OH)2
b. Bahan
No Nama Bahan Sifat Fisik Sifat Kimia Kategori
1. Serbuk Al - Berwarna abu-abu - Bersifat amfoter Khusus
mengkilap, - Sangat reaktif
- Titik didih 24520C - Mudah teroksidasi
- Titik lebur 6600C
2. Serbuk Mg - Berwarna putih keabu- - Bereaksi dengan air Khusus
abuan membentuk basa
- Bereaksi dengan asam
membentuk garam
3. HCl - Larutan tidak berwarna - Asam kuat Khusus
(Asam Klorida) - Massa atom 36,45 - Dapat larut dalam
- Massa jenis 3,21 gr/cm3. alkali hidroksida, kloroform,
- Titik leleh -1010C dan eter.
- Energi ionisasi 1250 - Merupakan oksidator kuat.
kj/mol - Berafinitas besar sekali
- Kalor jenis 0,115 kal/gr0C terhadap unsur-unsur
lainnya
- Racun bagi pernapasan.
4. NaOH - Zat padat berwarna putih - Bersifat higroskopis Khusus
(Natrium - Keras dan rapuh - Larut dalam air dan etanol
Hidroksida) tapi tidak larut dalam eter
- Basa kuat
- Mudah terionisasi
membentuk ion natrium
dan hidroksida
5. HgCl2 - Zat padat berwarna putih - Sedikit larut dalam air Khusus
(Merkuri Klorida) - Larut dalam alkohol
- Memiliki massa molar - Larut dalam aseton
271.52 gr/mol. - Larut dalam etil asetat
- Titik lebur 276 C
- Titik didih 304 C
- Densitas 5.43 gr/cm3.
6. AlCl3 - Padatan putih atau - Larut dalam air Khusus
(Aluminium kuning pucat - Larut dalam HCl, kloroform,
Klorida) - Titik didih 1200C etanol dan
- Densitas 2,48 g/cm3 sedikit larut dalam benzena
- Sangat higroskopis
7. MgCl2 - Titik didih 14120C - Larut dalam air dan alkohol Khusus
(Magnesium - Titik lebur 7140C - Mudah terbakar
Klorida) - Berwarna putih
8. MgO - Mineral padatan putih - Bersifat higroskopis Khusus
(Magnesium - Densitas 3,65 g/cm3 - Mampu menetralkan asam
Oksida) - Titik lebur 28000C oksida sulfur
- Tahan api dan tahan air
9. Al2O3 - Zat padat putih - Bersifat higroskopis Khusus
(aluminium - Tidak berbau - Bersifat amfoter
Oksida) - Densitas: 3,95-4,1 - Titik nyalatidak menyala
gr/cm3 - Larut dalam air dan dietil
- Titik leleh: 2072 C eter
- Titik didih: 2977 C -
10. Mg(OH)2 - Padatan putih - Mudah larut dalam HCl Khusus
(Magnesium - Titik lebur 3500C - Mudah larut dalam garam-
Hidroksida) - Densitas 2,36 g/cm3 garam amonium
11. H2O - Larutan tak berwarna - Pelarut universal Umum
(Aquadest) - Tak berasa dan tak - Bersifat polar
berbau
12. Aluminium foil - Berwarna abu-abu - Mengandung aluminium Umum
mengkilap sebesar 92-99%
- Penerima panas yang baik
13. Kertas lakmus - Berupa lembaran kertas - Komponen utama Umum
yang berubah warna larutan indikator universal
menjadi merah jika adalah timol
larutan asam dan berubah biru, metilmerah,
warna menjadi biru jika bromotimol biru dan
larutan basa fenolftalein
2. Skema Kerja
a. Reaksi dengan Asam Klorida (HCl)
Serbuk Al
Serbuk Al
- Memasukkan kedalam 5 mL asam klorida encer yang berada dalam tabung reaksi
- Mendiamkan selama 5 menit
- terjadi reaksi
Tidak
- Memanaskan serbuk aluminium dalam asam klorida
Terbentuk gelembung
Terbentuk gelembung
Serbuk Mg
Serbuk Mg
Terbentuk gelembung
pH = 6
Al2O3 + HCl
Al2O3
pH = 2
Al2O3 + NaOH
Al2O3
pH = 14
MgO+ H2O
MgO
pH = 8
MgO+ HCl
MgO
pH = 10
MgO+ NaOH
MgO
pH = 14
e. Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi
Aluminium
AlCl3
pH = 4
Magnesium
Mg(OH)2
pH = 7
No Perlakuan Pengamatan
1. Percobaan 1 : Reaksi dengan asam klorida (HCl)
- Mencampurkan serbuk Aluminium Tidak terjadi reaksi
dengan 5 mL HCl yang ada dalam
tabung reaksi
- Mencampurkan serbuk Magnesium Ada gelembung
dengan 5 mL HCl yang ada dalam
tabung reaksi
- Memanaskan larutan HCl dengan Terdapat gelembung gas
serbuk Magnesium
2. Percobaan 2 : Reaksi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH)
- Mencampurkan serbuk aluminium Terjadi reaksi
dengan 5 mL NaOH yang ada dalam
tabung reaksi
- Mencampurkan serbuk magnesium Adanya reaksi ketika dipanaskan
dengan 5 mL NaOH yang ada dalam
tabung reaksi
- Mendiamkan campuran serbuk Al Terdpat gelembung gas
dengan 5 mL NaOH selama 5 menit
3. Percobaan 3: Reaksi dengan Oksigen
- Memasukka secarik aluminium foil Aluminium foil lebih mengkilat
kedalam cawan petri, kemudian
meneteskan dengan larutan HgCl2
- Mendiamkan selama beberapa menit Terbentuk serabut putih menyerupai jarum
kemudian mencuci aluminium foil
dengan air
- Membiarkan aluminium foil beberapa Foil berlubang
menit diudara
4. Percobaan 4: Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium
oksida
- Menimbang masing-masing serbuk
MgO dan serbuk Al2O3
- Mencampurkan serbuk MgO dengan pH= 10
HCl
- Mencampurkan serbuk MgO dengan pH= 14
NaOH
- Mencampurkan serbuk MgO dengan pH= 8
H2O
- Mencampurkan serbuk Al2O3 dengan pH= 2
HCl
- Mencampurkan serbuk Al2O3 dengan pH= 14
NaOH
- Mencampurkan serbuk Al2O3 dengan pH= 6
H2O
5. Percobaan 5: Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi
- Memasukkan 3 mL AlCl3 kedalam pH= 4
tabung reaksi dan mengamati pH
dengan kertas lakmus
- Memasukkan 3 mL Mg(OH)2 pH= 7
kedalam tabung reaksi dan
mengamati pH dengan kertas lakmus
2. Pembahasan
Aluminium merupakan unsur logam abu-abu mangkilat, lembek, dan kurang kuat tetapi
ringan. Terdapat di alam pada kerak bumi terutama sebagai bauksit yang menjadi sumber
utamanya. Logam ini reaktif dan segera bereaksi dengan oksigen di udara membentuk
lapisan oksidanya yang membungkus badan logam sehingga menghalangi oksidasi
selanjutnya dan logam menjadi tahan karat. Campurannya dengan logam-logam seperti Ni,
Cu, Zn, Si, dsb, menghasilkan alloy yang ringan dengan kegunaan yang luas, misalnya untuk
pesawat terbang, kapal, blok mesin, alat-alat rumah tangga, kerangka bangunan, dll.
Okasidanya sebagai alumina (Al2O3) yang ditemukan di alam antara lain berupa merah
delima, safir, korundum dan emeri yang digunakan untuk pembuatan delas dan bahan tahan
panas.
a. Reaksi dengan Asam Klorida (HCl)
Pada percobaan ini serbuk aluminium direaksikan dengan larutan HCl encer yang
menghasilkan sedikit gelembung gas. Reaksinya berjalam lambat, sehingga memerlukan
proses pemanasan agar serbuk Al larut walaupun sedikit dan gelembung tampak semakin
banyak. Pada dasarnya logam Al kurang reaktif karena terlindungi oleh oksidanya, sehingga
perlu pemanasan. Gas yang terbentuk adalah Hidrogen seperti terlihat pada Gambar. 1.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Setelah itu mereaksikan asam klorida 5 mL dengan serbuk magnesium. langkahnya sama
dengan aluminium tetapi, pada magnesium terjadi reaksi yang berlangsung cepat
dibandingkan dengan aluminium . Hal ini ditandai dengan terbentuknya gelembung gas yang
banyak dan larutan menjadi panas. Hal ini disebabkan Mg sangat mudah bereaksi dengan
mereduksi ion H+ menjadi H2 dan menghasilkan garam MgCl2. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
Dalam eksperimen ini, aluminium dengan magnesium tidak dapat bereaksi (tidak dapat
larut dalam asam klorida encer). Hanya keduanya memilki kecepatan reaksi yang berbeda, Al
lambat bereaksi dengan HCl, sedangkan Mg cepat bereaksi dengan HCl dan kecepatan reaksi
tersebut dapat dilihat pada proses pemanasan. Hal ini dikarenakan pada logam Al terdapat
lapisan oksida yang melindungi logamnya. Dan juga Mg bersifat lebih reaktif dari pada Al,
sehingga Mg lebih cepat bereaksi.
Pada percobaan ini langkah-langkah yang dilakukan sama dengan percobaan diatas yang
berbeda hanya larutan asam klorida diganti dengan natrium hidroksida. serbuk logam
aluminium dimasukkan kedalam NaOH encer terlihat ada gelembung gas seperti terlihat pada
Gambar 2. Namun reaksi ini berlangsung lambat karena pada alumunium terdapat lapisan
oksida yang melapisinya sehingga dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Reaksi
yang terjadi:
Pada serbuk Mg yang dimasukkan kedalam NaOH encer tanpa proses pemanasan
menghasilkan gelembung . serbuk Mg yang berwarna hitam keabu-abun berubah menjadi
kehitaman. Reaksi yang terjadi:
Pada percobaan ketiga ini yaitu meneteskan larutan sHgCl2 pada kertas alumunium foil.
Berdasarkan hasil pengamatan alumunium foil terbentuk gelembung. Setelah itu alumunium
foil didiamkan beberapa menit terjadi perubahan warna menjadi keabu-abuan hal ini terjadi
akibat terkikisnya lapisan alumunium pada alumunium foil. Kemudian alumunium foil dicuci
dengan air terbentuk gelembung dibawahnya. Setelah itu dibiarkan lagi beberapa menit di
udara. Kertas alumunium foil terkelupas semua dan lama kelamaan hancur dan menjadi abu.
Reaksi oksigen dengan alumunium foil yang telah ditambahkan HgCl2 yang membentuk
oksida, alumunium yang berbentuk seperti abu:
6HgCl2(aq) + 2Al2O3(s) 4AlCl3(aq) + 3Hg2(g) + 3O2(g)
Selanjutnya alumunium oksida direaksikan dengan HCl encer terasa panas serta bersifat
asam dengan pH= 2. Reaksi sebagai berikut:
Al2O3(s) + 6HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Kemudian alumunium oksida direaksikan dengan NaOH bersifat basa dengan pH= 14.
Reaksi sebagai berikut:
Al2O3(s) + NaOH(aq) NaAlO2(aq) + H2O(l)
Selanjutnya MgO dalam HCl encer bersifat basa dengan pH= 10. Adapun reaksinya
sebagai berikut:
MgO(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2O(l)
Yang terakhir adalah MgO direaksikan dengan NaOH bersifat semakin basa dengan pH=
14. Dengan reaksi sebagai berikut:
MgO(s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2(aq) + 2Na2O(aq)
e. Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi
Berdasarkan percobaan larutan AlCl3 bersifat asam denga pH yang diperoleh setelah
diukur dengan menggunakan kertas indikator universal adalah 4 dan larutan Mg(OH)2 bersifat
basa dengan pH adalah 7 setelah diukur dengan kertas indikator universal juga. Maka hasil
percobaan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan AlCl3bersifat asam dan
larutan Mg(OH)2 bersifat basa.. Persamaan reaksinya yaitu:
1. Kesimpulan
1. Adanya lapisan oksida pada alumunium menyebabkan alumunium lambat
bereaksi, sehingga pemanasan digunakan dalam percobaan untuk
mempercepat reaksi alumunium dengan asam klorida.
2. Logam Al lebih mudah larut dengan NaOH dibandingkan dengan logam
Magnesium.
3. Larutan HgCl2 mampu membersihkan alumunium foil.
4. Larutan Al3+ bersifat asam dan Mg2+ bersifat basa.
5. Alumunium bereaksi dengan asam menghasilkan gas hydrogen.
2. Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih teliti dalam melihat perubahan yang terjadi pada setiap reaksi
dan lebih memperhatikan kebersihan alat yang digunakan sehingga bisa meminimalisir
kesalahan dalam praktikum.
G. Daftar pustaka