You are on page 1of 9

HUBUNGAN ANTARA MORAL DAN AGAMA DENGAN HUKUM

Eri Hendro Kusuma


Universitas Kahuripan Kediri, Jl. Soekarno-Hatta No. 1 Palem Pare Kediri
email:erihendro@ymail.com

Abstract:law, morals, and religion all three interact with each other and equally regulate human
behavior. The law requires moral. The law does not mean much if not imbued with morality. Without
morality, laws are empty. Therefore, the law must always be measured by moral norms. Legal product
which is immoral should not be replaced when the moral consciousness of the community reached a
mature enough stage. On the other hand, also need moral law. Moral will dreamily otherwise dis-
closed and institutionalized in the society in the form one of them is legal. Religion and law are also
interrelated and coloring, due to the existence of the law strengthens religious teachings and vice
versa.

Keywords: moral, religion, law

Abstrak:hukum, moral, dan agama ketigaanya saling mengandaikan dan sama-sama mengatur perilaku
manusia. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak kalau tidak dijiwai oleh moralitas.
Tanpa moralitas, hukum adalah kosong. Karena itu, hukum harus selalu diukur dengan norma moral.
Produk hukum yang bersifat imoral tidak boleh tidak harus diganti apabila dalam masyarakat kesadaran
moral mencapai tahap cukup matang. Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum. Moral akan
mengawang-awang kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat dalam bentuk
salah satunya adalah hukum.Agama dan hukum juga saling berkaitan dan mewarnai, karena
keberadaan hukum memperkuat ajaran agama begitu pula sebaliknya.

Kata kunci: moral, agama, hukum

Antara Hukum, Moral, dan Agama nampaknya juga bukan tidak bisa dipisahkan hubungan antara
seperti pelangi yang memiliki warna yang berbeda hukum dan moral. Namun ini bukan berarti bahwa
akan tetapi menciptakan daya keindahan yang para penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan
sangat luar biasa. Meskipun demikian diantara hakim hanya memberikan perhatian terhadap
ketiganya pasti ada sebuah perbedaan dan hukum dan tidak memberikan perhatian terhadap
persamaan yang mendasar. Petama penulis akan moralitas. Sebenarnya hukum yang baik berasal
memamparkan perbedaan dari hukum dengan dari moralitas yang baik, dan moralitas yang baik
moral dan agama. Perbedaan antara hukum moral melahirkan hukum yang baik pula (Kabah,
dan agama dapat dilihat berdasarkan tiga hal yaitu 2004:144).
berdasar sumber, isi, dan sanksi yang diberikan Perubahan jamanyang sangat cepat saat ini
oleh masing-masing kaidah tersebut. juga berpengaruh terhadap perilaku dan sikap
Kajian Hukum dan moral mempunyai kaitan masyarakat. Seorang pujangga Indonesia pada
erat diantara keduanya, meskipun hukum tidaklah masa lalu yaitu Ki Ronggo Warsito menuliskan
sama dengan moralitas begitu juga sebaliknya. sebuah syair yang menggambarkan kondisi
Hukum mengikat kepada semua orang sebagai tingkah laku masyarakat pada masa kini. Berikut
warga Negara, sedangkan moral hanya mengikat syair yang menggambarkan kondisi tersebut.
orang sebagai individu. Dalam teori pemisahan
antara hukum dan moral bahwa hukum adalah Amenangi jaman edan,
suatu hal dan moralitas adalah hal lain. Artinya ewuhaya ing pambudi,
bahwa hukum dan moralitas tidaklah sama meski Melu edan nora tahan,
mempunyai hubungan erat diantara keduanya dan yen tan melu nglakoni boya kaduman melik
96
Kusuma,Hubungan antara Moral dan Agama dengan Hukum 97

kaliren wekasanipun ndilalah kersa Allah, seseorang maupun kelompok yang digunakan
begja-begjaning kang lali, untuk mengatur suatu perbuatan (Bertens, 2007:4).
Luwih begja sing eling lawan waspada Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
moral dijadikan sebuah ukuran seseorang atau
Arti ramalan tersebut adalah: hidup di jaman kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau
edan/gila,sulit rasanya hati, ikut edan tidak tahan, perbuatan. Misalnya kelompok organisasi masa
kalau tidak ikut melaksanakan, tidak mendapat yang melakukan demonstrasi disertai dengan
bagian,khirnya kelaparan, ternyata masih kuasa tindakan anarkis maka mereka berpedoman pada
kehendak Allah,seuntung-untungnya yang nilai dan norma yang tidak baik, atau beberapa
melupakan, masih untung yang selalu ingat dan anggota partai politik yang terkena kasus korupsi
waspada(syair Ki RonggoWarsito). maka mereka berpedoman pada nilai dan norma
Kajian dalam tulisan ini akan membahas yang tidak baik.
beberapa hal, yaitu: (1) kaidah moral, (2) kaidah Ensiklopedi Nasional Indonesia menjelaskan
agama Islam, (3) perbedaan hukum dengan agama bahwa moral merupakan salah satu cabang ilmu
dan moral, (4) persamaan hukum dengan agama filsafat yang secara khusus mempelajari dan
dan moral, dan (5) hubungan hukum dengan moral berbicara tentang tingkah laku manusia. Moral
dan agama. dikatakan sebagai norma maka akan berbicara
mengenai bagaimana orang harus bertindak.
KAIDAH MORAL Sehingga dapat dikatakan bahwa moral merupakan
suatu ciri berperilaku seseorang yang dihubungkan
Moral merupakan kata yang sudah dengan ukuran yang ada dalam masyarakat,
menjadi warna dalam kehidupan kita sehari-hari. khususnya mengenai perilaku baik atau buruk,
Apalagi akhir-akhir ini banyak sekali fenomena moralitas bukan sesuatu yang diperoleh dari
sosial yang mengharuskan orang untuk berbicara kelahiran melainkan tumbuh dan berkembang
mengenai kata tersebut. Ketika diberitakan di dalam lingkungan hidup (Ensiklopedi Nasional In-
televisi mengenai sebuah tawuran pelajar maka donesia, 1990:371).
kita sering mendengarkan istilah pelajar tak Dari berbagai perspektif mengenai pengertian
bermoral, kemudian ketika ada pemberitaan moral maka penulis memberikan pengertian moral
tentang pejabat yang korupsi maka kita sering sebagai suatu prinsip yang mengatur setiap sikap
mendengar istilah pejabat tak bermoral. Dari dan perbuatan manusia yang berlandaskan asas
fenomena sosial tersebut lantas muncul sebuah kemanusiaan secara universal. Baik atau
pertanyaan yang mendasar mengenai apa itu buruk nampaknya dua kata yang menjadi dasar
moral? dari ukuran moral. Orang yang melakukan amal
Moral berasal dari bahasa latin mos (jamak: dari uang hasil korupsi mengatakan bahwa itu
mores) yang berarti kebiasaan atau adat. Dalam adalah perbuatan yang diperbolehkan menurut
bahasa Inggris, kata mores masih dipakai dalam pemikirannya tapi bertentangan dengan kaidah
arti yang sama yaitu kebiasaan. Moral juga secara umum.
mempunyai arti yang sama dengan moralitas yang Setiap kasus, perbuatan bisa memiliki
dalam bahasa latin disebut dengan moralis.Kamus moralitas yang berbeda-beda karena dipengaruhi
besar bahasa Indonesia mengartikan moral oleh unsur-unsur tertentu. Unsur-unsur penentu
sebagai (1) Ajaran baik atau buruk yang diterima moralitas tersebut dapat dibicarakan melalui
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,dan pertanyaan, apa yang dikerjakan oleh seseorang?
sebagainya, (2) kondisi mental yang membuat or- Mengapa ia mengerjakan hal itu? Bagaimana
ang tetap berani, bersemangat, bergairah, Keadaan ketika dia mengerjakan itu?.
berdisiplin, dan sebagainya atau dengan kata lain Dari berbagai pengertian tentang moral diatas
isi hati/keadaan perasaan sebagaimana terungkap maka kita lanjutkan ke pada apa sebenarnya yang
diperbuatan, (3) ajaran kesusilaan yang dapat dimaksud dengan kaidah moral. Kaidah
ditarik dari suatu cerita (Departemen Pendidikan merupakan kata yang berasal dari bahasa arab
Nasional, 2008:929). yang memiliki arti tata. Tata merupakan wujud
Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika dari aturan-aturan yang menjadi tingkah laku dalam
mengatakan bahwa moral merupakan nilai-nilai pergaulan hidup manusia yang berguna untuk
dan norma-norma yang menjadi pedoman bagi memelihara dan menjamin kepentingan masing-
98 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015

masing individu(Rochman dkk, 2011:79). Kaidah jalan, jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh
dalam bahasa latin biasa disebut dengan norma oleh manusia dalam kehidupannya di dunia
atau aturan-aturan (dalam bahasa Indonesia. Isi (Muhaimin, 2008:5-6).
dari kaidah ada dua yaitu mengenai perintah dan Selain itu di Indonesia juga sering disebutkan
larangan. Perintah merupakan sesuatu yang mengenai religi yang berasal dari bahasa Inggris
harus dilakukan oleh manusia sedangkan yang berarti berhati-hati dan berpegang teguh
larangan adalah sesuatu yang tidak boleh pada norma-norma atau aturan-aturan secara
dilakukan oleh manusia dalam kehidpuan sehari- ketat. Dengan demikian religi dapat dikatakan
hari. sebagai suatu keyakinan akan adanya kekuatan
Dari pengertian tentang kaidah dan moral gaib yang suci, yang menentukan jalan hidup dan
diatas, maka penulis mendefinisikan kaidah moral memengaruhi kehidupan manusia, yang dihadapi
sebagai suatu ukuran tingkah laku baik atau buruk secara berhati-hati dan diikuti jalan-jalan dan
manusia yang dipandang benar menurut sudut aturan-aturan yang ketat sehingga tidak
pandang umum. Sebagai contoh, ketika seseorang menyimpang dari jalan yang ditetapkan oleh
melakukan pembunuhan maka mustahil dia sendiri kekuatan gaib yang suci tersebut (Muhaimin,
atau keluarganya boleh dibunuh, peristiwa ini 2005:6).
mengandung arti subjektif sehingga tidak bisa Dalam kamus besar bahasa Indonesia
dikatakan sebagai kaidah moral karena tidak dijelaskan bahwa Agama adalah ajaran atau sistem
mungkin di buat secara umum. Beda dengan yang mengatur tata keimanan atau
ketika berjanji maka harus ditepati, ini bisa dibuat kepercayaandan peribadatan yang berhubungan
kaidah secara umum karena setiap orang pasti dengan pergaulan manusia dengan manusia serta
harus menggunakan ini, saya berjanji maka saya manusia dengan lingkungannya (Departemen
wajib menepati janji itu, dan ketika saya di beri Pendidikan Nasional, 2008:15).
janji maka saya berharap janji itu ditepati. Agama dalam agama budha berarti tradisi
yang diwariskan para guru secara turun temuru
KAIDAH AGAMA atau sabda. Agama juga berarti aturan atau tata
cara hidup manusia dalam hubungannya Tuhan dan
Agama merupakan kata yang sudah biasa sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia,
di dengar dan diucapkan oleh berbagai kalangan 1988:125).
masyarakat karena kata tersebut nampaknya Lain lagi dalam bahasa arab yang menyebut
sudah menjadi bagian yang mendasar bagi agama sebagai din. Salah Satu kata din dapat
kehidupan manusia. Kata agama memang sulit dibaca pada QS- Al Kafirun ayat 6 Lakum
sekali ketika diberikan sebuah pengertian menurut diinukum waliyadinyang berarti untukmu
kebenaran universal, karena berkaitan dengan agamamu dan untukku agamaku. Kata din
individu dan sesuatu yang gaib. Akan tetapi bukan sendiri memiliki arti hutang atau sesuatu yang
tidak mungkin agama itu bisa didefinisikan harus dipenuhi. Dalam bahasa semit kata din
menurut berbagai perspektif. diartikan sebagai undang-undang atau hukum
Kata agama berasal dari bahasa sansekerta (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1988:6-7). Dari
yang terdiri dari dua perkataan yaitu A dan Gama. kedua pengertian tersebut dapat ditarik sebuah
A berarti tidak dan Gama yang berarti kocar-kacir kesimpulan bahwa kata din adalah undang-
atau berantakan. Sehingga kata agama dapat undang atau hukum yang harus ditaati oleh
diartikan dari gabungan dua suku kata tersebut manusia, dan ketika manusia itu tidak taat hukum
yaitu tidak kocar-kacir (Bashori, 2002:22). maka dia berhutang yang akan terus ditagih, serta
Berbeda dengan Gazalba yang mengatakan akan mendapatkan balasan jika tidak segera
bahwa kata agama berasal dari kata dasar gam dibayar.
yang memiliki pengertian sama dengan go (bahasa Dari beberapa pandangan mengenai
Inggris) yang berarti pergi, dan setelah pengertian agama di atas maka penulis
mendapatkan awalan dan akhiran a menjadi mendefinisikan kaidah agama sebagai suatu
agama yang berarti jalan. Dengan demikian keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu
pengertian dari kata agama secara etimologis mengenai perintah dan larangan Tuhan (Allah
mengandung arti yang bersifat mendasar yang SWT), baik ketika berhubungan dengan sesuatu
dimiliki oleh berbagai agama yaitu agama adalah yang gaib (Allah),individu dengan dengan individu
Kusuma,Hubungan antara Moral dan Agama dengan Hukum 99

lainnya, serta individu dengan lingkungannya untuk mengembangkan hati nurani dan seluruh
mencapai sebuah tatanan kehidupan yang baik, kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan
dan jika mereka melanggar perintah dan larangan seimbang, pada akhirnya orang yang sungguh-
Allah maka akan menerima sanksi yang bukan sungguh dewasa dalam bidang etis, putusan
saja di alam dunia akan tetapi juga diterima pada subjektif dari hati nuraniakan sesuai dengan
tempat yang berbeda (alam akhirat). kualitas objektif dari perbuatannya. Hati nurani
sangatlah penting karena itu akan menjadi tembok
PERBEDAAN HUKUM DENGAN AGAMA pertahanan terakhir tindakan manusia. Akan tetapi
DAN MORAL hati nurani haruslah dibina hingga menuju sebuah
kedewasaan etis demi terwujudnya sebuah
Antara kaidah hukum, moral dan agama pernyataan objektif menurut kebenaran universal.
memiliki sumber yang berbeda. Kaidah agama Jika kaidah agama bersumber pada kitab suci
biasanya bersumber pada kitab suci ( dalam islam dan kaidah moral bersumber pada setiap individu
bersumber pada Al-Quran dan Hadist Nabi). manusia, kemudian sumber kaidah hukum apa?
Salah satu bukti bahwa Al Quran adalah sumber Kaidah hukum merupakan segala apa saja yang
dari segala sumber hukum dalam kehidupan menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
manusia dapat dilihat dalam QS. Al-Ahzab ayat kekuatan memaksa dan jika itu dilanggar maka
36 yang artinya: akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Aturan-aturan itu bisa berupa peraturan
Mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang perundang-undangan, kebiasaan, yurisprudensi,
Mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah traktat, maupun doktrin (Kansil, 1989:46).
Menetapkan suatu Ketetapan, akan ada bagi Dalam pandangan lain dikatakan bahwa
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. kaidah hukum adalah peraturan peraturan yang
Dan barang siapa mendurhakai Allah dan timbul dan dibuat oleh lembaga-lembaga negara
RasulNya maka sesungguhnya dia telah sesat, tertentu. Isinya mengikat setiap orang dan
sesat yang nyata. pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan
Segala perbuatan manusia menurut kaidah segala paksaan oleh alat-alat negara (Kansil,
agama haruslah berdasarkan perintah dan larangan 1989:82). Sehingga dari pengertian ini dapat
Allah SWT yang terdapat pada Kitab Suci Al disimpulkan bahwa kaidah hukum bersumber dari
Quran. Tata kehidupan manusia mulai dari aturan yang dibuat oleh penguasa suatu negara.
hubungannya dengan Allah, hubungan dengan Kaidah Hukum lebih dikodifikasikan daripada
manusia yang lain, serta hubungan dengan alam moralitas, artinya dituliskan dan secara kurang lebih
semesta harus sesuai dengan apa yang sudah sistematis disusun dalam kitab undang-undang.
tersurat di dalam Al Quran. Karena itu norma yuridis mempunyai kepastian
Berbeda dengan kaidah agama yang lebih besar dan bersifat lebih objektif. Sebaliknya
bersumber dari Kitab Suci, Kaidah Moral norma moral bersifat lebih subjek dan akibatnya
bersumber dari dalam diri individu manusia yang lebih banyak diganggu oleh diskusi-diskusi yang
kebenarannya diakui secara universal. Kemudian mencari kejelasan tentang apa yang dianggap etis
mucul pertanyaan mengapa harus universal/ atau tidak etis. Tentu saja di bidang hukum pun
objektif dan tidak bergantung dari hati nurani saja?. terdapat banyak diskusi dan ketidakpastian tetapi
Penulis akan mencoba memberikan sebuah di bidang moral ketidakpastian ini lebih besar
contoh, seorang teroris yang melakukan bom karena tidak ada pegangan tertulis. Lain lagi
bunuh diri dan menyebabkan hilangnya nyawa dengan kaidah agama yang terkodifikasi sehingga
manusia yang lain, mengaggap bahwa timbul adanya sebuah kepastian hukum meskipun
perbuatannya itu baik sesuai hati nuraninya. Akan kepastian itu bersifat abstrak, karena berhubungan
tetapi jika dilihat dari kacamata manusia lain maka dengan hal-hal ghaib.Di dalam kitab suci juga
tindakan teroris itu amatlah keji dan bertentangan dijelaskan bagaimana tata cara manusia ketika
dengan hati nurani orang lain. berhubungan dengan manusia yang lain serta
Bertens (2007:62) mengatakan kita tidak dijelaskan juga mengenai ukuran baik manusia
boleh bertindak yang bertentangan dengan hati ketika bertindak.
nurani, karena itu harus diikuti meski secara Menurut hemat penulis ketiganya dapat
objektif ia sesat. Akan tetapi manusia wajib juga disimpulkan bahwa hukum membatasi diri pada
100 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015

tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral Hukum didasarkan atas kehendak
menyangkut sikap batin seseorang. Niat batin tidak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.
termasuk jangkauan hukum, sebaliknya dalam Juga kalau hukum tidak secara langsung berasal
konteks moralitas sikap batin sangat penting. dari negara seperti hukum adat maka hukum itu
Sedangkan di dalam agama (Islam)aturan antara harus diakui oleh negara supaya berlaku sebagai
lahiriah dan bathiniah keduanya dianggap sangat hukum. Moralitas didasarkan pada norma-norma
penting sehingga kedua hal tersebut wajib moral yang melampaui para individu dan
diwadahi, dalam islam istilah ini disebut dengan masyarakat. Dengan cara demokratis ataupun
Akhlak. . cara lain masyarakat dapat mengubah hukum
Sanksi yang berkaitan dengan hukum tetapi tidak pernah masyarakat mengubah atau
berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan membatalkan suatu norma moral. Masalah etika
moral mapun agama. Hukum untuk sebagian besar tidak dapat diputuskan dengan suara terbanyak.
dapat dipaksakan, orang yang melanggar hukum Tetapi kalau hubungan dengan perbuatan
akan mendapat sanksi/hukuman. Suatu contoh yang bersifat melawan hukum, maka agama, moral,
ketika ada orang yang melakukan pencurian maka dan hukum itu saling bertemu. Disini agama, moral,
di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan hukum mempunyai bidang bersama.
(KUHP) dikatakan orang yang mencuri tersebut Perbedaan antara hukum dan moral disini ialah
mendapatkan pidana penjara atau denda. Jadi bahwa jalan menuju ke bidang bersama itu
sanksi yang diberikan oleh hukum ini bersifat tegas bertentangan arah, yaitu bagi hukum dari luar (dari
dan nyata. perbuatan lahir) ke dalam(ke batiniah).
Tetapi norma-norma etis tidak dapat Seringkali hukum harus menghukum
dipaksakan. Menjalankan paksaan dalam bidang perbuatan yang timbul dari motif yang dibenarkan
etis tidak efektif juga. Sebab paksaan hanya dapat oleh moral. Ini merupakan akibat perbedaan dalam
menyentuh bagian luar saja, sedangkan perbuatan- tujuan antara hukum dan moral. Sebab syarat untuk
perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu- adanya kehidupan bersama yang lebih baik dengan
satunya sanksi dalam bidang moralitas adalah hati yang baik dengan yang ditentukan oleh moral bagi
nurani yang tidak tenang karena telah melakukan manusia sebagai individu seperti pembunuhan atas
perbuatannya yang kurang baik terhadap orang perintah komandan; sumpah diganti janji.
lain. Didalam hukum ada kekuasaan luar
Sedangkan sanksi yang diberikan agama (kekuasaan diluar aku) yaitu masyarakat yang
nyata dan juga abstrak karena bukan hanya memaksakan kehendak. Kita tunduk pada hukum
sekarang (di dunia), akan tetapi setelah manusia diluar kehendak kita. Hukum mengikat kita tanpa
itu mengalami kematian (alam barzah dan alam syarat. Sebaliknya perintah batiniah(moral) itu
akhirat) juga akan mendapatkan sanksi manakala merupakan syarat yang ditentukan oleh manusia
tidak segera bertobat. Misal di dalam QS. Al sendiri. Moral mengikat kita karena kehendak
Maidah Ayat 38 yang artinya: kita.Hukum bertujuan tatanan kehidupan bersama
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang tertib. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila
yang mencuri, potonglah tangan keduanya diatas dan diluar manusia individual ada kekuasaan
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka yang tidak memihak yang mengatur bagaimana
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Al- mereka harus bertindak satu sama lain.
lah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Moral berakar dalam hati nurani manusia,
Secara tegas di katakan dalam ayat tersebut berasal dari kekuasaan dari dalam diri manusia.
di atas tidak membedakan laki-laki maupun Disini tidak ada kekuasaan luar yang memaksa
perempuan ketika mereka melakukan pencurian manusia mentaati perintah moral. Paksaan lahir
maka harus dipotong tangannya. Bukan hanya itu, dan moral tidak mungkin disatukan. Hakikat
ketika mereka tidak mau bertobat atas perintah moral adalah bahwa harus dijalankan
perbuatannya maka di hari pembalasan (alam dengan sukarela. Satu-satunya perintah kekuasaan
akhirat) akan mendapatkan sanksi lagi yang lebih yang ada dibelakang moral adalah kekuasaan hati
kejam dari pada potong tangan. Ini secara lahiriah nurani manusia. Kekuasaan ini tidak asing juga
orang yang mencuri tersebut akan jerah dan secara pada hukum, bahkan mempunyai peranan penting.
bathiniah hatinya akan tersiksa karena hukumannya Agama yang bersumber dari kitab suci
bukan hanya di dunia tapi berlanjut di akhirat. menjadi pelengkap antara hukum dan moral,
Kusuma,Hubungan antara Moral dan Agama dengan Hukum 101

Tabel 1 Perbedaan Hukum dengan Moral dan Agama

Kaidah Hukum Moral Agama


Berdasarkan
Sumber Dari Masyarakat Dari dalam diri Dari Tuhan melalui
yang diwakili oleh manusia sendiri Kitab Suci
pemerintah
Isi Berkenaan dengan Berkenaan dengan Berkenaan dengan
sikap lahir sikap bathin sikap Lahir dan bathin
Sanksi Eksternal yaitu Intern yaitu dari Intern yaitu berupa dosa
berupa pidana pelaku sendiri
maupun denda

karena antara lahiriah dan bathiniah diatur dalam universal yang dicari oleh manusia. Aquianas
ajaran agama khususnya Islam. Agama mencoba percaya bahwa kebaikan yang universal itu tidak
menyatukan antara paksaan lahir dan bathin. dapat diketemukan pada ciptaan, melainkan pada
Agama mencoba membina hati nurani manusia Allah Sang Pencipta.
menuju kedewasaan, dari hati nurani yang bersih Menurut Thomas Aquianas, hukum terutama
maka akan timbul kegiatan lahiriah yang bersih berkaitan dengan kewajiban yang diletakkan oleh
pula. Untuk memudahkan pemahaman mengenai nalar. Hukum meliputi kekuasaan, dan kekuasaan
perbedaan hukum dengan moral dan agama maka inilah yang memberikan kewajiban. Akan tetapi
penulis membuat sebuah tabel perbandingan di di belakang kekuasaan inilah berdiri nalar.
antara ketiga kaedah tersebut. Penguasa melalui hukum positif dapat memberi
perintah yang bukan-bukan atau memaksa orang
PERSAMAAN HUKUM DENGAN melakukan perbuatan yang tidak benar, tetapi
AGAMA DAN MORAL hukum positif tersebut bekerja tidak sesuai dengan
hakikat alamiah hukum. Hukum alam ditentukan
Dalam banyak literatur dikemukakan bahwa oleh nalar manusia. Mengingat Allah menciptakan
tujuan hukum atau cita hukum tidak lain daripada segala sesuatu, hakikat alamiah manusia dan
keadilan. Gustav Radbruch, di antaranya hukum alam paling tepat dipahami sebagai produk
menyatakan bahwa cita hukum tidak lain daripada kebijaksanaan atau pikiran Allah.
keadilan, Esensi keadilan berpangkal pada moral Bentuk kaidah hukum, moral, dan agama
manusia yang diwujudkan dalam rasa cinta kasih adalah berupa perintah dan larangan yang harus
dan sikap kebersamaan (Marzuki, 2009:44).Yang dilakukan manusia dalam melakukan sebuah
pertama kali mengemukakan moral sebagai dasar tindakan. Larangan untuk melakukan pencurian
aturan adalah Thomas Aquinas (Marzuki, adalah salah satu contoh perintah untuk
2009:139).Thomas Aquinas menyatakan manusia menghargai hak milik orang lain. Sehingga negara
tidak dapat mengingkari keberadaan tubuhnya. (melalui peraturan perundang-undangan) melarang
Tubuh inilah yang memicu adanya tindakan, perbuatan pencurian tersebut. Moral sebagai
keinginan dan hawa nafsu. ukuran baik atau buruk dalam melakukan
Menurut Thomas Aquinas, manusia melalui sebuah tindakan maka akan timbul sebuah perintah
kekuatan kemauan dan pikiran yang dimilikinya dan larangan yang berasal dari hati nurani masing-
dapat melepaskan diri dari kendali-kendali masing individu untuk tidak melukai lahiriah dan
tersebut. Daya intelektual manusia dapat bathiniah individu yang lain. Sedangkan di dalam
memberikan peringkat terhadap makna mengenai agama juga sama yaitu berbentu perintah dan
apa yang dimiliki manusia. Kekayaan, kesenangan, larangan. Perintah untuk menghargai sesama dan
kekuasaan, dan pengetahuan merupakan objek larangan untuk mencuri adalah salah satu contoh
keinginan yang dapat dimiliki oleh manusia. Akan perintah Allah yang tersurat dalam Al Quran.
tetapi semua itu tidak dapat menghasilkan Antara kaidah hukum, moral, dan agama
kebahagian manusia yang terdalam. Hal-hal itu bertujuan untuk menciptakan ketertiban individu
tidak memiliki karakter kebaikan yang bersifat dilingkungan masyarakat. Hukum ada karena
102 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015

Tabel 2 Persamaan Hukum dengan Moral dan Agama

Kaidah Hukum Moral Agama


Berdasarkan
Bentuknya Berupa kewajiban Berupa kewajiban Berupa kewajiban
dan larangan dan larangan dan larangan
Sifat Memaksa Memaksa Memaksa
Tujuan Ketertiban Kepentingan pelaku Tatanan hidup yang
masyarakat untuk kehidupan di baik di dunia dan
masyarakat di akhirat

untuk mengatur tingkah laku individu dalam penduduk untuk memeluk agamanya masing-
bertindak dilingkungan masyarakat. Kaidah moral masing dan untuk beribadat menurut agamnya dan
melalui hati nurani membimbing manusia menuju kepercayaannya itu. Bukti bahwa antara hukum,
kejalan yang benar ketika individu tersebut moral, dan agama tidak bisa dilepaskan dalam
menjalani kehidupan di dalam bermasyarakat. tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
Sedangkan agama lebih dari pada hukum dan Hukum, moral, dan agama merupakan satu
moral, karena bukan hanya dipertanggung kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam tatanan
jawabkan di dunia melainkan ketika melakukan kehidupan masyarakat Indonesia. Antara hukum,
kegiatan di masyarakat segala amal perbuatan moral, dan agama mempunyai hubungan yang erat
yang baik maupun buruk akan dicatatdan di sehingga diantara ketiganya dapat memperkuat satu
pertanggung jawabkan kelak di alam akhirat. sama lain untuk menjalankan kaidah-kaidahnya.
Adanya sanksi baik dari kaidah hukum, moral, Orang yang menganut suatu ajaran agama maka
dan agama tidak lain adalah untuk mengatur tata sudah pasti dia bermoral dan taat akan hukum. Hal
kehidupan individu di dalam masyarakat. Sanksi tersebut didasarkan pada suatu realita bahwa di
adalah sebuah cara untuk memaksa individu untuk dalam ajaran agama apapun tidak ada yang
berbuat baik, sanksi adalah sebuah keharusan yang mengajarkan tentang bagaimana berbuat buruk atau
harus diterima oleh individu ketika mereka melanggar jahat kepada orang lain.Tidak dapat dipungkiri jika
kaidah. Dengan adanya perintah, larangan, dan agama mempunyai hubungan erat dengan moral.
sanksi menyebabkan antara hukum, moral, dan Setiap agama mengandung suatu ajaran yang
agama sama-sama memiliki sifat memaksa. Ketiga menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya.
kaidah tersebut memiliki sifat yang sama karena Diantara hukum, moral, dan agama ketigaanya
memiliki tujuan yang sama pula. Sehingga untuk saling mengandaikan dan sama-sama mengatur
mencapai tujuan tersebut tidak ada jalan yang lain perilaku manusia. Hukum membutuhkan moral.
selain harus memaksa individu untuk melakukan Hukum tidak berarti banyak kalau tidak dijiwai oleh
tindakan yang baik dari kaca mata objektif. moralitas. Tanpa moralitas, hukum adalah kosong.
Adanya perbedaan antara hukum, moral, dan Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu
agama sebagaimana disampaikan sebelumnya moralnya. Karena itu, hukum harus selalu diukur
tidaklah menjadi pembeda diantara keduanya. dengan norma moral. Produk hukum yang bersifat
Artinya antara hokum, moral, dan agama imoral tidak boleh tidak harus diganti bila dalam
sangatlah erat kaitan diantara ketiganya. Sehingga masyarakat kesadaran moral mencapai tahap cukup
selain ada beberapa perbedaan yang sudah matang. Di sisi lain, moral juga membutuhkan
disampaikan sebelumnya berikut juga beberapa hukum. Moral akan mengawang-awang kalau tidak
persamaan antara hukum, moral, dan agama. diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat
dalam bentuk salah satunya adalah hukum. Dengan
HUBUNGAN HUKUM DENGAN MORAL demikian, hukum bisa meningkatkan dampak sosial
DAN AGAMA dari moralitas. Menghormati milik orang lain
Undang-Undang Dasar Negara Republik misalnya merupakan prinsip moral yang penting.
Indonesia tahun 1945 Pasal 29 (2) menyatakan Ini berarti bukan saja tidak boleh mengambil dompet
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap orang lain tanpa izin, melainkan juga milik dalam
Kusuma,Hubungan antara Moral dan Agama dengan Hukum 103

bentuk lain termasuk milik intelektual, hal-hal yang pelaksaannya terdapat dukungan moral.Dasar
ditemukan atau dibuat oleh orang lain (buku, lagu, kekuasaan batiniah dari hukum ini dapat berbeda.
komposisi musik, merk dagang dsb).Hal ini berlaku Dapat terjadi karena isi peraturan hukum memenuhi
karena alasan etis, sehingga selalu berlaku, juga bila keyakinan batin kita. Akan tetapi dapat juga isi
tidak ada dasar hukum. peraturan hukum kita mematuhinya. Dibelakang
Hukum tanpa moral adalah kezaliman. Moral hukum masih ada kekuasaan disamping hati nurani
tanpa hukum adalah anarki dan utopia yang kita. Masyarakat yang menerapkan peraturan-
menjurus kepada peri-kebinatangan. Sedangkan peraturan hukum itu mempunyai alat kekuasaan
hukum dan moral tanpa di landasi agama maka untuk melaksanakan pelaksanaanya kalau tidak
akan sesat. Hanya hukum yang dipeluk oleh dilaksanakan. Pelaksanaan hukum tidak seperti
kesusilaan dan berakar pada kesusilaan yang dapat moral yang hanya tergantung pada kekuasaan
mendirikan kesusilaan. Dengan begitu dapat batiniah, tetapi masih dipaksakan juga oleh alat-alat
dinyatakan bahwa hukum tanpa keadilan dan kekuasaan lahir/luar.
moralitas bukanlah hukum dan tidak bisa bertahan Agama dan hukum juga saling berkaitan dan
lama. Sistem hukum yang tidak memiliki akar mewarnai, untuk mendapatkan legaltas dari suatu
substansial pada keadilan dan moralitas pada negara maka harus melaksanakan ritual sesuai
akhirnya akan terpental. sehingga hukum dan moral dengan ajaran agama, Suatu contoh sepasang
harus berdampingan, karena moral adalah pokok mempelai yang melakukan pernikahan maka
dari hukum, maka tidak ada dan tidak pernah ada terlebih dahulu harus disahkan menurut ajaran
pemisahan total hukum dari moralitas. Oleh agamanya, sebelum mereka mendapat pengakuan
karenanya hukum yang dipisahkan dari keadilan dari negara melalui catatan pernikahan dari Kantor
dan moralitas bukanlah hukum. urusan Agama (KUA) maupun catatan sipil.
Moral dengan hukum memiliki hubungan Fenomena ini terjadi karena untuk melaksanakan
yang erat pula, hukum membutuhkan moral, disisi hukum yang dibuat oleh pemerintah. Pasal
lain moral juga membutuhkan hukum. Tanpa 2(1)Undang-Undang Republik IndonesiaNomor I
moralitas hukum akan kososng, sedangkan moral Tahun 1974TentangPerkawinan, menyatakan
akan mengawang-awang jika tidak diungkapkan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
dan dikembangkan dalam masyarakat. Artinya menurut hukum masing-masing agamanya dan
adalah moral dan hukum senantiasa saling kepercayaannya itu.
mendukung satu sama lain, tanpa moral lantas apa Meskipun demikian tidak semuanya yang ada
dasar yang akan diatur dalam hukum. Sedangkan di kitab suci bisa diadopsi ke dalam hukum positif.
jika tidak ada hukum lantas bagaimana Contohnya adalah sanksi pemotongan tangan
merealisasikan harapan-harapan baik yang kepada pencuri yang dibenarkan oleh agama Is-
menjadi dasar dari kaidah moral. lam, akan tetapi itu bertentangan dengan hukum
Kubu positivisme hukum inklusif mengatakan positif di Indonesia karena alasan pertimbangan
bahwa kaidah hukum positif yang tidak sejalan nilai moral. Hal ini yang memberikan salah satu
atau bahkan bertentangan dengan faktor moral, bukti bahwa antara hukum, moral dan agama
bisa jadi kaidah hukum positif tersebut menjadi memiliki hubungan yang sangat erat.
tidak valid. Meskipun demikian pendapat ini juga Dari kajian ini agama merupakan suatu
bersebrangan dengan teori postivisme hukum kaedah yang di dalamnya sudah mencakupi ciri
eksklusif yang menganggap bahwa hukum adalah dari kaedah hukum maupun moral. Di dalam
undang-undang (Fuady, 2013:73-74). Namun agama sudah terdapat ciri yang ada dalam kaedah
pendapat dari teori postivisme hukum postivisme hukum yaitu adanya sebuah perintah dan larangan,
ekslusif yang klasik nampaknya mendapatkan dan ada sanksi yang jelas. Dalam ajaran agama
pertentangan dari teori positivisme ekslusif yang pun juga sudah terdapat ciri dari kaedah moral
lebih moderat yang menganggap bahwa faktor yaitu mengatur bagaimana seseorang bisa berbuat
moral juga memberi sumbangan kepada apa yang sesuatu yang baik dan meninggalkan sesuatu yang
seharusnya dilakukan ketika hukum itu buruk demi ketentraman sebuah bathin. Sehingga
dilaksanakan. dapat dikatakan jika seseorang benar-benar
Pada umumnya peraturan-peraturan hukum menganut ajaran salah satu agama secara benar
dilaksanakan secara sukarela oleh karena kita dalam maka sudah pasti juga melaksanakan kaedah-
hati nurani kita merasa wajib. Hukum dalam kaedah yang lain. Berikut gambaran yang
104 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015

sekiranya dapat menjelaskan hubungan hukum, SIMPULAN


moral dan agama secara sederhana,
Kaidah agama nampak bidang kajiannya Moral mengajarkan mana yang baik dan
cukup luas dibandingkan dengan kedua kaidah mana yang buruk menurut kebenaran umum tanpa
lainnya yakni hukum dan moral. Moral hanya adanya sebuah aturan yang jelas mengenai
sebatas mengajarkan mana yang baik dan mana sanksi.Agama cakupannya sangat luas, bukan
yang buruk menurut kebenaran umum tanpa hanya sebatas ukuran baik dan buruk menurut
adanya sebuah aturan yang jelas mengenai kebenaran hati dan pikiran bersih, bukan juga
sanksi. Hukum mengatur lar angan dan hanya perintah, larangan, dan sanksi yang bersifat
keharusan dengan aturan sanksi yang jelas akan lahiriah saja, akan tetapi lebih luas dari apa yang
tetapi hukum hanya berhubungan dengan yang menjadi dasar dari kedua kaidah tersebut yakni
lahiriah saja. Sedangkan agama cakupannya ada sanksi pada kehidupan setelah manusia
sangatlah luas, bukan hanya sebatas ukuran meninggal. Hukum mengatur larangan dan
baik dan buruk menurut kebenaran hati dan keharusan dengan aturan sanksi yang jelas yang
pikiran bersih, bukan juga hanya perintah, dibuat oleh negara, keberadaan hukum sangat
larangan, dan sanksi yang bersifat lahiriah saja, dipengaruhi oleh rasionalitas manusia..
akan tetapi lebih luas dari apa yang menjadi
dasar dari kedua kaidah tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Bashori. 2007. Ilmu perbandingan agama Fuady, Munir. 2013.Teori-Teori Besar dalam
(suatu pengantar).Sekolah Tinggi Ilmu Hukum.Kencana. Jakarta.
Agama Islam Negeri Malang. Malang. Kansil, C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan
Bertens, K. Etika. 2007. PT. Gramedia Utama. Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Muhaimin, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan
Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa Studi Islam. Kencana. Jakarta.
Edisi Ke Empat.Jakarta. Marzuki, Peter Mahmud. 2009. Pengantar Ilmu
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 1. 1988. Hukum. Kencana. Jakarta.
PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta. Rifyal kabah. 2004.Menegakkan Syariat Islam
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 10. 1990. di Indonesia.Jakarta.
PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta.

You might also like