You are on page 1of 4

ANALISA JURNAL

KATUP ENDOBRONKIAL SEBAGAI PENGOBATAN EMFISEMA DIBANDINGKAN


DENGAN PERAWATAN MEDIS STANDAR: LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

Disusun untuk memenuhi tugas Sitem Respirasi


dengan dosen pembimbing Ns. Dewi Suryandadi, M.Kep

Disusun oleh:
Siti Fathimah
ST 162058

S1 SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2017
ANALISA JURNAL

1. Identitas Jurnal
a. Judul jurnal : Endobronchial Valve as Treatment of Emphysema
Compared
with Standard Medical Care: an Evidence-based Case Report
b. Nama jurnal : The Indonesian Journal of Internal Medicine

c. Autor : Eric D. Tenda, Abraham Yakub

d. Kata kunci : katup endobronkial, talalaksana medikal, emfisema.

2. Latar Belakang
Emphysema salah satu manifestasi dari penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) ditandai dengan kerusakan dinding jalan napas peningkatan ukuran
saluran udara distal lebih jauh dari terminal bronchioles, mengarah ke parenkim
penghancuran. 1,2 COPD telah menjadi beban global dengan sekitar 65 juta orang
diperkirakan akan menderita dari COPD sedang sampai berat. 3 Selanjutnya,
Kondisi ini juga menyumbang sekitar 3 juta kematian di tahun 2005 di seluruh
dunia. 3 Di Indonesia, itu Diperkirakan bahwa prevalensi COPD adalah 3,7%
menurut Hasil Kesehatan Dasar Nasional Penelitian (RISKESDAS) tahun 2013.
Perawatan medis emfisema melibatkan penggunaan bronkodilator, anti-
kolinergik, kortikosteroid, atau kombinasi bronkodilator-kortikosteroid. 1 Pilihan
lain ditujukan untuk emfisema berat. Perawatan penempatan katup endobronchial.
Kateter endobronkial adalah katup satu arah yang ditempatkan pada lobus yang
ditargetkan melalui bronkoskop. 5 ini Katup satu arah mencegah udara terinspirasi
masuk saat memungkinkan udara yang dihembuskan untuk melewati atelektasis di
sasaran lobus.

3. Metode Penelitian
pencarian literatur tentang perbandingan katup endobronkial dan medis perawatan
sebagai pengobatan emfisema pada database PubMed. Kualitas literatur yang
ditemukan dinilai oleh menggunakan lembar penilaian kritis dari Center of
Evidence-Based Medicine, University of Oxford.

4. Sampel
Kedua penelitian ini dikontrol secara acak. Umur: 40-75 tahun; FEV1:
diprediksi 15-45% nilai; TLC> 100% nilai yang diprediksi; RV > Nilai prediksi
150% 3.8 katup / pasien ditempatkan rata-rata. Kejadian buruk utama dalam 90
hari: Dua kematian terjadi pada kelompok katup endobronkial namun tidak
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan perawatan medis kelompok (p-
value = 1.00) BMI 31,1 kg / m2 (laki-laki), 32,3 kg / m2 (wanita); PaCO2 <50
mmHg, PaO2> 45 mmHg; 6 menit berjalan kaki uji 140 meter.

5. Hasil
Dua uji coba terkontrol secara acak (RCT) diperoleh dari penelusuran
literatur. Terungkap bahwa endobronchial Penempatan katup meningkatkan
kualitas pasien dengan sedang sampai sangat parah dibandingkan dengan
perawatan medis secara signifikan. Namun, perbaikan signifikan ini terjadi pada
pasien dengan emfisema heterogenitas tinggi, celah interlobar lengkap, dan tidak
adanya ventilasi agunan.

6. Pembahasan
Kateter endobronkial sebagai terapi emfisema uji coba yang dilakukan oleh
Sciurba et al 8 dan Klooster et al 9, masing-masing. Tiga titik delapan sampai
empat katup ditempatkan untuk setiap pasien rata-rata. Karakteristik pasien yang
direkrut antara kedua penelitian ini hampir serupa. Subjek dalam penelitian yang
dilakukan oleh Sciurba et al 8 termasuk pasien dengan parah sangat parah
emfisema sementara Klooster et al 9 juga termasuk pasien dengan emfisema
sedang. 1 Kedua Studi menunjukkan bahwa peningkatan FEV1 dan uji coba 6
menit secara signifikan lebih tinggi pada kelompok katup endobronkial pada 6
bulan periode follow up untuk pasien dengan moderat untuk emfisema yang
sangat parah 8,9 Selanjutnya, terjadinya efek samping pada endobronkial
Kelompok katup serupa dengan obat kelompok perlakuan pada 90 hari dan 6
bulan mengikuti naik. 8,9 terjadinya Kematian ditemukan di kelompok katup
endobronkial tapi tidak secara statistik beda dibanding kelompok perawatan
medis. Menariknya, ada tiga fitur penting yang harus diperhatikan untuk
menentukan kesesuaian untuk penempatan katup endobronkial. Ini tiga fitur
emfisema heterogenitas, integritas celah interlobar, dan tidak adanya ventilasi
agunan. Menurut densitometri kuantitatif dari HRCT, emfisema ditentukan
sebagai kehadiran dari nilai densitas yang kurang dari -910 HU (Unit
Hounsfield). 13 Sciurba et al menemukan bahwa peningkatan FEV1 dan 6 menit
uji berjalan dari penempatan katup endobronchial terjadi pada subyek dengan
heterogenitas tinggi empisema. 8 Dalam studi ini, heterogenitas yang tinggi
didefinisikan sebagai persentase piksel kurang dari -910 HU antara cuping yang
ditargetkan dan yang berdekatan lobus lebih dari 15%. 8 ini ditunjukkan
heterogenitas emfisema ditentukan efektivitas penempatan katup endobronchial
maka penilaian heterogenitas oleh HRCT sebelumnya untuk penempatan katup
sangat penting. Fitur penting kedua adalah interlobarintegritas fissure Sciurba, dkk
mendefinisikan sebuah celah interlobar menjadi lengkap jika ada retakan lebih
dari 90% pada setidaknya satu sumbu tipis tipis HRCT. 8 interlobar lengkap
Fissure ditandai adanya ventilasi agunan
yang melewati fissure yang tidak lengkap ini

7. Implikasi Keperawatan
Isi jurnal sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam ilmu keperawatan.
Penempatan katup endobronkial lebih banyak efektif dibandingkan perawatan
medis pada pasien dengan emfisema heterogenitas tinggi, lengkap fissure, dan
tidak adanya ventilasi agunan. Penilaian oleh HRCT harus dilakukan sebelumnya
ke penempatan katup untuk menentukan kesesuaian untuk penempatan katup.

8. Kelebihan Jurnal
a. Pada jurnal ini dicantumkan beberapa tabel dan grafik sehingga
membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian pada setiap hasil
penelitian.
b. Hasil yang didapat dari peneliti merupakan hasil kenyataan yang ada
dilapangan.

9. Kekurangan Jurnal
Dari analisis saya, sedikit mengalami kesulitan dalam memahami metode kerja
yang dilakukan peneliti.

10. Kesimpulan
endobronkial valve merupakan terapi yang lebih efektif pada pasien emfisema
dengan keheterogenan tinggi, fissura interlobar lengkap, dan ketiadaan ventilasi
kolateral. Pemeriksaan dengan Tinggi Resolusi CT-scan (HRCT) harus dilakukan
untuk memutuskan apakah terapi dengan katup endobronkial cocok untuk
dilakukan pada seorang pasien dengan emfisema.

You might also like