You are on page 1of 9
PEMANFAATAN SERAT DAUN PANDAN ALAS SEBAGAI PENGIS! ALTERNATIF PENGGANTI FIBER GLASS Mujiyono” dan Didik Nurhadiyanto” ABSTRACT The objective of research is to investigate feasibility of fiber from pandan alas leaves as reinforcement of composite material with focus on its strength and density. ‘The research was conducted by cutting pandan alas leaves which are old enough and the length from jetty is about 60 cm up to 100 cm, then continued by leaf flaking to take fiber. Fiber from pandan alas leaves was cut to pieces as long as 17 cm as according to specimen test. The fiber was than treated with soaking in formalin with concentration 5 % up to 37 % during one hour, then measured the strength, diameter and density. A similar work was also conducted to glass fibre as a control variabel. Results show that fiber of pandan alas leaves which is not soaked in formalin ha the strength approximately 3 times compared to glass fiber, ic. 72,44 kg/mm? for fiber of pandan alas leaves and 21,65 kg/mm for glass fiber. The strength of fiber from pandan alas leaves decrease until 13 % if soaked in formalin during one hour. Density of fiber from pandan alas leaves and glass fiber is 0,96 gram/em’ and 0,31 gram/cm’ respectively. Keywords: fiber of pandan alas leaves, glass fiber, composite material PENDAHULUAN Dewasa ini penggunaan material komposit mulai menggantikan material-material konvensional seperti, baja dan aluminum. Pembuatan material komposit memerlukan investasi yang besar karena memerlukan teknologi yang tinggi. Komposit merupakan material alternatif pengganti logam yang memiliki beberapa sifat yang menguntungkan diantaranya adalah mempunyai ketahanan korosi yang tinggi, rasio berat terhadap kekuatannya yang kecil, dan pengontrolan ‘manufaktur yang lebih mudah, Komposit tersusun dari dua komponen penting yaitu matriks sebagai pengikat seperti epoksi, poliester dan penguat sebagai penguat seperti fiberglass, partikel carbon, titanium dan lain- Jain, Biaya produksi untuk pembuatan serat yang tinggi dan limbah yang tidak dapat didaur ulang menjadikan motivasi para peneliti untuk mencari dan mempelajari serat alami sebagai pengganti serat sintetis. Serat dari daun pandan alas merupakan, fenomena yang menarik untuk diteliti sebagai serat alami karena jenis daun tersebut sangat mudah ditemukan dan tersedia sangat melimpah di Indonesia. Rumusan masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian di atas dan selanjutnya akan dipelajari adalah kelayakan serat dari daun pandan alas sebagai penguat dalam material komposit. Komposit tersusun atas dua bagian utama yaitu matriks sebagai material pengikat seperti polyester, aluminium dan UF serta material pengisi sebagai penguatnya seperti fiber glass, partikel carbon dan titanium, Material pengisi berfungsi utama sebagai Penguat yang dapat berbentuk serat “atau partikel. Ditinjau dari asalnya serat dapat dibedakan menjadi dua yaitu serat alamiah dan serat sintetis. Keunggulan bahan penguat sintetis dibandingkan yang alamiah adalah struktumya yang lebih homogin, dan tahan terhadap panas tetapi harganya cukup mahal. Bahan penguat alamiah dapat berasal dari hewan seperti ‘wool dan sutera serta dapat juga berasal dari tumbuh- tumbuhan seperti katun, rami, sisal dan serat kulit kelapa seperti terlihat pada tabel 1. ‘abel 1. Sifat-sifat mekanis dari beberapa bahan penguat alamiah (Sudiyatno,1997) Berat_|Kekuatan] Modulus | Regangan Jenis Serat| Jenis | Tarik | Tarik | saat patah (grim) |_(GPa)_| (GPa) | __(%) Kraftpulp | 1,5 [05-15 | 10-80 1,0 Sisal 0,7 _|0,4-0,7 | 9-20 3-14 ‘Katun 1,52 | 0,2-0,8 [27 612 Sutera 134 | 06 10 18-20 Bambu 116 | 0,28 46 15 Jute 1,52 | 0,86 60 20 Proses pembuatan material Komposit dengan bahan penguat serat alamiah masih terdapat beberapa kendala diantaranya adalah akibat perbedaan. massa jenis yang besar antara bahan matriks dan bahan penguat alamiah menyebabkan proses pencampuran kedua bahan mengalami kesulitan dan ketidakstabilan ikatan Kimia dari serat alamiah yang menyebabkan kecendrungan untuk mengeluarkan gas ketika dipanaskan, sehingga membentok rongga-rongga udara, (void) yang selanjutnya mengakibatkan kekeroposan, (porosity) pada komposit (sudiyatno, 1997). > Mujiyono, 'M.T, adalah dosen Fakultas Taknik Universitas Negeri Yogyakarta Didik Nurhadiyanto, M-T. adalah dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 61 Ditinjau dari jenis bahannya, matriks dapat dibedakan menjadi tiga yaitu matriks polimer, matiks keramik dan matriks metal, Matriks _polimer mempunyai dua jenis berdasarkan pembuatanya yaitu polimer jenis termoset dan termoplastik. Resin sintetik poliester sangat banyak, baik dari jenis termoset maupun termoplastik. Resin ini dibuat dengan mereaksikan dihidrik alkohol dengan _asam dikarboksilat (Hartomo, 1999 : 48). Resin poliester dapat berbentuk jenuh (Saturated polyester resin) dan tidak jenuh "(Unsaturated polyester resin). Penggunaan resin poliester jenuh biasa digunakan untuk pembuatan serat dan film, tidak dianjurkan untuk perekat. Poliester tak jenuh lazim dipakai sebagai resin laminasi atau digabung dengan penguat serat dipergunakan sebagai formulasi _cetakan komposit, resin ini mempunyai pengerutan yang besar saat curing. Poliester tak jenuh dapat dimodifikasi dengan minyak atau asam lemak atau sebagai pengubah sifat (modifier) perekat lain. Poliester tak jenuh dalam pelarut tak jenuh dan hardener dapat diberibahan tambah (ekstender) maupun bahan penguat (filler) dan biasa digunakan untuk membuat komposit fiber glass, logam, karet dan kayu. Resin poliester hanya baik digunakan untuk pemakaian tanpa perubahan suhu drastis. Resin UF (Urea Formaldehyde) berasal dari bahan dasar_plastik amino, termasuk jenis termoset sintetik dan terdapat sebagai sistem dua-bagian, yaitu terdiri dari resin dan zat pengeras yang berbentuk cairan atau bubuk. Proses Settingnya polimerisasi Kondensasi dengan eliminasi air. Penggunaan resin ini hanya untuk penggunaan interior, sedangkan untuk eksterior Kurang cocok Khususnya pada Kondisi ekstrim, amat lembab dan penggunaan pada suhu di atas 60° C. penggunaan resin ini biasanya pada perckat kayu dan sejenisnya. Douglas (2004) meneliti tentang sifat-sifat fisik flakeboard yang terbuat dari hibrid serat juve dan poplar dengan resin soybean. Disamping itu Douglas juga meneliti fiberboard yang terbuat dari campuran pohon poplar dan corn stalk fibers dengan pengikat matriks soybean atau phenol-formaldehyde (PF) dan urea formaldehyde (UF). Flakeboard dari hybrid poplar dengan resin PF mempunyai kekuatan ikatan adhesive yang terbaik dibanding dengan soybean, Untuk fiberboard, ikatan dengan resin PF mempunyai modulus of rupture (MOR) dan modulus of elasticity lebih tinggi diabanding dengan resin UF atau soybean. Kekuatan ikatan dalam (internal bond) pada papan dengan menggunakan resin PF dan UF lebih tinggi dibandingkan dengan soybean. Thickness swelling setelah 24 jam perendaman dalam air, kekuatan tertinggi terjadi pada soybean kemudian disusul oleh UE dan PF. Pengujian kekuatan ikatan papan yang didihkan selama 2 jam dengan hasil soybean withstood paling tinggi, tetapi ketebalan swelling juga lebih tinggi dibanding dengan PF. Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah hybrid serat juvenile poplars dan resin soybean _mempunyai potensi yang besar dalam industri kayu untuk membuat material komposit. Rodriquez dkk (2005) mempelajari perbedaan sifat mekanik antara serat alam dan serat gelas dengan menggunakan resin unsaturated polyester dan ‘modifikasinya dengan acrylic sebagai matriks, Pembuatan komposit menggunakan vacum infusion, dengan pengujian flexure, tension dan impact test, Katahanan bakar, penurunan panas dan absorbsi air juga di pelajari. Komposit Jute dengan resin polyester ‘mempunyai kekuatan flexure dan tegangan tarik terbesar dan mempunyai energi impak paling rendah Karena strong interphase developed. Flax komposit mempunyai energi impak paling tinggi dibanding dengan komposit alam lainnya karena existence dari mekanisme dissipation energi efektif , seperti pull-out, dan axial splitting dari fiber. Tidak ada komposit alam yang diteliti ini tahan terhadap pembakaran dalam api selama lebih dari 5 menit, semua terbakar habis. Flax komposit terbakar paling lama. Shah dan lakkad (1981) melakukan penelitian untuk mempelajari Komposit hybrid antara serat jute dan serat gelas dalam matriks epoxy dan polyester. Hasil penelitiannya menunjukakan bahwa serat jute mengalami kegagalan awal pada regangan 0,7 %. Hal ini juga menyebabkan kegagalan catastrophic yang tergantung pada fraksi volume serat gelas. Apabila sisa serat gelas dapat menahan beban, maka kegagalan regangan | % dapat dicapai. Roe dan Ansell (1985) menyatakan bahwa besarnya modulus spesifik serat jute adalah 55 GPa, sedangkan serat gelas 29 GPa. Kekuatan spesifik serat jute 340 MPa lebih rendah dibandingkan dengan serat gelas yaitu 1360 MPa. Besamya modulus young komposit serat jute-polyester meningkat secara linear seiring dengan bertambahnya fraksi volume (V9. ‘Tetapi pada Vi = 0,7 harga modulus tersebut menurun secara drastis. Hal ini disebabkan oleh terjadinya delaminasi schingga kegagalan terjadi pada tegangan rendah. Komposit ini mempunyai kekuatan optimum pada Vf = 0,6 dengan regangan 1 %. Besarnya energi patah rata-rata hasil uji impak pada Vf= 0,6 adalah 20 Ki/m ke atas. Sulthoni (1988) menyatakan bahwa hama bubuk tidak menyerang bambu atau kayu yang kandungan gula atau patinya rendah. Secara tradisional orang Jawa menebang bambu atau kayu pada saat kandungan patinya rendah yaitu pada mangsa X dan XI. Cara lain yang juga digunakan menghindari hama bubuk adalah dengan merendam kayu atau bambu ke dalam air selama 2 sampai 3 bulan schingga terjadi 62 MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 proses fermentasi pati dalam bambu atau kayu yang selanjutnya larut dalam air. Pengawetan bambu atau kayu’ dapat juga dilakukan dengan bahan kimia Copper Chrome Arsenit (CCA) seperti yang dilskukan ‘oleh Kumar dan Dobriyal (1990). Pengawetan bambu atau kayu juga telah dikembangkan oleh Morisco (2000) dengan cairan borac 5%. Clark dan Ansell (1986) melakukan modifikasi cara pencampuran komposit hybrid serat jute dan serat gelas dalam matriks polyester untuk memprediksi sifat-sifat tarik laminate yang diamati dan mengontrol kegagalan hybrid laminate pada regangan 0,8 %. Serat dikenai perlakuan kimia yaitu dengan coating metacrylato yang kompatibel terhadap resin polyester. Pengukuran ketangguhan patah (Gic dan Kc) mengindikasikan bahwa laminate hybrid memiliki ketangguhan maksimum Gyc = 12 Kj/m’ pada kondisi layer serat jute berfungsi sebagai sandwich/core diantara serat glass disisi luar. Hybrid laminate direkayasa untuk — meningkatkan ketangguhan, ketahanan impak. Meskipun layer serat sebagai Jamina core, energi patah maksimum komposit hybrid dapat mencapai 45 Kj/m*. Uji ketahanan lingkungan dilakukan dengan mencelupkan kedalam air mendidih dan dikeringkan hingga beratnya sama dengan sebelum pencelupan. Pada lamina plain-3jute-plain (P3JP) dan 3 jute (33), modulus young turun 50 % dan regangan naik pada saat terjadinya kegagalan, Namun perubahan kekuatan tariknya sangat kecil. Semakin lama proses pencelupan, modulus young semakin turun dan regangan meningkat serta pada waktu perendaman tertentu regangan akan konstan, Sanadi dkk (1986) meneliti tentang serat sunhem. Serat sunhem (croalarea juncea) merupakan, salah satu jenis serat yang potensial sebagai penguat plastik untuk memproduksi material murah dengan ketangguha tinggi. Besamya kekuatan tarik serat sunhem adalah 386 MP dengan modulus young 35,6 GPa, Kekuatan tarik komposit serat sunhem-polyester terjadi peningkatan secara linear hingga Vf = 0,4. Hasil uji impak izot juga menunjukan adanya pull out serat dan interface fracture. Song dan hwan (2001) menggunakan resin dyphenylmethane diisocyanate (MDI) sebagai binder pada komposit serat kayu dengan matriks karet ban bekas. Resin MDI berfungsi secara baik untuk mengkonsolidasi_serat kayu dengan matriksnya, Penggunaan matriks karet meningkatkan kakuatan impak izot. Kekuatan bending, modulus bending, kekuatan tarik, modulus young dan kekuatan internal boriding dari ‘spesimen komposit pada kondisi kering dan basah, juga meningkat seiring dengan, eningkatan kadar serat kayu dan jumlah MDI. George dkk (1996) meneliti tentang perlakuan serat daun pinapple (PALF) dengan menggunakan larutan alkali, poly(methylene)-poly(phenyl) isocyante (PMPPIC), silane, dan peroxide. Hasilnya ‘menunjukkan bahwa perlakuan tersebut_mampu meningkatkan viskositas sistem yang terjadi pada interaksi interface matriks serat yang tinggi. Dengan perlakuan peroxide pada komosit PALF-polyethylene (PP), kenaikkan viskositas akan _mengakibatkan terjadinya crosslinking pada temperatur_ tinggi. Interaksi yang kuat ditunjukkan oleh interface dan gesekan antara serat dan matriks yang kuat pula, Perlakuan alkali (NaOH) mampu memperkasar permukaan serat schingga menyebabkan mechanical interlocking yang lebih baik. Pada tahun 1997, George dkk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh lingkungan tethadap sifat_komposit (PALF)-low density polyetylene (LDPE). Pengaruh perlakuan kimia serat mampu menurunkan absorbsi air pada komposit PALF/LPDF. Besamya absorsi tergantung pada jenis perlakuannya (alkali, silane, isocyanate, peroxide), yang menunjukkan bahwa perlakuan kimia dapat ‘meningkatkar, ikatan antara serat dan matriks. Sebagai hasil perlakuan, gugus hydroxyl dengan gugus fungsional coupling agent dapat _mengembalikan ikatan matriks polimer, dan ikatan serat_matriks menjadi stabil. Gugus hydroxy! muncul pada titik Kontak dengan moiekul-molekul air yang direduksi. Perlakuan alkali mampu mereduksi polaritas PALF. Lokasi dibeberapa lignin dekat batas kristal menjaga penetrasi. molekul-molekul air. Peningkatan kristanilitas akibat perlakuan alkali akan mengurangi kapasitas absorbsi air pada serat. Dari berbagai perlakuan, besamya tingkat kemampuan absorbsi air secara berurutan adalah : PMPPIC, silane, NaOH dan DCP. Interaksi interface meningkat dengan urutan DCP, NaOH, silane, BPO dan PMPPIC. Urreaga dkk (2000) melakukan peningkatan compatibility antara material selulosa dan matriks termoplastik dengan cara memodifikasi coupling agent untuk dilakukan uji__ketahanan_—lingkungan, Sebelumnya, sampel dicuei dan dikeringkan pada suhu. 65°C selama 18 jam. Pembentukan coupling agent dilakukan dengan snenggunakan silane-silane. Selulosa direaksikan dengan masing-masing silane dan benzoil peroxida dalam campuran aceton air (95:5/V:v) pada kkondisi atmosfir nitrogen 60°C. Selanjutnys, selulosa dikenai_perlakuan maleated polypropylane, seperti yang dilakukan oleh Felix dan Gatenholm, Hasil uji menunjukkan bahwa proses oksidasi interface meterial selulosa selama proses penguatannya dengan termoplastik mampu meningkatkan sifat-sifat meknis. Proses oksidasi dilakukan dengan memanaskan pada suhu 200°C selama 0, 20, dan 90 menit. Coupling agent mengakibatkan penguatan wama gelap dalam komposit. MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 6 Lignocellulosic alam pada serat kenaf dapat dimodifikasi dengan cara mereaksikannya dalam silane (amino-ethyl amino-propyl trimetoxy silane) berkadar 2% dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperatur 80°C selama 48 jam. Rantai panjang silicone dari silane dapat meningkatkan keuletan antar muka serat dan resin. Tetapi rantai panjang silicone yang berlebihan dapat juga meningkatkan reaksi crosslinking yang dapat membentuk interface getas. Sebagai coupling agent antara serat dengan matriks PP digunakan maleic anhydric grafted polypropylane (MAPP). MAPP sebagai stabilizer mampu meningkatkan gaya adhesi interface. Hasil uji tarik komposit serta kenaf-PP (pada 20 % berat serat) dengan MAPP mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dan regangannya mencapai 12 %. Penambahan kadar MAPP juga akan meningkatkan kekuatan tarik komposit. Kekuatan tarik spesifik dan modulus young spesifik komposit serat kenaf-PP dengan Vf = 50 % sebanding dengan komposit serat gelas dengan Vf = 40%. Hasil ini menunjukkan serat kenaf merupakan serat organik penguat altenatif yang baik. Selama penggunaan, absorsi air yang tinggi dari serat kenaf (lignocellulosic) tidak berbahaya. MAPP dan Epolene G-3002 digunakan sebagai coupling agent untuk meningkatkan compatibility dan adhesi antara serat dan matriks, Spesimen dibuat dengan meneampur serat-PP (uncoupled) atau serat dengan PP dan MAPP (coupled). Kurva tegangan-regangan menunjukkan, komposit uncoupled gagal pada regangan 10 %, dan kegagalanya terjadi pada regangan yang menurun seiring dengan penambahan serat (Sanadi dkk, 1995), Penambahan MAPP (coupled system) mengikuti trend uncouled system, kecuali pada kegagalan regangan dengan jumlah serat banyak. Kekuatan tarik dan modulus flexure kenaf-PP menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan penambahan Vf. Kekuatan impak juga meningkat seiring dengan penambahan jumlah serat, tetapi selanjutnya konstan, pada 45 % berat serat. Pada penelitian laminate hybrid serat jute dan serat gelas yang dilakukan Clark dan Ansell (196), serta dikenai perlakuan kimia dengan metha-crylato silane. Penambahan core serat gelas_menunjukkan cara yang baik unk meningkatkan energi perpatahan laminate. Namun cara dengan menggunakan serat ini Kurang efektif untuk menigkatkan ketangguhan pada arah. yang lain. Lamina J3JP memiliki energi patah impak sekitar 44 kI/m?, tetapi rata-rata pelepasan energi regangan kritis kurang dari 10 kJ/m’. Hal serupa, pada lamina PJPJP memiliki kerja patah impak 24 KJ/m? dan harga Gj sekitar 12 KJ/m’. Uji lingkungan juga dilakukan dengan perendaman air pada suhu kamar. Hasilnya menunjukkan bahwa komposit dengan seal diujungnya akan mengabsorbsi air lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa seal. Karmaker dkk (1994) membuktikan bahwa semua air pada komposit serat jute-polypropelene (JR. PP) diabsorbsi oleh serat jute. Laju absorbsi tergantung pada arah serat. Setelah melampauj absorbsi air maksimum, kadar air dalam komoposit akan tetap sama. Penyusutan thermal polypropelene menimbulkan gap antara JF dengan PP. Pembengkakan serat akibat absorbsi air dapat mengisi gap ini dan meningkatkan kekuatan geser. Namun pada kasus jute-yarn, pembengkakan serat secara individu tidak dapat meningkatkan kekuatan geser karena void tak terisi, Jadi adanya serapan air oleh komposit pada serat tunggal yang ditanam dalam matriks polimer tidak berbahaya tethadap sifat-sifat mekanisnya. Penelitian pengaruh iklim pada kerusakan wama komposit serat alam (kayu, serabut kelapa, sisal dan jute) dengan matriks cermoplastik high density polyethylene (HDPE) dan polyprolylene (PP) dilakukan oleh Falk dkk (2000) untuk aplikasi pada atap. Komposit dibuat dengan cetak tekan dan range kandungan serat yang diteliti adalah antara 0 sampai 70%. Pemudaran warna lebih cepat terjadi pada spesimen komposit dengan matriks PP. Spesimen dengan kadar serbuk kayu yang lebih banyak akan mengalami pemudaran warna yang lebih cepat juga. Penambahan zat pewama pada komposit dengan matriks PP dan HDPE akan memperlama proses pemudaran. Komposit sandwich merupakan jenis komposit yang sangat cocok untuk menahan beban lentur, impak, meredam getaran dan suara. Pada komposit GERP penambahan serat woven roving (WR) mampu meningkatkan kekuatan tarik komposit sekitar 20 % diatas kekuatan komposit serat chopped strand mat (CSM). Kekuatan tertinggi dicapai untuk arah serat - 45° dan +45°, Penambahan serat CSM di antara layer serat_ woven roving dapat mengatasi_ penurunan kekuatan komposit, yang disebabkan oleh adanya dacrah yang miskin serat. Besarnya peningkatan ketahanan impak tersebut mencapai 87 %. Hasil penclitian Diharjo dan Kowangid (2002) menunjukkan bahwa komposit GFRC dengan core PVC yang mempunyai massa jenis lebih tinggi akan mempunyai kekuatan bending dan impak yang lebih tinggi pula, Dalam penelitian tersebut digunakan PVC seri H 100 dan H 200, Tebal layer komposit GFRC bagian muka dan belakang masing-masing adalah 10 mm. Pembebanan dikenakan pada sisi _muka. Berdasarkan analisa perbandingan antara kekuatan bending dan impak pada komposit GFRC dengan bentuk sandwich-nya, maka terjadi_ peningkatan kekuatan bending dan impak pada komposit sandwich yang signifikan, 4 MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 Pengujian beban kombinasi antara momen puntir dan momen lentur pada komposit serat woven roving glass reiforced polymer (GRP) pernah dilakukan oleh Wafa dk (1997). HasiInya menunjukkan bahwa aplikasi kriteria kegagalan pada GRP untuk kondisi beban Kombinasi tersebut boleh digunakan pada susunan serat 0/90. Kontur kegagalan yang berbeda, dimana untuk amplitudo o,/t,, <2, Ha dapat diperoleh dengan persamaan Tsai Wu, sedangkan untuk Oy/ty 2 2, Hi hanya diperoleh dengan kurva S-N untuk momen lentur murni dengan persamaan Tsai Wu. Pada kondisi beban berbeda-beda seperti level tegangan bertambah, penurunan umur lelah cukup tinggi bila dibandingkan dengan sefase, Analisis Mikro Sifat-Sifat Mekanis Material Komposit. Prediksi sifat-sifat mekanis pada material biasanya dengan menggunakan kaidah Modified Rule of Mixture (MROM) yang merupakan modifikasi dari Rule of Mixture (ROM), yang berdasarkan pada beberapa asumsi diantaranya, seluruh serat tersebar merata dan searah (paralel) satu sama lain. Antara serat dan matriksnya tersambung dengan baik. Saat pembebanan, tidak ada gerakan relatif antara serat dan matriksnya sehingga serat, matriks dan komposit ‘mempunyai regangan (e) yang sama. fe = & = Em (0) hubungan antara gaya yang bekerja pada komposit (P.), serat (P;) dan matriks (P,,) dirumuskan dengan: @) Diasumsikan panjang regangannya sama, maka panjang Le = Lf = Lm. Selanjutnya diperoleh hubungan antara tegangan (o) dan luas penampang (A) sebagai berikut : Pe= Prt Pm Oe Ac = Of Act Om Am @) Vm vr=1 4 atau 6, = 6/0. + Gn Um =O; Ve Gm( 1-0) (8) dengan by = fraksi volume serat dan Um = fraksi volume matriks Modulus elastisitas dari material komposit (E,) dengan gaya'tarik yang searah serat dapat dihitung menggunakan persamaan E, = Ervyt Em (1-0) © TUJUAN, MANFAAT DAN KETERBATASAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah mempelajari sejauh mana kelayakan daun pandan alas sebagai serat penguat dalam material komposit yang ditinjau dari kekuatan tarik dan berat jenisnya. Sebagai bahan pembanding digunakan fiber glass yang sudah ada dipasaran, Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah membuka potensi alam yang belum digunakan secara optimal. Daun pandan alas merupakan potensi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penguat komposit. Beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang berkaitan dengan waktu. dan biaya diantaranya, serat pandan alas belum dianalisis secara kimiawi untuk mengetahui kandungan material penyusunya. Pengaruh formalin pada serat terhadap ketahanan pembusukan belum diteliti secara ‘detail. Pengukuran berat jenis serat belum memperhitungkan ‘kadar air yang terkandung didalamnya, Perlakuan hanya dikeringkan sekitar delapan jam diudara terbuka dengan sinar matahari, kemudian disimpan ditempat kering dan diukur berat jenisnya. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Eksperimen Bahan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah : bahan penguat komposit alami berasal dari serat daun pandan alas yang diambil dari daun pandan alas dengan cara mekanis/cara tradisional berdasarkan studi ke pengrajin serat, bahan penguat komposit sintetis dari fiber glass lurus, bahan pengawet serat pandan alas menggunakan formalin teknis 37 . Bahan pengikat/matriks. yang digunakan adalah bahan polimer jenis resin poliester tak jenuh (Unsaturated polyester resin) yang diproduksi oleh PT. Justus Sakti Raya Ltd. Semarang beserta Katalisnya dan resin UF (Urea Formadehyde) seri UA-104 produksi PT. Palmolite Adhesive Industry di Probolinggo dengan HU-12 sebagai hardenemya, Mesin/alat yang dibutuhkan adalah : mesin uji tarik digital untuk serat dan kertas “pearson”, mesin ji tarik komposit “servo pulser” merk shimadzu, mikroskop binokuler_merk olympus dengan lensa pembesaran 100 kali, dan timbangan serat “sartorius”, sedangkan peralatan yang harus disiapkan antara lain: gelas ukur, pipet ukur, cetakan matriks, cetakan komposit, pisau, gunting, lem, mistar, kikir dan gergaji. MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 65 Serat daun pandan alas Serat daun pandan alas dibuat dengan mengambit serat dari daun pandan alas, Tumbuhan pandan alas yang dipilih dalarn penelitian ini diambil dari daerah Kepuharjo, Cangkringan, Sleman. Gambar 1. Pohon pandan alas Langkah-langkah untuk mendapatkan serat_ daun pandan alas adalah sebagai berikut : a. Daun pandan alas yang sudah cukup tua dipotong sepanjang ujung sampai pangkal daun, kemudian dijemur hingga layu selama 6-10 jam. b. Daun yang sudah layu dipotong di bagian ujung daun sepanjang 10-15 cm, dan pada dagian yang berduri pada kedua sisi daun dibuang, c. Pisahkan daun bagian atas (yang mengandung gajih) dengan daun bagian bawah (punggung daun), dengan cara membagi penampang daun di bagian ujung menjadi dua bagian dengan menggunakan jari tangan d, Daun bagian atas dikerjakan lebih lanjut, dengan menggunakan bagian yang tumpul dari pisau. Gajih, daun dikerok hingga terkelupas sehingga diperoleh serat daun yang terpisah dari gajih daun, sedangkan bagian yang lain (punggung daun) dibuang. €. Bersihkan serat yang telah diperoleh, dari sisa gajih daun yang masih menempel, kemudian serat dikeringkan dengan diangin-anginkan hingga kering untuk menurunkan kadar air pada serat, sebelum ddisimpan agar tahan lama. Serat yang sudah kering disimpan dalam tempat yang sejuk dan kering (tidak lembab) serta mampu menyerap air. Pengujian serat daun pandan alas dan fiber glass Perlakuan serat pandan alas dimaksudkan untuk mempersiapkan serat yang tahan terhadap serangan bakteri/mikroorganisme yaitu dengan cara merendam serat pandan alas ke dalam Jarutan formalin (formaldehyde) berkonsentrasi 5% sampai 37 % selama tiga jam. Serat diuji tarik dengan standar ASTM D 3379-75 pada gambar 3 dengan mesin uji tarik serat dan Kertas, kemudian diukur luas penampang patahnya dengan cara menanam serat ke dalam cetakan resin sehingga memudahkan pengukuran Iuas penampangnya dengan menggunakan mikroskop binokuler pembesaran 100 kali. Gambar 2. (a) Pelepasan serat dari daun pandan (b) serat dari daun pandan Section bummed or cut away afer gripping in test machine Cemen oF wax Grip Area Width @ Grip Area Gambar 3, (a) Spesimen uji tarik serat tunggal (ASTM D-3379-75) (b) Penampang melintang serat pandan alas (perbesaran 100 X) 66 MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 Pengujian matriks dan komposit Pembuatan spesimen ji matriks dilakukan dengan menuangkan cairan resin yang telah dicampur dengan katalis/hardener ke dalam cetakan dengan variasi konsentrasi 0,5 %, 1% dan 1,5 % pada resin poliester dan 0,5 %, 0,75 % dan 1 % pada resin UF. Pemberian variasi konsentrasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat matriks yang optimal. Setelah benda uji tarik matriks mengering, matriks dapat dilepaskan dari cetakan yang selanjutnya dikerjakan Iebih lanjut untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai dengan standar pengujian matriks ASTM D 638-90 pada gambar 4. Pengujian komposit dilakukan dengan cara ‘mengatur komposisi bahan penyusunnya berdasarkan fraksi volum yang terdiri dari 30 % serat dan 70 % bahan matriks, Sebelum dimasukkan cetakan, volume serat diukur dalam gelas ukur dan serat di timbang menggunakan alat ukur dengan ketelitian 0,01 gram. Volume dan berat serat ini digunakan untuk menentukan berat jenis serat, demikian halnya bahan ‘matriks juga diukur dan ditimbang untuk menentukan berat jenis matriks. Lembaran komposit yang sudah mengeras kemudian dipotong menjadi spesimen tarik sesuai prosedur ASTM D 3039-76 pada gambar 5, kemudian diuji tarik untuk miengetahui sifat-sifat mekanisnya. Po Ce. _ keterangan W_—_: Width of narrow section L__ + Length of narrow section Wo — : Width overall, min. Lo: Length overall, min G — : Gage length D__: Distance between grips R —: Radius orflet in mm 0s 13 2.25 87 0.75 19 65 165 20 50 45 115 3.0 76 Gambar 4. Spesimen uji matriks (Standar ASTM D 638-90). 38mm (1.5 in) minimum Gage length plus 2 x Spesimen width 38 mm (1.5 in) minimum | | | 29° Specimen width Tab thickness Specimen thickness Gambar 5. Spesimen uji tarik komposit (ASTM D 3039-76) ‘MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 67 DATA HASIL PENELITIAN Sifat fisik yang diteliti pada bahan-bahan penyusun komposit adalah : Tabel 2. Berat jenis beberapa material penyusun komposit Nama material are ae Serat pandan alas 0,96 Fiber glass 0,31 Resin polyester 1,05 Urea formaldehyda 1,270 — 1,290 Tabel 3. Kekuatan tarik serat glass (fiberglass) No [Beban maks] Laas penampang [Kekuatan tarik (kg) (mm’) (kg/mm) 1. 1,92 0,0604 31,788 2. 135 0,0603 22,388 3. 0,65 0,0603 10,779 Kekuatan tarik matriks resin poliester dengan berbagai konsentrasi hardener bisa dilihat pada Gambar 6. i | Provnts hardnar Gambar 6. Kekuatan tarik matriks resin poliester dengan berbagai konsentrasi hardener PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian tersebut temnyata serat pandan alas memiliki kekuatan tarik tiga kali lebih tinggi dibandingkan serat glass (fiber glass) seperti terlihat dalam gambar 7. Apabila dilihat dari kekuatan tariknya maka serat pandan alas mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan guna menggantikan fiber glass. ‘Angka 5 % yang tercantum pada gambar 8 didefinisikan sebagai serat pandan. alas yang di rendam dalam formalin dengan kadar 5 %, demikian pula angka 10 %, 15% dan seterusnya, Sedangkan angka 0 % menunjukkan serat pandan alas yang tidak direndam dalam formalin, Serat pandan alas merupakan serat alami yang rentan terhadg pembusukan akibat aktivitas bakteri. Salah satu cary untuk mencegah pembusukan tersebut adalah dengan perendaman serat pandan alas kedalam formalin, Perendaman serat_ pandan alas kedalam larutan formalin selama 1 jam dapat menurunkan Kekuatan tarik 7 % hingga 13 %, yaitu dari 72,44 kg/mm? menjadi 67.23 kg/mm’ hingga 62,83 kg/mm’, Kekuatan tarik serat pandan alas yang direndam | dalam larutan formalin dengan konsentrasi berbeda dapat dilihat pada gambar 8. T2A8 8 Be & = °e 21,65 = ¢ : 3 fiberglass Gambar 7. Perbandingan kekuatan tarik serat pandan alas dengan fiber glass serat pandan alas Kekuatan tari srt pandan alas (kg/mm) o 5 0 % 0 = » % «0 Konsontrasfomatin (5) Gambar 8. Pengaruh konsentrasi formalin terhadap kekuatan tarik serat pandan alas Apabila dibandingkan secara_terpisah, serat pandan alas mempunyai kekuatan lebih tinggi dari fiber glass tetapi untuk membuat komposit yang mempunyai kekuatan yang relatif tinggi diperlukan kajian matriks yang lebih mendalam. Resin Polyester merupakan polimer yang dipilih sebagai matriks untuk membuat meterial komposit dengan bahan penguat serat pandan alas dan fiber glass. Alasan utama yang mendasari pemilihan resin tersebut adalah ketersediaan yang cukup banyak dipasaran dan mudah didapat. Untuk proses cetak Komposit cara dingin, temnyata resin polyester hanya cocok untuk fiber glass, Resin ini tidak 8 MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVIII Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 dapat merekat erat dengan serat pandan alas bila etakaanya dalam keadaan dingin, oleh Karena itu Giperlukan polimer lain yang diharapkan cocok dengan ‘erat pandan alas yaitu Urea Formaldehyde (UF). UF secara luas sudah dimanfaatkan dalam dunia kayu lapis don kayu partikel sebagai perekat yang handal. Karena sifat serat pandan alas dan kayu tidak terlalu jauh berbeda maka UF digunakan untuk membuat komposit serat pandan alas. Proses cetakan dingin yang dilakukan dalam penelitian ini tidak cocok untuk membuat Komposit serat pandan alas, baik menggunakan matriks polyester maupun UF. ‘Akibatnya kekuatan Komposit yang terbentuk tidak sesuai dengan dasar teori, Untuk memperoleh hasil yang optimal perlu menggunakan cetakan panas atau ‘etakan dingin dengan menggunakan mengontrol tekanan dan temperatur seperti yang dilakukan dalam proses pembuatan kayu pattikel. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambi? dalam penelitian int adalah : a, Kekuatan tarik serat pandan alas dapat mencapai 72,44 kg/mm’ yang berarti 3 kali lebih tinggi dari kekuatan tarik fiber glass yaitu 21,65 kg/mm’ . Berat jenis serat pandan alas tiga kali lebih tinggi dibandingkan berat jenis fiber glass ©. Perendaman serat pandan alas kedalam larutan formalin: berpengaruh menurunkan kekuatan tarik hingga 13%, SARAN Untuk lebih meningkatkan optimalisasi penggunaan serat pandan alas sebagai material pengisi komposit, perlu diteliti lebih lanjut sifat-sifat kimia polimer yang cocok untuk serat alam. Proses cetakan komposit pandan alas harus memperhatikan tekanan, temperatur dan waktu yang diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Clark R.A. and Ansel M.P., 1986. Jule and Glass Fibre Hybride Laminates, Journal of Material Science 21, pp. 269-276, UK. Douglas D, S., Monlin K, 2004. Composite Product ‘from Juvenile Hybrid Poplars Bonded with Crosslinked Soy Adhesive. Journal of Composite Materials, Vol 39, SAGE Publication. George J, Bhagawan SS. dan Thomas S., 1997. Effect of Environment on Properties of Low Density Polyethylene Composites Reinforced with Pineapple Laef Fibre. Journal of Composites Science and Technologi 58, UK. George J., Janardhan R, Anand J.S., Bhagawan S.S. dan Thomas S., 1996. Melt Rheological Behavior of Short Pineapple Fibre Reinforced Low Density Polyethylene Comosites. Joumal of Polymer, Volume 37, No 24, Gret Brittain. George, J., Thomas, S., and Bhagawan, S.S., Viscoelastic Properties of Short Pineapple Fibre Rainforced Low Density Palyethylene Composites, Mahatma Gandi University of India. Gibson, R,F,, 1994, Principle of Composite Material Mechanics, McGraw Hill, Inc, Hartomo, A.J., Rusdiharsono, D, Hardjanto, 1992, Memahami polimer dan perekat, Andi Ofset, Yogyakarta. Mathews, E.L. and Rawling, RD., 1994. Composite Material: Engineering and Science, Chapman & Hall, London. Rodriquez E, Petrucci R, Puglia D, Kenny J.M., Vazquez A., 2005. Characterization of Composits Based on Natural and Glass Fibers Obtained by Vacuum Infusion. Journal of Composite Materials, Vol. 39, No. 3, 265-282, SAGE Publication. Roe P.J. dan Ansel MP., 1985. Jute-Reinforced Polyester Composites. Journal of Material Science, pp. 4015-4020, UK. Sanadi AIR, Prasad S.V. dan Rohatgi P.K., 1986. Sunkemp Fibre-Reinforced Polyester. Journal of Material Science 21, pp. 4299-4304, UK. Shackelford, 1992. Introduction to Materials Science for Engineer. Third edition, Mac Millan Publishing Company, New York, USA. Sriati Djaprie dan Shinroku Saito, 1985. Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Pradnya Paramita. Sudiyatno, 1997. Effect of Chemical Tratments to Wood Fibre on The Mechanical Properties of Wood Fibre/Polypropylene Composite, ‘Thesis Master, The University of Auckland. Urreaga JM. Matias M.C., Orden MUDL., ‘Munguia M.A.L, dan Sanchez C.G., 2000. Effect of Coupling Agent on the Oxidation and Darkening- of Sellulosie Materials Used as Reinforcement for Thermoplastic Matriies in Copmposites. Journal of Polymer Engineering and Science, February Ed., Vol. 4, No.2. Wafa M.N.A., Hamdy AH, dan Bl-Midany A.A., 1997. Combined Bending and Torsional Fatigue of Woven Roving GFRP. Journal of Engineering Materials and Technology vol. 199 pp. 180-185, ASME, Canada, USA. MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XVI Edisi Februari 2006 No.ISSN 0216-3012 69

You might also like