You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

A. Pengertian
Efusi pleura adalah adanya cairan yg berlebih dalam rongga pleura baik
transudat maupun eksudat. (Smeltzer C Suzanne, 2001)
Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam rongga
pleural, antara lapisan visceral dan parietal. (Mansjoer Arif, 2001)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi cairan yang
abnormal dalam rongga pleura. (Brunner dan Suddarth, 2001)
Jadi kesimpulan Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau
penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura diantara permukaan
visceral dan parietal yang berupa transudat maupun eksudat.
Klasifikasi Efusi Pleura :
1. Efusi Pleura Transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat
karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik
(hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang meningkat (atelektasis
akut)
Ciri-ciri cairan :
a. Serosa jernih
b. Berat jenis rendah (< 1.012)
c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d. Protein < 3 %
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan
hydrothorax, penyebabnya :
a. Payah jantung
b. Penyakit ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorpsi)
2. Efusi Pleura Eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang
berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (misal pneumonia) atau
drainase limfatik yang berkurang (misal obstruksi aliran limfa karena
karsinoma)
Ciri cairan eksudat :
a. Berat jenis > 1,015 %
b. Kadar protein > 3 % atau > 30 g/dl
c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d. LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 bagian batas atas LDH serum
normal
e. Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini :
a. Kanker : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatik
ke paru atau permukaan pleura
b. Infark paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis virus

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

Paru-paru merupakan organ berbentuk kerucut yang terletak dalam


rongga toraks atau dada, kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh
darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Arteri
pulmonalis dan darah arteria bronkhialis, bronkus, saraf dan pembuluh
limfe masuk pada setipa paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura
interloaris. Paru-paru dibagi menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut
dibagi lagi menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronkus paru
kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri dibagi menjadi 9.
Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia biasanya hanya
terbatas pada 1 lobus dan segmen saja. Pleura ada 2 macam : pleura
parietal yang melapisi rongga torak sedangkan pleura viseralis yang
menutup setiap paru-paru. Diantara pleura parietal dan viseralis terdapat
cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah
pemisahan thorak dan paru-paru. Sifat ini analog dengan 2 slide dari gelas
yang saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu
sama lain, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah begitu
saja hal yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang terdapat antara
paru-paru dan toraks. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru-paru. Ketika paru
terserang penyakit, pleura mengalami perdangan, udara atau cairan dapat
masuk kedalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau
kolaps. Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang
membentuk dasar rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari
rongga abdomen. (Syaufudin, 1997)
2. Fisiologi
a. Definisi pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi, jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara O2 ditarik
masuk kedalam darah dan CO2 akan dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke atrium sinistra ke
aorta keseluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel) disini terjadi
oksidasi (pertukaran) sebagai ampas (sisa) dari pembakaran adalah
CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui pembuluh darah vena masuk ke
atrium dekstra ke otak kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan-jaringan paru akhirnya
dikeluarkan menembus lapisan epitel dan alveoli. Proses pengeluaran
sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus
urogenetalis dan kulit.
b. Fungsi Pernafasan
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang karena
tidak berguna lagi oleh tubuh
3) Menghangatkan dan melembabkan udara
c. Proses terjadinya pernafasan
Dibagi dalam dua :
1) Inspirasi (menarik nafas)
2) Ekspirasi (menghembuskan nafas)
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus menerus bernafas merupakan
gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan.
Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak
didalam sumsum penyambung (medulla oblongata) oleh karena
seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat nafasnya,
ini berarti reflek bernafas ini juga dibawah pengeruh korteks serebri.
Pusat pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam
darah dan kekurangan dalam darah.
Inspirasi terjadi jika muskulus diafragma telah dapat rangsangan
dari nervus frenikus lalu mengkerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat
rangsangan kemudian mengkerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar
dengan demikian jarak antara sternum dan vertebra semakin luas.
Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik, dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan didalamnya
berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara didalam keluar. Jadi proses
pernafasan ini terjadi karena adanya tekanan antar rongga pleura dan
paru-paru.
d. Pernafasan jaringan (pernagasan interna)
Hemoglobin yang banyak mengandung O2 dari seluruh tubuh
masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah
mengeluarkan O2 kedalam jaringan, mengambil CO2 untuk dibawa ke
paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
e. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 5000 ml (4,5
5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)
hanya 10 %, 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal air) yaitu
yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
f. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu
merangsang pusat pernafasan yang terletak didalam medulla oblongata
kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf
spinal.
Otot diafragma / interkostalis pengendalian oleh saraf pusat
otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls eferen ke
otot pernafasan melaui radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma
oleh saraf pernikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada
otot diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 x
setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara
kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan,
pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali
harus tetap dipertahankan, CO2 adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernafasan.
g. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal
maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada
bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga
pernafasan terbalik.
Kecepatan setiap menit :
Bayi baru lahir : 30 40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
2 -5 tahun : 24 x/menit
Orang dewasa : 10 20 x/menit
h. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
O2 dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat
membutuhkan O2 dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan O2
dalam 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak
dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan
O2 berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis
misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang
kapal, kapal uap dan lain-lain, bila O2 tidak mencukupi maka warna
darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi
pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.
C. Etiologi
Etiologi (Davey, 2002) dari efusi pleura :
1. Efusi pleura transudat
a. Gagal jantung
b. Sindroma nefrotik
c. Hipoalbuminemia
d. Sirosis hepatis
2. Efusi pleura eksudat
a. Pneumonia bakterialis
b. Karsinoma
c. Infark paru
d. Pleuritis
Etiologi secara umum (Mansjoer, 2001)
1. Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik
2. Kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonal dan perikarditis
3. Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses, sindroma meigs
4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan
parasit
5. Trauma
6. Lain-lain seperti SLE, rhematoid arthritis, sindroma nefrotik atau anemia

D. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan dipisahkan oleh
selaput tipis cairan serosa memperlihatkan keseimbangan antara transudasi
dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral, parietal dan
saluran getah bening. Efusi pleura penimbunan cairan dalam rongga pleura
berupa transudat / eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan
vena pulmonalis, mis. CHF (keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh) pada hipoproteinemia ( penyakit hati
dan ginjal, penekanan tumor pada vena kava. Cairan pleura tertimbun pada
dasar paru-patu akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat timbul karena
ada peradangan / keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas
kapiler / gangguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan
transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat jenisnya.
Transudat BJ 1,015 kadar protein < 3 %, BJ dan kadar protein eksudat
lebih tinggi.

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) :
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosintesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbilkan gejala subjektif seperti
nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 1,5 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pemgeluaran cairan berikutnya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk, dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan O2 karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan O2 sehingga dyspnea
akan semaikn meningkat pula.
5. Biopsi pleura
Untuk mengetahui adanya keganasan.

G. Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru
(Mansjoer, 2001)

H. Pengkajian Fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Terkait dengan kapan terjadinya keluhan, gejala dan pengobatan yang
sudah dilakukan
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Menderita CHF, penyakit ginjal, penyakit hati dan malabsorpsi
2) Menderita penyakit pada paru akibat bakteri ataupun virus
3) Menderita Ca pada paru atau pun pernah menderita Ca di daerah
lain
d. Riwayat penyakit keluarga
1) Keluarga ada yang Ca paru
2) Ada yang menderita TBC
3) Pneumonia
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolik
Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi penekanan
lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada lambung sehingga
terjadi nausea (mual dan muntah)
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga suplay O2 menurun yang menyebabkan hipoksia
dan pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas
d. Istirahat dan tidur
Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi istirahat
tidur
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. TTV :
RR : takipneu
N : takikardia
S : jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : bisa hipotensi
d. Kepala : mesocephal
e. Mata : conjungtiva anemis
f. Hidung : sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru-paru)
Inspeksi : terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas,
tampak penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : vokal premitus menurun
Perkusi : pekak (skonidulness), redup
Auskultasi : bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat : sudut kostofrenik tumpul
Obstruksi diafragma sebagian putih komplet (opaqul densitas) pada
area yang sakit
b. Torakosintesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah
bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan keganasan
d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi,
PaCO2 kadang-kadang meningkat, PaO2 mungkin normal atau
menurun, saturasi O2 biasanya menurun

I. Pathways Keperawatan
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan O2 pada alveoli
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh penimbunan
cairan yang berlebih
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke
jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah

K. Intervensi dan Rasional


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal
Pada pemeriksaan sinar x dada tidak ditemukan adanya akumulasi
cairan
Bunyi nafas terdengar jelas
Intervensi :
a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap
perubahan yang terjadi
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman
pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi
pasien
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan
O2
d. Observasi TTV (suhu, nadi, tekanan darah, RR) dan respon pasien
Rasional : Peningkatan RR dan tachikardia merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru
e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2 4 jam
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada
bagian paru-paru
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2
Rasional : Pemberian O2 dapat menurunkan beban pernafasan dan
mencegah terjadinya sianosis akibat hipoksia
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan O2 pada alveoli
Tujuan : Tidak ada gangguan pertukaran gas
KH :
PaO2 : 85 100 mmHg
PaCO2 : 35 45 mmHg
Tidak ada dyspnea
Tidak ada tachipneu
Intervensi :
a. Observasi pernafasan
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan
kebutuhan O2
b. Posisikan kepala klien lebih tinggi
Rasional : Membantu pengembangan ekspansi paru
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemeriksaan AGD
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat gangguan dalam
pertukaran gas
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh penimbunan
cairan yang berlebih
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
KH :
Ekspresi wajah rileks
Keluhan nyeri berkurang atau hilang
TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadinya komplikasi
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Untuk meringankan nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Untuk meringankan nyeri
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke
jaringan
Tujuan : Klien toleran terhadap aktivitas
KH :
Klien tidak tampak kelelahan
Klien mampu beraktivitas
Tidak ada dyspnea saat aktivitas
Intervensi :
a. Observasi pernafasan klien
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan
kebutuhan O2
b. Posisikan klien pada semi fowler
Rasional : Meningkatkan pengembangan paru
c. Anjurkan klien untuk banyak tirah baring
Rasional : Untuk mengurangi sesak nafas
d. Kolaborasi pemberian O2 nasal atau masker
Rasional : Memenuhi kebutuhan O2 paru dan jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan yang disajikan habis
BB tidak turun drastis
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan
belum baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi
d. Lakukan oral hygiene setiap hari
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu
makan
e. Sajikan makanan semenarik mungkin
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan
nafsu makan
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP
Rasional : Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
pembentukan antibodi karena diit TKTP menyediakan kalori dan
semua asam amino esensial

You might also like