You are on page 1of 18

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut

2 Mei 2015 | dellapratamiyusnitaayahoocom

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang secara
cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang brkembang cepat.
Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum
meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari
dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400 ml/hari).
Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang amerika
mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika kemampuan pemekatan urine maksimum
sekitar 1200 mOsm /L air, maka kehilangan air obligat dalam urine adalah 500 ml. oleh karna
itu ,bila keluaran urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan jat terlarut
tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria bukan
merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru mengesankan bahwa pada
sepertiga hingga separuh kasus ARF,keluaran urine melebihi 400 ml /hari.dan dapat
mencapai hingga 2L/hari.

Bentuk ARF ini disebut ARF keluaran- tinggi atau disebut non-ologurik. ARF
menyebabkan timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal
kronik,yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan endokrin ginjal.
Namun demikian, Osteodistrofi ginjal dan anemiabukan merupakan gambaran yang lazim
terdapat pada ARF karena awitanya akut.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum : Mampu memahami tentang Gagal ginjal aku (GGA) ?

2. Tujuan khusus :

a. Mengetahui defenisi gagal ginjal akut?

b.Mengetahui etiologi gagal ginjal akut ?

c. Mengetahui manifestasi klinis ?

d. Mengetahui dan memahami anatami fisiologi gagal ginjal akut?

e. Mengetahui patofisiologi gagal ginjal akut ?

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi

Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan
hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium didalam darah atau produksi urin.

Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah berkembang untuk
melaksanakan sejumlah fungsi penting, seperti : ekskresi produk sisa metabolisme,
pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam yang sesuai, dan sekresi
berbagai hormon dan autokoid.

Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan
mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), di
sertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin).

B. Etiologi

1. Penyebab pre-renal yang disebabkan karena hipolovmia, penurunan dari curah jantung
yang terjadi pada gagal jantung kongestif, infark miokardium, temponade jantung dan emboli
paru, vasodilatasi, dan peningkatan resistensi pembuluh darah ginjal.

2. Penyebab renal kelainan yang terjadi karena pembuluh darah ginjal, penyakit
glomerulus, nekrosis tubulus akut, d penyakit interstisial.

3. Penyebab post-renal karena sumbatan dari ureter yang terjadi, dan juga karena
sumbatan uretra.

Penyebab lazim gagal ginjal akut :

1. Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute meliputi:

a. Perdarahan :operasi besar, trauma, pascapartum

b. Dieresis berlebihan

c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah, diare

d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga : lika bakar ,peritonitis, prankretitis

2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif

a. Penurunan curah jantung: infrak miokardium , distritmia, gagal jantung

b. Vasodilitasi perifer :sepsis anafilaksis obat anestesi, nitrat.

c. Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati.

C. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari penyakit gagal ginjal akut, yaitu sebagai berikut:

1. penderita tampak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah, diare, pucat
(anemia), dan hipertensi.

2. Nokturia (buang air kecil di malam hari).

3. Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki. Pembengkakan yang menyeluruh


(karena terjadi penimbunan cairan).

4. Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki.

5. Tremor tangan

6. Kulit dari membran mukosa kering akibat dehidrasi

7. Nafas mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang dapat dijumpai adanya
pneumonia uremik.

D. Anatomi fisiologi

Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal merupakan dua
buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan. Ginjal terletak pada
dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal disebelah kanan dan kiri tulang
belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di belakang peritoneum atau di luar
rongga peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari
ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan.
Masing-masing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm. Berat ginjal
pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram. Ginjal ditutupi oleh
kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul dibuka terlihat permukaan ginjal yang licin
dengan warna merah tua. Ginjal terdiri dari beberapa bagian, yaitu antara lain:

1. Bagian dalam (interna) medula

Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang
mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis.
Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan duktus koligens terminal.

2. Bagian luar (eksternal) korteks

Subtansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula.


Substansia ini tepat di bawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang
berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara piramid dinamakan kolumna
renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan
duktus koligens. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap
nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron dapat menerangkan
fungsi dari ginjal. Nefron terdiri dari bagian-bagian berikut :
1. Glomerulus

Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsul
Bowman dan menerima darah arteriolaferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui
arteriol eferen. Glomerulus berdiameter 200m, mempunyai dua lapisan Bowman dan
mempunyai dua lapisan selular yang memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan
filtrat dalam kapsula Bowman.

2. Tubulus proksimal konvulta

Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula Bowman dengan panjang
15 mm dan diameter 55m.

3. Gelung henle (ansa henle).

Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis, selanjutnya ke segmen tebal
panjangnya 12 mm, total panjang ansa henle 2-14 mm.

4. Tubulus distal konvulta

Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letaknya jauh dari
kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke
duktus koligens yang panjangnya 20 mm.

5. Duktus koligen medula

Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus dari ekskresi
natrium urine terjadi di sini. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi
kalsium.

Fisiologi ginjal :

Fungsi ginjal secara keseluruhan di bagi dalam dua golongan yaitu :

a. Fungsi ekskresi
1. Mengekskresi sisa metabolisme protein, yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat anorganik,
dan asam urat.

2. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Menjaga keseimbangan asam dan basa.

b. Fungsi Endokrin

1. Partisipasi dalam eritropoesis. Menghasilkan eritropoetin yang berperan dalam


pembentukan sel darah merah.

2. Menghasilan renin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.

3. Merubah vitamin D menjadi metabolit yang aktif yang membantu penyerapan


kalsium.

4. Memproduksi hormon prostaglandin, yang mempengaruhi pengaturan garam dan air


serta mempengaruhi tekanan vaskuler.

E. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis gagal ginjal akut dibagi menjadi tiga stadium, yaitu sebagai berikut:

1. Stadium Oliguria

Stadium oliguria biasanya timbul dalam waktu 24 sampai 48 jam sesudah terjadinya
trauma pada ginjal. Produksi urin normal adalah 1-2 liter/24jam. Pada fase ini pertama-tama
terjadi penurunan produksi urin sampai kurang dari 400cc/24 jam. Tidak jarang produksi urin
sampai kurang dari 100cc/24 jam, keadaan ini disebut dengan anuria. Pada fase ini penderita
mulai memperlihatkan keluhan-keluhan yang diakibatkan oleh penumpukan air dan
metabolit-metabolit yang seharusnya diekskresikan oleh tubuh, seperti mual, muntah, lemah,
sakit kepala, kejang dan lain sebagainya. Perubahan pada urin menjadi semakin kompleks,
yaitu penurunan kadar urea dan kreatinin. Di dalam plasma terjadi perubahan biokimiawi
berupa peningkatan konsentrasi serum urea, kreatinin, elektrolit (terutama K dan Na).

2. Stadium Diuresis

Stadium diuresis dimulai bila pengeluran urine meningkat sampai lebih dari 400
ml/hari, kadang-kadang dapat mencapai 4 liter/24 jam. Stadium ini berlangsung 2 sampai 3
minggu. Volume kemih yang tinggi pada stadium ini diakibatkan karena tingginya
konsentrasi serum urea, dan juga disebabkan karena masih belum pulihnya kemampuan
tubulus yang sedang dalam masa penyembuhan untuk mempertahankan garam dan air yang
difiltrasi. Selama stadium dini diuresi, kadar urea darah dapat terus meningkat, terutama
karena bersihan urea tak dapat mengimbangi produksi urea endogen. Tetapi
dengan berlanjutnya di uresis, azotemia sedikit demi sedikit menghilang, dan pasien
mengalami kemajuan klinis yang benar.

3. Stadium Penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama masa itu,
produksi urin perlahan-lahan kembali normal dan fungsi ginjal membaik secara bertahap,
anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik, tetapi pada beberapa
pasien tetap mende rita penurunan glomerular filtration rate (GFR) yang permanen.

F. PENATALAKSANAAN

a. Mencapai & mempertahankan keseimbangan natrium dan air. Masukan natrium dibatasi
hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup 500 ml/hari di luar kekurangan hari sebelumnya atau
30 mmol/jam di luar jumlah urin yang dikeluarkan jam sebelumnya. Namun keseimbangan
harus tetap diawasi.

b. Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori atau
hiperalimentaasi intravena. Glukosa dan insulin intravena, penambahan kalium, pemberian
kalsium intravena pada kedaruratan jantung dan dialisis.

c. Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap infeksi saluran napas
dan nosokomial. Demam harus segera harus dideteksi dan diterapi. Kateter harus segera
dilepas bila diagnosis obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.

d. Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa untuk adanya
perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula dideteksi dari kenaikan rasio
ureum/kreatinin, disertai penurunan hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya
ranitidin) diberikan pada pasien sebagai profilaksis.

e. Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum tinggi,
hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh melebihi 30-40 mmol/L.
Secara umum continous haemofiltration dan dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang
intensif, sedangkan hemodialisis intermitten dengan kateter subklavia ditujukan untuk pasien
lain dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak adekuat dengan dialisis
peritoneal/hemofiltrasi.

G. Komplikasi

1. Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium

2. Gangguan elektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis

3. Neurlogi : iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan kesadaran, kejang

4. Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum, perdarahaan


gastrointestinal

5. Hematologi : anemia, diathesis hemoragik

6. Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Identitas :

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.

B. TANDA-TANDA VITAL

Nadi : normal ( 60-80 x/i)

TD : normal (120/80 mmHg)

Pernapasan : normal (16-24x/i)

Suhu : normal (37,5C)

C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi

2. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama pada


prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan penurunan
jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya
dnegna predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah
berat, luka bakar nluas, cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark,
adanya riwayat minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan
tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu :

Biasanya klien pernah mengalami penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, dan mengalami penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab pasca renal.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Biasanya ada riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala dan Wajah : Biasanya tidak ada lesi, wajah tampak meringis, tampak lemah

2. Mata : Biasanya sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis


3. Kesadaran : Biasanya terjadi penurunan tingkat kesadaran

4. Hidung : Biasanya septum berada di tengah-tengah

5. Mulut : Biasanya tercium bau urine

6. Leher : Biasanya tidak ada pembesaran vena jugularis

7. Thorak/dada

Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi.

Palpasi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan

Perkusi : Biasanya sonor

Auskultasi : Biasanya suara napas kussmaul

8. Abdomen

Inspeksi : Biasanya datar, tidak ada lesi

Auskultasi : Tidak ada bising usus

Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : Biasanya adanya nyeri

9. Genitalia : biasanya tidak ada edema

10. Ekstremitas :Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada odema, ROM kedua lengan baik,
Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua lengan dan gerakan sendi kedua lengan baik. adanya
kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipetensi.

E. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

No Pola Sehat Sakit


Eliminasi : Warna urine terlihat lebih
Biasanya 7-8x/hari pekat/gelap.
A. -BAK
Biasanya 1-2x/hari penurunan frekuensi dan
-BAB penurunan urine output
Nutrisi :
Biasanya 3x/hari
penurunan intake nutrisi dari
B. -Pola Makan
kebutuhan
Biasanya 8x/hari
-Pola Minum
C. Tidur/Istirahat : Biasanya 7-9 jam Biasanya kurang dari 7 jam
-Waktu Tidur
Aktivitas dan Latihan :
Biasanya aktivitas dan Biasanya aktivitas terganggu,
D.
-Kesulitan atau Keluhan latihan teratur terilhat lemah,
dalam hal :

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan b/d kerusakan fungsi ginjal

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah

3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


Kelebihan volume cairan Fluid management:
1.
berhubungan dengan
Elektrolit and acid
kerusakan fungsi ginjal. Timbang popok/
base balance
pembalut jika diperlukan
Defenisi : peningkatan
Fluid balance
retensi cairan isotonik. Pertahankan catatan
intake dan output yang
Hydration
Batasan karakteristik : akurat
Kriteria hasil :
Bunyi napas Pasang urin kateter
adventisius jika diperlukan
Terbebas dari edema,
efusi, anaskara.
Gangguan elektrolit Monitor hasil Hb
yang sesuai dengan retensi
Bunyi napas bersih,
Anasarka cairan (BUN, Hmt,
tidak ada dyspneu/
osmolalitas urin)
ortopneu
Ansietas
Monitor status
Terbebas dari
Azotemia hemodinamik termasuk
distensi vena jugularis,
CVP, MAP, PAP, dan
reflek hepatojugular (+)
Perubahan tekanan PCWP
darah
Memelihara tekanan
Monitor vital sign
vena sentral, tekanan
Perubahan status
kapiler baru, ouput
mental Monitor indikasi
jantung dan vital sign
retensi/ kelebihan cairan
dalam batas normal
Perubahan pola (cracles, CVP, edema,
pernapasan distensi vena leher, asites)
Penurunan Terbebas dari Kaji lokasi dan luas
hematrokrit kelelahan, kecemasan/ edema
kebingungan
Penurunan M masuonitor
hemoglobin Menjelaskan masukan makanan/ cairan
indikator kelebihan dan hitung intake kalori
Dispnea cairan
Monitor status
Edema Nutritional status: nutrisi

Peningkatan Food and fluid Kolaborasi


tekanan vena sentral intake pemberian diuretik sesuai
interuksi
Asupan melebihi Nutrient intake
haluaran Batasi masukan
Weight control cairan pada keadaan
Distensi vena hiponatrermi dilusi
jugularis Kriteria Hasil: dengan serum Na

Oliguria Adanya Kolaborasi dokter


peningkatan BB sesuai jika tanda cairan berlebih
Ortopnia dengan tujuan muncul memburuk

Efusi pleura BB ideal sesuai Fluid monitoring:


dengan tinggi badan
Refleksi Tentukan riwayat
hepatojugular positif Mampu jumlah dan tipe intake
mengidentifikasi cairan dan eliminasi
Perubahan tekanan kebutuhan nutrisi
arteri pulmunal Tentukan
Tidak ada tanda- kemungkinan faktor
Kongetsi pulmonal tanda malnutrisi resiko dari ketidak
seimangan cairan
Gelisah Menunjukkan (Hipertermia, terapi
peningkatan fungsi diuretik, kelainan renal,
Perubahan berat pengecapan dari menelan gagal jantung, diaporesis,
jenis urin disfungsi hati, dll.)
Tidak terjadi
Bunyi jantung S3 penurunan BB yang Monitor berat
berarti badan
Penambahan berat
badan dalam waktu sangat Monitor serum dan
singkat elektrolit urin

Faktor-faktor yang Monitor serum dan


berhubungan: osmilalitas urin

Gangguan Monitor BP, HR,


mekanisme regulasi dan RR
Kelebihan asupan Monitor tekanan
cairan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
Kelebihan asupan
natrium Monitor parameter
hemodinamik infasif
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan Catat secara akutar
tubuh berhubungan intake dan output
dengan anoreksia, mual
dan muntah Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
2. Definisi: Asupan nutrisi eodem perifer dan
tidak cukup untuk penambahan BB
memenuhi kebutuhan
metabolik Monitor tanda dan
gejala dari odema
Batasan Karakteristik:
Nutrition Management:
Kram abdomen
Kaji adanya alergi
Nyeri abdomen makanan

Menghindari Kolaborasi dengan


makanan ahli gizi untuk menetukan
jumlah kalori dan nutrisi
BB 20% atau lebih yang dibutuhkan pasien
dibawah BB ideal
Anjurkan pasien
Kerapuhan kapiler untuk meningkatkan
intake Fe
Diare
Anjurkan pasien
Kehilangan rambut untuk meningkatkan
berlebihan protein dan vitamin C

Bising usus Berikan substansi


hiperaktif gula

Kurang makanan Yakin diet yang


dimakan mengandung
Kurang informasi tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Kurang minat pada
makanan Berikan makanan
yang terpilih (sudah
Penurunan BB dikonsultasikan dengan
dengan asupan makanan ahli gizi)
adekuat
Kesalahan konsepsi Ajarkan pasien
bagaimana membuat
Kesalahan informasi catatan makanan harian

Membran mukosa Monitor jumlah


pucat nutrisi dan kandungan
kalori
Ketidak mampuan
memakan makanan Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Tonus otot menurun
Kaji kemampuan
Mengeluh gangguan pasien untuk mendapatkan
sensasi rasa nutrisi yang dibutuhkan

Mengeluh asupan Nutrition Monitoring:


makanan kurang dari RDA
(recommended daily BB pasien dalam
allowance) batas normal

Cepat kenyang Monitor adanya


setelah makan penurunan BB

Sariawan rongga Monitor tipe dan


mulut jumlah aktivitasyang biasa
dilakukan
Steatorea
Monitor interaksi
Kelemahan otot anak atau orangtua selama
pengunyah makan

Kelemahan otot Monitor lingkungan


untuk menelan selama makan

Faktor-faktor yang Jadwalkan


berhubungan: pengobatan dan tindakkan
tidak selama jam makan
Faktor biologis
Monitor kulit
Faktor ekonomi kering dan perubahan
Circulation status pigmentasi
Ketidak mampuan
untuk mengabsorbsi Tissue perfusion: Monitor turgor kulit
nutrien cerebral
Monitor
Ketidak mampuan Kriteria Hasil: kekeringan, rambut
untuk mencerna makanan Mendemonstrasikan kusam, dan mudah patah
Ketidak mampuan status sirkulasi yang Monitor mual dan
menelan makanan ditandai dengan: muntah

Faktor psikologis Tekanan systole Monitor kadar


dan distole dalam albumin, total protein, Hb,
rentang yang diharapkan dan kadar Ht

Tidak ada Monitor


ortostatik hipertensi pertumbuhan dan
perkembangan
Tidak ada tanda-
tanda peningkatan Monitor pucat,
tekanan intrakranial kemerahan, dan
(tidak lebih dari 15 kekeringan konjungtiva
mmHg)
Monitor kalori dan
Mendemonstrasikan intake nutrisi
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan: Catat adanya
edema, hiperemik,
Berkomunikasi hipertonik papila lidah
dengan jelas dan sesuai dan cavitas oral
dengan kemampuan
Catat jika lidah
Menunjukan magenta, scarlet
perhatian, konsentrasi
dan orientasi Peripheral Sensasion
Management
Membuat (Manajemen sensai
keputusan dengan benar perifer)

Menunjukkan fungsi Monitor adanya


sensori motori cranial daerah tertentu yang mana
yang utuh: Tingkat peka terhadap
kesadaran membaik, panas/dingin/tajam/tumpul
Ketidak efektifan perfusi tidak ada gerakan-
jaringan perifer. gerakan involunter Monitor adanya
paretese
Definisi: Penurunan
sirkulasi darah ke perifer Instruksikan
yang dapat menganggu keluarga untuk
kesehatan mengobservasi kulit jika
3. ada lesi atau laserasi
Batasan karakteristik:
Gunakan sarung
Tidak ada nadi tangan untuk proteksi
Perubahan fungsi Batasi gerakan pada
motorik kepala, leher dan
punggung
Perubahan
karakteristik kulit (warna, Monitor
elastisitas, rambut, kemampuan BAB
kelembapan, kuku,
sensasi, suhu) Kolaborasi
pemberian analgetik
Indek ankle-
brakhial Monitor adanya
<0,90 Perubahan tromboplebitis
tekanan darah
diekstremitas Waktu Diskusikan
pengisian kapiler >3 detik mengenai penyebab
perubahan sensasi
Klaudikasi

Warna tidak
kembali ketungkai saat
tungkai diturunkan

Kelambatan
penyimbuhan luka perifer

Penurunan nadi

Edema

Nyeri ekstreminas

Bruit femoral

Pemendekan jarak
total yang ditempuh dalam
uji berjalan 6 menit

Pemendekan jarak
bebas nyeri yang ditempuh
dalam uji berjalan 6 menit

Perestesia

Warna kulit pucat


saat elevasi

Faktor yang
berhubungan:
Kurang
pengetahuan tentang
faktor pemberat (mis,
merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas,
asupan garam, imobilitas)

Kurang
pengetahuan tentang
proses penyakit (mis,
diabetes, hiperlipitdemia)

Diabetes melitus

Hipertensi

Gaya hidup
menoton

merekok
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan
hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium didalam darah atau produksi urin.

Penyebab lazim gagal ginjal akut :

1. Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute meliputi:

a. Perdarahan :operasi besar, trauma, pascapartum

b. Dieresis berlebihan

c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah, diare

d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga : lika bakar ,peritonitis, prankretitis

2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif

a. Penurunan curah jantung: infrak miokardium , distritmia, gagal jantung

b. Vasodilitasi perifer :sepsis anafilaksis obat anestesi, nitrat.

c. Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati.


B. SARAN

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermafaat
dan dapat membantu dalam pembuatan makalah untuk masa yang akan datang.

You might also like