You are on page 1of 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benda Asing

Benda asing didalam suatu organ ialah benda asing yang berasal dari luar

tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing

yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui

hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, dosebut benda

asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda

asing eksogen padat terdiri dari zat organic, seperti kacang-kacangan (yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka dan binatang)

dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing

eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan

benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat

berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, pengkijuan,

membrane difteri, bronkolit, cairan manion, mekonium dapat masuk ke dalam

saluran nafas bayi pada saat proses persalinan.1,2

2.2 Benda Asing di Trakeobronkial

Aspirasi benda asing di traktus trakeobronkial adalah masuknya benda

yang berasal dari luar tubuh ke dalam saluran traktus trakeobronkial. Penyebab

terjadinya aspirasi benda asing di traktus trakobronkial dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam

3
4

saluran nafas antara lain: faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi

sosial, tempat tinggal), factor kegagalan mekanisme proteksi yang normal

(keadaan tidur, kesadaran menurun alkoholisme dan epilepsi), faktor fisik, faktor

dental, faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis), faktor ukuran, bentuk dan sifat

dari benda asing, yaitu organic (kacang-kacangan, tulang) dan anorganik (pluit

mainan, jarum, peniti, manik-manik, kancing, mainan, kerikil), dan faktor

kecerobohan.2

2.2.1 Anatomi Traktus Trakeobronkial

Trakea merupakan pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot yamg

dilapisi oleh epitel thorak berlapis semu bersilia mulai dari cartilago krikoid

sampai percabangan bronkus kanan dan kiri. Panjangnya kira-kira 12 cm pada

pria dan 10 cm pada wanita, diameter anteroposterior rata-rata 13 mm dan

diameter transversal rata-rata 18 mm.

Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal bergeser

kesebelah kanan, dan masuk ke rongga mediastinum dibelakang manubrium

sterni. Lumen trakea ditegakkan kira-kira 18 cincin dari kartilago hialin yang

tidak lengkap, di bagian posterior hanya terdiri dari otot sehingga kartilago trakea

berbentuk C. Ujung terbuka tulang rawan yang berbentuk huruf C ini mengarah

ke posterior. Di bagian posterior terdapat jaringan yang merupakan batas dengan

esophagus, yang disebut dengan dinding bersama trakeoesofagus

(tracheoesphageal party wall). Cincin trakea yang paling bawah meluas ke

inferior dan posterior di antara bronkus utama kanan dan kiri, membentuk sekat
5

yang lancip di sebelah dalam yang disebut dengan carina. Trakea bercabang dua

setinggi torakal 4, menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Karena letaknya lebih

ke kiri dari median, sehingga lumen bronkus utama kanan pada potongan

melintang lebih luas seperempat dari bronkus utama kiri.17

Bronkus utama kanan lebih pendek dari bronkus utama kiri. Masing-

masing panjangnya kira-kira 2,5 cm dan 5 cm serta membentuk sudut 250 dan

sudut 450 dengan garis tengah. Bronkus utama kanan hamper lurus dengan trakea

sehingga benda asing eksogen yang masuk ke bronkus akan lebih mudah masuk

ke bronkus utama kanan, dibanding dengan bronkus utama kiri.18 Sampai umur 15

tahun sudut yang dibentuk bronkus utama dengan trakea antara kiri dan kanan

hampir sama.8

Bronkus utama kanan dan kiri akan bercabang membentuk lobus masing-

masing 3 lobus dan 2 lobus. Tiap lobus bercabang lagi menjadi segmen

bronkopulmoner (Gambar 1).


6

Ukuran traktus trakeobronkial pada porang dewasa antara pria dan wanita

serta pada anak-anak dan bayi berbeda. Ukuran ini terlihat pada table 1 sesuai

dengan tabulasi Jackson.19

Tabel 1. Ukuran Trakeobronkial menurur Chevaller Jackson

Pria Wanita Anak Bayi

D. Trakea (mm) 14x20 12x16 5x10 6x7

P. Trakea (cm) 12 10 6 4

P. Bronkus Ka 5 5 5 1.5

Insisivus-trakea 15 13 10 9

Insisivus- 32 28 19 15

bronkus

Sekunder

2.2.2 Fisiologi Trakeobronkial

Fungsi traktus trakeobronkial yaitu :

1. Ventilasi

Traktus trakeobronkial berguna untuk pasase udara (konduksi) setelah

dari hidung, faring-laring sampai ke bronkus terminalis dan langsung ke

bronkus respiratorius, tempat terjadinya pertukaran udara. Duktus

alveolaris dan alveolus terbuka ke bronkus respiratorius.

2. Drainase Paru
7

Drainase sekret dari paru ke traktus trakebronkial kemudian ke faring

dilakukan oleh mekanisme gerakan silia (ciliary wafting), batuk (tussive

squeeze) dan hembusan mendehem (bechic blast).

3. Daya Perlindungan Paru

Mekanisme perlindungan paru dan bronkus dilakukan oleh :

a. Mukus, yang berasal dari sel goblet yang menjaga supaya selaput

lendirtrakea dan bronkus selalu basah dan licin. Sekret berupa

mukus membentuk palut lendir (mucous blanket) untuk

menangkap partikel debu dan mikroorganisme yang teraspirasi.

Sekret bergerak kearah laring dan faring oleh mekanisme silia dan

batuk.

b. Mekanisme mukosiliar pada yang bernafas melalui hidung,

partrikel debu dan mikroorganisme telah disaring di hidung dan

nasofaring tetapi bila bernafas melalui mulut penyaringan itu

belum terlaksana. Di laring dan trakea mukosa diliputi oleh epitel

torak bersilia, kecuali di pita suara. Epitel torak bersilia diliputi

oleh palut lendir tipis. Gerak silia yang efektif, gtergantung pada

komposisi dan viskositas mukus. Kekeringan menyebabkan

degenerasi dam kerusakan silia, demikian juga pada perubahan

panas dan perubahan pH.

c. Kontraksi obat bronkus bila terdaoat udara yang merangsang

masuk ke dalam traktus trakeobronkial, maka akan terjadi

kontraksi otot bronkus, sehingga lumen menyempit. Kontraksi otot


8

bronkus juga disebabkan oleh reflek nasobronkial, bila ada

stimulasi pada selaput lendir hidung akan terjadi reflek yang

menyebabkan kontraksi otot bronkus yaitu reflek batuk. Timbul

karena ada rangsangan pada ujung nervus vagus yang ada pada

lapisan epitel.

d. Makrofag alveolar, mikroorganisme yang terdapat didalam

alveolus akan diserang oleh makrofag yang terdapat dalam

alveolus.

4. Mengatur keseimbangan alveolar

5. Mengatur tekanan intrapulmonary

6. Mengatur tekanan CO2 dalam darah

2.2.3 Definisi

Aspirasi benda asing di traktus trakeobronkial adalah masuknya benda

yang berasal dari luar tubuh kedalam saluran traktus trakeobronkial.

2.2.4 Etiologi

Penyebab terjadinya aspirasi benda asing di traktus trakeobronkial

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi

benda asing kedalam saluran nafas antara lain : faktor personal (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, kondisi sosisal, tempat tinggal), faktor kegagalan mekanisme

proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan

epilepsi), faktor fisik, faktr dental, faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis),

faktor ukuran, bentuk dan sifat dari benda asing, yaitu organik (kacang-kacangan,
9

tulang) dan anorganik (pluit mainan, jarum,peniti, manic-manik, kancing, mainan,

kerikil), faktor kecerobohan.

2.2.5 Epidemiologi

Aspirasi benda asing paling banyak terjadi pada anak di bawah usia 15

tahun yaitu berkisar 75%-85%.6 Lebih dari 50% terjadi pada usia kurang dari 3

tahun.6,7,8 Pada dewasa lebih sering terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. 9 Laki-

laki lebih sering dibanding dengan perempuan dengan perbandingan yaitu

2:1.6,10,11,12

Tingginya angka kejadian aspirasi benda asing pada anak-anak karena:8

a. Adanya kecenderungan untuk memasukkan segala sesuatu ke dalam

mulut.

b. Sering anak yang menangis, berteriak, berlari dan bermain dengan

makanan dimulut.

c. Gigi molar belum terbentuk sehingga proses mengunyah belum

sempurna serta koordinasi proses menelan yang belum matang.

Jenis aspirasi benda asing bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh geografis,

variasi makanan, maupun lingkungan. Aspirasi benda asing dapat berupa bahan

organik maupun anorganik. Bahan organik yang paling sering ditemukan adalah

kacang tanah.6,13

Yadaf SPS dkk, melaporkan aspirasi benda asing paling sering ditemukan

pada anak-anak adalah kacang tanah (52,3%), material makanan (12,2%), biji-
10

bijian (5,3%), tulang (1,5%), plastik (15,1%), logam (4,5%), batu (0,8%), tablet

(1,2%) dan sisanya tidak ditemukan benda asing.14

Di Departemen THT-KL FKUI RSCM Sub Departemen Bronko-

esofagologi dari bulan Januari 2002 hingga Agustus 2004, tercatat 43 kasus

aspirasi yang telah dilakukan tindakan bronkoskopi. Penderita terbanyak berusia

dibawah 3 tahun, lebih sering pada anak laki-laki, dan kacang merupakan benda

asing organik yang terbanyak.15 Dibagian THT-KL FKUA RS M. Jamil Padang

selama periode Januari 2009 sampai Maret 2010 tercata 8 kasus aspirasi benda

asing yang telah dilakukan tindakan bronkoskopi. Sebanyak 4 kasus adalah

aspirasi kacang tanah, 3 pluit mainan dan 1 kasus jarum pentul.16

2.2.6 Patofisiologi

Benda asing masuk ke saluran nafas saat laring terbuka atau pada saat

terjadi aspirasi. Benda asing yang masuk ke saluran nafas akan mengakibatkan

terjadinya refluks batuk, kemudian akan muncul gejala sesuai dengan lokasi,

besarnya sumbatan dan lamanya benda asing berada didalam saluran nafas.17

Benda asing yang masuk ke dalam saluran nafas akan menimbulkan reaksi

pada jariingan sekitarnya. Reaksi jaringan yang timbul dapat berupa inflamasi

local, edema, ulserasi, dan terbentuknya jaringan granulasi yang dapat

mengakibatkan obstruksi jalan nafas. Akibat obstruksi ini maka bagian distal dari

sumbatan akan terjadi air trapping, empisema, atelektasis, abses paru dan

bronkiektasi. Reaksi inflamasi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan

vaskularisasi mukosa, edema, dan bertambahnya sekret mukoid. Berkurangnya


11

gerakan silia mengakibatkan menumpuknya lendur atau sekret di ujung

bronkiolus sehingga dapat mengakibatkan atelektasis maupun komplikasi lainnya.

Bila terdapat infeksi dapat terdapat pus serta dapat terbentuk jaringan

granulasi.6,8,15

Benda asing yang masuk akan menyebabkan iritasi pada mukosa, hal ini

dapat menyebabkan peradangan hebat pada di saluran nafas dan dapat membentuk

jaringan granulasi. Reaksi ini berlangsung dengan cepat. Benda asing yang

masuk dapat mengakibatkan trakeobronkitis yang berat yang disebut dengan

arachidic bronchitis. Setelah masa laten kira-kira 24 jam akan timbul gejala batuk

dengan sputum yang purulen dan disertai demam.2,17

2.2.7 Gejala Klinis

Gejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing pada saluran nafas

berbeda pada masing-masing pasien tergantung dari ukuran, bentuk, sifat benda

asing, lamanya benda asing di dalam saluran nafas, dan lokasi benda asing

berada.17

Bila seseorang pasien, terutama pada anak, diketahui mengalami rasa

tercekik atau manifestasi lainnya seperti rasa tersumbat di tenggorok, batuk-batuk

sedang makan, maka keadaan ini dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing.

Gejala yang paling sering ditemukan adalah adanya riwayat memasukkan

benda asing ke dalam mulut kemudian tersedak (85%), batuk yang paroksimal
12

(59%), nafasberbunyi (57%) dan sumbatan jalan nafas yang nyata (5%). Gejala

lain yang muncul adalah demam, batuk berdarah, pneumothoraks.9

Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan tidak adanya kelainan atau

asimtomatis (40%), wheezing (40%) penurunan suara nafas pada sisi terdapatnya

benda asing (5%).9 Pada sumbatan jalan nafas yang nyata dapat ditemukan

sianosis.11

Gejala aspirasi benda asing terbagi dalam 3 fase yaitu :15,18,19

a. Fase Awal

Saat benda asing teraspirasi, batuk seacara tiba-tiba, rasa

tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan obstruksi

nafas, dapat juga disertai adanya sianosis terutama perioral,

kematian pada fase ini sangat tinggi.

b. Fase Asimptomatik

Interval bebas gejala terjadi karena benda asing tersangkut pada

satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit sampai berbulan-

bulan setelah fase awal. Lama fase ini tergantung lokasi benda

asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda asing

yang teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk berubah

posisi.

c. Fase Komplikasi
13

Telah terjadi komplikasi obstruksi dan atau infeksi. Gejala

dapat berupa demam, pneumonia, atelektasis, abses paru dan

hemoptisis. Obstruksi bronkus menurut Jackson & Jackson seperti

dikutip Tamin S dkk, dibagi dalam 4 tipe yaitu sumbatan sebagian

dari bronkus (by pass valve obstruction), sumbatan pentil dengan

ekspirasi yang terhambat (expiratory check valve obstruction),

sumbatan pentil dengan inspirasi yang terhambat (inspiratory

check valve obstruction), dan sumbatan total (stop valve

obstruction)

2.2.8 Pemeriksaan Radiologi

Pada kebanyakan kasus aspirasi anak-anak, benda asing bersifat radiolusen

dan hanya 7% yang bersifat radioopak. Oleh karena itu pemeriksaan radiologi

terutama berguna untuk mendeteksi gejala yang ditimbulkan oleh benda asing

tersebut.8,15

Pada 24 jam pertama seiring pemeriksaan radiologi tidak menunjukkan

kelainan.6,8,15 gambaran radiologi yang dijumpai dapat berupa gambaran normal,

air trapping, atelektasis, pneumonia, kolaps paru, konsolidasi dan benda asing

radioopak.8,15

Dilaporkan hasil Rontgen thoraks pada aspirasi benda asing didapatkan

gambaran paru normal 32%, kolaps paru 32%, pergeseran mediastinum 20%,

konsolidasi 20%, emfisema 16%, dan benda asing radioopak 6%. Giannoni CM7
14

mendapatkan hasil Rontgen thoraks normal 10%-20%, atelektasis 22%,

pneumonia 20%, benda asing radioopak 13%, pada kasus aspirasi benda asing.15

2.2.9 Diagnosis

Diagnosis adanya benda asing disaluran nafas ditegakkan dengan

melakukan anamnesis yang teliti terhadap pasien maupun saksi yang meilhat

kejadian, namun sering tidak terdapat saksi yang melihat dan penderita yang

belum bias menceritakan kejadiaan yang dialaminya. Anamnesis yang khas untuk

aspirasi seperti batuk yang paroksismal, mendadak sesak nafas berbunyi atau

kebiruan di sekitar mulut, ditemukan lebih dari 90% kasus.15

Benda asing di bronkus akan menyebabkan gejala seperti batuk yang pada

awalnya tidak produktif menjadi produktif, sesak nafas, sianosis, dan terdapat

retraksi.15

Pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan radiologi dilakukan untuk

menentukan adanya benda asing, lokasi benda asing dan kelainan yang

ditimbulkannya. Namun tidak jarang pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan

radiologi tidak memperlihatkan adanya kelainan.9,15,18

Pada kasus dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

radiologi yang mencurigakan suatu aspirasi benda asing, maka tindakan

bronkoskopi dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding.15


15

2.2.10 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan benda asing di saluran nafas adalah mengeluarkan

benda asing dengan segera dalam kondisi maksimal dan trauma yang minimal.

Penentuan cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

usia penderita, keadaan umum, lokasi, jenis benda asing dan lamanya benda asing

berada di saluran nafas.

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan menggunakan

brinkoskop kaku maupun dengan bronkoskop serat optik. Angka keberhasilan

pengangkatan benda asing di saluran nafas mencapai 91,3%.20 Pada bayi dan anak

yang diameter jalan nafasnya relative kecil dipakai bronkoskop kaku untuk dapat

mempertahankan patensi nafas dan pemberian oksigen.8,15,19,20

Sebelum tindakan bronkoskopi dilakukan, sebaiknya diusahakan

memperoleh duplikat benda asing tersebut. Kemudian dicoba dan dipelajari cara

menjepit dan menarik benda asing dengan cunam yang sesuai. Pemilihan

bronkoskop yang sesuai dengan diameter lumen, berpedoman pada usia penderita

disertai persiapan bronkoskop dengan ukuran yang lebih kecil akan dapat

meningkatkan angka keberhasilan.15

Sesaat menjelang dilakukan bronkoskopi dibuat foto thoraks untuk menilai

kembali letak benda asing. Komunikasi antar operator dengan ahli anastesi untuk

menentukan rencana tindakan juga sangat penting.15


16

Tindakan bronkoskopi yang dilakukan dalam penanganan benda asing

berdasarkan jenis, lokasi tersangkutnya, dan derajat obstruksi yang terjadi, dapat

dibagi atas:15

a. Bronkoskopi darurat yaitu tindakan bronkoskopi yang segera

dilakukan pada saat diagnossi ditegakkan.

b. Bronkoskopi segera yaitu tindakan bronkoskopi dilakukan sesegera

mungkin setelah alat, pasien dan tim bronkoskopi siap secara

optimal.

c. Bronkoskopi elektif yaitu tindakan bronkoskopi dilakukan secara

terencana dengan persiapan sempurna.

2.2.11 Bronkoskop Kaku

Bronkoskop kaku berbentuk tabung logam dengan sumber cahaya di

bagian proksimal. Ukuran diameter serta panjang tabung bermacam-macam

disesuaikan dengan penampang bronkus yang akan diperiksa.

Bronkoskop kaku dipilih pada kondisi:21

a. Kasus-kasus pediatric dimana rima glottis dan trakea masih

kecil.

b. Perdarahan paru yang massif oleh karena daya isapnya lebih

besar atau mungkin diperlukan pemasangan tampon.


17

c. Drainase abses paru yang pecah.

d. Sumbatan bronkus dengan sekret liat atau cukup banyak.

e. Pengambikan benda asing jika terletak ditrakea atau bronkus

utama.

f. Trakea yang sempit.

Keuntungan bronkoskop kaku yaitu pernafasan lebih terkontrol, kualitas

cahaya yang baik, lumen lebih besar sehingga memudahkan untuk melihat jelas,

mengatasi perdarahan massif dan pengangkatan benda asing. Sebaiknya

bronkoskop kaku tidak digunakan pada kasus dengan aneurisma aorta,

kecenderungan perdarahan, keadaan fisik yang lemah setelah hemoptisis berat dan

gangguan fungsi jantung paru yang berat.21

Teknik bronkoskopi kaku dilakukan dalam anastesi umum. Ada dua

variasi teknik intubasi bronkoskop tergantung pada keterampilan ahli

bronkoskopi, anatomi dan keadaan klinis pasien yaitu teknik intubasi tanpa

laringoskop dan teknik intubasi dengan laringoskop.22

Cara yang dipilih harus didiskusikan dengan ahli anastesi, termasuk resiko

anastesi. Pada kasus ini menggunakan teknik kedua.

Posisi kepala penderita tidur telentang dengan posisi kedua lengan terletak

datar sepanjang sisi badan. Kepala dan mata ditutup dengan kain. Seorang asisten

duduk disebelah kiri memegang dan mengatur posisi kepala. Saat memasukkan

laringoskop kepala fleksi untuk dapat melihat epiglotis. Setelah tampak epiglotis,

dasar lidah diangkat dengan spatula laringoskop, sehingga epiglotis sedikit


18

terangkat. Bronkoskop dipegang dengan tangan kanan dan ujung bronkoskop

dimasukkan dibawah epiglottis, asisten memposisikan kepala ekstensi sedikit

demi sedikit sesuai dengan posisi bronkoskop. Setelah terlihat pita suara

bronkoskop dimasukkan dan pandangan beralih dari laringoskop ke bronkoskop.

Bronkoskop dimasukkan ke laring bersamaan dengan mengeluarkan laringoskop.

Ujung bronkoskop harus berjalan diantara kedua pita suara dengan memutar

bronkoskop 90o searah jarum jam. Setelah memasuki trakea bronkoskop diputar

kembali 90o, sehingga ujung bronkoskop kembali mengarah ke anterior. Trakea

dievaluasi dan sekret dihisap, jika memiliki kamera dapat dipasang, sehingga

gambaran endoskopi dapat dilihat dengan monitor. Bronkoskop diteruskan ke

distal sampai ke karina. Untuk memasuki bronkus kanan kepala pasien diputar

sedikit kekiri, bronkoskop diteruskan dengan gerakan membelok melalui karina.

Untuk memasuki bronkus kiri kepala pasien diputar kearah bahu kanan. Pada saat

benda asing terlihat sekret yang ada disekitarnya dihisap dan dilakukan

pengangkatan benda asing dengan cunam yang sesuai. Mengeluarkan bronkoskop

selalu dilakukan dengan melihat lumen dengan hati-hati dan gerakan bronkoskop

mengikuti gerakan saat masuk, bronkoskop berhenti beberapa millimeter di atas

karina menunggu pernafaan spontan, kemudian ekstubasi dengan sekali gerakan

(one single movement). Sekret tenggorok dihisap secara hati-hati dengan bantuan

laringoskop, mandibula diangkat untuk membantu pernafasan spontan, sekret

dihidung dihisap dan menunggu pasien batuk.21,22


19

2.2.12 Bronkoskop Serat Optik

Bronkoskopi serat optic atau flexible bronchofibroscope sesuai dengan

namanya adalah bronkoskop yang lentur. Terdiri dari berbagai macam ukuran

dengan diameter luar 3,4 mm sampai 5,9 mm. sumber cahaya dari cool light

dengan intensitas tinggi yang dihantarkan lewat kabel ganda dalam bentuk glass

fiber ke bronkoskop yang diteruksan ke bagian distal. Pada ujung distal kurang

lebih 5 cm sangat fleksibel dan dapat bergerak dalam bentuk bidang yaitu keatas

130o dan kebawah 130o atau keatas 180o dan kebawah 60o.17,23

Alat ini dilengkapi dengan lensa yang tajam, dengan jarak ketajaman 3-50

mm. disamping itu masih ada 2 lubang untuk keluar cahaya yang cukup untuk

melihat dan membuat foto. Terdapat satu channel dimana dapat digunakkan untuk

mengisap atau tempat masuknya alat-alat seperti, forcep biopsy, forcep untuk

benda asing, atau memasukkan cairan anastesi.

Bronkoskopi serat optik dipilih pada trakea dan bronkus dengan diameter

lebih besar, paling sedikit 2 mm lebih besar dari pada diameter bronkoskopi serat

optik, keperluan diagnosis dan terapi pada batuk kronis atau riwayat hemoptisis,

biopsy kelainan paru, mengisap sekret terutama dari bronkus segmen, dan

penderita dengan trauma atau patah pada rahang, tulang leher, tengkorak, laring

dan trakea.23
20

Tabel 2. Ukuran bronkoskop sesuai usia

Usia Ukuran Bronkoskop

Premature 3,0 mm x 20 cm

Bayi 3,5 mm x 25 cm

3-6 Bulan 3,5 mm x 30 cm

1 Tahun 4,0 mm x 30 cm

2 Tahun 4,0 mm x 30 cm

4 Tahun 5,0 mm x 35 cm

5-7 Tahun 5,0 mm x 35 cm

8-12 Tahun 6,0 mm x 35 cm

7,0 mm x 40 cm

2.2.13 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada aspirasi benda asing di

trakeobronkial berhubungan dengan benda asing sendiri dan tindakan

bronkoskopi. Komplikasi akibat benda asing yang paling sering adalah infeksi

paru dan kelainan lain seperti edema, tracheitis, bronchitis atau timbulnya jaringan

granulasi, dan atelektasis.15,17

Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan bronkoskopi, terdiri dari

komplikasi mayor yaitu tension pneumothoraks, perdarahan hebat, hipoksia berat,


21

gagal jantung dan komplikasi minor yaitu perlukaan mukosa faring, laryngitis

akut, hipoksia, perdarahan sedang dan demam.21

Komplikasi setelah bronkoskopi paling sering adalah pneumonia,

walaupun secara absolute kejadiannya rendah berkisar 2,9%.24

2.2.14 Prognosis

Hampir seluruh benda asing di saluran nafas dapat diangkat dengan

bronkoskopi. Komplikasi akan meningkat jika diagnosis maupun penatalaksanaan

dilakukan setelah 24 jam kejadian. Tidak cukup data untuk mengatakan berapa

lama benda asing didalam saluran nafas sehingga tidak dapat diangkat dengan

bronkoskopi.11

You might also like