You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009, kesehatan merupakan salah satu

unsur hak asasi manusia yang harus diperoleh oleh seluruh lapisan masyarakat

dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

dengan cita-cita bangsa Indonesia dengan menggunakan prinsip non

diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan.

Setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam hal kesehatan dan

berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Tingginya biaya perawatan kesehatan tentu saja mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan di

Indonesia sampai dengan bulan Maret 2016 mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar

10,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Banyak masyarakat miskin

tidak dapat berobat diakibatkan tingginya biaya yang harus mereka tanggung.

Kondisi ini terjadi terutama saat pembiayaan kesehatan harus ditanggung sendiri

(out of pocket) oleh masyarakat.

1
Untuk mensejahterakan rakyat Indonesia maka pemerintah mewujudkan dalam

bentuk jaminan sosial. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan

sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya yang layak. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 2

mengemukakan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan.Kemudian sesuai dengan amanat Undang-

Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3 yang mengemukakan Negara bertanggung

jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang

layak, oleh sebab itu pemerintah membuat program Jaminan Kesehatan Nasional

berupa jaminan perlindungan kesehatan untuk menjamin perlindungan atas

seluruh rakyat Indonesia dalam program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 mengenai Sistem

Jaminan Sosial Nasional.

Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia merupakan bagian dari Jaminan

Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan menggunakan

mekanisme asuransi kesehatan nasional yang bersifat wajib berdasarkan Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh pemerintah.

2
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

menjelaskan bahwa pilar jaminan sosial terdiri dari bantuan sosial, tabungan

wajib dan asuransi sosial. Bantuan sosial adalah suatu sistem untuk reduksi

kemiskinan yang didanai dari pajak (yang dimasukkan dalam APBN dan

dikeluarkan sebagai penerima bantuan iuran), sedangkan tabungan wajib

merupakan skema tabungan untukdirinya sendiri seperti wajib yang didanai

dengan iuran peserta atau pihak lain dan atau oleh pemerintah bagi penduduk

miskin. Model asuransi sosial ini dinilai paling baik untuk membiayai jaminan

sosial.

Selanjutnya pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagai badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, dimana PT Askes (Persero)

beralih menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan PT

Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan. Hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

dengan premi murah dan manfaat luas merupakan badan penyelenggara jaminan

sosial milik pemerintah yang bertujuan memproteksi seluruh masyarakat dengan

premi terjangkau. Badan hukum publik yang menyelenggarakan program jaminan

kesehatan nasional ini sesuai amanat undang-undang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

3
Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui dan memahami knsep dan definisi asuransi;

b. Mengetahui dan memahami prinsip asuransi;

c. Mengetahui dan memahami asuransi kesehatan;

d. Mengetahui dan memahami asuransi sosial dan asuransi komersial;

e. Mengetahui dan memahami contoh penerapan asuransi kesehatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Asuransi (Insurance)

A. Pengertian Asuransi

Asuransi menurut UU tentang usaha perasuransian adalah Asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak

penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau

hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (UU RI No. 2 Tahun 1992).

B. Unsur-Unsur Asuransi

Menurut Muninjaya (2004) ada beberapa unsur asuransi, antara lain sebagai

berikut :

1. Ada perjanjian

2. Ada pembelian perlindungan

5
3. Ada pembayaran premi oleh masyarakat

C. Asuransi Komersial dan Asuransi Sosial

Asuransi komersial adalah asuransi yang dikelola oleh perusahaan swasta

atas keikutsertaan masyarakat secara sukarela. Bentuk program yang

dilayani tergantung pada kebutuhan dan kemampuan tertanggung yang

ditentukan dalam perjanjian. Dalam bidang asuransi kesehatan, seseorang

dapat mengikuti suatu program yang biayanya akan dibebankan atau dibayar

kembali oleh perusahaan. Besarnya pertanggungan sesuai dengan pilihan

tertanggung dan premi yang dibayar tertanggung setiap bulan atau setiap

tahunnya. Untuk menjadi anggota tertanggung seseorang harus memenuhi

persyaratan tertentu (Darmawi, 2000).

Asuransi sosial adalah asuransi yang dikelola oleh pemerintah atau instansi

atau badan yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengelola asuransi

(Kemenkes, 2014). Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan

iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan

kepada peserta atas resiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau

anggota keluarganya (UU SJSN No. 40 Tahun 2004).

2.2Asuransi Kesehatan

Salah satu masalah yang perlu diantisipasi adalah pembiayaan kesehatan di

masa depan. Beberapa alasan dapat dikemukakan, antara lain pertimbangan

6
aspek pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan demand masyarakat, teknologi

kedokteran serta pertumbuhan industri kedokteran sendiri, di mana peranan

swasta akan semakin berat, sementara subsidi pemerintah semakin menurun,

sehingga kenaikan biaya pelayanan kesehatan pasti akan menjadi beban yang

semakin berat bagi sebagian besar masyarakat (Sulastomo, 2000).

Asuransi kesehatan merupakan pilihan satu-satunya dalam pengembangan

sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Alasannya, biaya kesehatan di masa

depan akan mencapai jumlah yang besar. Dengan demikian, biaya kesehatan

tidak akan mungkin dibebankan kepada pemerintah/perusahaan saja, tetapi

juga harus diorganisir berdasarkan kegotong-royongan masyarakat dan

pemerintah. Masyarakat yang kuat dan sehat harus membantu yang lemah atau

sakit (Sulastomo, 2000).

Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dari

risiko perorangan menjadi risiko kelompok. Dengan cara mengalihkan risiko

individu menjadi risiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh

masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian

karena memperoleh jaminan (Muninjaya, 2004). Yang termasuk biaya

kesehatan ada tiga, yaitu :

1. Pemeliharaan kesehatan

2. Perawatan

3. Pengobatan

7
A. Sejarah Asuransi Kesehatan di Indonesia

Konsep Jaminan atau Asuransi Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali

dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 yang didasarkan pada mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun

1883. Setelah itu banyak negara lain menyelenggarakan JKN seperti Kanada

(1961) Taiwan (1995), Filipina (1997), dan Korea Selatan (2000). Selanjutnya

sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3 yang

mengemukakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak, oleh sebab itu

pemerintah membuat program Jaminan Kesehatan Nasional berupa jaminan

perlindungan kesehatan untuk menjamin perlindungan atas seluruh rakyat

Indonesia dalam program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Setelah melakukan berbagai kajian dan kunjungan para legislatif maupun

eksekutif ke berbagai negara untuk belajar tentang sistem JKN, pada tanggal

28 September 2004 UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang salah

satunya berisi JKN disetujui Rapat Pleno DPR untuk diundangkan. Pada

tanggal 19 Oktober 2004, Presiden Megawati mengundangkan UU SJSN

dengan upacara khusus yang dihadiri menteri-menteri terkait dan anggota inti

Tim SJSN.

Tahun 2005, PT Askes ditugaskan untuk mengelola program yang kemudian

dikenal dengan Askeskin. Pada tahun 2005 pula, UU ini diuji materi ke

Mahkamah Konstitusi. MK kemudian memutuskan menerima sebagian

8
(membatalkan pasal 5 ayat 2,3, dan 4) dan menolak sebagian yaitu

permohonan membatalkan pasal 52. Askeskin kemudian berganti nama

menjadi Jamkesmas dan dikelola gotong royong oleh Depkes dan PT Askes.

Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 52 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004,

batas waktu paling lambat untuk penyesuaian semua ketentuan yang mengatur

mengenai BPJS dengan UU No. 40 Tahun 2004 adalah tanggal 19 Oktober

2009, yaitu 5 tahun sejak UU No. 40 Tahun 2004 diundangkan. Batas waktu

penetapan UU tentang BPJS yang ditentukan dalam UU No. 40 Tahun 2004

tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah. RUU tentang BPJS tidak selesai

dirumuskan.

DPR RI mengambil inisiatif menyelesaikan masalah ini melalui Program

Legislasi Nasional 2010 untuk merancang RUU tentang BPJS. DPR telah

menyampaikan RUU tentang BPJS kepada Pemerintah pada 8 Oktober 2010

untuk dibahas bersama Pemerintah. DPR RI dan Pemerintah mengakhiri

pembahasan RUU tentang BPJS pada Sidang Paripurna DPR RI tanggal 28

Oktober 2011. RUU tentang BPJS disetujui untuk disahkan menjadi Undang-

undang. DPR RI menyampaikan RUU tentang BPJS kepada Presiden pada

tanggal 7 November 2011. Pemerintah mengundangkan UU No. 24 Tahun

2011 tentang BPJS pada tanggal 25 November 2011.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, pemerintah membentuk suatu badan hukum

9
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Sistem Jaminan Sosial

Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, dimana

PT Askes (Persero) beralih menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan dan PT Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Ketenagakerjaan.

B.Aspek Manajemen Asuransi Kesehatan

Belajar dari sejarah perkembangan sistem asuransi kesehatan di Indonesia dan

pengalaman negara lain, pemerintah Indonesia merekomendasikan pengelolaan

asuransi kesehatan menggunakan konsep Managed Care (MC). Konsep ini

merupakan alternatif terbaik untuk menyeimbangkan antara aspek pelayanan,

aspek pembiayaannya dengan aspek kualitas pelayanan kesehatan sesuai

dengan prosedur yang baku. Ada beberapa konsep Managed Care :

1. Tripartite Model

Yang dimaksud dengan tripartite (tiga pihak) adalah pihak perusahaan

asuransi (insurance company) sebagai pengelola dana, pihak pemberi jasa

pelayanan kesehatan (health provider) dan pihak peserta (consumer).

Ketiga pihak harus saling bekerja sama terutama dalam hal pengawasan

pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada peserta sehingga dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien.

10
2. Prepaid Capitation

Adalah suatu sistem pembiayaan kesehatan yang dilakukan di muka

berdasarkan kapita atau jiwa yand diikutsertakan. Hal ini berbeda dengan

fee for service, pembiayaan kesehatan diberikan berdasarkan penggunaan

fasilitas/jasa. Jika seseorang memperoleh pelayanan kesehatan melebihi

nilai uang yang dibayarkan kepada pihak asuransi, kelebihan tersebut akan

menjadi risiko pemberi pelayanan kesehatan (health provider). Sebaliknya

jika biaya pelayanan yang diterima lebih kecil dari nilai uang yang telah

dibayarkan, kelebihan tersebut akan menjadi insentif kepada pemberi

pelayanan kesehatan.

3. Pelayanan Menyeluruh (Comprehensive)

Bentuk pelayanan asuransi ini meliputi semua jenis pelayanan kesehatan

mulai dari yang bersifat preventif, promotif, kuratif sampai yang bersifat

rehabilitatif. Di dalam pelaksanaannya, ada jaminan untuk pelayanan rawat

jalan tingkat pertama, pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, dan

pelayanan rawat inap serta pelayanan obat.

4. Konsep Wilayah (Dokter Keluarga/Puskesmas)

Peserta asuransi dikelompokkan dalam suatu wilayah tertentu. Pelayanan

kesehatan dasar diberikan oleh dokter umum atau dokter keluarga dengan

sistem pembiayaan prepaid capitation (prospective payment). Ada wilayah

kerja dikontrak dengan jaringan pelayanannya yang dinamakan purchasing

health. Mereka dibayar dengan sistem kapitasi.

11
5. Sistem Paket (Budget System)

Adalah sistem pembiayaan yang dilakukan di fasilitas pelayanan rujukan

dengan cara menggabungkan beberapa jenis pelayanan atau tindakan medis

tertentu dengan tarif paket yang sudah diterapkan sebelumnya. Sistem

seperti ini ditempuh untuk menghindari pemanfaatan pelayanan yang

berlebihan (over utilization).

6. Konsep Rujukan

Konsep ini diterapkan dengan surat pernyataan rujukan dari institusi

pemberi pelayanan kesehatan dasar (misalnya : puskesmas) ke pemberi

pelayanan kesehatan rujukan.

2.3Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana

jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak

(UU No. 40 Tahun 2004).

A. Pengertian Jaminan Sosial

Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk

masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-

tekanan ekonomi sosial bahwa jika tidak diadakan sistem jaminan sosial

akan menimbulkan hilangnya sebagian pendapatan sebagai akibat sakit,

persalinan, kecelakaan kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan

12
kematian dini, perawatan medis termasuk pemberian subsidi bagi anggota

keluarga yang membutuhkan (Soekamto, dkk., 2006).

Pengertian jaminan sosial tersebut masih bersifat universal sehingga dalam

implementasinya harus disesuaikan dengan berbagai pendekatan yang

berlaku di setiap negara (Soekamto, dkk., 2006). Menurut Purwoko (1999),

pengertian jaminan sosial sangat beragam. Dilihat dari pendekatan asuransi

sosial, maka berarti jaminan sosial sebagai teknik atau metode penanganan

risiko hubungan industrial yang berbasis pada hukum bilangan besar (law of

large numbers). Dari sisi bantuan sosial, maka jaminan sosial berarti sebagai

dukungan pendapatan bagi komunitas kurang beruntung untuk keperluan

konsumsi. Karena itu, maka jaminan sosial berarti sebagai :

1. Salah satu faktor ekonomi seperti konsumsi, tabungan dan subsidi atau

koneksi untuk redistribusi pendapatan;

2. Instrument negara untuk redistribusi risiko sosial-ekonomi melalui tes

kebutuhan (means-test application), yaitu tes apa yang telah dimiliki

peserta baik berupa rekening tabungan maupun kekayaan ril;

3. Program pengentasan kemiskinan yang ditindak-lanjuti dengan

pemberdayaan komunitas; dan

4. Sistem perlindungan dasar untuk penanggulangan hilangnya sebagian

pendapatan pekerja sebagai konsekuensi risiko industrial (Soekamto,

dkk., 2006).

13
B. Fungsi Jaminan Sosial

Jaminan sosial memiliki tiga pilar fungsi utama yang terdiri dari:

1. Bantuan/pelayanan sosial

Sistem ini didanai dari sumber pajak oleh negara atau sumbangan dari

pihak yang mempunyai status ekonomi yang kuat.

2. Tabungan wajib

Setiap orang diwajibkan menabung untuk dirinya sendiri (provident

fund) sebagaimana dilaksanakan dalam Jaminan Hari Tua, Jamsostek

atau sebagian jaminan pensiun Taspen.

3. Asuransi sosial

Dimana setiap orang mengiur/berkontribusi atau membayar premi yang

sifatnya wajib. Bisa juga premi/iuran dibayarkan oleh pihak lain atau

oleh pemerintah bagi mereka yang miskin. Sistem asuransi sosial ini

paling baik, dana yang terkumpul memadai, tahan lama, dan paling

banyak digunakan di dunia (Soekamto, dkk., 2006).

Sebagai sistem perlindungan dasar untuk masyarakat pekerja termasuk

masyarakat luas yang mengalami musibah atau kemalangan baik yang

disebabkan karena peristiwa hubungan industrial atau di luar hubungan

industrial seperti kemiskinan. Manfaat jaminan sosial mencakup :

Santunan tunai untuk dukungan pendapatan pencari nafkah utama;

Kompensasi finansial untuk korban kasus kecelakaan kerja dan kematian

dini;

14
Manfaat pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu (Soekamto,

dkk., 2006).

C. Prinsip SJSN

SJSN diselenggarakan berdasarkan pada sembilan prinsip (UU No. 40 Tahun


2004 Pasal 4).
1. Kegotong-royongan: prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung
beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap
peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau tingkat
penghasilannya.
2. Nirlaba: prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya dari
seluruh peserta.
3. Keterbukaan: prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar,
dan jelas bagi setiap peserta.
4. Kehati-hatian :prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan
tertib.
5. Akuntabilitas :prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Portabilitas :prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun
peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI.
7. Kepestaan Bersifat Wajib: prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk
menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.
8. Dana Amanat: iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan
dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta
jaminan sosial.
9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar besar kepentingan pesertaadalah

15
hasil berupa deviden dari pemegang saham yang dikembalikan untuk
kepentingan peserta jaminan sosial.

D. Program SJSN

Jenis program jaminan sosial meliputi (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 18) :

1. Jaminan Kesehatan

adalah suatu program Pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan

memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap

rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan

sejahtera (Naskah Akademik UU SJSN).

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

adalah suatu program pemerintah dan pemberi kerja dengan tujuan

memberikan kepastian jaminan pelayanan dan santunan apabila tenaga kerja

mengalami kecelakaan saat menuju, menunaikan dan selesai menunaikan

tugas pekerjaan dan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan

(Naskah Akademik UU SJSN).

3. Jaminan Hari Tua

adalah program jangka panjang yang diberikan secara sekaligus sebelum

peserta memasuki masa pensiun, bisa diterimakan kepada janda/duda, anak

atau ahli waris peserta yang sah apabila peserta meninggal dunia ((Naskah

Akademik UU SJSN).

4. Jaminan Pensiun

16
adalah pembayaran berkala jangka panjang sebagai substitusi dari

penurunan/hilangnya penghasilan karena peserta mencapai usia tua

(pensiun), mengalami cacat total permanen, atau meninggal dunia. (Naskah

Akademik UU SJSN).

5. Jaminan Kematian

Definisi Jaminan Kematian (JK) tidak dijelaskan secara tegas baik dalam UU

SJSN maupun dalam naskah akademik.

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari SJSN. SJSN ini

diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat

wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem

asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat yang layak (Kemenkes, 2014).

A. Manfaat JKN

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat

medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi

dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas

kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan

(Kemenkes, 2014). Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan kebutuhan medis (Kemenkes, 2014).

17
B. Kelembagaan

Kelembagaan SJSN terdiri dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Berdasarkan UU No. 40 Tahun

2004 tentang SJSN, Badan Penyelenggara JaminanSosial (BPJS) adalah:

Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial (Pasal 1 angka 6)

Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)

Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1))

Program-program jaminan sosial diselenggarakan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) dibentuk dengan undang-undang (UU No. 40 Tahun 2004

Pasal 5 ayat (1)) .

Pemerintah Daerah dapat membentuk badan penyelenggara jaminan sosial

tingkat daerah dan menyelenggarakan program jaminan sosial yang terbatas

dalam wilayah administratif dengan memenuhi ketentuan sistem jaminan sosial

nasional sebagaimana diatur dalam Undang-undang SJSN (Putusan Mahkamah

Konstitusi dalam perkara No. 007/PUU-III/2005 tanggal 31 Agustus 2005, hal.

268) .

18
UU SJSN mewajibkan BPJS untuk:

Mengelola dan mengembangkan Dana Jaminan Sosial secara optimal

dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian,

keamanan dana, dan hasil yang memadai (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 47

ayat (1)) .

Memberikan informasi kepada setiap peserta program jaminan hari tua

tentang akumulasi iuran berikut hasil pengembangannya, sekurang-

kurangnya sekali dalam satu tahun (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 49 ayat

4).

Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang

lazim dan berlaku umum (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 50 ayat 1).

C. Kepesertaan

Dalam kebijakan program JKN yang menjadi peserta memiliki ketentuan

tersendiri. Peserta dalam program ini adalah setiap orang, termasuk orang asing

yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar

iuran. Peserta tersebut meliputi : PBI JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian

sebagai berikut :

1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin

dan orang tidak mampu.

2. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan

orang yang tidak mampu yang terdiri atas :

19
a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu :

1. Pegawai Negeri Sipil;

2. Anggota TNI;

3. Anggota Polri;

4. Pejabat Negara;

5. Pegawai Pemerintahan Non Pegawai Negeri;

6. Pegawai Swasta; dan

7. Pekerja yang tidak termasuk urutan 1 sampai dengan 6 yang

menerima upah

b) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu :

1. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri

2. Pekerja yang yang tidak termasuk nomor 1 yang bukan penerima

upah

3. Pekerja sebagaimana dimaksud nomor 1 dan nomor 2, termasuk

warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6

(enam) bulan.

c) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, yaitu :

1. Investor;

2. Pemberi kerja;

3. Penerima pensiun;

4. Veteran;

5. Perintis kemerdekaan; dan

20
6. Bukan pekerja yang tidak termasuk urutan 1 sampai 5 yang

mampu membayar iuran.

d) Penerima pensiun terdiri atas :

1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

2. Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

4. Penerima pensiun selain nomor 1, nomor 2, nomor 3; dan

5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun

sebagaimana dimaksud pada poin 1 sampai dengan 4 yang

mendapat hak pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah, meliputi :


1. Istri atau suami yang sah dari peserta; dan
2. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,

dengan kriteria : tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai

penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau

belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan

pendidikan formal.

Sebagai sebuah program, jaminan kesehatan juga mengatur hak dan

kewajiban bagi pesertanya, adapun hak peserta yang telah terdaftar pada

BPJS Kesehatan berhak mendapatkan :

21
1. Identitas peserta

2. Manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan.

Selain hak setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan juga

memiliki kewajiban :

1. Membayar iuran

2. Melaporkan data kepersertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan

menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah

kerja.

D. Pembiayaan

Dalam program JKN menggunakan sistem iuran sebagai sumber

pembiayaannya. Berdasarkan Perpres Nomor 12 Tahun 2013 Iuran Jaminan

Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta,

Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan.

Program ini menghendaki agar setiap peserta wajib membayar iuran yang

besarnya sudah ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja

penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan

PBI). Setiap pemberi kerja diwajibkan untuk memungut iuran dari pekerjanya,

menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawab pemberi kerja, serta

membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara

berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Pemerintah juga mengatur

22
sanksi bila ada keterlambatan pembayaran iuran JKN dengan mengenakan

denda administratif sebesar 2 % (dua persen) perbulan dari total iuran yang

tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Sedangkan untuk peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan

pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling

lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya kepada BPJS Kesehatan.

Pembayaran iuran JKN juga dapat dilakukan diawal.

BPJS kesehatan selaku penanggung jawab pemanfaatan pembiayaan

menghitung kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran JKN sesuai dengan

gaji atau upah peserta. Bila terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran

iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja

dan/atau peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya

iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan

pembayaran iuran bulan berikutnya.

E. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, baik promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

23
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan

yang bersifat non spesialistik (tingkat pertama) meliputi perawatan rawat

jalan dan rawat inap. Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan tingkat pertama adalah :

1) Rawat jalan tingkat pertama

a. Puskesmas atau yang setara;

b. Praktik dokter;

c. Praktik dokter gigi;

d. Klinik pratama atau yang termasuk fasilitas kesehatan tingkat

pertama milik TNI/POLRI; dan

e. Rumah sakit kelas D pratama atau yang setara.

2) Rawat inap tingkat pertama

Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap (BPJS :

Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan).

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut adalah upaya pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang

meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat

inap di ruang perawatan khusus.

24
2.5 Jenis Program Asuransi Kesehatan di Indonesia

A. Jamkesmas

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992

tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat

berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya

termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Masyarakat miskin

biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit

karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan

perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang

belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang

umumnya masih rendah. JAMKESMAS adalah program bantuan sosial untuk

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini

diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka

mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi

tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban

memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

25
B. Jamkesda

JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan

kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang

berdomisili didaerah tersebut. Sasaran Program Jamkesda adalah seluruh

masyarakat yang tinggal didaerah tersebut yang belum memiliki jaminan

kesehatan berupa Jamkesmas, ASKES dan asuransi kesehatan lainnya.

C. Jamsostek

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab

dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara,

Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya,

mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security,

yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada

masyarakat pekerja di sektor formal.

D. Jampersal

Jaminan Persalinan adalah program pemeriksaan kehamilan (antenatal),

persalinan dan pemeriksaan masa nifas (postnatal) bagi seluruh ibu hamil

yang belum mempunyai jaminan kesehatan serta bayi yg dilahirkannya pada

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan program. Undang-Undang Dasar

1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Selanjutnya pada pasal 34 ayat (3) ditegaskan bahwa negara bertanggung

26
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan

umum yang layak.

E. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme

asuransi sosial dengan tujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi

dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

2.6 Program Asuransi Kesehatan di Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 24 Tahun 2014,

Pemerintah Kota Bandarlampung membuat sebuah program pelayanan kesehatan

untuk memberikan keringanan serta kemudahan kepada masyarakat miskin dalam

memperoleh pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya yang berlaku sejak 1

Januari 2015 yang dikenal sebagai P2KM.

Program ini sesuai visi dan misi Walikota Bandar Lampung yang berisi tentang

Meningkatkan Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Masyarakat

dengan tujuan misi, sebagai berikut:

1. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar.

2. Meningkatnya pelayanan kesehatan rujukan.

3. Meningkatnya surveylance epidemologi dan penanggulangan kejadian luar

biasa.

27
4. Meningkatnya kualitas dan kesejahteraan keluarga;

5. Meningkatnya perlindungan serta peran serta perempuan dalam

pembangunan.

6. Meningkatnya pelayanan sosial kepada masyarakat.

7. Meningkatnya pelayanan penanggulangan korban bencana.

Jenis program pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Bandarlampung

meliputi semua jenis keluhan penyakit dengan di fasilitasi pula obat gratis dengan

persyaratan membawa KK dan KTP yang asli dan fotocopy SAH Kota

Bandarlampung. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang tidak termasuk

jaminan program pelayanan kesehatan gratis di Kota Bandarlampung adalah :

Pemeriksaan kesehatan rutin (general check up),

Pembersihan karang gigi tanpa indikasi medis,

Alat bantu kesehatan,

Rangkaian pelayanan kesehatan dalam rangka memperoleh keturunan,

Persalinan untuk anak keenam dan seterusnya,

Kemotrapi,

Cuci darah untuk tindakan kedua dan seterusnya,

Gangguan kesehatan karena menyakiti diri sendiri atau karena membahayakan

diri sendiri, dan

Kecelakaan lalu lintas yang telah ditanggung Asuransi Jasa Raharja.

28
BAB III
PEMBAHASAN

Puskesmas Rawat Inap Panjang berdiri sejak tahun 1964 dalam bentuk Balai

Pengobatan saja yang terletak di Jln. Yos Sudarso No. 384 Kel. Panjang Selatan, Kec.

Panjang, Kota Bandar Lampung. Pada tahun 1998, dijadikan Puskesmas Rawat Inap

dengan 10 tempat tidur. Pada tahun 2007, dilakukan renovasi gedung Puskesmas

menjadi 2 lantai dengan penambahan jumlah tempat tidur menjadi 18 tempat tidur.

Jenis pelayanan yang ada pada Puskesmas Rawat Inap Panjang yaitu Poli Umum,

Poli Gizi, Poli KIA/KB, Poli MTBS, Klinik IMS, Klinik VCT, Klinik IVA, Klinik

Sanitasi, Klinik Konsultasi Gizi, Klinik Remaja, Laboratorium dan Pelayanan

Kefarmasian.

Puskesmas Rawat Inap Panjang terletak di Kelurahan Panjang Selatan Kecamatan

Panjang, Kota Bandar Lampung terdiri dari 8 kelurahan yaitu Panjang Utara, Panjang

Selatan, Karang Maritim, Srengsem, Pidada, Way Lunik, Ketapang, dan Kuala.

- Kelurahan Panjang Selatan dengan luas 11 Ha

- Kelurahan Panjang Utara dengan luas 225 Ha

- Kelurahan Karang Maritim dengan Luas 556 Ha

29
- Kelurahan Srengsem dengan luas wilayah 556 Ha

- Kelurahan Pidada dengan laus wilayah 256 Ha

- Kelurahan Way Lunik dengan luas 144 Ha

- Kelurahan Ketapang dengan luas wilayah 224 Ha

- Kelurahan Kuala dengan luas wilayah 115 Ha

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang adalah:

- Sebelah utara : Kelurahan Sukaraja

- Sebelah Selatan : Lampung Selatan

- Sebelah Timur : Kecamatan Ketibung

- Sebelah Barat : Teluk Lampung

Secara topografi Puskesmas Rawat Inap Panjang mempunyai wilayah kerja yang

terdiri dari tanah berbukitan dan landai serta sebagian kecil pantai.

Program jaminan kesehatan di Puskesmas Panjang sudah dilaksanakan sesuai dengan

standar baku yang ada. Jaminan kesehatan yang terdapat di puskesmas Panjang

adalah BPJS, P2KM, dan umum. BPJS dibentuk dengan undang-undang (UU No. 40

Tahun 2004 Pasal 5 ayat (1)). Kelompok peserta BPJS kesehatan terbagi dua yaitu

PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin

dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari

pemerintah sebagai peserta program dan bukan PBI yaitu pekerja penerima upah dan

anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya dan

bukan pekerja dan anggota keluarganya.

30
Sedangkan jaminan kesehatan P2KM di Puskesmas Panjang, pada saat berobat atau

ingin mendapatkan pelayanan tenaga medis di puskesmas, pasien harus menyerahkan

KK (kartu keluarga) dan KTP. Pasien umum yang ingin berobat di Puskesmas

Panjang harus membayar sebesar Rp 25.000 untuk biaya pelayanan dan jasa yang

diberikan.

31
BAB IV
TELAAH JURNAL

4.1 Informasi Jurnal

a) Judul

Analisis sistem rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD Dr. Ajidarmo

Kabupaten Lebak.

b) Latar Belakang

JKN merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin kesehatan

seluruh masyarakat Indonesia secara komprehensif, murah, terjangkau dan

bermutu, melalui sistem rujukan berjenjang. Namun ketidakefektifan sistem

rujukan di Indonesia, berdampak pada penumpukan pasien di fasilitas

kesehatan lanjutan, sehingga terjadi pemanfaatan tenaga terampil dan

peralatan canggih secara tidak tepat guna dan menurunnya kualitas pelayanan

kesehatan. Adapun masalah kepatuhan petugas kesehatan terhadap

pelaksanaan kebijakan dan pedoman tentang sistem rujukan juga berpengaruh

terhadap pelaksanaan sistem rujukan. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh JKN terhadap sistem rujukan medis

32
dan juga terhadap sistem rujukan berjenjang di RSUD DR. Ajidarmo,

kabupaten lebak.

c) Bahan dan metode

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data-data

primer dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan metode wawancara

mendalam terhadap direksi, manajemen, pelaksana teknis, bagian administrasi

di rumah sakit, dan terhadap penjamin asuransi kesehatan. Adapun data

sekunder diambil dari data rekam medis, register pasien, dan juga dokumen

lain yang menunjang penelitian. Penelitian dilaksanakan di ruang kebidanan

dan bersalin serta unit-unit terkait di RSUD Dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak

yang merupakan rumah sakit rujukan tingkat kabupaten. Dalam penelitian

kualitatif ini, validasi data dilakukan dengan metode triangulasi yang meliputi

triangulasi metode, sumber, dan triangulasi teori.

33
d) Hasil

34
e) Kesimpulan

Dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa pencatatan tentang penerimaan

pasien rujukan dan pengiriman pasien rujukan belum dilakukan dengan

optimal, walau telah menjadi rutinitas. Adapun ketidaklengkapan data

disebabkan oleh kurang disiplinnya tenaga kesehatan dalam melakukan

pencatatan. Pelaporan hanya sampai pada bagian program RS dan tidak

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.

Monitoring dan evaluasi merupakan proses pengumpulan dan juga analisis

informasi mengenai pelaksanaan sistem rujukan secara terus-menerus,

melibatkan apakah sistem rujukan telah dilaksanakan sesuai rencana dan

bagaimana pelaksanaannya, sehingga masalah dapat selalu ditemukan,

didiskusikan dan dipecahkan bersama.

Dapat diketahui bahwa sampai terselenggaranya program JKN, belum ada

monitoring dan evaluasi yang khusus pada sistem rujukan. Monitoring dan

evaluasi dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan terutama oleh bidang

keperawatan terkait berbagai permasalahan yang ditemukan dalam melayani

pasien dan solusinya. Evaluasi sistem rujukan di RS, seharusnya dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, namun selama ini tidak berjalan, karena

tidak pernah ada laporan rujukan yang disampaikan pihak RS ke Dinas

kesehatan.

35
4.2 Critical Appraisal

Analisis VIA

a) Validity

Desain:

Artikel ini merupakan sebuah penelitian kualitatif. Tujuan dari studi ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh JKN terhadap sistem rujukan

medis dan juga terhadap sistem rujukan berjenjang.

Analisis Data :

Data dalam penelitian ini berasal dari, data primer yang dikumpulkan

langsung oleh peneliti dengan metode wawancara mendalam terhadap direksi,

manajemen, pelaksana teknis, bagian administrasi di rumah sakit, dan

terhadap penjamin asuransi kesehatan. Adapun data sekunder diambil dari

data rekam medis, register pasien, dan juga dokumen lain yang menunjang

penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini, validasi data dilakukan dengan

metode triangulasi yang meliputi triangulasi metode, sumber, dan triangulasi

teori.

b) Importancy

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak asuransi kesehatan

menunjukkan efek positif dan signifikan secara statistik dikarenakan sejak

terdapat JKN karateristik pelaksaan sistem rujukan sudah membaik, yaitu : -

fasilitas rujukan sudah bertambah, - Pelaksanaan SOP sudah baik karna

36
adanya sosialisasi, - keterjangkauan biaya kesehatan yang semakin terjangkau.

Pada sistem rujukan berjenjangpun mengalami perbaikan, yaitu : - terdapat

perbaikan dalam pelaksanaan sistem rujukan, - Alur semakin membaik dengan

mangacu pada ketentuan nasional tentang rujukan berjenjang.

c) Applicability

Hasil penelitian dalam jurnal ini dapat diterapkan di Indonesia. Selain karena

penelitian ini sendiri memang salah satu sumber datanya diambil dari

demografi data di Indonesia, penelitian ini juga dapat menjadi sebuah acuan

untuk kembali memperbaiki dan meningkatkan kembali kualitas asuransi

kesehatan di Indonesia dengan harapan bahwa cakupan penggunaan layanan

kesehatan oleh masyarakat Indonesia menjadi lebih maksimal. Hal ini juga

sejalan dengan sistem kebijakan kesehatan di Indonesia yang mulai akan

digiatkan pada orientasi tindakan preventif dan promosi kesehatan. Pengunaan

layanan kesehatan yang baik juga dapat memungkinkan terjadinya

peningkatan pencegahan dan pendeteksian penyakit yang lebih baik.

Di masa depan kita harus memperhatikan, bahwa asuransi kesehatan dapat

menjadi sebuah faktor selain dari kesehatan itu sendiri yang dapat membuat

masyarakat Indonesia untuk lebih sadar dengan kesehatannya masing-masing.

Asuransi kesehatan yang baik juga dapat mendorong masyarakat untuk lebih

aktif dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang sesuai dan secara tidak

langsung dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat itu sendiri.

37
BAB V
KESIMPULAN

Asuransi adalah suatu perjanjian di mana si penanggung dengan menerima


suatu premi mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada
tertanggung yang mungkin diderita karena terjadinya suatu peristiwa yang
mengandung ketidakpastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan,
kerugian atau kehilangan suatu keuntungan.

Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan


program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan suatu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

SJSN diselenggarakan berdasarkan pada sembilan prinsip (UU No. 40 Tahun


2004 Pasal 4), yakni : Kegotong-royongan; Nirlaba; Kehati-hatian;
Akuntabilitas; Portabilitas; Kepestaan Bersifat Wajib; Dana Amanat; Hasil
pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar besar kepentingan peserta.

Kelembagaan SJSN terdiri dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Jenis program jaminan sosial meliputi :Jaminan Kesehatan; Jaminan


Kecelakaan Kerja; Jaminan Hari Tua; Jaminan Pensiun; Jaminan Kematian.

Program jaminan kesehatan di Puskesmas Panjang sudah dilaksanakan sesuai

38
dengan standar baku yang ada. Jaminan kesehatan yang terdapat di puskesmas
Panjang adalah BPJS, P2KM, dan umum.

39
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Persentase Penduduk Miskin Maret 2016 Mencapai 10,86
Persen. Diakses dari :https://www.bps.go.id/brs/view/1229. Pada 05 Juli 2017.

Darmawi, Herman. 2000. Manajemen Asuransi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Prosil Kesehatan Indonesia


tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Muninjaya, A. A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC.

Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 24 Tahun 2014 Tentang Petunjuk


Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kota Pada Fasilitas
Kesehatan di Kota Bandar Lampung.
Purwoko, Bambang. 1999. Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya :
Pandangan dan Gagasan. Jakarta : Meganet Dutatama.

Soekamto, Hasbullah Thabrany, dan Bambang Purwoko. 2006. Reformasi Sistem


Jaminan Sosial di Indonesia [Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI].
Jakarta : Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI
Bekerjasama dengan German Technical Cooperation (GTZ).

Sulastomo. 2000. Manajemen Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

UUD 1945 Pasal 34 Ayat 2 Tentang Jaminan Sosial.

UUD 1945 Pasal 34 Ayat 3 Tentang Penyediaan Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan
Umum.

UUD 1945 Pasal 28h Ayat 3 Tentang Jaminan Sosial.

40
Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan


Penyelenggaran Jaminan Sosial.

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional

41

You might also like