Professional Documents
Culture Documents
3. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
c. Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersamasama.
f. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga .
4. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu.
Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas perkembangannya.
Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang
dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan
atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan berinteraksi
dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif
dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
III. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangan :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbungan dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak
dan protein. (Askandar, 2000).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan
produksi insulin (kuantitas / kualitas) baik oleh keturunan atau didapat. Konsentrasi glukosa yang
berlebih pada darah dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh. Tapan (2006)
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus) Dikenal
dengan maturity concep dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolut melainkan
relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada
semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM
dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap
memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational: Yaitu
intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon
hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang
mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu
hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat obatan, dan
bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat
obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik),
dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996).
H. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut,
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut
adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 : 1258)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah
satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan
asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
c. Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) Terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian
tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)
a. Mikrovaskuler
1). Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler adalah perubahan
pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran
protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2.) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah,
1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3). Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahanperubahan
metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia
dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1). Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan
kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah
akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit
jantung koroner atau stroke
2). Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan
dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan
gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel
sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus
demikian juga pada daerahdaerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3). Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak
menurun (Long, 1996 : 17)
III. Pengkajian Fokus Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana
yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap
keluarga. Proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam melaksanakan tindakan yang
digunakan agar proses asuhan keperawatan dan kesehatan terhadap keluarga menjadi lebih
sistematis (Effendy, 1998 : 46).
A Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga kedalam tahap-tahap
meliputi mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur
keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.
1. Mengidentifikasi data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan
memakai norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan system integritas dan
kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan Diabetes Mellitus difokuskan pada komponen-
komponen yang berkaitan dengan diabetes Mellitus.
2. Data Identitas
a. Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia
rawan tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih karena tubuh tidak peka
terhadap insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes (Setiono, 2005
:24).
b. Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila dibandingkan
dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai factor yang mendorong
terjadinya DM seperti obesitas saat kehamilan, strees, kelelahan, serta makanan yang
tidak terkontrol.
c. Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan perawatan
dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus. Salah satu
penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan
adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnnya keuangan
(Effendy,1998).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan yang
rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita Diabetes
Mellitus dan akibatnya serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan.
e. Hubungan (genogram)
Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita diabetes.
Resiko juga meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan.
f. Tipe atau Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga extended family yang mempunyai riwayat penyakit DM lebih cenderung
menderita DM dari pada keluarga yang ukurannya lebih kecil dan tidak mempunyai
riwayat DM.
g. Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga
1). Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu
banyak mengandung protein, gula, lemak, garam, dan mengandung sedikit serat. Pola
makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit diabetes mellitus (Noer, 1996).
2). Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan factor penting dalam pengelolaan pasien
dengan Diabetes Mellitus. Effendy (1998) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang
terjangkau memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada
keluarga yang anggota keluarganya menderita Diabetes Mellitus. Bila keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan melakukan control dan
memeriksakan dirinya secra teratur apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat. Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan, maka keluarga hanya memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk
ketika merasakan adanya gejalagejala yang terkait dengan Diabetes Mellitus.
3). Pengobatan Tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu
diperhatikan dalam melakukan pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar
pengobatannya berhasil. Namun mayoritas penderita Diabetes Mellitus telah
memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan keluhan Diabetes Melitus.
h. Status Sosial Ekonomi.
Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi
menengah keatas. Karena factor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti
makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan strees berperan penting sebagai
pemicu diabetes.
4. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau pencahayaan yang kurang,
keadaan lantai yang licin, merupakan factor yang meningkatkan resiko injury karena pada
pendrita Diabetes Mellitus yang lanjut akan mengalami gangguan pada system persepsi
sensori terutama visual seperti adanya keluhan pandangan kabur.
b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat:
a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga
yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat setempat
b) Fasilitas pelayanan kesehatan Adanya fasilitas pelayanan kesehatan sangat
menentukan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan.
c) Fasilitas transportasi
Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampuan keluarga
untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Sistem pendukung
Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Mellitus di keluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi,
motivasi dan memonitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
c. Struktur keluarga
Pola komunikasi
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian
satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan
tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi pemicu
terjadinya suatu masalah kesehatan (Effendy, 1998).
d. Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih dominant adalah
patriarkal yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah (Effendy, 1998).
e. Struktur peran
Friedman (1986), menyatakan peran atau status seseorang dalam keluarga dan masyarakat
mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai suami,
ayah, istri, ibu, anak, kakak, adik, cucu, dan lain-lain.
f. Nilai-nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan dengan
masalah DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan
(Effendy, 1998).
g. Fungsi keluarga
1). Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam
keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita
DM akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996).
2). Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita DM
untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga.
Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan
pengobatan yang berlaku seumur hidup.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah Diabetes
Mellitus:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada DM salah satu factor
penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan tentang DM (Effendy, 1998).
Apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah Diabetes Mellitus, penyakit
tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
b. Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidak sanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat, berat,
dan luasnya masalah yang dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol.
Penyakit Diabetes Mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan
komplikasi.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit,
tanda dan gejala, penyebab dan pengelolaan pada Diabetes Mellitus (Effendy,
1998).
d. Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak
mencukupi, diantaranya adalah biaya (Effendy, 1998).
e. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah
Diabetes Mellitus. Agar penderita dapat memeriksakan kesehatan secara rutin
dan sebagai tempat jika ada keluhan (Effendy, 1998).
f. Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga, sedangkan
koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota
keluarga yang menderita diabetes, karena salah satu cara mengatasi
kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur, dan mengurangi stress.
B Diagnosa Keperawatan
Perubahan Arteroskleosis vasikuler Diagnosa keperawatan adalah pernayataan tentang
factor-faktor yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi
perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998). Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada
keluarga dengan diabetes melitus antara lain (Doengoes, 2000: 51):
1. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan pengeluaran urine,
urine encer, kelemahan, haus, penurunan berat badan, kulit atau membrane mukosa
kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler.
Berhubungan dengan
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh masukan
makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan 10-
20% atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan, tonus otot buruk, diare berhubungan
dengan
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
e. ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori, dapat diterapkan adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual berhubungan dengan
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
e. ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Kelelahan, kemungkinan dibuktikan oleh kurang energi yang berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja biasanya
biasanya berhubungan dengan
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
e. ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
C Rencana Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan prioritas
masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan (Effendy, 1998):
1. Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga tidak
dapat diatasi sekaligus.
2. Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan.
3. Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5. Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga atau keperawatan
keluarga.
6. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b. Kriteria prioritas masalah (Effendy, 1998: 52):
Kriteria masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit atau kurang
sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar adalah kurang sehat kemudian ancaman kesehatan
dan yang ketiga adalah krisis.
Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk menangani diabetes mellitus.
2. Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.
3. Sumber daya keperawatan, diantaranya adalah pengetahuan tentang diabetes mellitus,
ketrampilan dalam perawatan.
4. Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti posyandu,
polindes dan sebagainya.
h. Fokus Intervensi
1. Kekurangan volume cairan
a. Afektif / pengetahuan
1). Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi klinik
kekurangan volume cairan sebagai tanda memberatnya penyakit Diabetes
Mellitus.
2) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara mengatasi
kekurangan volume cairan.
b. Kognitif / sikap
1. Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitor keluaran urine.Motivasi klien
untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan terdekat.
c. Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan.
(2) Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam regimen pengobatan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian pentingnya gizi bagi
penderita Diabetes Mellitus.
(2) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita Diabetes
Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh pada penderita Diabetes Mellitus.
(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
3) Resiko infeksi
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang adanya resiko tinggi infeksi pada
luka penderita Diabetes Mellitus.
(2) Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar terhindar dari infeksi.
(2) Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan luka yang benar.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar mendapatkan perawatan
luka yang benar.
(2) Rujuk ke pelayanan kesehatan .
4) Resiko gangguan persepsi sensori
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang gangguan persepsi sensori
visual (pandangan kabur) sebagai manifestasi penyakit Diabetes Mellitus.
(2) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan terdekat.
(b) Kognitif / sikap
(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya penurunan ketajaman penglihatan
sebagai manifestasi dari terjadinyya komplikasi Diabetes Mellitus yang lanjut.
(2) Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan jika terjadi gangguan
penglihatan.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan,
penggunaan kacamata dan penggunaan obat.
(2) Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.
5) Kelelahan, kelemahan
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian pentingnya gizi bagi
penderita Diabetes Mellitus.
(2) - Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama KK : Tn. S
2. Umur : 60 Tahun
3. Alamat : Gemarang barat, Watualang, Ngawi
4. Pekerjaan : Tani
5. Pendidikan : SD
6. Komposisi keluarga :
Hub. Riw.
No Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan
keluarga kesehatan
1. Tn. S 62 L KK SD Tani Hipertensi
2. Ny. S 57 P Istri SD - DM
Genogram
Tn.SD
Tn. SY
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
Denah rumah
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga saling menyayangi dan menghormati
2. Fungsi sosial
Setiap keluarga saling menjaga hubungan sosial yang baik dengan warga sekitar dengan
mengikuti kegiatan dalam masyarakat (pertemuan rutin, , arisan)
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Keluarga Tn.S mengetahui bahwa Ny. S menderita penyakit Diabetes Melitus.
b. Keluarga Tn. S kurang cepat dalam mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan karena
sangat tergantung pada kondisi keuangan.
c. Keluarga Tn. S belum tahu cara merawat penyakit Diabetes Melitus terutama untuk masalah
diet, kurang teratur dalam berobat dan tidak teratur kontrol gula darah.
d. Keluarga Tn. S belum mampu memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat terutama
untuk ventilasi kurang dan lantai masih dari tanah, karena terbentur masalah biaya.
e. Keluarga Tn. S jarang menggunakan fasiltas kesehatan karena terkendala biaya.
4. Fungsi reproduksi
Tn. S mempunyai 2 (dua) orang anak yang masing masing sudah berkeluarga dan mempunyai
rumah sendiri
Ny. S Sudah menopouse.
5. Fungsi ekonomi
Kebutuhan ekonomi dicukupi lewat penghasilan Tn. S kadang kadang dibantu oleh anaknya
Tn. S, terutama untuk membeli obat Diabetes Melitus.
1. Vital sign :
TD : 180/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36 o C
RR : 18 x/menit
2. Kepala
3. Leher
4. Dada
Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler dan bronchovesikuler. tidak terdengar suara
wheezing
. Jantung :
Inspeksi : denyut jantung normal, tidak ada dorongan.
Palpasi : tidak ada pulsasi
Perkusi : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
Auskultasi : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal.
5. Abdomen :
6. Ekstremitas :
a. Atas
1) Kanan : Tidak ada keluhan
2) Kiri : Tidak ada keluhan
b. Bawah
1) Kanan : Tidak ada keluhan
2) Kiri : Tidak ada keluhan.
5 5
c. Kekuatan otot =
5 5
Ny. S
8. Vital sign :
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36 o C
RR : 18 x/menit
9. Kepala
Rambut : rambut bersih.
. Mata : Visus 5/5, tidak ada kelainan, sclera putih.
Telinga : Telinga bersih, pendengaran cukup baik, tidak ada penyakit.
. Hidung : Hidung bersih, penciuman masih normal.
Mulut : Mulut bersih, gigi ada beberapa yang tanggal.
10. Leher
11. Dada
Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler dan bronchovesikuler. tidak terdengar suara
wheezing
. Jantung :
Inspeksi : denyut jantung normal, tidak ada dorongan.
Palpasi : tidak ada pulsasi
Perkusi : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
Auskultasi : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal.
12. Abdomen :
13. Ekstremitas :
d. Atas
1) Kanan : Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak tangan kanan
2) Kiri : Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak tangan kiri
e. Bawah
1) Kanan : Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak kaki kanan
2) Kiri : Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak kaki kiri.
5 5
f. Kekuatan otot =
5 5
IX. Terapi
Ny. S mendapat obat oral :
Ibuprofen 200 mg : 2 x 1 tab / hari
Glibenclamid : 2 x1 tab / hari
Vit B1 : 2 x1 tab / hari
X. Harapan keluarga
Keluarga Tn. S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan sehari hari termasuk untuk
kebutuhan berobat Ny.S dan untuk memperbaiki rumah.
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH PENYEBAB
1 DS : Resiko syock Kekurangan
Klien mengatakan sering hyperglikemi insulin
kesemutan
Klien mengatakan telapak
kaki sakit transport glukosa
Klien mengatakan sudah menurun
lama tidak periksa kadar
gula.
DO : hiperglikemia
Keluarga Tn.S tidak tahu
resiko dari penyakit DM
TD : 140/80 mmHg
syock
GDA : 280 mg/dl
Klien tidak punya
pedoman diet.
Ketidak mampuan
Riwayat Diabetes Melitus
keluarga mengenal
masalah kesehatan
pada penyakit
diabetes miletus.
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS
Diagnosa keperawatan Tujuan Ktriteria evaluasi
No
keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
1 Resiko syock hyperglikemi Setelah Setelah Verbal Keluarga 1.Observ
b d Ketidak mampuan dilakukan dilakukan mengetahui dan penyeb
keluarga merawat anggota tindakan kunjungan 2x memahami tentang hipergl
keluarga yang sakit keperawatan, diharapkan resiko yang bisa 2.Gali pe
DS : klien tidak keluarga dapat : terjadi pada keluarg
Klien mengatakan sering mengalami menjelaskan penyakit Diabetes resiko s
kesemutan syock resiko pada Melitus apbila gula hypergl
Klien mengatakan telapak hyperglikemi Diabetes Melitus darahnya tinggi. Diabete
kaki sakit 3.Jelaska
Klien mengatakan sudah resiko g
lama tidak periksa kadar tinggi
gula. 4.Berikan
DO : 5.Beri ke
Keluarga Tn.S tidak tahu keluarg
resiko dari penyakit DM
TD : 140/80 mmHg
GDA : 280 mg/dl
Klien tidak punya pedoman
diet.
Riwayat Diabetes Melitus
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES
MELITUS
No Diagnosa keperawatan Tujuan khusus Tanggal Implementasi Evalu
1 Resiko syock hyperglikemi Setelah dilakukan 21 1. Mengobservasi adanya 21 Januari 2012
b d Ketidak mampuan kunjungan 2x Januari penyebab resiko syock S:
keluarga merawat anggota diharapkan 2012 hiperglikemi Ny. S mengatak
keluarga yang sakit keluarga dapat : 2. Menggali pengetahuan dan tahu kalau
DS : menjelaskan resiko keluarga mengenai penyakit Diabe
Klien mengatakan sering syock hiperglikemi Diabetes Melitus O:
kesemutan pada Diabetes 3. Menjelaskan mengenai TD : 140/80 mm
Klien mengatakan telapak Melitus resiko syock Ny. S dapat me
kaki sakit hiperglikemi pada kembali tentang
Klien mengatakan sudah Diabetes Melitus hiperglikemi pa
lama tidak periksa kadar 4. Memberikan pedoman Melitus
gula. diet untuk Diabetes Ny.S bersedia c
DO : Melitus secara rutin.
Keluarga Tn.S tidak tahu 5. Memberikan Ny.S bersedia m
resiko dari penyakit DM kesempatan kepada secara teratur
TD : 140/80 mmHg keluarga untuk Ny.S bersedia m
GDA : 280 mg/dl bertanya diet sesuai petu
Klien tidak punya pedoman A:
diet. Masalah teratas
Riwayat Diabetes Melitus P:
Modifikasi Inte
1. Anjurkan pada
rutin berolah ra
2. Anjurkan pada
aktif datang ke
Lansia
DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro, Arjatmo, 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta
: EGC..
Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC.
Ikram, Ainal, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI.
Luecknote, Annette Geisler, 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta :
EGC.
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Total Tayangan
45009
INFO MENARIK
Ads Powered
by:KumpulBlogger.com
Frandroid.com
Beranda
Mengenai Saya
SANUSI
Ngawi, Jawa Timur, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.