You are on page 1of 14

Prevalensi dan Faktor Risiko Prehipertensi dan Hipertensi di Cina Selatan

Abstrak
Latar Belakang
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prevalensi dan faktor risiko
prehipertensi dan hipertensi di Provinsi Jiangxi, Cina. Individu dengan
prehipertensi sering berkembang menjadi hipertensi dan berisiko tinggi terkena
penyakit kardiovaskular dan stroke.
Metode
Survei belah lintang terhadap 15.296 partisipan (berumur 15 tahun atau lebih)
dilakukan di Provinsi Jiangxi, Cina, pada tahun 2013, dengan menggunakan
formulir kuesioner dan pengukuran fisik.
Hasil
Prevalensi prehipertensi dan hipertensi masing-masing adalah 32,3% (39,2% pada
pria dan 27,6% pada wanita) dan 29,0% (30,1% pada pria dan 28,2% pada wanita).
Tingkat kesadaran, pengobatan, dan kontrol di antara semua peserta hipertensi
adalah masing-masing 64,8%, 27,1%, dan 12,6%. Prevalensi prehipertensi pada
pria menurun seiring bertambahnya usia, namun prevalensi hipertensi meningkat
pada wanita. Prevalensi prehipertensi dan hipertensi meningkat seiring dengan
meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). Prevalensi prehipertensi menurun,
seiring dengan peningkatan prevalensi hipertensi, dengan meningkatnya lingkar
pinggang (LP). Kombinasi LP dan IMT lebih unggul dibandingkan indeks
individual dalam mengidentifikasi hipertensi. Analisis regresi logistik multivariat
menunjukkan bahwa pertambahan usia, IMT tinggi, indeks adiposa viseral yang
tinggi, dan denyut jantung tinggi merupakan faktor risiko prehipertensi dan
hipertensi. Persentase lemak tubuh yang tinggi berhubungan secara signifikan
dengan prehipertensi. Tinggal di daerah perkotaan, memiliki jenis kelamin pria,
obesitas abdominal, dan menopause berkorelasi dengan hipertensi.
Kesimpulan
Prehipertensi dan hipertensi merupakan sebuah epidemi di Cina selatan. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengeksplor indikator yang dapat mewakili lemak
viseral secara akurat dan memiliki hubungan dekat dengan penyakit kardiovaskular.
1. Pedahuluan
Hipertensi tidak hanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang
paling diketahui, tetapi juga merupakan sebuah tantangan bagi kesehatan
masyarakat di seluruh dunia [1]. Lebih dari 1,5 miliar individu diperkirakan saat ini
memiliki hipertensi [1-3]. Penelitian menunjukkan bahwa nilai tekanan darah (TD)
120-139/80-89 mmHg berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular dibandingkan dengan tingkat TD di bawah 120/80 mmHg
[4-6]. Konsep prehipertensi telah didefinisikan untuk studi terperinci mengenai
risiko TD yang meningkat. Laporan Ketujuh Komite Nasional untuk Pencegahan,
Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan Tekanan Darah Tinggi (JNC-7) mengajukan
bahwa TD tinggi, termasuk tekanan sistolik (TDS) 120-139 mm Hg atau TD
diastolik (TDD) 80-89 mmHg dikatakan sebagai prehipertensi [7]. Menurut JNC-
7, individu dengan prehipertensi memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi
dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar TD ideal; Selain itu, mereka
juga memiliki peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular [5-9].
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa prehipertensi terkait dengan
peningkatan penyakit arteri koroner 1,7 kali lipat dan peningkatan infark miokard
3,5 kali lipat [10]. Selain itu, prehipertensi seringkali terkait erat dengan kerusakan
organ target, seperti arteriosklerosis awal, kerusakan vaskular ringan, kalsifikasi
arteri koroner, remodeling vaskular, dan hipertrofi ventrikel kiri [11-13].
Prevalensi prehipertensi dan hipertensi meningkat secara signifikan dengan
perkembangan ekonomi yang pesat, urbanisasi, percepatan penuaan penduduk, dan
perubahan kebiasaan makan dan gaya hidup tradisional di Cina. Meskipun banyak
penelitian berfokus pada prehipertensi dan hipertensi di Cina [14-18], masih
terdapat perbedaan yang mencolok diakibatkan perbedaan geografis dan etik pada
prevalensi hipertensi dan prehipertensi. Terlebih lagi, tidak ada survei berskala
besar yang telah dilakukan mengenai prevalensi prehipertensi dan korelasi
prehipertensi dan hipertensi di Cina selatan, terutama di Provinsi Jiangxi. Selain
itu, penelitian sebelumnya sebagian besar berfokus pada hubungan antara merokok,
indeks massa tubuh (IMT), obesitas abdominal, dan hipertensi. Lebih sedikit
penelitian yang membahas hubungan antara indeks lemak viseral (visceral adipose
index/VAI), persentase lemak tubuh (body fat percentage/BFP), dan TD. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan prevalensi dan korelasi
antara prehipertensi dan hipertensi. Penelitian ini juga bertujuan untuk
membandingkan faktor penentu prehipertensi dan hipertensi. Selain itu, untuk
memberikan referensi ilmiah mengenai strategi pencegahan dan intervensi primer
untuk mengobati prehipertensi dan hipertensi.

2. Metode
2.1 Persetujuan Etik
Persetujuan etik diperoleh dari dewan peninjau etika Rumah Sakit Terafiliasi Kedua
di Universitas Nanchang dan Rumah Sakit Kardiovaskular Fuwai (Beijing, Cina).
Persetujuan tertulis diperoleh dari masing-masing peserta dan wali atas nama anak
di bawah umur berusia 15-18 tahun yang terdaftar dalam penelitian ini. Jika wali
tidak dapat menulis, maka sidik jari digunakan. Komite etika menyetujui prosedur
tersebut.

2.2 Desain Penelitian


Empat kota di daerah perkotaan dan empat kabupaten di daerah pedesaan dipilih
menggunakan metode probabilitas yang proporsional dengan ukuran, di mana dua
kabupaten atau dua kota terpilih. Kemudian, tiga komunitas atau desa dipilih di
masing-masing kabupaten dan kota dengan menggunakan metode simple random
sampling (SRS) [19]. Pada akhirnya, sejumlah peserta dari masing-masing dari 14
strata gender/umur (pria/wanita dan berusia 15-24, 25-34, 35-44, 45-54, 55- 64, 65-
74, dan 75 tahun) dipilih menggunakan metode SRS sesuai dengan komposisi
demografi nasional; peserta dipilih dari komunitas atau desa dengan menggunakan
daftar yang disusun dari daftar rumah tangga pemerintah daerah [19]. Efek desain
ini juga dipertimbangkan saat memperkirakan jumlah sampel. Dengan
mengasumsikan efek desain 2,5 dan prevalensi hipertensi 17,7% di antara
penduduk berusia 15 tahun atau lebih, dibutuhkan 15.200 peserta untuk memastikan
interval kepercayaan 95% untuk prevalensi di seluruh populasi dan subpopulasi
yang dibatasi oleh usia dan gender, masing-masing, kurang dari 0,4% dan 1,8%
[19]. Akibatnya, sebanyak 15.364 peserta yang tinggal di Provinsi Jiangxi selama
6 bulan dan berusia 15 tahun atau lebih secara acak dipilih untuk mengikuti survei
ini mulai November 2013 sampai Agustus 2014.

2.3 Pengukuran
Peserta diwajibkan untuk melengkapi formulir kuesioner terstandar melalui
wawancara tatap muka dengan staf terlatih dan pengukuran fisik. Kuesioner
tersebut dikembangkan oleh pusat koordinasi nasional Rumah Sakit Fuwai
(Beijing, Cina). Pemeriksaan antropometri mencakup berat badan, tinggi badan,
lingkar pinggang, TD, denyut jantung saat istirahat, persentase lemak tubuh, dan
tingkat lemak viseral. Terdapat orang-orang yang ditugaskan secara khusus
mengelola keseluruhan kontrol kualitas untuk memastikan kualitas dan
keterwakilan data.
TD diukur dengan menggunakan Monitor Tekanan Darah Portable Omron
HBP-1300 Professional (Kyoto, Jepang) tiga kali di lengan kanan yang disanggah
setinggi jantung setelah peserta diizinkan untuk beristirahat selama 5 menit, dengan
interval 30 detik antara tiap pengukuran. TDS atau TDD didefinisikan sebagai rata-
rata dari tiga pembacaan TDS atau TDD. Subjek disarankan untuk tidak merokok,
dan mengonsumsi kopi, teh, dan alkohol setidaknya 30 menit sebelum pengukuran
TD. Bobot tubuh tanpa pakaian berat, persentase lemak tubuh, dan indeks adipose
viseral diukur dengan menggunakan alat pengukur lemak dan berat badan Omron
(V-BODY HBF-371, Omron, Kyoto, Jepang). Tinggi diukur tanpa sepatu
menggunakan suatu alat bersudut 90 standar dan pita pengukur tetap (sampai 0,5
cm terdekat). Lingkar pinggang diukur (sampai 0,5 cm terdekat) dengan
meletakkan pita pengukur di titik tengah antara batas bawah tulang rusuk terakhir
dan bagian atas tulang pinggul (pada tingkat umbilikus) pada akhir ekspirasi.

2.4 Definisi
Klasifikasi TD didasarkan pada pedoman JNC7 [7]. Normotensi didefinisikan
sebagai subyek dengan TDS <120 mmHg dan TDD <80 mmHg tanpa obat
antihipertensi. Prehipertensi didefinisikan sebagai individu yang memiliki TDS
120-139 mmHg dan/atau TDD 80-89 mmHg tanpa memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai TDS 140 mmHg dan/atau TDD 90 mmHg, dan
juga jika individu memakai obat antihipertensi selama 2 minggu. IMT dihitung
sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat (kg/m2). Kelebihan berat badan dan obesitas masing-masing didefinisikan
sebagai IMT 24-27,9 kg/m2 dan IMT 28 kg/m2 [20]. Lingkar pinggang (LP) dibagi
menjadi kelompok overweight abdominal (85-95 cm pada pria dan 80-90 cm pada
wanita) dan kelompok obesitas abdominal (LP 95 cm pada pria dan 90 cm pada
wanita) [20]. Indeks lemak viseral dikategorikan menjadi tiga kelompok sebagai
standar (1-9), sedikit tinggi (10-14), dan tinggi (15-30) [21]. Persentase lemak
tubuh dikategorikan menjadi empat kelompok sebagai kurus (<10% untuk laki-laki
dan <20% untuk perempuan), standar (10-19% untuk laki-laki dan 20-29% untuk
perempuan), sedikit tinggi (20-25% untuk laki-laki dan 30-35% untuk wanita), dan
tinggi (25% untuk pria dan 35% untuk wanita) [22]. Kesadaran akan hipertensi
didefinisikan sebagai adanya laporan sendiri dari hipertensi yang didiagnosis
sebelumnya oleh tenaga kesehatan profesional. Pengobatan hipertensi didefinisikan
sebagai penggunaan obat antihipertensi yang dilaporkan sendiri dalam 2 minggu
sebelumnya di antara peserta yang hipertensi, serta di antara peserta hipertensi yang
menyadari bahwa ia memiliki hipertensi. Di antara peserta hipertensi yang sedang
dalam pengobatan, kontrol didefinisikan sebagai TD sistolik <140 mmHg dan
tekanan diastolik <90 mmHg. Perokok didefinisikan merokok setidaknya satu
batang rokok per hari selama 6 bulan atau lebih. Penggunaan alkohol didefinisikan
sebagai minum alkohol setidaknya satu kali seminggu selama tahun sebelumnya.

2.5 Analisis statistik


Semua data dibuat menggunakan perangkat lunak EpiData versi 3.02. Setelah
dilakukan koreksi pengaturan, analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Statistical Package for Social Science 17.0 (SPSS, IL, USA) dan
Microsoft Excel 2007. Variabel kontinyu disajikan sebagai mean standar deviasi
atau median (IQR) yang sesuai dan dibandingkan dengan menggunakan uji t atau
uji Mann-Whitney U, yang bergantung pada apakah data kuantitatif konsisten
dengan distribusi normal. Variabel kategorik dinyatakan sebagai persentase dan
dianalisis dengan uji chi-square atau uji Fishers exact yang sesuai. Analisis regresi
logistik multivariat dilakukan untuk mengevaluasi faktor risiko yang signifikan
untuk prehipertensi (vs normotensi), hipertensi (vs normotensi), dan hipertensi (vs
prehipertensi). Nilai P kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik.

3. Hasil
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, sebanyak 15.296 peserta dari 15.364 peserta
yang memenuhi syarat (6.279 laki-laki dan 9.017 perempuan berusia antara 15-97
tahun) dimasukkan dalam analisis statistik. Dari jumlah tersebut, 7.805 peserta
berasal dari daerah perkotaan dan 7491 dari daerah pedesaan. Enam puluh delapan
peserta dieksklusikan karena data yang hilang termasuk jenis kelamin, usia, TD,
dan sebagainya. Mayoritas non-responden adalah orang muda karena kesibukan
mereka (Gambar 1).

3.1 Prevalensi prehipertensi dan hipertensi


Karakteristik dasar peserta penelitian yang dikelompokkan menurut kategori TD
ditunjukkan pada Tabel 1. Prevalensi normotensi, prehipertensi, dan hipertensi
masing-masing adalah 38,7% (5915 kasus), 32,3% (4945 kasus), dan 29,0% (4436
kasus). Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, prevalensi normotensi, prehipertensi, dan
hipertensi berbeda antara kategori jenis kelamin, wilayah, persentase lemak tubuh,
dan indeks lemak viseral (P<0,001). Kelompok prehipertensi memiliki tingkat usia
menengah, IMT, LP, persentase lemak tubuh, indeks lemak viseral, TDS, TDD, dan
detak jantung (heart rate/HR), dan nilai ini meningkat secara signifikan bersamaan
dengan tingkat TD. Namun, penggunaan alkohol secara signifikan lebih rendah
pada pasien yang memiliki hipertensi dibandingkan dengan peserta yang memiliki
normotensi dan prehipertensi. Kelompok prehipertensi memiliki jumlah perokok
terbesar di antara ketiga kelompok tersebut.

3.2 Prevalensi prehipertensi dan hipertensi dikelompokkan berdasarkan jenis


kelamin dan umur
Prevalensi prehipertensi adalah 39,2% pada laki-laki dan 27,6% pada wanita.
Prevalensi hipertensi adalah 30,1% pada laki-laki dan 28,2% pada wanita. Secara
keseluruhan, prevalensi prehipertensi tetap lebih mendekati kelompok usia muda
(<45 tahun), mencapai puncak pada usia 45-54 tahun, kemudian menurun.
Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia pada kedua jenis
kelamin (P<0,001). Namun, prevalensi prehipertensi pada laki-laki menurun
(P<0,01), sementara prevalensi pada wanita tetap konstan pada usia kurang dari 45
tahun dan menurun pada kelompok usia lanjut. Oleh karena itu, prevalensi
prehipertensi dan hipertensi secara signifikan lebih tinggi pada pria daripada pada
wanita. Tabel 2 menyajikan prevalensi hipertensi pada wanita berusia 65 tahun ke
atas, yang lebih tinggi dari pada pria. Tidak ada perbedaan prevalensi hipertensi
yang diamati pada usia 65-97 tahun.

3.3 Prevalensi prehipertensi dan hipertensi yang dikelompokkkan menurut


IMT dan LP
Sebanyak 332 peserta dengan informasi tentang berat badan, tinggi badan, dan/atau
lingkar pinggang yang hilang tidak disertakan dalam analisis. Prevalensi hipertensi
meningkat di antara mereka yang kelebihan berat badan dan obesitas pada kedua
jenis kelamin dan bahkan lebih tinggi pada orang dengan obesitas abdominal
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki obesitas abdominal pada
kategori IMT yang sama (Tabel 3). Kombinasi tertinggi pada kategori LP dan IMT
(IMT 28 kg/m2 dan LP 95cm untuk pria dan 90 cm untuk wanita) dikaitkan
dengan risiko hipertensi yang lebih tinggi. Kombinasi LP dan IMT lebih baik
dibandingkan indeks individual dalam mengidentifikasi hipertensi. Prevalensi
prehipertensi menurun baik pada laki-laki dan perempuan dalam kategori IMT yang
sama dengan peningkatan LP. Namun, prevalensi prehipertensi meningkat baik
pada pria dan wanita dalam kategori LP yang sama dengan peningkatan IMT.
Prevalensi prehipertensi dan hipertensi berbeda secara signifikan dalam kategori
IMT dan LP yang berbeda (P <0,05).

3.4 Prevalensi prehipertensi dan hipertensi di daerah perkotaan dan pedesaan


Prevalensi prehipertensi di daerah perkotaan dan pedesaan masing-masing adalah
30,3% dan 34,5%, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada laki-laki atau
perempuan perkotaan-pedesaan (Tabel 4). Prevalensi hipertensi adalah 33,7% di
perkotaan dan 24,0% di daerah pedesaan, dengan perbedaan yang signifikan pada
kedua jenis kelamin (P <0,01). Prevalensi prehipertensi dan hipertensi meningkat
dengan meningkatnya IMT dan LP di daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu,
prevalensi hipertensi memiliki perbedaan statistik (P <0,01). Tidak ada perbedaan
antara perkotaan dan pedesaan yang signifikan dalam prevalensi prehipertensi yang
diamati pada usia yang berbeda. Namun, prevalensi hipertensi di daerah perkotaan
secara signifikan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan seiring dengan
bertambahnya usia.

3.5 Prevalensi prehipertensi dan hipertensi yang dikelompokkan berdasarkan


indeks lemak viseral dan persentase lemak tubuh
Gambar 2 menunjukkan prevalensi prehipertensi dan hipertensi dengan
peningkatan indeks lemak viseral dan persentase lemak tubuh. Prevalensi hipertensi
dan prehipertensi meningkat dengan peningkatan indeks lemak viseral (2 =
355,29, P <0,001; 2 = 121,23, P <0,001) (Gambar 2A). Ketika VAI 10, prevalensi
hipertensi lebih tinggi daripada prehipertensi. Prevalensi hipertensi dan
prehipertensi juga meningkat dengan peningkatan persentase lemak tubuh (2 =
1416,40, P <0,001; 2 = 528,38, P <0,001) (Gambar 2B). Selain itu, kesenjangan
antara prevalensi hipertensi dan prehipertensi secara bertahap diperpendek. Ketika
persentase lemak tubuh 25% untuk laki-laki dan 35% untuk wanita, prevalensi
hipertensi lebih tinggi daripada prehipertensi.

3.6 Kesadaran, pengobatan, dan pengendalian hipertensi


Dari 4436 individu hipertensi, 2874 (1206 laki-laki dan 1668 perempuan)
mengetahui kondisinya, 1201 (523 laki-laki dan 678 perempuan) menerima obat
antihipertensi, dan 558 (233 laki-laki dan 325 perempuan) mengendalikan TD
mereka dalam kisaran normal (Tabel 5). Secara keseluruhan, tingkat kesadaran,
pengobatan, dan kontrol di antara semua peserta yang memiliki hipertensi adalah
masing-masing 64,8%, 27,1%, dan 12,6%. Tingkat kesadaran, pengobatan, atau
kontrol tidak berbeda secara signifikan antara laki-laki dan perempuan (P>0,05);
Namun, parameter ini lebih tinggi di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan,
dengan signifikansi statistik (P <0,01). Selain itu, tingkat kesadaran, pengobatan,
dan kontrol hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia sampai usia 75 tahun.
3.7 Faktor risiko yang terkait dengan prehipertensi dan hipertensi
Analisis regresi logistik multivariat dilakukan dengan menggunakan SPSS untuk
menilai faktor penentu prehipertensi (vs normotensi) yang signifikan, hipertensi (vs
normotensi), dan hipertensi (vs prehipertensi). Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 6.
Orang-orang berusia 45-54, 55- 64, 65-74, dan 75 tahun memiliki korelasi yang
lebih besar dalam mengalami prehipertensi dibandingkan dengan peserta berusia
15-24 tahun [odds ratio(OR) masing-masing= 2,290, 2,875, 3,526, dan 5,241].
Probabilitas mengalami prehipertensi dan hipertensi meningkat dengan
peningkatan IMT dan indeks lemak viseral. Selain itu, pasien dengan HR yang lebih
tinggi lebih mungkin mengalami prehipertensi dan hipertensi (P <0,001).
Menariknya, analisis regresi logistik multivariat menunjukkan peningkatan OR
yang signifikan dengan peningkatan persentase lemak tubuh pada kelompok
prehipertensi (P <0,01), bukan pada kelompok hipertensi. Sebaliknya, jenis
kelamin, lokasi, merokok, minum alkohol, menopause, obesitas abdominal, dan
persentase lemak tubuh rendah tidak berhubungan secara bermakna dengan
prehipertensi. Selain itu, korelasi yang lebih tinggi antara hipertensi dengan
bertambahnya usia diamati. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki berhubungan
secara positif dengan hipertensi (OR = 2,408). Orang yang tinggal di daerah
perkotaan juga berhubungan dengan hipertensi (OR = 1,317). Merokok dan minum
alkohol tidak berhubungan secara bermakna dengan hipertensi. Tidak seperti
prehipertensi, menopause, dan obesitas abdominal dikaitkan dengan kemungkinan
hipertensi yang lebih besar (OR = 1,334, 1,464). Namun, dengan menggunakan
prehipertensi sebagai referensi, pertambahan usia, tinggal di daerah perkotaan, jenis
kelamin laki-laki, menopause, dan obesitas abdominal masih terkait dengan
hipertensi, namun tidak ada perbedaan signifikan untuk faktor risiko lainnya
(semua P> 0,05).

4. Pembahasan
Banyak penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa prehipertensi dan
hipertensi merupakan kontributor terbesar terhadap beban global penyakit di
seluruh dunia, dan prevalensi prehipertensi dan hipertensi di berbagai negara dan
distrik berbeda secara signifikan. Temuan baru-baru ini menunjukkan bahwa
prevalensi prehipertensi adalah 32,3% di antara individu berusia 15 tahun atau lebih
di Provinsi Jiangxi, yang sesuai dengan tingkat populasi orang dewasa di Provinsi
Zhejiang (32,1%) [22] dan lebih rendah dari tingkat di Cina timur laut (36,0%) [14],
orang dewasa Taiwan (34,0%) [23], orang dewasa Brasil (36,1%) [24], dan orang
dewasa Iran selatan [25]. Selain itu, prevalensi hipertensi secara keseluruhan dalam
penelitian ini adalah 29,0%, yang sebanding dengan di Cina (29,6%) [26] dan
negara maju seperti Amerika Serikat (29,3%) [27], lebih tinggi dari pada Provinsi
Zhejiang (24,59%) [22] dan Mongolia dalam (28,61%) [28], namun secara
signifikan lebih rendah dari yang dilaporkan pada penelitian sebelumnya
[14,18,24].
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa prevalensi prehipertensi
menurun pada pria dengan bertambahnya usia. Namun, memuncak pada usia 45-54
tahun pada wanita, dan kemudian menurun seiring bertambahnya usia. Prevalensi
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada individu berusia
45 tahun, yang konsisten dengan temuan penelitian lain [14,24,26,29]. Secara
keseluruhan, prevalensi prehipertensi dan hipertensi secara signifikan lebih tinggi
pada pria daripada wanita. Namun, prevalensi pada wanita berusia 65 tahun lebih
tinggi daripada laki-laki pada kelompok usia yang sama karena peningkatan
prevalensi wanita yang cepat dibandingkan dengan laki-laki, yang serupa dengan
laporan sebelumnya [30]. Selain itu, analisis regresi logistik multivariat
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada OR dengan peningkatan usia pada
kelompok prehipertensi dan hipertensi. Perbedaan ini mungkin terkait dengan
perubahan hormonal pada usia yang berbeda pada kedua jenis kelamin. Penelitian
sebelumnya telah melaporkan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi pada wanita
postmenopause dibanding pada wanita pramenopause [31-33]. Oleh karena itu,
pemantauan yang sering diperlukan untuk deteksi dini hipertensi selama masa
transisi menopause. Meskipun defisiensi estrogen selama menopause dapat
menyebabkan disfungsi endotel dan/atau disfungsi vaskular melalui penurunan
kompliansi arteri-arteri besar [33], mekanisme dimana TD meningkat setelah
menopause belum ditemukan dengan baik dan perlu dilakukan eksplorasi lebih
lanjut.
Perkembangan standar hidup telah menyebabkan peningkatan obesitas,
terutama pada masa remaja. Prevalensi orang dewasa dengan kelebihan berat badan
dilaporkan mencapai 17,7% dengan obesitas dewasa sebesar 5,6% di Cina [34].
Kelebihan berat badan/obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin yang
signifikan, disertai dengan peningkatan prevalensi hipertensi yang sesuai, dan
pengendalian berat badan secara signifikan dapat menurunkan TD [35]. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kelebihan berat badan, obesitas, atau obesitas
sentral berhubungan secara signifikan dengan prehipertensi dan hipertensi [26-28].
Studi saat ini menemukan bahwa prevalensi prehipertensi dan hipertensi meningkat
di antara mereka yang kelebihan berat badan dan obesitas pada kedua jenis kelamin.
Demikian pula, analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa berbeda
dengan hipertensi, prevalensi prehipertensi menurun pada kedua jenis kelamin
dengan peningkatan LP. Hal ini karena sebagian besar individu dalam kelompok
obesitas sentral berkembang menjadi hipertensi aktual, semakin membenarkan
bahwa obesitas abdominal lebih berhubungan dibanting dengan IMT dalam
memprediksi faktor risiko hipertensi [36,37]. Studi ini juga menyarankan bahwa
kombinasi LP dan IMT lebih unggul dari indeks individual sebagai ukuran untuk
mengevaluasi hipertensi. Hasil ini sekali lagi menunjukkan bahwa memodifikasi
gaya hidup, seperti penurunan berat badan, mungkin merupakan cara yang efektif
untuk menurunkan TD jangka panjang [35].
Indeks lemak viseral, yang terletak di perut, merupakan kontributor utama
obesitas abdominal, berlawanan dengan lemak subkutan yang melimpah di bokong
dan tungkai bawah. Baru-baru ini, indeks lemak viseral, bukan lemak total atau
subkutan, telah terbukti merupakan prediktor yang baik untuk prehipertensi dan
hipertensi [38,39]. Namun, studi tambahan diperlukan untuk menjelaskan
mekanisme yang mendasari hubungan ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa
indeks lemak viseral lebih sensitif dibandingkan obesitas abdominal. Persentase
lemak tubuh juga bisa mencerminkan lemak tubuh. Penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa persentase lemak tubuh tinggi berhubungan dengan hipertensi,
dan TDS dan TDD secara bertahap meningkat dengan persentase lemak tubuh
[22,39]. namun, penelitian ini menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh
berhubungan dengan hipertensi dan prehipertensi. namun, analisis regresi logistik
multivariat menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh mungkin memiliki
korelasi yang signifikan dengan prehipertensi, bukan hipertensi. oleh karena itu,
hubungan antara persentase lemak tubuh dan hipertensi patut dibahas lebih lanjut.
Proporsi populasi pedesaan dan perkotaan dalam penelitian ini mendekati
1: 1. Prevalensi prehipertensi tidak memiliki perbedaan perkotaan-pedesaan yang
signifikan berkenaan dengan jenis kelamin dan usia. Tabel 6 menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan di daerah
pedesaan. Tinggal di daerah perkotaan memiliki korelasi yang meningkat dengan
hipertensi (OR = 1,317), yang bertentangan dengan temuan penelitian lain [14,22].
Selain itu, prevalensi hipertensi di daerah perkotaan dan pedesaan meningkat
dengan cepat seiring dengan bertambahnya usia, IMT, atau LP, dan yang pertama
secara signifikan lebih besar daripada yang terakhir. Oleh karena itu, prevalensi
hipertensi di perkotaan jelas lebih tinggi daripada di daerah pedesaan yang terkait
dengan usia dan obesitas.
Tingkat kesadaran, pengobatan, dan kontrol di antara semua peserta
hipertensi adalah masing-masing 64,8%, 27,1%, dan 12,6%. Semua parameter lebih
tinggi daripada di Cina [26]. Perkembangan ini sepertinya merupakan pengukuran
yang efektif terhadap pencegahan dan pengendalian hipertensi. Disamping itu,
orang lebih memperhatikan kesehatannya sendiri. Selain itu, kesadaran,
pengobatan, dan pengendalian hipertensi masih buruk dibandingkan dengan di
negara maju [40,41]. Penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran, pengobatan,
dan pengendalian hipertensi di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan dengan
di daerah pedesaan, mungkin karena orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan
memiliki tingkat pendidikan, pendapatan lebih tinggi, dan kondisi medis yang lebih
baik. Hasilnya konsisten dengan penelitian lain [22,26]. Karena itu, pemerintah
harus lebih memperhatikan daerah pedesaan. Dalam penelitian lain [22], kesadaran,
pengobatan, dan kontrol hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada pada pria;
Namun, tidak ada perbedaan signifikan pada kedua jenis kelamin yang ditemukan
dalam penelitian ini. Ini mungkin karena status ekonomi kedua jenis kelamin yang
sama. Pengobatan dan kontrol hipertensi pada individu berusia 25-34 dan 35-44
tahun rendah, yang mungkin karena jadwal yang sibuk dan kebiasaan buruk mereka
termasuk merokok, minum alkohol, dan tidur larut malam. Oleh karena itu,
tindakan pencegahan primer yang lebih efektif juga harus dilakukan untuk populasi
muda dan setengah baya.
Namun ternyata, survei ini menunjukkan bahwa merokok dan minum
alkohol tidak berhubungan dengan prehipertensi dan hipertensi. Hasil ini tidak
sebanding dengan penelitian lain [14,22,26]. Perbedaannya mungkin karena alasan-
alasan berikut. Pertama, standar merokok dan minum alkohol tidak sama. Kedua,
proporsi merokok dan minum alkohol kurang. Ketiga, penelitian ini memiliki
proporsi wanita yang lebih tinggi. Menurut sebagian besar laporan, merokok dan
minum alkohol berlebihan merupakan faktor risiko prehipertensi dan hipertensi.
Pada saat yang sama, rekomendasi JNC-7 menyarankan bahwa modifikasi gaya
hidup mungkin diperlukan untuk semua individu untuk mencegah hipertensi dan
hipertensi, termasuk mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok.
Selain itu, HR tinggi ditemukan berhubungan secara bermakna dengan
prehipertensi dan hipertensi. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa subjek
dengan hipertensi memiliki HR lebih tinggi daripada subyek normotensif, dan
peningkatan HR dikaitkan dengan peningkatan TD perifer dan peningkatan risiko
hipertensi [42,43]. Namun, panduan tersebut tidak mempertimbangkan HR saat
memilih obat antihipertensi, walaupun ada hubungan antara HR dan perkembangan
hipertensi. Hal ini karena penurunan HR dapat mengurangi TD perifer, namun tidak
tepercaya dalam mengurangi TD sentral.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, ini adalah survei
belah lintang dan gagal untuk menetapkan hubungan sebab-akibat antara faktor
risiko dan perkembangan terjadinya prehipertensi dan hipertensi. Kedua, peserta
mungkin memiliki bias dalam mengingat, menyebabkan perbedaan dalam
informasi yang diberikan. Ketiga, karena keterbatasan sumber daya manusia dan
ekonomi, data termasuk asupan garam, aktivitas fisik, dan kadar homosistein, lipid
darah, dan glukosa darah kurang.
Kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan tingginya prevalensi
prehipertensi dan hipertensi pada populasi orang dewasa di Provinsi Jiangxi, namun
kesadaran, pengobatan, dan pengendalian hipertensi relatif rendah. Penelitian ini
juga menunjukkan korelasi antara IMT dan indeks lemak viseral dengan
prehipertensi dan hipertensi, persentase lemak tubuh dengan prehipertensi, dan
obesitas abdominal dengan hipertensi. Selain itu, studi lebih lanjut diperlukan untuk
menyelidiki indikator yang dapat mewakili lemak viseral secara akurat dan
memiliki hubungan yang dekat dengan penyakit kardiovaskular.

You might also like