You are on page 1of 14

Jurnal Galung Tropika, 6 (1) April 2017, hlmn.

19 - 32 ISSN Online 2407-6279


ISSN Cetak 2302-4178

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI BAHAN FILLER PEMBENTUK


TEKSTUR BAKSO IKAN

Sweet Potato Flour as Filler Ingredient Forming The Texture of Fishball


Evi Fitriyani
Email: vievie3yani@gmail.com
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Politeknik Negeri Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Pontianak 78124, Kalimantan Barat

Nani Nuraenah
Email: naninuraenah@ymail.com
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Politeknik Negeri Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Pontianak 78124, Kalimantan Barat

Andri Nofreena
Email : andrinofreeana@gmail.com
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Politeknik Negeri Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Pontianak 78124, Kalimantan Barat

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah melihat formulasi terbaik tepung ubi jalar untuk
membentuk tekstur bakso ikan. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu (1) pembuatan
tepung ubi jalar; (2) pembuatan bakso ikan dengan penambahan tepung ubi jalar (0%, 4%,
6% dan 10%); (3) Pengujian bakso ikan meliputi uji Texture Profile Analysis (TPA), uji
sensori, uji lipat (folding test) dan uji gigit. Hasil formulasi bakso ikan yang terbaik
dianalisa kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Analisis data dari hasil uji
fisik (uji lipat dan uji gigit) dilakukan dengan analisis ragam (ANOVA), hasil data
pengujian organoleptik ditabulasi sesuai hasil rerata pada taraf kepercayaan 95% dan hasil
texture profile analysis (TPA) secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan analisis
statistik Uji ANOVA pada bakso ikan dengan penambahan tepung ubi jalar tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap uji lipat, sedangkan uji gigit
bakso ikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Hasil Analisa uji TPA
pada bakso ikan dengan penambahan tepung ubi jalar (0%, 4%, 6% dan 10%) memberikan
nilai hardness (202.75 - 319.75 N), Cohesiveness (0,51 0,75), adhesiveness (6,60 7,87
mJ), fracturability (62 - 233.25 N), chewiness (24.69 - 42.96 mJ), Springiness (21.13 -
23.09 mm), Gumminess (119.05- 194.25 N). Berdasarkan hasil indeks efektivitas
disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah dengan penambahan tepung tapioka 6% dan
tepung ubi jalar 4% berdasarkan kenampakan, bau, tekstur, warna, rasa, uji TPA, uji lipat,
dan uji gigit.
Kata kunci: bakso ikan; pembentuk tekstur; substitusi tepung ubi jalar; TPA.

ABSTRACT

The aims of this research was to get the best formulation of sweet potato flour to
forming the texture of the fish ball. This research was conducted in three phases were (1)
20 Fitriyani, et al.

making sweet potato flour; (2) making fish balls with the substitusion of sweet potato flour
(0%, 4%, 6% and 10%); (3) The test of fishball include Texture Profile Analysis (TPA),
sensory test, folding test, and bite test. The best treatment analyzed in term of moisture
content, ash content, protein content, and fat content. Data analysis the result of physical
(folding test and bite test) was performed used analysis of variance (ANOVA), while data
organoleptic testing were tabulated according to the average level of 95% and texture
profile analysis (TPA) descriptively. The results showed that statistical analysis ANOVA
that the addition of sweet potato flour did not given the significant result to folding, while a
test bite of fishballs given a different effect in significantly (P <0.05). The test results
Textur profile Analysis (TPA) of the fishball with the additional of sweet potato flour was
hardness (202.75 - 319.75 N), cohesiveness (0,51 0,75), adhesiveness (6,60 7,87 mJ),
fracturability (62 - 233.25 N), chewiness (24.69 - 42.96 mJ), springiness (21.13 - 23.09
mm), and gumminess (119.05- 194.25 N). The proximate test from the fish balls best
treatment (6% starch and sweet potato starch 4%) are in accordance with the quality
standards SNI 01-3819-1995 fish balls.
Keywords: fishball; forming of the texture; substitution sweet potato flour; TPA.

PENDAHULUAN terbaik tepung ubi jalar kedalam bakso


sapi adalah 40% yang menghasilkan
Bakso ikan merupakan salah satu bakso yang kenyal. Sifat kekenyalan ini
bentuk olahan diversifikasi hasil terjadi karena perpaduan antara ubi jalar
perikanan berbentuk bulat yang dibuat dengan tapioka. Hasil penelitian
dari campuran daging ikan yang telah Montolalu dkk (2013) juga menyatakan
dihaluskan dengan cara digiling dan bahwa ubi jalar yang berwarna putih
dicampur pati atau serelia dan dapat digunakan untuk pengembangan
ditambahkan bahan tambahan makanan tepung dan pati. Umbi putih memiliki
yang diizinkan (SNI 1995). Menurut warna cerah dan cenderung lebih baik
Wibowo (1999), penggunaan tepung kadar patinya. Warna tepung menyerupai
sekitar 15% dari berat daging ikan akan tepung terigu yang disebabkan adanya
menghasilkan bakso ikan yang baik. kandungan amilopektin pada tepung ubi
Masalahnya bakso ikan di pasaran sering jalar sekitar 60-70% dan kandungan
ditemui adanya menambahkan bahan amilosa sekitar 17,8%.
kimia seperti borak dengan tujuan untuk Umumnya Pembuatan bakso
memperbaiki sifat bakso yang kenyal dan hanya menggunakan tepung tapioka.
berserat halus. Borak merupakan bahan Adanya substitusi penambahan tepung
kimia yang tidak diizinkan ubi jalar pada bakso ikan diharapkan
penggunaannya pada produk makanan dapat memperbaiki sifat tekstur dan
(Zulkarnain, 2013). meningkatkan elastisitas produk pada
Salah satu upaya untuk bakso ikan serta meningkatkan daya ikat
memperbaiki kualitas sifat tektur bakso air dan menurunkan penyusutan akibat
ikan adalah menggunakan tepung ubi pemasakan. Penelitian ini dilakukan
jalar, yang mempunyai kandungan utama dengan tujuan untuk mendapatkan
dan terbesar adalah pati. Berdasarkan formulasi substitusi tepung ubi jalar yang
penelitian Liur (2013), hasil substitusi terbaik sebagai bahan pengisi (filler)
Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Filler Pembentuk Tekstur Bakso Ikan 21

yang memperbaiki tekstur pada bakso Rancangan yang digunakan adalah


ikan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
2 kali ulangan dengan 4 perlakuan
MATERI DAN METODE kombinasi tepung tapioka dan ubi jalar,
yaitu:
Waktu dan Lokasi Penelitian
(1). Tepung tapioka 10%, tepung ubi
Penelitian ini berlangsung selama jalar 0% (P1);
8 bulan, menggunakan metode (2). Tepung tapioka 6%, tepung ubi jalar
eksperimen. Proses pengolahan dan 4% (P2);
pengujian dilakukan di Workshop dan (3). Tepung tapioka 4%, tepung ubi jalar
Laboratorium Pengujian Mutu Hasil 6% (P3);
Perikanan Program Studi Teknologi (4). Tepung tapioka 0%, tepung ubi jalar
Pengolahan Hasil Perikanan, Jurusan 10% (P4).
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Politeknik
Negeri Pontianak. Pembuatan Tepung ubi Jalar
Proses Pembuatan tepung ubi
Bahan dan Peralatan Penelitian
jalar mengacu pada penelitian Karleen
Bahan yang digunakan adalah (2010), proses pembuatan tepung diawali
ikan Malong segar yang diperoleh dari pengupasan dan pengecilan ukuran ubi
pasar tradisional Pontianak, ubi jalar dari jalar, selanjutnya proses pengukusan pada
perkebunan Pontianak, tepung tapioka, suhu 100 OC selama 7 menit. Ubi jalar
garam, bawang merah, bawang putih, yang telah dikukus dan dikeringkan
lada, minyak goreng, air, dan air es. dalam oven pada suhu 55-60 OC selama 5
Peralatan yang digunakan dalam 6 jam. Ubi jalar yang telah kering
pembuatan ubi jalar dan bakso adalah ditepungkan lalu disaring dengan ayakan
baksom, pisau, dandang, oven pengering, ukuran 100 mesh.
blender, timbangan, talenen, food
processor, panci perebusan, meat Pembuatan Bakso Ikan
grinder, kompor. Peralatan untuk analisis Proses pembuatan bakso ikan
fisik dan kimia antara lain oven, berdasarkan hasil penelitian
desikator, tanur, tabung Kjeldahl, Warsiyaningsih (2012) dengan sedikit
erlenmeyer, soxhlet, labu lemak, Alat modifikasi. Daging ikan Malong difillet
Texture Profile Analyzer (TPA), cawan dan dihancurkan menggunakan meat
porselen, dan alat destilasi. grinder. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam food processor dan ditambahkan
Prosedur Penelitian
garam 2,5% sambil terus diaduk hingga
Penelitian ini dilakukan dalam terbentuk adonan yang lengket. Setelah
tiga tahap yaitu (1) pembuatan tepung ubi itu dilakukan penambahan bumbu seperti
jalar; (2) pembuatan bakso ikan; (3) bawang merah goreng 2,5%, bawang
pengujian kualitas fisik, organoleptik, putih 4% dan lada 1% yang kemudian
dan proksimat bakso ikan dengan diaduk. Kemudian ditambahkan bahan
penambahan filler tepung ubi jalar putih. pengisi (filler). Tahap selanjutnya
22 Fitriyani, et al.

penambahan minyak goreng 10% dan air sederhana dan cepat (Hastings et al.,
es sedikit demi sedikit kemudian diaduk 1990). Hasil uji lipat dari bakso ikan
hingga homogen. Pengadukan adonan berkisar antara 2,2 2,5 (Gambar 1). Hal
dilakukan selama 5 menit. Adonan ini sesuai dengan pendapat Lee (1984)
kemudian dicetak secara manual bahwa uji lipat dengan nilai 3
menggunakan tangan. Adonan yang menunjukkan tingkat elastisitas yang
sudah dicetak dipanaskan dengan proses cukup baik.
pemanasan terbagi menjadi 2 yaitu Hasil uji lipat pada semua
pemanasan I dengan suhu 45- perlakuan memberikan hasil dengan
selama 5 menit dan dilanjutkan kualitas C (Sampel retak ketika dilipat 2
pemanasan II dengan suhu 80- menjadi tetapi kedua bagian masih
selama 15 menit. Bakso yang menyatu). Hasil analisis statistik Uji
dihasilkan didinginkan terlebih dahulu ANOVA menunjukkan penambahan
dan kemudian dilakukan pengujian. tepung ubi jalar tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05)
Analisa Data terhadap uji lipat bakso ikan yang
Analisis data hasil uji fisik (uji dihasilkan.
lipat dan uji gigit) dilakukan dengan
menggunakan analisis ragam (ANOVA). 2) Uji Gigit
Jika hasil analisis ragam berbeda nyata, Uji gigit dilakukan untuk melihat
dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata mutu gel bakso ikan secara sensori,
Terkecil (BNT) untuk melihat perlakuan dimana uji lipat dilakukan dengan cara
mana yang berbeda. Data hasil pengujian memotong sampel antara gigi atas dan
organoleptic ditabulasi sesuai nilai gigi bawah (Poernomo et al. 2006).
mutunya dengan mencari hasil rerata Menurut Tan et al. (1987) dalam Chairita
pada taraf kepercayaan 95% dan texture (2008), nilai uji gigit yang dapat diterima
profile analysis (TPA) sesuai dengan untuk produk-produk komersial berada
nilai setiap parameter yang ditentukan pada kisaran nilai 5-6. Hasil dari uji gigit
dari alat CT 03. Sedangkan penentuan bakso ikan berkisar antara 3,8 4,4
perlakuan terbaik ditentukan dengan (Gambar 2).
menggunakan metode indek efektifitas Hasil uji gigit bakso ikan
(De Garmo, et al.,1984) dan hasil terbaik menunjukkan bahwa perlakuan tepung
akan dilakukan uji proksimat yang tapioka 10% (4,4) dan tepung tapioka 4%
dianalisis secara deskriptif. (4,2) memberikan hasil kekenyalannya
agak lemah (lunak). Sedangkan perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN tepung tapioka 6% (3,8), dan tepung
tapioka 0% (3,9) memberikan hasil
Pengujian Kualitas Fisik Bakso Ikan
kekenyalannya lemah (agak lunak). Hasil
1) Uji Lipat (Folding Test) analisis statistik Uji ANOVA
menunjukkan penambahan tepung ubi
Uji lipat menunjukkan kekuatan
jalar memberikan pengaruh yang berbeda
dan elastisitas gel dan biasanya
nyata (P<0,05) terhadap uji gigit bakso
digunakan pada industri-industri karena
Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Filler Pembentuk Tekstur Bakso Ikan 23

ikan yang dihasilkan. Hasil uji lanjut dan P4 (tepung tapioka 0%, tepung ubi
menggunakan DMRT Duncan jalar 10%). Namun tidak memberikan
menunjukkan bahwa perlakuan P2 pengaruh berbeda nyata dengan
(tapioka 10%, tepung ubi jalar 0%) perlakuan P3 (tepung tapioka 4%, tepung
berbeda nyata dengan perlakuan P2 ubi jalar 6%). Hal ini dipengaruhi oleh
(tepung tapioka 6%, tepung ubi jalar 4%) presentase substitusi tepung tapioka dan
24 Fitriyani, et al.

tepung ubi jalar tidak memberikan tepung tapioka 0% menunjukkan hasil


pengaruh pada tekstur bakso yang yang tinggi sekitar 319,75 N, sedangkan
dihasilkan. nilai kekerasan atau hardness pada
Berdasarkan penelitian yang perlakuan tepung tapioka 10%
dilakukan Musfiroh dkk (2009), menunjukkan hasil yang terendah sekitar
penambahan tepung ubi jalar ungu pada 202.75 N. Hasil dari nilai hardness dari
produk bakso sebanyak 40% akan perlakuan bakso ikan dengan
menghasilkan produk bakso yang kenyal. penambahan tepung ubi jalar 10%
Proses pemanasan protein miofibril memberikan tekstur yang tidak terlalu
sangat mempengaruhi pembentukan gel keras.
aktomiosin terutama bagian miosin yang Berdasarkan hasil penelitian
akan memberikan karakteristik tekstur Warsiki dkk (2013), nilai pengukuran
elastis yang unik pada produk (Hall dan akan berbanding terbalik dengan nilai
Ahmad 1992). kekerasan. Semakin kecil nilai
pengukuran maka tekstur bakso akan
Uji Textur profile Analysis (TPA) semakin keras (nilai kekerasannya
Bakso Ikan tinggi). Sebaliknya jika semakin besar
nilai pengukuran maka tekstur bakso
Hasil pengujian Textur profile
akan semakin lunak/empuk (nilai
Analysis (TPA) di lakukan dengan
kekerasannya rendah). Menurut
menggunakan alat TA-XT2 pada produk
Pramuditya dan Yuwono (2014), faktor
bakso ikan ditunjukkan pada Tabel 1.
yang mempengaruhi tekstur bakso antara
1) Uji Hardness lain komposisi bakso, proses pembuatan,
dan lama pemanasannya. Selama
Hardness pada prinsipnya
pemasakan, air akan terserap dan ikatan
menggunakan besarnya daya (N) yang
hidrogen antar molekul pati akan
digunakan untuk memecah sampel
digantikan oleh ikatan pati dan molekul
produk bakso ikan (Szczesniak, 2002).
air. Hal ini yang membuat molekul pati
Nilai hardness pada sampel bakso ikan
akan mengembang dan menyebabkan
adalah 202.75 - 319.75 N. Nilai
pelarutan pati yang berakibat pada
kekerasan atau hardness pada perlakuan
berkurangnya tingkat kekerasan.
Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Filler Pembentuk Tekstur Bakso Ikan 25

Parameter kekerasan dipengaruhi kadar amilosa tepung tapioka berada pada


oleh kandungan amilosa (Guo dkk,2003). kisaran 20-27% dan 77-80% amilopektin,
Produk pangan yang ditambahkan pati sedangkan menurut Baharudin (2008)
dengan kandungan amilosa tinggi akan bahwa kadar amilosa tepung ubi jalar
memberikan tekstur yang baik sebesar 18% dan amilopektin sebesar
dibandingkan dengan produk pangan 82% (Park, 2005).
yang ditambahkan pati dengan Produk pangan yang diproduksi
kandungan amilosa yang lebih rendah dari bahan pati dengan kandungan
(Herawati 2009). Kekerasan bakso amilosa tinggi mempunyai tekstur yang
dipengaruhi oleh kadar air, lemak dan lebih tinggi dibandingkan dengan produk
protein serta jenis dan jumlah tepung pangan yang diproduksi dari pati dengan
(Kramlich, 1971). Semakin banyak kandungan amilosa yang lebih rendah
jumlah tepung yang digunakan akan (Herawati, 2009). Selain itu, akan
semakin keras bakso yang dihasilkan memberikan tekstur bakso yang lebih
(Pandisurya, 1983). Kekerasan bakso baik. Hal ini dipengaruhi oleh tepung
sangat ditentukan oleh tingkat kerapatan yang digunakan sebagai bahan pengisi,
struktur matriks akibat pemanasan, dimana pada saat dimasak protein daging
dimana dengan semakin tinggi kerapatan yang mengalami pengerutan yang diisi
struktur matriks maka semakin tinggi oleh molekul-molekul pati yang dapat
nilai kekerasan bakso yang akan mengkompakkan tekstur (Triatmojo,
dihasilkan (Indrarmono, 1987). 1992). Kandungan gluten dari jenis
tepung dapat mempengaruhi tekstur
2) Uji Cohesiveness bakso, dimana semakin tinggi kadar
Cohesiveness dilakukan dengan gluten tepung yang digunakan maka
melihat sejauhmana suatu material dapat semakin baik tekstur bakso yang
berubah bentuk sebelum pecah atau dihasilkan (Maharaja, 2008).
seberapa besar suatu materi ditekan
diantara gigi (Szczesniak, 2002). 3) Uji Adhesiveness
Kekuatan interaksi (kekompakan) dari Adhesiveness dapat diartikan
masing-masing produk akan membentuk sebagai gaya yang diperlukan untuk
tekstur produk dengan skor range nilai 0- mengatasi gaya tarik menarik antara
1, dimana 0 berarti tidak kompak dan 1 permukaan makanan dan permukaan
berarti kompak (Indarto, dkk, 2007). bahan lain atau gaya yang dibutuhkan
Nilai cohesiveness bakso ikan untuk menghilangkan materi yang
yang dihasilkan adalah 0,51 0,75, ini melekat pada mulut (Szczesniak, 2002).
dinyatakan bahwa dengan presentase Nilai adhesiveness pada bakso ikan yang
penambahan tepung tapioka dan tepung dihasilkan sebesar 6,60 - 7,87 mJ. Nilai
ubi jalar memberikan kekenyalan yang adhesiveness pada perlakuan tepung
kurang kompak pada produk bakso ikan. tapioka 0% menunjukkan hasil yang
Hal ini diduga akibat kandungan amilosa tinggi sekitar 7.87 mJ sedangkan nilai
dan amilopektin pada bahan baku yang adhesiveness pada perlakuan tepung
digunakan. Menurut Moorthy (2004), tapioka 6% menunjukkan hasil yang
26 Fitriyani, et al.

terendah sekitar 6.60 mJ. Hal ini kerapuhan yang tinggi sehingga jumlah
disebabkan jumlah penambahan air dan tepung yang baik digunakan untuk bakso
tepung yang tidak sesuai akan sebaiknya 15% dari berat daging.
berpengaruh pada kelengketan bakso
ikan. 5) Uji Chewiness
Semakin rendah kandungan Chewiness atau kekenyalan
amilosa menyebabkan struktur gel yang merupakan parameter sekunder dari
terbentuk lemah, hal ini yang cohesiveness. Menurut Ross (2006),
menyebabkan padatan terlarut semakin chewiness pada sampel merupakan
besar dan akibatnya kelengketan semakin perkalian antara hardness, cohesiveness
tinggi (Rosa 2004 dalam Rahim 2007). dan springiness, sehingga perubahan nilai
Menurut Zhang et al., (2005), sifat chewiness pada sampel sangat
kelengketan pada bakso ikan dipengaruhi dipengaruhi oleh parameter-parameter
oleh tingginya sifat bio-adhesive yang tersebut. Nilai chewiness pada bakso ikan
dimiliki oleh tepung. Menurut Astawan yang dihasilkan sebesar 24.69-42.96 mJ.
(2002) dalam Noriandita dkk (2013) Nilai Chewiness pada perlakuan tepung
bahwa pati akan mengembang dengan tapioka 0% menunjukkan hasil yang
adanya air. Makin banyak air yang tinggi sekitar 42.96 mJ, sedangkan nilai
diserap, maka bakso yang dihasilkan akan Chewiness pada perlakuan tepung tapioka
menjadi tidak patah. Untuk itu 6% menunjukkan hasil yang terendah
perbandingan air yang digunakan harus sekitar 24.69 mJ. Hal ini menyatakan
sesuai dan apabila jumlah air lebih bahwa semakin banyak penambahan
banyak maka bakso akan menyebabkan tepung ubi jalar dan tepung tapioka
kelengketan. semakin tinggi nilai chewiness bakso ikan
tersebut.
4) Uji Fracturabiliy Tepung ubi jalar memiliki kadar
Fracturability menggambarkan pati yang lebih tinggi dibandingkan
kerapuhan atau kemudahhancuran dari dengan tepung tapioka. Menurut PT
bakso ikan yang akan diuji. Nilai Sorini corporation (1998) dalam
fracturability pada bakso ikan sebesar 62 Antarlina dan J.S. Utomo (1999), kadar
- 233.25 N. Nilai Fracturability pada pati tepung ubi jalar 77,629%, sedangkan
perlakuan tepung tapioka 0% menurut Singh et al. (2006) kadar pati
menunjukkan hasil yang tinggi sekitar tepung tapioka berkisar antara 72-81%.
233.25 N sedangkan nilai Fracturability Tekstur dipengaruhi oleh pati sebagai
pada perlakuan tepung tapioka 10% bahan pengisi. Pada saat dimasak, protein
menunjukkan hasil yang terendah sekitar daging akan mengalami pengkerutan dan
62 N. Hal ini dinyatakan bahwa semakin akan diisi oleh molekul-molekul pati
besar jumlah penambahan tepung ubi yang dapat mengompakkan tekstur
jalar dan tepung tapioka pada bakso ikan (Maharaja, 2008).
maka tingkat Fracturability/kerapuhan
semakin besar. Berdasarkan penelitian 6) Uji Springiness
Wibowo (1999), sifat fisiokimia dan Springiness merupakan derajat
reologi tapioka memiliki tingkat atau tingkat, dimana suatu sampel
Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Filler Pembentuk Tekstur Bakso Ikan 27

kembali pada bentuk asalnya (Lyon et al., tinggi sekitar 194.25 N, sedangkan nilai
1980). Nilai Springiness bakso ikan Gumminess pada perlakuan tepung
sebesar 21.13 - 23.09 mm. Nilai tapioka 6% menunjukkan hasil yang
Springiness pada perlakuan tepung terendah sekitar 119.05 N. Hal ini
tapioka 4% menunjukkan hasil yang dinyatakan bahwa semakin banyak
tinggi sekitar 23.09 mm, sedangkan nilai penambahan tepung ubi jalar memberikan
Springiness pada perlakuan tepung nilai gumminess yang tinggi pada bakso
tapioka 6% menunjukkan hasil yang ikan, ini diduga akibat kadar amilosa
terendah sekitar 21.13 mm. Hal ini pada tepung ubi jalar. Semakin rendah
menunjukkan bahwa dengan substitusi kandungan amilosa menyebabkan
tepung tapioka dan tepung ubi jalar pada struktur gel yang terbentuk lemah,
bakso ikan mempunyai sifat yang kenyal. sehingga menyebabkan padatan terlarut
Elastisitas bakso dipengaruhi oleh kadar semakin besar, akibatnya nilai gumminess
amilosa dan amilopektin pada tepung semakin tinggi (Rosa 2004 dalam Rahim
yang mengalami gelatinisasi. 2007). Gumminess bisa juga disebabkan
Amilopektin yang terdapat pada karena molekul amilopektin membentuk
tapioka dan ubi jalar memberikan sifat daerah amorf atau kurang kompak
elastisitas pada produk bakso ikan, sehingga lebih mudah ditembus air,
dimana tekstur gel berhubungan erat enzim, dan bahan kimia (Alam dkk 2007).
dengan kemampuan daya ikat air oleh
pati. Semakin besar daya ikat air maka Mutu Organoleptik Bakso Ikan
semakin besar pula kemampuan Uji organoleptik dilakukan pada
penguatan tekstur gel (Ibrahim, 2002). bakso ikan dengan menggunakan metode
Tingginya amilosa terlarut dan tingginya uji hedonic untuk melihat kesukaan
kemampuan pengembangan granula panelis pada bakso ikan yang
mampu meningkatkan elastisitas pada ditambahkan tepung ubi jalar dan tapioka
produk, sebaliknya tingginya amilopektin meliputi parameter rasa, kenampakan,
terlarut dapat mengganggu pembentukan tekstur, aroma, dan warna (Tabel 2).
gel dan menurunkan sifat elastisitas Rerata tingkat kesukaan panelis
produk (Eliason dan Gudmunsson 1996). terhadap rasa bakso ikan berkisar 5,0
(netral). Rasa yang dihasilkan dari bakso
7) Uji Gumminess ikan dipengaruhi oleh daging dan bahan
Gumminess merupakan energy tambahan seperti garam, merica, bawang
yang dibutuhkan untuk menghancurkan putih dan bawang merah serta bahan
makanan semi-padat ke keadaan siap pengisi yang ditambahkan selama
untuk ditelan dimana produk pada tingkat pengolahan. Menurut Laroche (1992),
kekerasan yang rendah dan kohesivitas pengaruh additif (garam, bumbu-bumbu,
yang tinggi (Szczesniak, 2002). Nilai penyedap) membantu pembentukan
Gumminess pada sampel bakso ikan citarasa dan aroma. Rerata nilai
adalah 119.05- 194.25 N. Nilai kenampakan pada produk bakso ikan
Gumminess pada perlakuan tepung berkisar 5,7 - 7.0 (agak suka suka). Hal
tapioka 0% menunjukkan hasil yang ini dinyatakan semakin banyak penamba-
28 Fitriyani, et al.

han tepung ubi jalar memberikan memberikan tekstur pada bakso ikan
karakteristik kenampakan bakso ikan tidak halus dan keras. Semakin tinggi
halus, rata antar permukaan, pecah, warna kadar gluten tepung yang digunakan
agak gelap dan sedikit keras. maka semakin baik tekstur bakso yang
Rerata nilai warna pada produk dihasilkan (Maharaja, 2008).
bakso berkisar 6,0 - 7.0 (agak suka - Menurut Winarno dan
suka). Hal ini dinyatakan bahwa semakin Pudjaatmaka (1989), tepung ubi jalar
banyak penambahan tepung ubi jalar tidak memiliki protein gliadin dan
memberikan warna cokelat kegelapan glutenin yang dapat membentuk gluten.
pada produk bakso ikan. Menurut Gluten merupakan komponen yang
Suismono (2001), warna tepung ubi jalar sangat penting dalam proses adonan yang
yang cokelat kegelapan disebabkan oleh akan mempengaruhi tekstur makanan
adanya reaksi pencoklatan (reaksi (Manley, 2000). Menurut Triatmojo
enzimatis). Terbentuknya warna cokelat (1992), adonan yang emulsinya stabil
pada ubi jalar dihindari dengan akan menyebabkan tekstur yang lebih
semaksimal mungkin tidak kontak udara baik. Tekstur dipengaruhi oleh tepung
dengan cara merendam ubi jalar yang sebagai bahan pengisi, dimana pada saat
telah dikupas dalam air bersih atau dimasak protein daging yang mengalami
dengan cara dikukus. Rerata nilai tekstur pengerutan akan diisi oleh molekul-
produk bakso berkisar 5,0 - 6.0 (netral molekul pati yang dapat mengkompakkan
agak suka). Hal ini karena tekstur yang tekstur. Menurut Koapaha (2009), bahan
dihasilkan pada bakso ikan dipengaruhi pengisi yang ditambahkan bertujuan
oleh tepung yang digunakan sebagai untuk memperbaiki daya mengikat air
bahan pengisi, dimana semakin banyak dan membentuk tekstur yang padat.
penambahan tepung ubi jalar akan Rerata nilai aroma produk bakso ikan
Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Filler Pembentuk Tekstur Bakso Ikan 29

berkisar 6,0 (agak suka). Selama minimal 9%. Analisa kadar karbohidrat
pemasakan akan terjadi berbagai reaksi sekitar 2,44%, yang menurut penelitian
antara bahan pengisi dan daging, Astuti (2009) bahwa nilai kadar
sehingga aroma daging berkurang selama karbohidrat bakso ikan berkisar antara
pengolahan (Sudrajat, 2007). Penelitian 12,22-14,05%. Hasil analisa kadar
Nintami dan Rustanti (2012) protein lemak, air dan abu bakso ikan
menunjukkan penambahan tepung ubi yang dihasilkan ini sudah sesuai dengan
jalar membuat aroma menjadi berbau SNI 01-3819-1995.
langu yang berasal dari oksidasi lemak,
sehingga menyebabkan timbulnya KESIMPULAN
hidroperoksida saat proses pemanasan.
Hasil indeks efektivitas
Perlakuan Terbaik Indeks Efektivitas menunjukkan perlakuan terbaik dalah
dengan penambahan tepung tapioka 6%
Perlakuan terbaik ditentukan
dan tepung ubi jalar 4%, meliputi
dengan menggunakan metode indeks
kenampakan, bau, tekstur, warna, rasa, uji
efektivitas (De Garmo et al 1984). Hasil
TPA, uji lipat, dan uji gigit. Uji lipat
perlakuan terbaik sesuai dengan metode
bakso ikan dengan penambahan tepung
De Garmo yaitu pada perlakuan P2
ubi jalar tidak memberikan pengaruh
(tepung tapioka 6% dan Tepung ubi Jalar
yang berbeda nyata (P>0,05), sedangkan
4%) dilihat parameter kenampakan, bau,
hasil analisis statistik Uji ANOVA bahwa
tekstur, warna, rasa, uji lipat dan uji gigit.
uji gigit bakso ikan dengan penambahan
Hasil yang terbaik akan dianalisis uji
tepung ubi jalar memberikan pengaruh
proksimat bakso ikan (Tabel 3).
yang berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji
Hasil analisis kadar air bakso ikan
Texture Profile Analysis (TPA) bakso
diperoleh sekitar 72,11%. Hasil ini tidak
ikan dengan formulasi tepung ubi jalar
melewati batas standar kadar air yang
dan Tapioka memberikan nilai
ditetapkan SNI yaitu maksimal 80%.
Springiness sebesar 21.13 - 23.09 mm,
Hasil kadar lemak bakso ikan diperoleh
nilai hardness sebesar 232.7 N,
sekitar 0,84%. Hal ini menunjukkan
sedangkan nilai cohesiveness bakso ikan
bahwa nilai kadar lemak bakso ikan
yang dihasilkan adalah 0,51 0,75.
sesuai pada standar kadar lemak bakso
ikan dalam SNI 01-3819-1995 yaitu DAFTAR PUSTAKA
maksimum 1%. Sementara hasil analisis
kadar abu bakso ikan diperoleh sekitar Alam N, Saleh, M.S, Haryadi dan
1,19%, hasil ini tidak melewati batas Santoso, U. 2007. Sifat Fisiko
standar kadar abu alam SNI Maksimal Kimia dan Sensoris Instant
3%. Starch Noodle (ISN) Pati Aren
Pada Berbagai Cara Pembuatan.
Kadar protein bakso ikan sebesar
Journal Agroland 14 (14): 269-
23,41% menunjukkan adanya 274.
peningkatan protein dari standar yang di Antarlina, SS dan J.S. Utomo.1999.
tetapkan dalam SNI 01-3819-1995 Proses Pembuatan dan
tentang syarat mutu bakso ikan, yaitu
30 Fitriyani, et al.

Penggunaan Tepung Ubi Jalar Aplikasinya dalam Memperbaiki


untuk Produk Pangan. Balitkabi Kualitas Bihun. Tesis. Sekolah
Baharudin. 2008. Penggunaan Na-Sitarat Pascasarjana. Institut Pertanian
Pada Jenis Tepung yang Berbeda Bogor
dalam Pembuatan Bakso Kering Ibrahim I. 2002. Studi Pembuatan
Ikan Mata Goyang (Priacanthus Kamaboko Ikan Belut
tayenus). Skripsi. Program Studi (Monopterus albus) Dengan
Teknologi Hasil Perikanan. Berbagai Suhu Perebusan dan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Konsentrasi Tepung Terigu.
Kelautan. IPB. Bogor Skripsi. Program Studi
Chairita. 2008. Karakteristik bakso ikan Teknologi Hasil Perikanan.
dari campuran surimi ikan laying Fakultas Perikanan dan Ilmu
(Decapterus spp.) dan ikan Kelautan. IPB. Bogor
kakap merah (Lutjanus sp.) pada Indarto T, Surjoseputro S, dan Fransisca I
penyimpanan suhu dingin M. 2007. Pengaruh jenis bagian
[Tesis]. Bogor: Sekolah daging babi dan penambahan
Pascasarjana, Institut Pertanian terigu terhadap sifat
Bogor fisikokimiawi Pork nugget.
De Garmo, E.P., W.G. Sullivan and J.R. Jurnal Teknologi Pangan dan
Canada. 1984. Engineering Gizi Vol 6 No 2 Oktober 2007.
Economy. Seventh Edition. Indrarmono, T.P, 1987. Pengaruh lama
Macmillan Pub. Co. New York. pelayuan dan jenis daging karkas
Eliason, A.C. dan Gudmundsson, M. serta jumlah es yang
(1996). Starch: physicochemical ditambahkan kedalam adonan
and functional aspect. Dalam: terhadap sifat fisiko-kimia bakso
Eliason, A,C. (ed). sapi. Skripsi. Fakultas Teknologi
Carbohydrate in Food, hal 431- Pertanian. Institut Pertanian
504. Marcel Dekker, New York. Bogor, Bogor.
Guo, G., Jackson, D.S., Graybosch, R.A. Karleen S. 2010. Optimasi proses
dan Parkhurst, A.M. (2003). pembuatan tepung ubi jalar ungu
Asian salted noodle quality: (Ipomea batatas (L) Lann dan
impact of amylose content aplikasinya dalam pembuatan
adjustments using waxy wheat keripik simulasi (Simulated
flour. Cereal Chemistry 80: 437- Chips). [Skripsi]. Bogor:
445. Departemen Ilmu dan Teknologi
Hall GM, dan Ahmad NH. 1992. Surimi Pangan, Fakultas Teknologi
and fish mince products. Dalam Pertanian, IPB.
Hall GM (ed.). Fish Processing Koapaha T. 2009. Penggunaan Pati Sagu
Technology.New York: Blackie Modifikasi Fosfat pada
Academic & Professional. Konsentrasi yang Berbeda
Hastings RJ, Keay JN, and Young KW. terhadap Sifat Fisik Kimia Sosis
1990. The properties of surimi Ikan Patin (Pangasius
and kamaboko gels from nine hypophtalmus). Tesis. Program
British species of fish. Studi Teknologi Hasil Pertanian.
International J. Food Sci and Pasca Sarjana Universitas
Tech. 25: 281-294 Brawijaya. Malang
Herawati D. 2009. Modifikasi Pati Sagu Kramlich, W.E. 1971. Sausage product
Dengan Teknik Heat Moisture In: J.F Price and B.S Schweigert
Treatment (HTM) dan (Eds) The Science of Meat and
Tepung Ubi Jalar Sebagai Bahan Filler Pembentuk Tekstur Bakso Ikan 31

Meat Product. W.H freeman and Pemberdayaan Masyarakat


co., San Fransisco. melalui Usaha Peternakan
Laroche, M. 1992. Cooking. In: JP Berbasis Sumber daya Lokal
Girrand (Ed). Technology of dalam Rangka Ketahanan
Meat dan Meat Product. Ellis pangan Berkelanjutan. 20 Mei
Horwood, Newyork. 2009. Fakultas Peternakan.
Lee CM. 1984. Surimi Process UNDIP. Semarang
Technology. Journal Food Nintami A.L dan Rustanti N, 2012. Kadar
Technology. 38 (11): 69. Serat, Aktivitas Antioksidan,
Liur I.J, 2013. Potensi Penerapan Tepung Amilosa dan Uji Kesukaan Mi
Ubi Jalar Dalam Pembuatan Basah Dengan Substitusi
Bakso Sapi. Jurnal Aplikasi Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Teknologi Pangan Vol 2 No 1 batats var Ayamurasaki) Bagi
Lyon, C.E., Lyon, B.G., Davis, C.E. and Penderita Diabetes Melitus Tipe-
Townsend, W.E. 1980. Texture 2. Journal Of Nutrition College,
profile analysis of patties made Volume 1, Tahun 2012 Halaman
from mixed and flake-cut 382-387.
mechanical deboned poultry Noriandita, Ummah, Purwandari,
meat. Poultry Sci. 59, 69-76 Maflahah, dan Sidik. 2013. Sifat
Maharaja, L. 2008. Penggunaan tektural dan analisis sensoris mie
campuran tepung tapioka dengan bebas glutem dari tepung porang
tepung sagu dan natrium nitrat sebagai efek pregelatinisasi.
dalam pembuatan bakso daging Seminar Nasional Menggagas
sapi. Fakultas Pertanian. kebangkitan Nasional
Universitas Sumatera Utara. Komoditas Unggulan Lokal
Manley. 2000. Technology of Biscuit, pertanian dan kelautan Fakultas
Cracker, and Cookies Third Pertanian Universitas Trunojoyo
Edition. CRC Press. Washington Madura.
Montolalu, S, Lontoan, N, Sakul, S, dan Pandisurya, 1983. Pengaruh jenis daging
Mirah, A.DP. 2013. Sifat Fisiko- dan penambahan tepung
kimia dan Mutu Organoleptik terhadap mutu bakso. Skripsi
Bakso Broiler Dengan Fakultas Teknologi Pertanian.
Menggunakan Tepung Ubi Jalar Institut Pertanian Bogor.
(Ipomoea batatas L). Jurnal Park JW. 2005. Surimi and Surimi
Zootek Vol 32 No 5. ISSN Seafood. Second Edition. Food
0852-2626 Januari 2013 Science and Technology. Taylor
Moorthy, S.N. (2004). Tropical sources & Francis Group. New York
of starch. Dalam: Eliasson, A.C. Poernomo D, Sekarwiyati I, dan Sukarsa
(ed). Starch in Food: Structure, DR. 2006 Pengaruh Konsentrasi
Function, and Application. CRC Garam dan Jenis Tepung
Press, Baco Raton, Florida Terhadap Karakteristik Mutu
Musfiroh, A. F., V. P. Bintoro, dan Fisik Bakso Ikan Layaran
Kusrahayu. 2009. Kandungan (Istiophorus orientalis). Buletin
Serat Kasar, Tingkat Teknologi Hasil Perairan. 6 (2):
Kekenyalan, dan Rasa Bakso 19-23
Sapi Dengan Subtitusi Tepung Pramuditya dan Yuwono. 2014.
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Penentuan atribut mutu tekstur
batatas L.). Prosiding Seminar basko sebagai syarat tambahan
Kebangkitan Peternakan dalam SNI dan pengaruh lama
32 Fitriyani, et al.

pemanasan terhadap tekstur Laporan Penelitian Fakultas


bakso. Jurnal Pangan dan Peternakan, Universitas Gadjah
Agroindustri Vol 2 No 4p 200- Mada, Yogyakarta
209 Oktober 2014. Warsiki, Sunarti dan Nurmala. 2013.
Rahim, A. 2007. Pengaruh Cara Kemasan Antimikroba Untuk
pengolahan Instant Starch Memperpanjang Umur Simpan
Noodle Dari Pati Aren Terhadap Bakso Ikan. Jurnal Ilmu
Sifat Fisik Kimia dan Sensoris. Pertanian Indonesia (JIPI), ISSN
Thesis Program Pasca Sarjana 0853-4217.
Teknologi Hasil Perkebunan Warsiyaningsih S. 2012. Karakteristik
Fakultas Teknologi Pertanian fisika kimia gel dan bakso Ikan
Universitas Gajahmada layaran (Istiophorus Sp.) dari
Yogyakarta. bahan baku surimi frekuensi
Ross, AS. 2006. Instrumental pencucian satu kali. [Skripsi].
Measurement of Physical Bogor: Departemen Teknologi
Properties of Cooked Asian Hasil Perairan Fakultas
Wheat Fluor Noodles. Cereal Perikanan DanIlmu Kelautan,
Chem. IPB
Singh NJ, Singh L, Kaur NS, Sodhi dan Wibowo S, 1999. Pembuatan Bakso Ikan
BS. 2006. Morphological, & Bakso Daging. Penerbit
Thermal and Rheological Penebar Swadaya
properties Of Starches From Winarno, F.G. dan A.H. Pudjaatmaka.
Different Botanical Sources. 1989. Gluten dalam Ensiklopedi
J.Food Chemistry. Nasional Indonesia. Jilid 6. PT
Standar Nasional Indonesia (SNI), 1995. Cipta Adi Pustaka, Jakarta. hlm.
Bakso Daging. SNI 01-3819- 184
1995. Dewan Standarisasi Zhang Y, Xie B & Gon X. 2005.
Indonesia, Jakarta Advance In The Applications Of
Suismono, 2001. Teknologi Pembuatan Konjac Glucomannan and Its
Tepung dan Pati Ubi-Ubian Derivatives. Carbohydrate
untuk Menunjamg Ketahanan Polymers. 60:27-31.
Pangan. Zulkarnain, J., 2013. Pengaruh Perbedaan
Szczesniak AS. 2002. Texture is Komposisi Tepung Tapioka
Asensory Property. Food Terhadap Kualitas Bakso Lele.
Quality and preference 13:215- Skripsi Fakultas Teknik Program
225. Studi Pendidikan Kesejahteraan
Triatmojo, S. 1992. Pengaruh pengantian Keluarga Universitas Negeri
daging sapi dengan daging Padang.
kerbau, ayam dan kelinci pada
komposisi dan kualitas bakso.

You might also like