Professional Documents
Culture Documents
1. Patofisiologi Stroke
Hjjda
2. Studi Kasus
Tn. N berusia 65 tahun dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Lasallian dengan keluhan klien
mengatakan pusing, sakit pada bagian kepala, lemah, dan seperti mati rasa pada badan
setengah.Keluarga klien mengatakan bahwa klien terlihat berbicara pelo. Klien tiba-tiba tidak dapat
bangun dari tempat tidur, duduk apalagi berdiri. Klien mengeluh bahwa ia mengalami kesulitan
bebricara, terasa lemah pada lengan dan tungkai pada saat digerakkan juga pada kakinya, serta merasa
sakit kepala dan pusing. Klien mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari sehingga tidak
bisa melakukan rutinitasnya setiap hari. Istri klien mengatakan bahwa daalam melakukan aktivitas klien
dibantu. Klien tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang sekitar dan menolak makan dengan
keluhan susah makan dan menelan. TTV pasien TD: S: R N
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SD
1. Keluhan Utama
Bicara pelo dan tidak bisa menggerakkan anggota badan sebelah kiri.
Sejak selasa sore sehabis kerja ( jam 15.30 ) sehabis nonton TV tiba tiba klien bicaranya menjadi pelo,
kemudian jam 18.00 di bawa ke RS Lasallian dan di rawat di ruang PDP pada hari kamis pada saat hendak
kembali ke tempat tidur, di wc klien tidak dapat berdiri, kaki kiri dan lengan kiri terasa lemah kemudian
klien di konsulkan ke ruang syaraf dan akhirnya di rawat di ruang syaraf.
Infus RL 20 tetes/menit.
Nicholin 3 x 100 mg
Mertigo 3 x 1
Klien tidak pernah masuk RS dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit menular, keturunan dan
penyakit lainnya.
Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat ke mantri atau puskesmas.
Pasien tidak pernah menjalani prosedur tindakan bedah. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit pada
masa anak-anak.
5. Kebiasaan :
Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok tidak pernah dilakukan pasien.
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga menderita hypertensi yaitu isteri pasien.
7. Riwayat Sosial
Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah baik ditandai dengan banyaknya amgota
keluarga yang menuggui pasien serta tetangga yang datang membesuk.
C. POLA NUTRISI-MATABOLIK
Frekuensi makan 3 x sehari, dengan jenis makanan: nasi biasa, lauk pauk berupa ikan, tahu, tempe, telur
dan sayur. Jenis minuman yang diminum: air teh dan air putih. Makanan pantangan : daging, ikan asin.
2. Saat Sakit
Selama dirawat di RS, frekuensi makan pasien 3 x sehari, dengan diet BBDM. Jenis minuman air putih.
Nafsu makan normal, tidak ada disfagia.
Keadaan gigi partial atau sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak menggunakan gigi palsu (protesa).
3. Pemeriksaan Fisik:
b. Kulit
Warna kulit normal, tidak pucat, cyanosis maupun ikterik tidak ditemukan. Suhu 36oC. turgor baik,
kembali kurang dari 2 detik. Tidak ditemukan adanya edema, lesi maupun memar. Luka tirah baring
(dekubitus) tidak ditemukan.
Keadaan rambut kering dan tebal. Sebagian besar rambut sudah mulai beruban.
d. Mulut
Keadaan kebersihan (hygiene) mulut bersih. Keadaan gusi normal. Keadaan lidah, mucosa tampak
kering, tonsil dalam keadaan normal dan pasien dapat berbicara walaupun pelo. Gigi sudah banyak yang
tanggal. Pasien tidak memakai gigi palsu.
e. Abdomen
f. Temuan laboratorium
Leukosit : 11.200/mm3.
Kimia darah :
SGOT : 27 mg/dl.
SGPT : 31mg/dl.
Tryseligerida : 86 mg/dl
Urea : 29 mg/dl.
CT SCAN :
D. POLA ELIMINASI
a. Feses
Kebiasaan defekasi : 1 kali sehari, selama dirawat frekuensi BAB 1 x sehari. Masalah tidak ditemukan.
1. Abdomen
Struktur simetris. Frekuensi bising usus : 10 x/menit (normal: 8-12 x/menit). Tidak ditemukan/teraba
adanya distensi.
2. Rektum
3. Urine
Frekuensi BAK 3-4 x/hari, klien tidak menggunakan alat bantu, masalah tidak ada.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Ginjal
b) Blast
c) Laboratorium
Urinalisa :
- Kejernihan : jernih
- Urobilin : Normal
- Epithel : +
0 = Mandiri.
1 = Alat Bantu.
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi 2
Berpakaian/Berhias 4
Toileting 4
Mobilitas di TT 3
Berpindah 4
Ambulasi 4
Pemeliharaan kesehatan 4
1. Pemeriksaan Fisik:
a. Pernafasan/Sirkulasi:
Respirasi : 10 x/menit.
Kualitas pernafasan normal (reguler), tidak terdapat batuk, bunyi nafas normal (vesikuler). Tidak
ditemukan adanya kelainan berupa Wheezing, ronchi kering maupun ronkhi basah.
b. Muskuloskeletal:
Tonus otot N
SKALA KETERANGAN
0 Paralisis Total.
5 Normal
Ektremitas:
M51
51
- Tes refleks:
RF = BHR 0
TFR 0
APR 0
KPR 0
---
BHR - - -
---
4. Babinski : (-).
E. POLA KOGNITIF-KONSEPTUAL
1. Pendengaran
Pendengaran dalam batas normal. Dalam berkomunikasi pasien dapat mendengar pertanyaan yang
diajukan oleh perawat/dokter.
2. Penglihatan
Mata simetris kiri dan kanan, kebersihan mata bersih, alis mata tebal, kemampuan menggerakan alis
mata baik (normal). Konjungtiva tidak anemis, benjolan tidak teraba. Pada pupil isokor. Reflek terhadap
cahaya (+/+) miosis. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan berupa kaca mata.
3. Status Mental :
Bicara normal, pasien dapat berbicara walaupun agak terbata-bata ( pelo )/disatria. vertigo kadang
kadang.
Pupil berbentuk isokor, reguler, tidak ada ptosis, tidak ditemukan edema, pupil mengecil dan kembali
jika terkena cahaya, tak ada pembatasan gerak mata.
Pasien dapat mebedakan nyeri , rabaan, kontraksi masester lemah, reflek rahang ada tapi lmbat
terdapat penurunan sudut mulut.
- Nervus X (N.Vagus):
Tidak ada atrofi, tidak ada fasikulasi, posisi lidah mengarah ke kiri.
F. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum pasien composmentis, pasien tampak lemah, lingkaran hitam di sekitar mata tidak
ditemukan.
Tidak ada masalah dalam hal finansial/perawatan karena biaya perawatan/pengobatan di rumah sakit
sepenuhnya dibiayai oleh dengan kartu sehat. Selain itu pasien sering ditunggui oleh anak-anaknya yang
menunggui secara bergantian.
2. Keadaan Emosional:
Keadaan emosional pasien stabil, pasien adalah orang yang suka humor.
3. Kemampuan adaptasi:
Pola adaptasi pasien baik, ditandai dengan pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di RS.
Pasien sering berbagi pengalaman dengan pasien lain di sebelahnya.
Pasien mampu menerima keadaan dirinya walaupun sedikit ccemas dengan sakitnya.
Kepedulian keluarga terhadap pasien baik ditandai dengan adanya keluarga yang menunggui pasien
selama dirawat RS dan keluarga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan.
I. POLA SEKSUALITAS
Tidak dikaji.
K. POLA NILAI-KEPERCAYAAN
Tidak ada pembatasan religius dan tidak meminta kunjungan pemuka agama.
A. Analisa Data
1 Data Subektif:
- Klienmengatakannyerikepala
- Keluargaklienmengatakantiba-tibaanggotagerakklientidakdapatdigerakandantidaksadar
- keluargaklienmengatakanmataklientampakberdarah
Data Objektif:
- perubahantingkatkesadaran: somnolen
- gangguanataukehilanganmemori
- defisitsensorik: penguranganpendengaran
- perubahan reflex
- Pergerakantakterkontrol
- perubahankekuatanotot
- perubahan TTV:
TD: 160/100mmHg
Nadi :120x/menit
RR : 10x/mnt
Aterosklerosis
Menjadi trombus
Edema cerebral
Peningkatan TIK
- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun, duduk apalagi berdiri.
Data objektif:
- Kelemahan
Hemiparase
3 Data subjektif:
Data objektif:
- klien terdengar berbicara pelo
- Pasien tampak tidak mampu mengekspresikan wajah saat bicara Peningkatan TIK
Ketidakmampuan bicara
4 Data subjektif:
- keluarga klien mengatakan klien tidak mampu makan karena sulit menelan
Data objektif:
- Klienmengalamipenurunankesadaran
- Konjungtivapucat
- Bisingusus8 x/menit
- Klienmengalamikelemahanotot
- LLA :35 cm
- Edema padaEkstermitasatasdanekstermitasbawah
- Turgor kulitburuk
- WBC7,36
- RBC4,47
- HGB12,0
- HCT7,0
refluks
disfagia
anoreksia
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
B. Diagnosa Keperawatan
Kcnkndsk
C. Rencana Keperawatan
1 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis,
emboli)
DS:
- Klienmengatakannyerikepala
- Keluargaklienmengatakantiba-tibaanggotagerakklientidakdapatdigerakandantidaksadar
- keluargaklienmengatakanmataklientampakberdarah
DO:
- perubahantingkatkesadaran: somnolen
- gangguanataukehilanganmemori
- defisitsensorik: penguranganpendengaran
- perubahan reflex
- Pergerakantakterkontrol
- perubahankekuatanotot
- perubahan TTV:
TD: 160/100mmHg
Nadi :120x/menit
RR : 10x/mnt
Nadi: 80x/menit
R: 20x/menit
S: 36-370C Mandiri:
2. Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya hipertensi/hipotensi, bdandingkan tekanan darah
yang terbaca pada kedua lengan
3. Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/
aktivitas pasien sesuai indikasi. Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan, batasi
lamanya setiap prosedur.
Kolaborasi:
3. Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK. Istirahat total dan ketenangan
mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik/
perdarahan lainnya.
4. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/
terbentuknya edema.
Kolaborasi:
5. Dapat digunakan untuk meningkatkan atau memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya
dapat mencegah pembekuan saat embolus/thrombus merupakan factor masalahnya. Merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat dari peningkatan resiko perdarahan.
6. Penggunaan dengan hati-hati dalam perdarahan untuk mencegah lisis bekuan yang terbentuk
dan perdarahan berulang yang serupa.
2 Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas
dan cedera otak
DS:
- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun, duduk apalagi berdiri.
DO:
- Kelemahankerusakankoordinasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mobilisasi di tempat
tidur dengan Kriteria Hasil :
2. Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya
3. Observasi pada daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau tanda lain dari gangguan
sirkulasi.
4. Susun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi dalam aktivitas/ latihan dan
mengubah posisi.
5. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan
bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu..
Kolaborasi:
6. Berikan obat relaksan otot, antispasmodic sesuai indikasi, seperti baklofen, dantrolen.
Mandiri:
3. Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhannya lambat.
Kolaborasi:
3 Hambatan komunikasi
Verbal b.d penurunan fungsi otot/facial
DS:
DO:
- Pasien tampak tidak mampu mengekspresikan wajah saat bicara Seelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam kemampuan komunikasi verbal meningkat
1. Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak megerti ttg kata-kata atau masalah bicara atau tidak
mengerti bahasa sendiri
3. Lakukan metode percakapan yang baik dan lengkap, beri kesempatan klien untuk
mengklarisifikasi
4. Katakan untuk megikuti perintah secara sederhana seperti tutup matamu dan lihat kepintu
5. Perinthkan klien untuk menyebutkan nama suatu benda yang diperhatikn Mandiri:
1. Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan klien dengan
sebagian atau seluruh proses komunikasi
5. Menguji afasia ekspresif mislnya klien dapat mengenal bend tsb tetapi tidak mampu
menyebutkan namanya.
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan fungsi nerfus vagus atau
hilangnya refluks muntah
DS:
- keluarga klien mengatakan klien tidak mampu makan karena sulit menelan
DO:
- Membranmukosakering
- Konjungtivapucat
- Bisingusus8 x/menit
- Klienmengalamikelemahanotot
- Edema padaEkstermitasatasdanekstermitasbawah
- Turgor kulitburuk
- BB turun 10 kg Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien tidak mengalami
kekurangan nutrisi.
2. Memantau tanda-tanda vital dan catat adanya hipertensi/hipotensi, bdandingkan tekanan darah
yang terbaca pada kedua lengan
3. Mempertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/
aktivitas pasien sesuai indikasi. Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan, batasi
lamanya setiap prosedur.
S:
O:
- peningkatan kesadaran
- masih terjadi defisit sensori
- TTV:
TD:130/80 mmhg
N: 90x/menit
R: 15x/menit
S: 37 0C
09.00 wita 1. Mengkaji faktor penyebab dan beri penjelasan kepada keluarga tentang sebab-
sabab peningkatan TIK dan akibatnya
2. Memantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya
3. Mengobservasi pada daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau tanda lain dari
gangguan sirkulasi
4. Menyusun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi dalam aktivitas/ latihan
dan mengubah posisi.
5. Mengubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan jika
memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.
6. Memberikan obat relaksan otot, antispasmodic sesuai indikasi, seperti baklofen, dantrolen
S:
DO:
P: intervensi dihentikan
3 1. Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak megerti ttg kata-kata atau masalah bicara
atau tidak mengerti bahasa sendiri
3. Lakukan metode percakapan yang baik dan lengkap, beri kesempatan klien untuk
mengklarisifikasi
4. Katakan untuk megikuti perintah secara sederhana seperti tutup matamu dan lihat kepintu
O:
A:
P: intervensi dihentikan
3. berikan cairan IV
O:
- BB menjadi normal
A:
P: intervensi dihentikan - keluarga klien mengatakan klien tidak mampu makan karena sulit
menelan
DO:
- Membranmukosakering
- Konjungtivapucat
- Bisingusus8 x/menit
- Klienmengalamikelemahanotot
- Edema padaEkstermitasatasdanekstermitasbawah
- Turgor kulitburuk
BB turun 10 kg